Share

Bab 29

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mah, tiup lilin, aku udah nggak sabar," celetuk Arya meminta mamanya untuk segera mengizinkan ia meniup lilin.

"Oh iya, Arya ingin cepat tiup, ya? Ya sudah tiup lilin dulu," ujar Mayang. Setelah kemarin sempat koma karena kondisinya yang menurun, kini ia tampak sudah segar. Kata dokter yang memeriksanya itu dikarenakan kemarin terlalu stress. Terang saja ia stress, beban pikirannya kemarin sungguh membuat Mayang tertekan. Terlebih lagi papa sempat tak mengizinkan aku menemui Mayang.

Setelah melakukan tiup lilin, Mayang pun mengecup kening Arya sembari mengeluarkan butiran air matanya.

"Arya, jadi anak sholeh ya, semoga kamu menjadi lelaki yang menyayangi Mama hingga menikah nanti," pesan Mayang pada bocah yang belum mengerti apa yang ia katakan.

Dari ucapan yang Mayang utarakan tadi pada Arya, aku dapat menyimpulkan kenapa ia tidak membalas kejahatan ibuku? Terjawab sudah dari kata-kata ia barusan. Mayang tidak ingin dirinya juga mengalami

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Hah!!! Bener kan dugaan w untung aj adiknya udah punya calon
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 30

    Flashback malam ketika Mayang tertidur.Aku penasaran dengan kertas yang Reina berikan dari Mbok Ani. Sepertinya ada yang aneh dengan Mayang.Aku buka kertas yang masih terlipat rapi, dan mulai membacanya perlahan.[Mas, aku ingin kamu menikahi Reina setelah aku tidak lagi berumur, semoga kamu mau ya, Mas. Ini demi Arya, aku khawatir jika ia mendapatkan ibu sambung, nasibnya seperti kamu!]Hanya itu isi suratnya. Aku menghela napas dalam-dalam. Mencoba berpikir dengan jernih, bagaimana caranya agar surat ini tidak ia bicarakan lagi.Aku pun segera menghubungi Bu Anika. Meminta saran darinya. Untuk saat ini memang hanya dengannya aku berbagi. Rasanya sudah hilang kepercayaanku ini pada Bu Diah.Aku ke luar dari ruangan, agar Mayang tak mendengar pembicaraanku di telepon."Halo, Bu, maaf ganggu malam-malam gini," bisikku."Nggak kok, Ibu sedang dalam perjalanan jemput ke bandara, adikmu pulang tugas dari luar negeri

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 31

    Ia melangkah perlahan dengan senyum semringah. Semangatnya ketika melangkah terpancar dari raut wajahnya yang keriput.Aku coba melakukan sesuatu, bangkit lalu melangkah pelan dan menarik pergelangan tangan Bu Diah. Kemudian menyeretnya ke luar ruangan."Ardan! Apa-apaan si, Ibu kok ditarik paksa!" sentaknya seraya tak menyukai perlakuanku. Kubekap mulutnya agar tidak berisik di rumah sakit."Maaf, Bu. Aku tak bermaksud seperti itu, ini demi kesehatan Mayang," sahutku pelan."Harus mengorbankan Ibumu yang sudah merawat dan membesarkanmu hingga jadi orang?" cetusnya membuatku geram. Lagi-lagi ia mengungkit apa yang ia korbankan selama ini.Aku dapat memakluminya, karena darah yang mengalir di tubuhku ini bukan darahnya. Jadi di otak dan pikiran Bu Diah tidak ada iba bahkan kasih sayang yang sesungguhnya. Ia hanya memanfaatkan jasa-jasa yang telah ia korbankan selama ini.Kalau bisa dibedakan, inilah perbandingan antara ibu kandung denga

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 32

    "Aku ambil kain basah ya, sepertinya kamu harus ganti baju, mau kan?" tanyaku. Kemudian, Mayang mengangguk dan mau menuruti perintahku.Kuambil kain basah untuk membasuh tubuhnya agar tidak lengket. Meskipun ruangan ber-AC, sudah dua hari ini Mayang belum mengganti bajunya.Kemudian, aku mulai membuka bajunya dan membasuh kulitnya dari leher hingga perutnya. Ada perasaan sedih ketika melihat ada memar di sekitar persendian Mayang. Sering aku browsing di internet, jika gejala kanker sering adanya memar di tubuh.Tubuh yang terlihat hanya tulang itu kubalut baju yang sudah dibawakan Mama Ratna. Kemudian, selepas memakaikan baju, suara ketukan pintu terdengar. Itu pasti petugas pengantar makanan."Masuk!" teriakku kencang, dan makanan pun diletakkan di atas meja."Makasih, Mbak," ucap Mayang pada wanita yang mengantarkan makanan.Aku berikan suapan demi suapan makanan yang telah disediakan. Mayang makan dengan perlahan, napsu makannya pun belum

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 33

    POV MayangAku terbaring lemah di ruang ICU. Kata Mas Ardan hanya beberapa jam saja. Ini disebabkan karena papaku tak jua menerima Mas Ardan. Ia marah semarah-marahnya pada suamiku. Maklum saja jika seorang ayah melindungi anak wanitanya seperti itu.Akan tetapi, aku tidak kuat menahan pilu, hingga ketika Mas Ardan diusir terus menerus, kesehatanku pun melemah dan akhirnya tidak sadarkan diri selama beberapa jam.***Aku tahu pesan yang kutinggalkan pada Mbok Ani, pasti akan menimbulkan keresahan pada Mas Ardan dan juga keluarga. Namun, aku melakukan ini karena sayang pada Arya, anakku satu-satunya.Memang sengaja aku berpesan ketika masih dalam keadaan sehat, tapi memang sudah tahu kondisi tubuh ini suatu saat akan rapuh. Makanya, kusiapkan sepucuk surat untuk Mas Ardan.***"Mbok, titip surat ini, jika aku tak lagi membuka mata," ucapku pelan."Bu, jangan bicara seperti itu, Bu Mayang pasti kuat," sahut Mbok Ani."Mb

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 34

    "Ya sudah, semoga sehat-sehat ibu dan calon bayinya," tutupku.Kemudian, Mas Ardan mengantar mereka hingga ke depan pintu.Aku menghela napas dalam-dalam, dan sibuk mengenang masa-masa itu, ketika mereka menghina proses persalinan yang kutempuh. Melahirkan dengan persalinan apa saja, itu membutuhkan perjuangan. Tidak semua dokter kota meminta pasiennya untuk Caesar, anggapan seperti ini biasanya hanya orang yang berpikiran kolot saja.Kemudian Mas Ardan menghampiriku lagi dan memelukku erat."Sayang, kamu nggak usah mikirin ucapan Sita yang dulu lagi ya, sekarang kan sudah ada aku yang selalu menjagamu, dan menyayangi tanpa memandang kamu ini melahirkan Caesar atau normal," ucap Mas Ardan sembari menyandarkan kepalaku di bahunya.Tidak lama kemudian, ibu pun menghubungiku kembali. Namun, kali ini tidak aku angkat teleponnya. Ngapain angkat, nanti juga ia tahu sendiri, bahwa sebenarnya aku dan Mas Ardan tahu kelicikannya. Pasti nanti Sita ceri

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 35

    Mayang pasti syok lagi ketika mendengar perkataan ibu barusan. Aku bergegas menghampiri Mayang, agar ia tidak terlalu menanggapi ucapan ibu."Mayang, kamu tidak usah dengar ucapan ibu, ya!" seruku. Kemudian, kulihat wajahnya yang sudah meneteskan air mata. Benar dugaanku, ia masih menanggapi ucapannya.Kulangkahkan kaki ini ke arah ibu, tapi tiba-tiba datanglah Bu Anika membuka pintu dengan lebarnya."Sini kamu!" ucapnya sambil menarik pergelangan tangan Bu Diah. Tangannya berusaha menepis genggaman Bu Anika."Apa-apaan si, kamu? Lepas!" teriak Bu Diah. Kemudian, mereka pun ke luar dari ruangan. Aku menyeka air matanya Mayang."Sayang, kamu jangan dengarkan kata-kata Bu Diah, ya! Kamu kan tahu ia begitu karena ingin memilikiku." Isakkan Mayang membuatku memeluknya."Aku pengen pulang, Mas," ucap Mayang sambil menginjakkan kakinya ke lantai. Kutuntun Mayang berjalan, mungkin orang tuanya sedang dalam perjalanan.Aku mencari Bu An

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 36

    Kami semua berhamburan menghampiri suara teriakkan itu. Kemudian, membuka pintu kamar dengan lebar. Ternyata Mayang pingsan lagi, ia jatuh tepat di pangkuan papanya. Orang tua yang sangat menyayanginya lebih dari nyawanya pun histeris."Mayang, sadar, Nak!" teriaknya sambil menepuk pipinya pelan."Pah, Mayang kenapa?" tanyaku dengan suara tersengal-sengal. Ada rasa cemas yang berlebihan di dalam hati ini.Kemudian, kami membantu papa untuk meletakkan Mayang ke atas ranjang dengan membopong tubuhnya yang kurus bertiga.Setelah meletakkan Mayang ke atas ranjang, Aldo yang selalu membawa stetoskop di saku jas-nya pun memeriksakan dengan segera kondisi Mayang saat ini.Bukan hanya aku yang cemas, ada mama yang sudah menangis tersedu-sedu di hadapanku. Bu Anika lah yang berusaha menenangkannya."Pah, Mama kenapa?" Tiba-tiba suara kecil yang cadel itu menghampiri. Mungkin karena cemas juga.Aldo melepaskan stetoskop dari telinga

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 37

    "Mbak Mayang ngomong ngaco terus, aku sesak jadinya. Mah, Pah, aku mohon bawa Mbak Mayang berobat ke luar negeri, ya. Reina nggak mau kehilangan satu kakak lagi," isak Reina. Aku pun bergegas masuk lagi ke dalam. Lalu disusul orang tuanya juga.Kemudian, kami melihat Mayang masih dalam keadaan sadar. Ya Tuhan, aku sudah berpikir macam-macam tadi. Ketakutan kehilangan Mayang membuatku selalu berpikir negatif."Mayang, setelah ini, kamu akan dibawa ke luar negeri, ya!" pinta papa. Mayang pun mengangguk."Kamu bicara apa? Kenapa Reina jadi histeris begitu?" tanya mama."Nggak, Mah. Hanya takut umurku nggak lama lagi, nanti bingung dengan Arya," jawab Mayang.Aku pun menutup bibirnya yang pucat, kemudian mengecup keni

Bab terbaru

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Ekstra Part

    Pov MayangSemua yang terjadi atas izin pemilik Sang Alam, jalan yang dipilih pasti yang terbaik untuk manusia.Proses melahirkan tidaklah ada yang beda, semua ada rasa sakit, maka dari itulah Allah menyebutkan bahwa ibu yang meninggal ketika melahirkan termasuk mati syahid.Keramaian ketika menyambut kedatanganku membuat kami semua berpencar."Mbak, kamu lihat Sita, nggak?" tanya Rayyan menyorot sudut netraku."Nggak, memang nggak bareng kamu?" tanyaku balik."Nggak, Mbak. Aku cari Sita dulu, ya!" Rayyan berlalu pergi dengan melangkah setengah berlari.Rumah ini lumayan besar, jadi kalau terjadi sesuatu, pastinya takkan terjangkau dengan mata. Kecuali, ada yang melihatnya."Aku mau bantu cari Sita dulu, ya!" ucapku pada Rindu, adik kembaranku."Aku ikut, Mbak," sahutnya merangkulku.Kemudian, kami mencari Sita ke sudut taman, tapi tak ketemui juga bobot tubuhn

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 60

    Pov SitaAku tak menyangka semua sudah berakhir. Ibu mertuaku telah mengakui kesalahannya. Sekarang, semua akan baik pada Mbak Mayang. Beruntung sekali wanita itu, ia anak orang kaya dan ternyata Mas Ardan juga orang kaya raya. Tidak seperti aku yang harus menerima kenyataan memiliki suami yang kere.Aku sedang hamil anaknya, dengan usia yang rentan keguguran. Lebih baik memang aku tak usah melahirkan lagi anak dari Mas Rayyan. Percuma, hidupku akan susah terus menerus, karena didampingi oleh laki-laki kere dan mertua yang tidak mampu.Mumpung berada di rumah sakit, lebih baik aku melakukan aborsi saja di sini. Dari pada harus menanggung benih dari laki-laki yang tidak memiliki harta yang melimpah.Percuma rasanya menghasut Bu Diah bertahun-tahun jika akhirnya ia tersadar. Namun, ada sebagian harta Bu Diah yang sudah kuamankan di kampung. Ya, sebagian uang yang disuruh deposit oleh Bu Diah. Kini sudah kubelikan rumah da

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 59

    Pov Bu Anika"Kalau bisa jangan ada pihak kepolisian," sahut Mayang."Itu harus, agar Bu Diah menyesal dan kapok," sambung Aldo."Tapi aku tidak ingin Bu Diah masuk sel," sahut Mayang lagi."Nggak, aku ingin Bu Diah sadar, meskipun kamu sudah disakiti olehnya, tapi berusaha untuk membantunya," usul Aldo."Bagaimana rencananya?" tanyaku."Ini kita butuh bantuan Rayyan, dan temanku yang bertugas di kantor polisi terdekat sini," ungkap Aldo.Kemudian, Aldo meminta ponselku untuk bicara dengan Rayyan."Halo, Rayyan, nanti ketemu di depan rumah sakit, kamu seperti sandiwara kecopetan atau jambret, ya," usul Aldo."Ya, kebetulan saya masih di depan rumah sakit. Saya tahu Ibu dan istri saya telah melakukan hal yang merugikan kalian, makanya saya sebagai anak dan suami, mencoba ingin membuat mereka sadar," ungkap Rayyan."Ya, itu saja dulu, untuk selanjutnya, nanti say

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 58

    Pov Bu Diah"Kalian ini ngomong apa sih? Saya juga sadar kalau sudah tus," sahutku kesal. Wajahku sudah mulai bisa tenang."Kamu kan yang ngerjain keluarga kami? Bu Diah, kamu tak bisa mengelak itu, ngaku saja!" tekan Rindu."Ardan, bantu Ibu yang telah mengasuhmu, bantu Ibu Ardan!" pintaku, tapi ia menepis rengekanku. Tanganku ditepis ketika bergelayut di lengannya."Bu, sudahlah jangan sandiwara, Ibu kan yang meneror keluarga kami?" sentak Ardan. Rupanya mereka mengetahui apa yang kulakukan. Tahu dari mana mereka? Apa jangan-jangan Sita telah mengkhianatiku?Aku menggelengkan kepala, masih mengelak atas apa yang telah kulakukan."Bukan saya," elakku."Ngaku, Bu!" teriak Rindu."Diah, ngaku saja, bukti sudah kami pegang, sebentar lagi, pihak kepolisian akan membawamu ke kantor polisi," ujar Anika membuatku semakin ketakutan. Astaga, mereka benar-benar mengetahui perbuatanku, tapi jika

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 57

    Pov Bu Diah"Sita, Rayyan sudah berangkat?" tanyaku pada Sita, menantu satunya. Kalau Mayang sudah tak anggap aku sebagai mertua, masih ada Sita yang bisa disuruh-suruh."Bu, Ibu udah bisa bicara? Maaf loh, aku pulang ketika Ibu sulit mengontrol mata dan mulut Ibu," ucapnya. Aku sudah melupakan hal itu, karena tahu ia sedang mengandung cucuku."Sudahlah, eh Ibu dapat cek senilai 1 milyar, bisa kamu cairkan," ucapku."1 milyar? Yang bener Bu?" tanya Sita dengan nada terkejut."Iya, kamu nanti ke sini, Ibu kasih kamu 20 juta, tapi harus ikutin apa kata mau Ibu dulu," suruhku. Untukku harus ada timbal balik, kalau aku kasih uang dua puluh juta, maka ia harus mengikuti perintahku lebih dulu."Apa Bu?" tanya Sita."Kamu teror Mayang dan keluarganya, suruh orang aja, pakai cara yang bikin Mayang stress, Ibu nggak rela Mayang sembuh," jelasku."Cara apa ya?" Sita berpikir sejenak.

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 56

    Pov Ardan"Rumah Sakit Mayang Bhakti, mungkinkah ini Bu Diah?" tanyaku heran, tapi dadaku sudah bergemuruh ingin memakinya. Sudah dikasih ati minta jantung. Sudah diberikan kesempatan berkali-kali tapi tidak ada rasa penyesalanya sama sekali."Siapa, Mas? Bu Diah kah maksudnya?" tanya Mayang. Aku menyodorkan ponsel Aldo ke pangkuan Mayang. Rasanya aku sudah malu padanya."Tuh kan, apa kita laporkan ke polisi saja?" tanya Bu Anika."Tidak, Bu. Aku tidak ingin ke jalur hukum, nanti jadi panjang," cegah Mayang. Aku pun tak mampu berkata-kata, hanya kesal dan sesal telah berkali-kali menuruti keinginannya."Mayang, maafkan Bu Diah," ucapku sambil menutup wajah ini dengan kedua tangan. Malu pada Mayang terhadap kelakuan ibu asuhku."Kita kasih peringatan sekali lagi saja, sekalian tanya maksud Bu Diah itu apa?" usul Aldo.Aku yakin, tujuan Bu Diah hanya satu. Mayang stress dan tidak jadi berangkat ke lua

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 55

    Pov Ardan"Ha-halo," ucapku terbata-bata.Kemudian, telepon tersebut dimatikan. Aku menggelengkan kepala, dan meletakkan kembali ponsel istriku."Tidak ada suaranya, entahlah langsung dimatikan," ujarku memberikan informasi pada mereka. Namun, tidak lama setelah aku meletakkan ponsel itu, ponsel Rindu yang berdering. Nomer yang tak dikenali menghubungi Rindu, tapi berbeda dengan nomer yang menghubungi Mayang.Tanpa rasa takut, Rindu mengangkat teleponnya."Halo," ucap Rindu. Tidak lama kemudian, ia menekan tombol speaker agar kami bisa ikut mendengarkannya."Iya, Rindu. Ini Papa," ucapnya. Kami semua bangkit dari duduk ketika orang yang di seberang sana mengaku papa."Papa Sandi atau Papa Tommy?" tanya Rindu. Pertanyaan agak aneh jika Rindu tak mengenali suara mereka berdua. Sepertinya orang yang mengaku-ngaku saja."Rindu, masa kamu nggak kenal suara papamu di telepon?" bisikku pelan.

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 54

    Pov ArdanSemua yang berada di rumah merapatkan dan mendekatiku. Kemudian menyuruh untuk bicara pada Mbok Ani."Coba bicara pada Mbok," suruh Bu Anika."Iya, Bu," sahutku."Rayyan, halo, aku mau bicara pada Mbok Ani, bisa kan?" tanyaku."Sebentar, Mas."Tidak lama kemudian, Mbok Ani bicara padaku."Halo, Pak. Ini Mbok, maaf sebelumnya," ujarnya."Iya Mbok, Arya bagaimana? Lain kali kalau ke mana-mana bilang ya Mbok!" sahutku."Ada, Pak. Katanya Arya kangen dengan Oma-nya. Saya pikir kalau bilang pasti dimarahin," jawab Mbok Ani."Tetap saja tidak bisa seperti itu, untung saja Mbok Ani bekerja dengan saya, kalau dengan orang lain, mungkin sudah dipecat," sahutku."Maaf, Pak.""Jangan diulangi lagi, dan jangan ke mana-mana, saya akan jemput kalian," pesanku.Kemudian telepon pun terputus. Akhirnya aku tutup teleponnya. Ada emosi juga ke

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 53

    Pov ArdanKami semua tercengang dengan pengakuan yang tetangga berikan. Mama dan Papa dimasukkan ke dalam mobil Alphard. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Lalu bagaimana dengan Mbok Ani dan Arya?"Bu, apa anak kecil usia 2 tahun dan pengasuhnya juga masuk ke mobil itu?" tanyaku. Kedua tetangga mertuaku menoleh, mereka beradu pandangan sambil menautkan kedua alisnya."Kayaknya nggak ada anak kecil, kami pikir Bu Ratna dan Pak Sandi dijemput oleh rekannya, karena mobilnya kan mewah," jawabnya."Iya, kalau anak kecil sama pengasuhnya perasaan mah nggak belok sini, coba kalian ke sana!" ucapnya sambil tunjuk ke arah timur."Tadi kami sudah mencarinya ke arah sana, tapi tak melihat mereka. Ya sudah, Bu, terima kasih banyak informasinya," sahutku dan Reina. Kemudian, mereka mengangguk.Kami segera memberikan informasi ini pada Mayang dan Rindu, mereka pasti masih panik di dalam. Meskipun belum menemukan keberadaan or

DMCA.com Protection Status