Share

Khawatir!

Penulis: Cahaya Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

****

Setelah kepergian Nita aku merenung sendiri di dalam kamar. Banyak pertanyaan yang mulai memenuhi benakku, bahkan rasa bersalah pun tiba-tiba menyeruak begitu saja.

Mataku tak kunjung dapat terpejam, permasalahan tadi benar-benar membuang banyak energi yang kupunya. Bahkan sekarang aku merasakan seperti ada sesuatu yang membuat dadaku terasa terhimpit.

Hingga menimbulkan sesak yang kian mendera.

Karena tak kunjung bisa tenang, aku lalu duduk dari posisi berbaring. dan memilih untuk menenangkan pikiran dengan cara mencoba mengerjakan pekerjaan yang masih belum selesai.

"Astaga!" Aku menepuk jidat pelan.

Karena banyaknya permasalahan yang kuhadapi, aku sampai-sampai melupakan bahwa besok ada pertemuan penting di kantor.

Dengan tergesa-gesa aku bergegas menyiapkan berkas-berkas yang akan kubawa besok. Sarah juga, mengapa dia tak mengirimkan pesan untuk mengingatkan aku.

Argh! Benar-benar tak dapat diandalkan, pikirku.

Biasanya jika sedang sibuk bekerja, Nita akan menemaniku, membuatkan secangkir kopi untukku. Dia kadang bercerita tentang hari-harinya di toko kue yang ia punya, bahkan kadang menyanyi-nyanyi tak jelas.

Dan aku hanya mendengarkan sambil berdecak kesal. Entahlah, dulu menurutku itu membosankan. Namun malam ini, aku merasa kesepian tanpa cerita hangat yang biasa disajikannya.

Aku melihat jam di tangan, ternyata sudah hampir jam satu pagi. Tak terasa hampir dua jam aku mengerjakan proposal, akhirnya selesai juga.

Ya, meskipun beberapa kali aku sudah melakukan kesalahan. Namun tak masalah akhirnya juga aku menemukan hasil yang bagiku cukup memuaskan.

Ting!

Tiba-tiba pesan masuk ke ponselku. Dan pengirim pesan itu adalah Papa. Pikiran negatif mulai memenuhi pikiranku, apa jangan-jangan Nita mengadu pada Papa, pikirku yang mulai khawatir.

[Bagaimana perusahaan yang Papa tinggalkan, baik-baik saja, 'kan?] Aku membaca pesan itu berulang kali, setelahnya mengembuskan napas lega. Kupikir aku akan dimarahi, ternyata Papa hanya ingin tau bagaimana perkembangan perusahaan.

[Baik-baik saja, Pa,] balasku.

Tak lama, balasan langsung keterima.

[Kalo menantu Mama bagaimana, dia baik-baik saja, 'kan?] tulis Mama, rupanya mereka berdua memakai ponsel yang sama.

[Nita juga baik-baik saja, Ma,] balasku dengan jawaban yang berbohong.

[Mama mau vc dong, kangen sama menantu Mama yang unyu itu. Nggak sabar banget nunggu cucu Mama lahir,] balas Mama lagi yang membuatku terdiam, Cucu, itu artinya anakku.

Rasa bersalah kembali menghampiriku.

[Nita sudah tidur, Ma, lagipula di sini sudah jam 1 pagi. Mana ada yang bangun jam segini, wilayah kita itu berbeda, Ma,] balasku mencoba mengalihkan pembicaraan. Agar Mama tak bertanya-tanya lagi. Tak ingin larut dalam berbalas pesan, aku segera mematikan ponsel.

Lalu ke luar kamar, membawa kunci cadangan kamar tamu.

"Nita?" panggilku padanya. Namun tak ada sahutan dari dalam kamar.

Aku memegang engsel pintu, lalu dengan ragu ingin membukanya

"Apa-apaan ini untuk apa aku peduli pada gadis gendut itu. Mending sekarang aku tidur, karena besok harus datang lebih awal ke kantor," gumamku pada diri sendiri.

Aku lalu berbalik dan ingin menjauh dari kamar yang ditempati Nita. Namun lagi-lagi hatiku berkata, aku harus melihatnya.

Dengan meyakinkan diri dan menepiskan rasa ragu. Aku tetap memilih kata hati untuk melihat bagaimana keadaan Nita sekarang.

Ceklek!

Pintu terbuka. Aku menatap sekeliling masih sangat terang.

Kuedarkan pandangan, dan tak sengaja pandanganku langsung tertuju pada Nita yang tertidur di atas sajadah.

Jujur, dari dalam hati nurani. Aku tak tega melihat wajahnya dengan mata yang sembab dan bibir pucat.

Aku berinisiatif untuk mengangkatnya ke atas ranjang.

Aku melepaskan mukenanya. Nita mengerjapkan mata. Lalu pandangan mata kami beradu.

Mata coklat ini sangat indah, batinku tiba-tiba berucap.

Sempat beberapa menit kami saling bersitatap, tiba-tiba Nita mendorongku dengan sangat keras.

"Argh!" teriakku saat aku terjatuh dari atas ranjang dengan pinggul yang terasa sakit.

Nita hanya memandangi tanpa berniat membantu.

"Apa yang kau butuhkan?" tanyanya dingin dengan wajah datar.

Dia ... bukan Nita yang kukenal. Aku merasakan perubahan padanya.

"Aku ... aku--" Tenggorokanku rasanya tercekat. Alasan yang kucoba rangkai di pikiran, tak juga membuahkan hasil.

"Kenapa aku tiba-tiba jadi begini," gumamku pelan.

"Jika tidak ada, silakan pergi ke kamar Anda, Tuan." Nita lalu menatapku dan pintu secara bergantian.

"Kau siapa menyuruhku, ini rumahku. Jadi aku berhak tidur di mana pun," ucapku padanya. Aku berdiri lalu berniat naik ke atas ranjangnya.

"Baiklah, aku saja yang akan ke luar dari kamar ini," ucapnya yang membuat langkahku terhenti.

"Tak perlu, tidurlah, kau harus menjaga kesehatan dan juga anak yang berada dalam perutku. Lagipula ini juga sudah hampir pagi. Aku akan kembali ke kamarku."

"Tak perlu mengkhawatirkan aku dan juga anakku," jawabnya.

"Bukan aku, tapi ini perintah Papa dan juga Mama," ujarku lalu menatap mata dan perutnya secara bergantian.

Setelahnya aku beranjak, dan mulai ke luar dari kamar.

Nita hanya diam, kulihat matanya sangat bengkak, pipinya memerah. Sepertinya dia lama menangis.

Cantik, ucapku di dalam hati. Namun setelah tersadar, aku buru-buru langsung menggeleng-gelengkan kepala.

Apa yang kau pikirkan, Damar, batinku berkata.

Aku bergegas ke luar kamar Nita dan menuju ke kamarku.

***

Pagi hari.

Aku benar-benar kelimpungan. Pakaian kantorku yang biasanya sudah disiapkan tak ada di sini. Bahkan sekarang aku harus mencarinya sendiri.

Nita benar-benar membuatku rusuh. Hanya karena aku memarahinya tadi malam, ia lupa akan kewajibannya sebagai istri.

"Nita!" teriakku padanya.

Beberapa menit, Nita tak kunjung datang ke kamarku.

Aku terpaksa ke luar hanya menggunakan boxer dan juga kaus putih.

Aku mencari keberadaan Nita, ternyata dia sedang menata makanan di meja bersama Mpok Wati.

"Nita, di mana baju kerjaku yang berwarna biru?" tanyaku padanya.

Nita menatapku dari atas hingga bawah. Ia lalu mendekat. Kukira menghampiriku, tapi ternyata malah melewatiku begitu saja.

Aku mengikuti Nita dari belakang.

Ia lalu membuka lemari bajuku, mengambil baju, celana, dan jas. Selanjutnya Nita juga menyiapkan kaus kaki dan sepatu.

Aku memperhatikan apa yang dilakukan Nita. Dia benar-benar telaten mengurus perlengkapan pakaian kerjaku.

Tadi saat aku membuka lemari, aku tak menemukan apa yang kucari. Namun mengapa setelah Nita yang mencarinya, tak menunggu waktu lama langsung ketemu.

Pasti Nita mempunyai ilmu untuk menyembunyikan apa yang kuperlukan, batinku

.

"Nita, tolong masukkan berkas yang di atas meja itu ke dalam tas kantorku, ya." Aku meminta tolong pada ia yang melangkah ke luar kamar.

Awalnya Nita berhenti, tapi selanjutnya ia malah berlalu begitu saja.

Aku merasa seperti meminta tolong pada patung. Tak ingin menunggu lama, aku bergegas pergi ke kamar mandi. Setelahnya langsung berpakaian, dan bergegas memasukkan berkas yang akan kubawa untuk meeting.

Jam di lenganku sudah menunjukkan pukul enam kurang 3 menit.

Aku melangkahkan kaki menuju meja makan.

Di sana Nita sedang menikmati roti dan juga segelas susu.

Hanya keheningan yang memenuhi ruangan di sini. Nita fokus dengan makanannya, sedangkan aku sesekali melirik ke arahnya.

"Nita, untuk perlakuanku tadi malam. Tolong jangan diambil hati, aku--" Belum selesai aku berbicara, Nita langsung memotong pembicaraanku begitu saja. Benar-benar tak sopan.

"Tak masalah, aku sudah terbiasa dengan hal itu." Nita menjawabnya dengan nada tegas dan dingin. Ia membersihkan sisa makanan di mulutnya, lalu meninggalkanku sendiri di sini yang termenung.

"Tuan, ini bekal yang sudah disiapkan, Nyonya." Tiba-tiba Mpok Wati datang dengan membawakan kotak nasi.

Aku menatapnya sebentar, lalu mengambil kotak di tangannya. Bahkan di saat marah pun dia masih sempat menyiapkan makanan untukku. Ya, walaupun bukan dia yang langsung memberikannya padaku dan melalui perantara orang lain. Namun, seperti ini saja membuatku sedikit senang, itu artinya masih ada sisa perhatiannya untukku, bahkan bisa dibilang dia juga masih menyimpan rasa cinta yang begitu besar padaku. Tak ingin berlarut-larut dengan perasaanku yang aneh ini, aku langsung memutuskan untuk bergegas berangkat bekerja agar nantinya tak terlambat.

Namun lagi, kali ini kepergianku ke kantor sangat terasa hampa, tak ada lagi Nita yang mengantarkan kepergianku dengan senyum yang merekah. Tak ada lagi ocehan-ocehan cerewetnya yang mengiringi keberangkatanku. Ah, entah mengapa aku merindukan itu.

Apa-apaan ini, kenapa pikiranku malah selalu terfokus pada Nita. Aneh, jangan sampai karena kejadian tadi malam aku mulai jatuh cinta padanya.

Argh! Tak dapat kubayangkan bagaimana seorang Danar Bagaskoro bisa luluh pada wanita yang levelnya jauh lebih rendah daripada dirinya.

Sudahlah, untuk apa juga aku memikirkan wanita itu yang ada dia hanya akan membuatku semakin stres saja.

"Tuan," panggil Pak Sopir. Aku yang sedang melamun langsung terkejut mendengarnya memanggil

"Ya," jawabku.

"Ayo berangkat sekarang, Tuan," ujarnya. Aku lalu menganggukkan kepala. Pandanganku tak sengaja melihat ke kamar yang ditempati Nita, ternyata dia sedang berdiri di sana dengan raut wajah datar.

Aku menatapnya dari kejauhan, bahkan untuk melambaikan tangan saja ia tak melakukan itu. Hanya tatapan sendu yang diperlihatkannya setelahnya, tapi tetap saja senyuman tak menghiasi bibirnya.

secepat itukah Nita berubah, padahal rasanya tadi malam aku mencoba untuk berbuat lebih lembut padanya. Namun, sepertinya tetap saja ia mempertahankan egonya.

Tak ingin berlama-lama, aku segera masuk ke mobil dan menunggu tiba ke perusahaan milikku dengan pikiran kacau yang kubawa.

Nita, Nita, mengapa sekarang hanya dirimu yang memenuhi pikiranku, keluhku membatin.

-

-

Next?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Eka Hasriana
hehehe... diamnya wanita
goodnovel comment avatar
Kuswati Budi
ya gitu nita biarkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Terlalu Baperan

    ****"Selamat pagi, Sayang." Baru saja sampai ke ruangan. Sarah sudah menyambutku dengan senyuman yang membuatku melototkan mata. Bagaimana tidak, bibirnya sangat menor dengan warna lipstik yang terlalu mencolok. Aku menggaruk tengkuk yang tak gatal.Bukannya tertarik, diri ini malah merasa geli melihat lipstik di bibirnya yang semakin hari semakin tebal. Seperti ingin pergi ke suatu tempat saja dia ini. Padahal jelas-jelas di sini tidak diperbolehkan memakai make up yang terlalu berlebihan."Kenapa wajahmu begitu pucat?" tanyanya padaku. Tangannya bergerak ingin menyentuh wajahku. Namun bubur-buru kulangkahkan kaki menjauh darinya."Aku baik-baik saja. Apa kau sudah menyiapkan segala keperluan untuk kita meeting nanti siang?" tanyaku tanpa meliriknya. Aku tak ingin tertawa saat melihat wajahnya itu."Tentu saja sudah. Oh, ya, kapan kau akan meninggalkannya?" Sarah tiba-tiba bertanya seperti itu padaku.Aku menatapnya dari atas hingga bawah."Meninggalkan siapa maksudmu?" Aku menatap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Ego yang Menguasai

    "Jika kamu masih ingin bekerja di sini, bersikaplah sewajarnya layaknya atasan dan juga bawahan. Jangan bermimpi terlalu tinggi berharap padaku," kataku dengan senyum sinis.Isak tangis Sarah perlahan menghilang, ia lalu melangkah menjauh dan duduk di kursinya. Kami berdua mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ini tak bisa dibiarkan, aku secepatnya akan menghentikan Sarah bekerja di tempatku. Hanya tinggal dua bulan lagi, kontrak kerja dengannya berakhir."Siapkan perlengkapan untuk meeting nanti, jangan sampai ada yang kurang!" perintahku pada Sarah. Dia diam tak menyahut ucapanku."Kau dengar Sarah!" tegasku padanya."Baik, Pak," jawab Sarah pelan.Tangannya lalu mulai sibuk menyiapkan berkas-berkas, lalu setelahnya aku juga bersiap untuk bergegas ke ruangan yang telah disediakan untuk pertemuan..****Sepanjang meeting tadi pikiranku tak karuan. Aku bahkan sempat ditegur Sarah. Entahlah, kata yang terucap dari mulutku tak sinkron dengan apa yang sedang tergambar di pikiran

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Keceplosan

    "**Hari ini pekerjaanku sangat banyak, sehingga agak sedikit malam untuk pulang ke rumah. Itu pun kutambah kecepatan mobil agar segera sampai di rumah.Sesampainya di rumah segera kutekan bel rumah. Kebetulan tadi pagi aku tak ingat untuk membawa kunci cadangan. Kulihat jam di lenganku, sudah menunjuk pukul 10 malam, kuharap masih ada yang bangun di dalam.Klek!Pintu dibukakan, tapi bukan Nita yang membukanya melainkan Mpok Wati. "Nita di mana, Mpok?" tanyaku padanya, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.Mpok Wati menghampiriku setelah mengunci pintu kembali."Sudah tidur, Tuan," jawab Mpok Wati."Tidur," ujarku mengulang perkataan Mpok Wati Aku melirik sekali lagi jam yang berada di tangan di tangan, masih menunjukkan pukul sepuluh malam. Pantas saja Nita sudah tidur, tapi biasanya ketika aku lembur hingga larut malam pun ia akan tetap menungguku di sofa ruang tamu."Tumben dia tidur lebih dulu, Mpok?" tanyaku pada Mpok Wati dengan rasa penasaran dan sepi. Rasanya agak lain saat N

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Perihal Bubur

    "Tolong buatkan Nita Teh hangat, ya. Perut Nita sakit," ucapnya.Entah dapat keberanian darimana. Aku mendekati Nita, lalu menempelkan punggung tanganku ke dahinya.Panas. Itu yang kurasakan."Apa kita ke rumah sakit saja, Nit?" tanyaku padanya.Nita hanya diam tak menjawab pertanyaanku."Mpok tadi sore sudah belikan obat kan untuk Nita?" tanya Nita tak menghiraukan pertanyaanku. Ia bahkan menjauhkan tanganku dari dahinya."Sudah, Non ... eh maksud saya Nyonya," jawab Mpok Wati terdengar gugup.Ia datang sambil meletakkan dua cangkir teh hangat. Satu untuk Nita dan satu lagi untukku."Ayo kita ke rumah sakit sekarang!" Aku menarik lengannya. Namun dihempaskan Nita dengan kasar.Nita meminum Teh hangat yang sudah dibuatkan Mpok Wati. Bahkan menoleh pun tidak padaku. Saat sakit pun dia masih saja berkelakuan aneh-aneh.Cewek emang gini kali ya, suka sekali cari masalah. Dicuekin marah, diperhatiin pun juga marah. Dasar aneh!Mpok Wati menatapku dengan pandangan sendu."Nyonya mau makan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Ke mana Nita?

    Tidurku sangat nyenyak tadi malam. Sampai-sampai tak terdengar suara apapun. Aku bangun dengan agak tergesa.Kuperhatikan sekelilingku, mencari sosok yang tak kulihat dari tadi "Ke mana Nita," gumamku. Karena tak melihat keberadaannya di sini. Aku bergegas ke luar kamar dan mencari keberadaan Nita.Sepi, rumah ini seperti tak ada yang mendiami, karena masing-masing sibuk dengan kerjaannya."Mpok!""Mpok!!" panggilku untuk ke dua kalinya.Namun tak juga kudapatkan jawaban dari Mpok Wati."Mpok Wati ke mana, ya?" tanyaku pada diri sendiri."Nita!" teriakku.Sama, Nita juga tak menyahut ketika aku memanggil namanya.Tak ingin terlalu pusing memikirkannya, aku memilih untuk pergi ke kamar mandi, bergegas untuk berangkat bekerja.Saat memasuki kamar, kakiku terhenti ketika melihat pakaian yang sudah disiapkan Nita di atas tempat tidur."Ah, akhirnya dia menyiapkan pakaian juga untukku. Kupikir dia tetap mempertahankan sikap egoisnya itu. Untung saja," ujarku sambil menghela napas pelan.A

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Kalang Kabut

    "Nyonya pergi?" tanya Mpok Wati balik dengan raut wajah yang terlibat linglung."Tuan apakan Nyonya tadi malam, kenapa Nyonya pergi, Tuan!" teriak Mpok Wati padaku.Aku terkejut mendengar penuturannya.Mpok Wati terlihat menangis, ia menyeka air mata yang membasahi pipi keriputnya."Kau apakan lagi Nyonya, Tuan. Belum cukup kau lukai mentalnya, belum cukup kau menyakiti hatinya! Nyonya lagi hamil, Tuan!" bentak Mpok Wati padaku.Aku semakin kalang kabut, tak tau harus berbuat apa.Baru kali ini aku melihat Mpok Wati semarah ini padaku.Memang kuakui, Mpok Wati sangat menyayangi Nita, bahkan Nita juga sudah menganggap Mpok Wati sebagai ibunya di sini."Kau apakan dia, Tuan?" tanya Mpok Wati dengan suara melemah. Ia memegang lenganku, aku hanya bisa terdiam melihatnya yang menangis."Mpok, saya tidak melakukan apapun padanya. Saya tidak menyakitinya tadi malam," bantahku atas tuduhan Mpok Wati."Lalu kenapa Nyonya pergi begitu saja. Tidak mungkin dia pergi tanpa alasan!" bentak Mpok Wat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Damar dan Aruo

    ***Aku pergi ke kantor dengan perasaan yang tak dapat digambarkan."Pak!" Aku tersentak saat Sarah memanggil namaku."Ada apa?" tanyaku padanya."Katanya kau tidak hadir hari ini," ujarnya."Mau aku hadir atau tidak itu bukan urusanmu. Sekarang yang penting, kau kerjakan saja pekerjaan milikmu secepatnya!" tegasku."Baiklah, Pak. E+em kita ada pertemuan lagi hari ini," jawab Sarah pelan."Batalkan saja!" ucapku dingin."T-tapi, Pak!" Aku langsung menatapnya tajam sebelum saran berbicara terlalu panjang."Kamu tidak dengar apa yang saya perintahkan, hah!" bentakku padanya."B-baik, Pak. Akan saya lakukan," ujar Sarah lagi.Kegiatanku hanya melamun, melamun dan melamun.Tok! Tok! Tok!Pintu diketuk dari luar."Apalagi sih, Sarah! Sudah saya bilang kan tadi!!" bentakku.Pintu ruangan lalu terbuka dan menampilkan Aryo di sana dengan wajah menyebalkannya."Marah lu sama gue? Kayak anak kecil aje," ledeknya sambil berjalan mendekatiku.Aku lalu memgembuskan napas kasar, kupikir tadi adala

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Ada Apa dengan Sarah?

    "Astaga!! Kalian ngapain!" Sarah tiba-tiba muncul dari balik pintu dan berteriak dengan keras.Brugh!Aryo mendorongko hingga tubuhku mengenai dinding ruangan."Gue kayak gini bukan karena nggak care sama lo! Justru gue kayak gini biar rumah tangga lu baik-baik aja. Lu nggak tau kan, gimana jadi anak broken home. Hidup tanpa seorang Ayah! Dan gue nggak mau itu terjadi pada anak lu! Ngerti lu!" Jari telunjuk Aryo mengarah ke arahku.Dia merapikan bajunya yang sempat berantakan.Aku hanya terdiam sambil membersihkan darah yang mengalir dari sudut bibirku."Lu nggak tau rasanya kehilangan orang yang disayang! Nita itu anak yatim, dia cuma punya lu buat ngelindungin dia! Lu sendiri yang cerita ke gue kalo Ibu Nita udah berumur dan Nita nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini! Harusnya lu sebagai suami bisa membimbing dia, memberikan perlindungan terbaik buat dia! Lu nggak bakal ngerti rasanya jadi Nita dan gue, Mar, karena hidup lu penuh dengan kebahagiaan!" Aryo menepuk dadanya. Aku me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Ending

    "Pi, maafkan Mami. Beri Mami kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya,"nujar Clara sesaat setelah menemui John."Aku sudah sering memberimu kesempatan, tapi lagi-lagi kau sia-siakan. Rasanya kita memang tak cocok lagi untuk saling bersama Clara, karena bagaimana pun aku berjuang untuk mempertahankan rumah tangga kita. Pemenangnya tetap orang lama yang kamu suka." John tak melirik Clara sama sekali, dia masih fokus pada lembaran kertas di tangannya."Laura juga sudah besar, tak ada salahnya jika kita memilih jalan hidup masing-masing mulai saat ini. Aku tahu, mempertahankanmu akan membuatmu lebih menderita lagi begitu pun denganku juga. Laura pasti mengerti mengapa Papi dan maminya bercerai. Laura sudah bukan anak kecil lagi."Tanpa mereka sadari, Laura sedari tadi menguping pembicaraan mereka. Laura menahan isak tangisnya yang hampir terdengar. Laura memutuskan untuk segera pergi dari kegiatan mengupingnya. Dia masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri di atas ranjang."In

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Fakta Menyakitkan!

    "Sayang, kamu menciumiku di depannya," ucap Nita pada Damar yang menatapnya dengan tak berkedip."Memangnya kenapa? Lagipula, bukankah kita sudah sah sebagai suami-istri, itu salah dia sendiri karena sudah terlalu jauh berperilaku padaku," ujar Damar sambil menggandeng pinggang Nita dengan lembut."Tapi aku malu," ujar Nita dengan wajah yang memerah."Sini di mananya yang membuat malu, biar aku tambahin," kata Damar yang membuat Nita membulatkan matanya sempurna."Mas Damar," rengeknya dengan manja. Damar lalu tertawa melihat tingkah istrinya yang seperti anak-anak.***Di rumah Laura mengamuk tak karuan setelah dirinya dipukul sang papi."Mau atau tidak! Besok kita harus kembali ke Australia, Papi sudah membeli tiket untuk kita berangkat, bereskan semua pakaianmu sekarang juga!""Papi!" teriak Laura tak terima dengan perlakuan John."Jangan jadi seperti mamimu, Laura. Dulu sebelum kamu sebesar seperti sekarang, mamimu juga berusaha menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Aida, Mama D

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Membuat Panas Penggoda!

    "Mami, harusnya menjadi cinta pertamaku sebagai laki-laki. Tapi semuanya pupus begitu saja, saat Mami tak pernah menganggap kehadiranku di antara Mami dan Papi.""Mami sibuk, semuanya Mami lakukan untuk masa depanmu. Kamu tau bukan?" ucap sang Mami merasa tak terima karena daritadi Aryo yang terus memojokkannya."Untuk apa, Mi. untuk apa semua itu, harta dunia, yang Mami kejar selama ini hanya akan sia-sia bila tak ada kasih sayang di dalamnya. Mami tau tidak, aku bagai anak yang terbuang, setiap malam memikirkan apakah aku dibutuhkan atau tidak.""Aku bertanya pada diri sendiri, untuk apa dilahirkan ke dunia jika kehadiranku tak berarti apa-apa. Kalian sibuk mengejar dunia yang sementara, kalian hanya memandang uang tanpa dapat berpikir bahwa suatu saat akan ada pertanggungjawaban kalian sebagai orang tua." "Uang tak akan pernah bisa membelikan kebahagian, bahkan kenangan masa kecil bersama kalian pun tak pernah terlintas di pikiran."Ucapan Aryo bagaikan pisau yang menusuk hati ora

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Keputusan Orangtuanya yang Menyakitkan

    "Putri ada apa, kenapa menangis?" tanya Wati teman kontrakan dia. Setelah pergi, Putri memilih untuk datang ke alamat kontrakan lamanya sebelum bertemu dengan Aryo.ia menangis tersedu-sedu di hadapan Wati, susah payah di dalam mobil dia menahan tangisnya. Akhirnya terlupakan juga sekarang."Aku benar-benar bersalah. Salah telah memilih dia sebagai suamiku, harusnya dari awal aku tak menerima lamarannya. Harusnya dari awal aku tak usah kenal dengan Aryo. Jika kenyataannya kami tak mungkin bisa bersama. Harusnya aku sadar diri tidak berpunya bersanding dengan lelaki kaya."Hei! Kamu ini kenapa? Siang-siang datang ke rumahku dan menangis seperti ini. Kenapa membawa tentang kekayaan, siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Wati yang masih tak mengerti dengan permasalahan yang dihadapi temannya."Mereka menghinaku. Mereka menjelek-jelekkan orang tuaku. Apakah salahku karena mencintai Aryo, Wati? Apa aku salah berharap bahagia dengan lelaki seperti Aryo?""Mereka siapa?" tanya Wati memegang pi

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   POV Nita (Ke mana perginya?)

    "Mama, ada apa? Kenapa Mama terlihat begitu marah pada Laura," tanyaku saat melihat Mama yang masih diliputi emosi, bahkan napasnya pun tak beraturan."Memang kurang ajar dia itu. Dia yang meninggalkan Damar, dia juga yang merasa paling tersakiti. Mama benar-benar khilaf pernah merestui hubungan dia dan juga Damar dulu.""Untung saja Damar segera dijodohkan denganmu, jadi Damar tidak perlu mempunyai istri seperti Laura yang sama sekali tidak bisa menghargai orangtua."Aku melihat Mama berbicara dengan berapi-api. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga membuat Mama menjadi semarah ini. Apakah Laura telah melakukan sesuatu yang tak dapat diterima akal logika?Entahlah, saat ini hanya Mama yang tau dan dapat merasakannya."Kamu tenang saja, Nita. Jangan terlalu memikirkan hal tadi, maafkan Mama sudah menambah beban pikiranmu. Padahal kamu baru saja kehilangan ibunda satu-satunya yang kau punya. Sekali lagi Mama meminta maaf sudah membuat keributan sepagi ini," ujar Mama tulus terlihat

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Amarah Aida!

    "Halo Tante, bagaimana kabarnya?" tanya Laura yang langsung duduk mendekati Nita dan juga Aida."Baik." Aida hanya menjawab singkat, ia tak ingin berpura-pura baik lagi pada Laura. Karena itu hanya akan menyakiti hati menantunya kembali."Oh ya, turut berduka cita ya, Nita. Aku dengan ibumu sudah mati, jadi--""Maaf, meninggal yang benar. Mati itu istilah yang digunakan untuk hewan." Nita langsung memotong ucapan Laura. Laura memanyunkan bibirnya, kesal mendengar jawaban Nita."Ya, apapun itulah intinya aku ikut berduka cita atas kepergian ibumu," ujar Laura lagi. "Terima kasih," jawab Nita singkat."Mama ...," panggil Arkanza. Laura yang melihat itu berniat mengambil Arkanza. Namun tak jadi, karena Nita langsung sigap menghampiri anaknya."Kamu sudah besar ya, Sayang. Tante senang bisa melihatmu," ujar Laura sambil tersenyum manis. Namun senyuman itu bagaikan bisa dari ular, mematikan."Oh ya, Tante. Papi dan Mami sudah datang ke Indonesia, jadi kapan Tante akan mampir ke rumahku?"

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Kerapuhan Putri!

    Putri menepis tangan Aryo dan mengusap air matanya kasar. Ia berlalu pergi dari hadapan tiga orang itu dan masuk ke kamar untuk membereskan pakaiannya."Mi, Pi? Ada apa ini, kenapa istriku menangis?" tanya Aryo yang tak paham dengan keadaan saat ini."Kami hanya ingin yang terbaik untukmu," ujar Resa cuek."Maksud kalian bagaimana?" tanya Aryo masih tak paham."Aku hanya meminta dia meninggalkanmu dan akan memberikan imbalan padanya jika menuruti keinginan kami sebagai orangtuamu, tapi sepertinya perempuan itu terlalu angkuh, padahal dia hanyalah seseorang yang berada di kalangan bawah.""Entah apa yang diajarkan orangtuanya dulu, sehingga putri mereka besar menjadi seorang penggoda, apalagi untuk menggoda laki-laki kaya dan--""STOP!" bentak Aryo pada maminya. Resa yang mendengar bentakan sang anak langsung membulatkan matanya dengan sempurna."Aryo!" bentak sang Ayah tak terima dengan perlakuan putranya pada sang istri."Aku tak pernah menyangka kedatangan kalian ke sini hanya untuk

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Ada Luka dalam Rumah Tangga Mereka!

    Putri bangun dengan badan yang terasa sedikit pegal. Putri melirik jam di dinding, ternyata jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.Ia sudah tak bekerja lagi, dia memilih untuk resign dari pekerjaannya. Namun, walau begitu Aryo tak pernah memaksa Putri untuk berhenti bekerja.Toh, seandainya Putri tak bekerja Aryo masih bisa memberikan apapun yang Putri inginkan. Putri lalu memilih untuk pergi ke kamar mandi sambil membersihkan diri. Baru kali ini dia bangun kesiangan, hingga melewatkan salat subuh. Biasanya Putri selalu terbangun pagi, mungkin karena kelelahan ia jadi kebablasan untuk tidur.Setelah selesai mandi, Putri lalu memakai pakaian dan bergegas untuk pergi ke dapur menyiapkan makan pagi.Saat baru saja melangkahkan kaki ke dapur, tiba-tiba Resa, mertuanya berbicara dengan kalimat yang menyakitkan."Bagus! Enak ya, tidur sampai siang. Suami kerja nggak dibikinkan sarapan. Memang sih ya, paling enak jadi benalu. Apalagi dari keluarga yang kurang berada, lalu menikah dengan

  • ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!   Tak Tahu Malu!

    *Nita terbangun sambil membuka matanya yang terasa berat akibat menangis semalaman."Mas,", panggil Nita saat melihat sang suami sudah tak berada di kamar. Ia lalu mengambil posisi duduk dan memegang kepalanya yang terasa sakit."Mas Damar," panggilnya sekali lagi. Namun masih tak kunjung ada sahutan, Nita lalu terdiam."Mungkin Mas Damar sudah berangkat bekerja,* gumam Nita, lalu turun dari tempat tidurnya. Ia segera mandi dan bergegas untuk ke kamar sang putra."Mama," panggil Nita saat melihat Aidansedang bercanda dengan Arkanza di ruang keluarga."Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Aida yang melihat sang menantu sudah ke luar dari kamar. Nita terlihat lebih segar dari kemarin."Ma, maaf ya, Nita kesiangan," ucap Nita pada Aida."Tidak apa-apa, Sayang. Mama mengerti dengan keadaanmu. Kamu harus bisa menerimanya dengan lapang dada, ya. Sejatinya manusia memang akan berpulang pada sang pencipta." Aida tersenyum sambil menatap Nita yang berjalan mendekati mereka berdua."Iya, Ma. Nita

DMCA.com Protection Status