Share

KITA PERLU BICARA

“Enzo, Boy. Kamu di mana Nak?” Teriakan Vin melengking di mansion Ian yang luas. Gerakan grasak grusuk, segera menarik perhatian pria itu. Dia berjalan menuju satu ruang yang dia tahu adalah sebuah area latihan menembak. Di mana, suara ribut tadi berasal dari sana. Pintu dibuka. Kegelapan menyambut netra biru Vin. Pria itu mengerutkan dahi. Padahal dia dengan jelas mendengar kehebohan dari dalam sini.

Sepeninggal Vin, dua orang langsung membebaskan diri dari sisi lemari. Helaan nafas lega terdengar. “Gak lagi-lagi deh Boy. Sudah ya latihannya.” Si bocil merengut, sang mentor angkat tangan, takut ketahuan si papa.

“Ya udah deh,” sahut Enzo. Xuan menarik nafasnya, double lega.

“Ya udah deh, Enzo latihan sendiri,” batin si bocil. Setidaknya basic menembak sudah dia kuasai. Dia tinggal mengembangkan teknik dan kemampuannya. Juga skill dalam mengunci sasaran. Tubuh Enzo yang tumbuh tinggi di usia enam tahun, cukup untuk mengintai papan target. Tapi dia perlu keahlian lain jika ingin set
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status