Share

Bab 40

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-01 02:28:29
Pov : Gaza

|Pelakunya sudah ditangkap, Za. Abah sudah di kantor polisi, kamu langsung ke sini ya. Rania dan Azka juga sudah datang|

Pesan Abah baru saja kubaca setelah pesan itu terkirim sepuluh menit yang lalu. Sejak Abah mulai kecewa dengan keterpurukanku kala itu, aku memang mulai berbenah lagi. Tak enak rasanya membuat Abah dan Ummi kecewa.

Aku pun mulai merintis kembali apa yang pernah kuperjuangkan, mulai menata kembali masa depan dan akan kubuktikan pada abah dan ummi kalau aku masih bisa dibanggakan.

Sebenarnya aku hanya butuh waktu untuk menyembuhkan luka, tapi sepertinya persoalan bisnis tak bisa ditangguhkan dulu hanya demi menyembuhkan hati yang patah. Bisnis tetap saja berjalan.

Tak bisa semudah itu berhenti lalu kembali berjalan. Tak lantas keluar masuk seenaknya ataupun maju mundur sesukanya, apalagi sekadar ingin menepi beberapa saat hanya karena patah hati.

Mungkinkah benar yang dikatakan Ummi? Tak pantas aku terus menyesali apa yang telah terjadi bahkan teru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Bab 41

    Pov : Gaza Jam dinding menunjuk angka delapan malam. Abah dan Ummi memintaku untuk duduk bersama, menceritakan tentang masalah kantor hingga akhirnya berujung dengan persoalan asmara. "Rania sudah bahagia bersama adikmu, Za. Apa kamu masih terus menunggunya?" Pertanyaan Abah memang biasa, tapi rasanya cukup mengganggu hati dan menyesakkan dada. Entahlah. Masih saja ada debar aneh tiap kali kudengar nama Rania. Sosok itu memang sulit kulupakan. Berulang kali mencoba tetap saja gagal. Di satu sisi aku sadar, jika dia mungkin memang bukanlah jodoh terbaik yang dikirimkan Allah untukku. Hanya saja, di sisi lain aku belum juga menerima kenyataan jika dia telah dimiliki adik kembarku sendiri. Aku benar-benar tak menyangka jika patah hati rasanya sesakit ini. Aku yang tak biasa terluka, tak biasa tersisih, tak biasa dipandang sebelah mata, akhirnya kini mengalaminya juga. Bahkan disingkirkan oleh adik kembarku sendiri yang selama ini tak pernah kuanggap ada karena tak ada power berarti

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Bab 42

    Pov : Rania Waktu terus bergulir. Semakin lama, perutku pun semakin membesar. Trimester pertama yang cukup melelahkan dan menguras tenaga karena sering mual dan lemas beralih ke trimester kedua yang mulai biasa saja. Makan cukup enak, tidur pun cukup nyaman. Mual dan lemas berkurang drastis. Lahap dengan buah maupun aneka camilan dan susu. Dan kini memasuki trimester tiga yang mulai balik nggak nyaman. Tidur mulai nggak enak. Rasa sesak di d4da yang menyerang tiba-tiba. Kadang ada rasa gatal di seputar perut yang amat sangat tak mengenakkan. Miring ke kanan dan ke kiri pun sedikit kesusahan. Insomnia berkepanjangan dan susah jalan. Ah masa-masa yang begitu mendebarkan dan penuh dengan tantangan, hingga tak terasa tiba di penghujung bulan kehamilan. Iya, sudah sembilan bulan lebih malaikat kecil itu terlelap di rahimku. Kini, sepertinya dia ingin segera bertemu dengan ayah bundanya. Kulihat jarum jam menunjuk angka satu dini hari. Perutku rasanya seperti diremas-remas, mules tak k

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Bab 43

    Kebahagiaan menyelimuti keluarga kecilku. Anak dan cucu pertama dalam keluarga yang begitu dinantikan kehadirannya. Laki-laki yang ada di sekelilingku --Mas Azka, Mas Alif lalu Abah-- pun mengumandangkan adzan ke telinga malaikat kecilku. Bayi mungil yang kami beri nama Althaf Ghifari Alfarizi. Nama yang indah. Ada banyak doa dan harapan saat kami memilihkan nama itu untuknya. Berharap kelak menjadi anak yang lembut hatinya, pemaaf dan rajin bekerja untuk mencari rejeki halalNya. Mas Azka terlihat begitu bahagia menggendong putra pertama kami. Dia begitu bersemangat menceritakan detik-detik kelahiran Althaf yang begitu mendebarkan dan menegangkan. Berulang kali mengucapkan terima kasih padaku karena telah memberinya seorang putra yang tampan dan kelak InsyaAllah bisa menjadi pelita untuk kedua orang tuanya. Pelita kecil yang memancarkan cahaya untuk banyak orang. Ummi dan ibu asyik bercengkerama di sofa, bergantian menggendong cucu pertama mereka. Kulihat senyum bahagia di b

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Bab 44

    Pov : Gaza Althaf Ghifari Alfarizi. Nama indah yang dipilihkan Azka dan Rania untuk anak lelakinya. Hari ini mereka terlihat sangat bahagia, mengadakan aqiqah dan syukuran atas kelahiran buah hati mereka. Ummi dan abah juga terlihat bahagia, apalagi ibu dan Alif. Semua bahagia, aku pun sama. Hanya porsi bahagianya saja yang mungkin berbeda. Meski aku sudah berusaha untuk terlihat bahagia, tapi nyatanya dalam hati masih terasa sesaknya. Banyak tetangga dan teman-teman Abah yang datang. Mereka mengucapkan selamat atas hadirnya malaikat kecil diantara Rania dan Azka. Laki-laki kecil yang k

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Bab 45

    Pov : Gaza "Win, apakah laki-laki yang kamu maksud itu aku?" tanyaku lagi untuk ketiga kalinya, tapi Windy masih tak mau bicara. Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya. Tak ingin kisah Andah terulang kembali di saat aku bersama Aisyah nanti. Ah Aisyah, mungkinkah memang dia yang harus kupilih? "Bukan, Za. Bukan kamu," ucapnya lirih. Dia tak mau menoleh. Hanya menyeka kembali kedua pipinya yang basah. "Seandainya nanti jawaban istikharahku dan Aisyah sama, apa kamu menyetujuinya?" Windy menoleh lalu tersenyum tipis.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Bab 46

    Hari semakin bergulir. Aku sudah berusaha menekan sedemikian rupa ego dan cinta yang masih begitu tinggi padanya. Perempuan yang pertama kali membuatku jatuh hati. Namun waktu memang tak bisa kuulangi lagi. Mau tak mau aku harus menghadapi takdirku sendiri. Hidup tanpa cintanya yang pernah kusemat dalam doa dan mimpi. Jika memang aku belum bisa mencintai dan meneroma perjodohanku dengan Aisyah nanti, setidaknya aku berusaha menyenangkan hati Ummi. Bukankah DIA Sang Pembolak-balik hati? Mungkin jika nanti dia melanjutkan ta'aruf ini, di tengah jalan Allah menghadirkan kemantapan dalam dada. Atau bisa saja saat sudah berumah tangga dengannya, akan tumbuh benih-benih cintaku untuknya. Bukankah orang bilang, cinta datang karena terbiasa bersama? Mungkin pula memang begitu adanya. Aku akan mencintainya setelah tinggal satu atap dengannya. Dengan kemeja dan celana panjang, aku kembali datang ke rumah ini. Rumah berlantai dua yang beberapa minggu lalu sempat kudatangi bersama Abah da

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Bab 47

    POV : GAZA Ummi masih sibuk menelpon Rania di teras sementara aku dan yang lain masih tetap di ruang tamu seperti semula. Entah apa yang terjadi dengan keluarga Azka dan Rania. Yang jelas kudengar dari ucapan Ummi, saat ini sudah ada ibu dan Mas Alif di sana. Karena itulah Ummi bilang pada Abah tak harus buru-buru pulang. "Rania kenapa, Mi?" tanya Abah saat Ummi mematikan ponsel dan memasukkannya ke saku gamis. Perlahan, Ummi kembali duduk di sampingku. "Rania jatuh dari motor, Bah. Terpaksa berangkat sendiri karena Azka baru saja pulang, katanya. Azka masih di kamar mandi saat Rania pamit ke mini market," jawab Ummi sembari menghela napas. "Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Kok bisa, Mi?" Abah ikut kaget mendengar kabar dari Ummi tentang Rania. Mendengarnya celaka, di sudut hati lain aku pun ikut panik dan takut perempuan yang pernah mengisi hatiku itu kenapa-kenapa. Namun, aku berusaha tetap tenang seperti sedia kala sebab tak ingin membuat Aisyah curiga jika aku belum bena

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Bab 48

    Pov : Azka "Ka, Ummi mau bicara sebentar. Bisa? Ummi tunggu di ruang tenga, ya?" ucap Ummi dengan senyum tipisnya saat aku masih menimang Althaf dalam gendongan, sementara Rania masih di tiduran atas ranjang. Rania baru saja memberi Althaf ASI dan sekarang malaikat kecilku itu mulai terlelap. Kuletakkan bayi mungil itu ke dalam boxnya. "Makasih, Mas." Perempuan cantik itu mengusap lenganku pelan lalu tersenyum tipis. Selalu begitu tiap kali aku membantunya mengasuh buah hati kami. Seolah itu adalah hal besar yang begitu dia syukuri, padahal sejatinya pekerjaan apapun dalam rumah tangga bukanlah tanggungjawab sang istri saja melainkan berdua. "Makasih buat apa, Sayang?" "Terima kasih karena kamu sudah banyak berkorban waktu dan tenaga untukku, Mas. Aku benar-benar sangat bersyukur memiliki suami pengertian dan perhatian seperti kamu," lanjutnya lirih. Kuusap pucuk kepalanya sembari menggeleng pelan. "Nggak perlu ada kata terima kasih karena ini memang bagian dari tugasku. Tu

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01

Bab terbaru

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 24

    ~ Beberapa Bulan Kemudian ~ Gerimis pagi mulai datang mengguyur, membuat banyak orang makin malas beranjak dari tempat tidurnya termasuk Aisyah dan Gaza, meski denting alarm sebagai tanda waktu menunjukkan pukul empat pagi sudah berbunyi. Biasanya Aisyah segera bangun, membuat sarapan sembari menunggu adzan subuh berkumandang. Tapi kali ini dia berbeda. Lebih nyaman tenggelam dalam dekapan suaminya dan mengirup wangi tubuhnya dibandingkan harus ke luar kamar dan berkutat dengan perabot dapur. "Sayang ... nggak bangun?" tanya Gaza lirih. Lengan kekarnya masih terus memeluk Aisyah di dalam selimut tebalnya. "Hujan, Mas. Malas masak," balas Ais pelan tanpa membuka kedua matanya. "Oohh ... ya sudah sarapan roti panggang aja nanti. Buat makan malam mah gampang bisa gofood," jawab Gaza santai. Dia memang sosok suami tersantai kalau soal makanan. Istrinya rajin masak oke, nggak mau masak pun nggak masalah. Bisa beli di luar. "Mas ... tapi perutku tiba-tiba mulas," bisik Ais lagi. Ga

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 23

    Pagi menjelang siang. Perempuan yang selalu usil dan kesal dengan Ais itu pun diizinkan pulang dari rumah sakit. Kaki kirinya patah, butuh waktu cukup lama agar bisa pulih kembali. Sekarang tak ada yang bisa dia sombongkan, karena kaki jenjangnya bisa bergerak juga atas bantuan kruk. "Ndah, kamu di mana? Aku udah pulang dari rumah sakit," ucap Jesy melalui sambungan teleponnya. Dia begitu kesal dengan Andah yang hanya menjenguknya di hari pertama masuk rumah sakit, sedangkan rencana itu memang dilakukan berdua. Jesy berpikir Andah lepas tangan dan pergi begitu saja saat dia membutuhkan pertolongan. "Ke Jakarta, Jes. Nggak balik Jogja lagi," jawab Andah lesu. Dia menghela napas lalu menyandarkan badan ke sofa. Sejak omelan dan ancaman Gaza tempo hari, Andah memang masih cukup shock bahkan tak ada semangat untuk melakukan aktivitas apa pun. Salon di Jogja resmi dihandle Budhenya, sementara yang di Jakarta masih digarap sepupu dan karyawannya. Dia hanya sesekali datang untuk cek la

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 22

    "Ketemu Arif, kan?" tanya Gaza cepat saat melihat istrinya memasuki ruang tamu. Sudah sejak setengah jam lalu dia menunggu Ais dengan perasaan tak menentu. Ais pun mulai berdebar tak karuan, tapi dia akan jujur apa yang dia bahas dengan dosen tampannya itu. Tadi dia sengaja mematikan panggilan suaminya karena tak ingin terjadi kesalahpahaman lagi. Ais hanya ingin menjelaskan secara langsung apa yang dia lakukan bersama dosennya. Setidaknya jika dijelaskan di rumah, saling tatap berdua akan lebih meminimalisir curiga. Bohong pun percuma sebab suaminya tahu kedua matadan gestur tubuhnya tak bisa diajak berdusta. "Iya, Mas. Aku bertemu Kak Arif. Kamu tahu, kan? Kemarin kamu juga sudah baca chatnya," ucap Ais sambil tersenyum. Gaza sedikit kaget mendengar ucapan istrinya. "Ngintip, ya? Pura-pura tidur," ucap Gaza sembari mengacak pelan pucuk kepala Ais yang tertutup jilbab merah tua. Ais hanya terkikik melihat ekspresi terkejut dari Gaza. "Jadi ngapain kalian di sana? Ngobrolin a

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 21

    |Ais, sepertinya kita harus bertemu. Aku harus ngomong sesuatu sama kamu. Sekalian tanya suatu hal agar tak ada lagi ganjalan dan penasaran| Pesan dari Kak Arif kembali dibaca Ais. Tak hanya sekali dua kali namun berulang kali. Mungkin memang kini saatnya dia bertemu dan bicara soal pernikahannya dengan laki-laki itu agar semua sama-sama bahagia. Tak ada ganjalan berarti nantinya. |Baik, Kak. Kita ketemu di mana? Nanti aku ajak Nur, supaya nggak ada fitnah di antara kita| Akhirnya Ais mengirimkan balasan itu untuk Kak Arif setelah berpikir cukup panjang. Ais berpikir, semoga pertemuan nanti bisa membuat persoalan hati itu selesai dan sama-sama ikhlas untuk menerima semuanya. |Di warung steak dekat candi Prambanan, besok jam empat sore, ya. Aku tunggu di sana| Ais menghela napasnya lalu memejamkan mata perlahan. Terdengar suara Gaza dari lantai bawah, menaiki tangga dengan tergesa. Dia sedikit jongkok saat sampai di depan pintu kamarnya yang terbuka. "Ngapain lari-lari begitu si

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 20

    "Assalamu'alaikum." Terdengar salam dari luar. Entah siapa tamu yang datang sore-sore begini. Ais masih duduk santai di samping jendela sembari membaca buku saat terdengar bel dan salam dari luar."Wa'alaikumsalam," ucap Ais kemudian. Dia segera meletakkan novel kesayangannya ke atas meja lalu melangkah perlahan ke pintu utama. Gaza masih sibuk di kamarnya untuk membersihkan badan karena baru saja pulang dari kantor. "Aissss ... menantu ummi yang cantik!" ucap ummi tiba-tiba saat pintu terbuka. Ais pun membelalak seketika saat melihat ummi dan mamanya tiba-tiba datang ke rumah. Tak memberi kabar terlebih dahulu, berasa benar-benar kejutan spesial. Mama pun memeluk dan mencium keningnya beberapa saat untuk melepas kerinduan."Ayo masuk dulu, Ma, Mi. Mas Gaza ada di atas, baru saja pulang ngantor. Mungkin istirahat atau bersih-bersih," ucap Ais lagi. Ummi dan Mama saling pandang seketika."Gaza di atas, Is? Kamu bilang sama ummi waktu itu katanya enak tidur di bawah? Jadi kalian-- Lagi

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 19

    |Baiklah kalau memang itu maumu. Kita bersaing secara sehat, Rif. Tapi ingat, jika Aisyah lebih memilih aku maka kamu harus mundur. Aku akan memperjuangkan pernikahan ini, dan aku juga akan memperjuangkan cintaku padanya. Aku tak akan membiarkan dia berpaling dariku. Ingat itu!| Gaza kembali mengingat pesan yang dikirimkannya sendiri untuk Arif. Dosen tampan dan pintar di kampus Ais yang kini benar-benar menyatakan perang padanya. Dia yang nyatanya masih begitu mencintai Aisyah, sementara Gaza yakin Ais masih cukup bingung akan cintanya sendiri. Bertahan dengan kebimbangan atau pergi dengan kepincangan. Gaza ke luar kamarnya mendapati Ais yang masih termenung di anak tangga paling bawah. Sudah seminggu belakangan mereka memang kembali tidur di kamar masing-masing, meski baju masih tetap di tempat semula. Nggak berpindah, sebagian baju Aisyah ada di lemari Gaza di kamar atas pun sebaliknya. Sebagian baju Gaza ada di kamar bawah-- kamar milik Aisyah. Aisyah masih memikirkan Andah ya

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 18

    |Kenapa, Mas? Bukan kah kamu sendiri yang sering membuat huru-hara? Kamu ngapain makan berdua dengan perempuan centil itu? Kamu mau membuatku cemburu? Atau kamu memang sengaja memberikan harapan untuk perempuan itu?| 'Gimana, Mas? Bingung sekarang kan? Sepertinya kamu memang sengaja menabuh genderang perang denganku. Jika kamu sengaja membuatku cemburu, terlalu mudah bagiku membuatmu terbakar juga.' Batin Aisyah kesal. Dia terus menggerutu. |Kamu mengancam? Kenapa memutar balikkan pesanku?| Ais tersenyum tipis, sepertinya rencananya berhasil membuat Gaza bertambah kesal. Pesan Andah tadi masih terngiang di benak Ais. Bagaimana mungkin suaminya masih saja berteman dan mempercayai omongan perempuan bermulut ember seperti Andah. Tukang fitnah dan adu domba seperti dia seharusnya tak perlu ditanggapi, tapi nyatanya Gaza masih saja terperdaya. Dia lebih percaya orang lain dibandingkan istrinya sendiri. Benar-benar aneh. Ais kembali mengomel dalam hati. Sementara Gaza masih ter

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 17

    Ais benar-benar terlonjak saat melihat suaminya sudah berdiri di ambang pintu. "Kenapa? Kaget begitu," ucap Gaza santai. Kaki kanannya menghadang ke tengah pintu, membuat Ais tak bisa ke luar dari kamarnya. Hati Ais makin berdebar tak karuan saat Gaza menurunkan kakinya dari bingkai pintu lalu masuk ke kamar Ais. Perlahan dia menutup pintu kamar Ais dan mengajak perempuan cantik itu duduk di atas ranjang. Mereka saling tatap beberapa saat, membuat Ais benar-benar salah tingkah. Sedari tadi dia menunduk malu, apalagi tiap melirik ada mata Gaza yang meliriknya balik. "Jadi gimana, Ais?" tanya Gaza singkat. "Gimana apanya, Mas?" tanya Ais kembali berdebar, sementara Gaza tersenyum tipis menatap istrinya. "Mau tidur di sini atau di kamar atas?" tanyanya singkat sembari mengedarkan pandangan. Aisyah tampak gugup dan salah tingkah. Dia benar-benar dalam keadaan cemas dan gemetaran apalagi saat Gaza menoleh ke arahnya, jarak diantara keduanya hanya sejengkal saja membuat Ais rasanya ta

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 16

    Jam delapan pagi, Gaza dan Aisyah ke luar dari hotel menuju rumah ummi. Meski semalam sudah berbaikan, namun mereka masih saja canggung. Hanya diam di dalam mobil meski sesekali saling senyum dan lirik. Benar-benar mirip ABG yang masih sok jual mahal. Sekitar satu jam dari hotel akhirnya mereka sampai di rumah ummi. Itu pun karena macet. Jika tidak, hanya butuh sekitar tiga puluh menit saja untuk sampai ke rumah ummi. Hati Aisyah cukup berdebar saat mobil Gaza mulai memasuki garasi yang cukup luas. Mobil Azka pun terparkir di sana, mungkin semalam dia dan Rania menginap. "Ayo turun," ucap Gaza setelah mesin mobil terhenti. Aisyah tampak menghembuskan napas panjang lalu menganggukkan kepala. Dia mengambil sebuah kado berisi gamis cantik merk favorit ummi dari jok belakang lalu membuka pintu perlahan. "Ais ...." Panggilan Gaza membuat Ais berhenti membuka pintu. Dia menoleh seketika ke arah suaminya. "Bersikap lebih romantis bisa, kan?" tanya Gaza singkat. Debar di dada Ais mak

DMCA.com Protection Status