Seila kini tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Juan yang hanya tinggal satu bulan lagi. Wanita itu sangat antusias bahkan menolak istirahat karena tidak ingin hari pernikahannya tidak sempurna. Mulai dari undangan, catering, dekorasi dan juga baju pengantin dialah yang mengurusnya. Juan terlalu sibuk hingga memmasrahkan semuanya pada tunangannya. "Juan tidak menemani kamu?" tanya Devano saat melihat adiknya sibuk sendirian. "Kemarin dia ke sini dan katanya dia lagi ada kerjaan di luar kota. Tapi aku selalu video call dengannya terlebih dahulu sebelum aku memutuskan sesuatu," jawab Seila tanpa merasa curiga. "Dia akan keluar kota? Berapa lama?" tanya Devano yang merasa sedikit was-was. Entahlah, dia seolah merasa Juan sedikit menghindar beberapa waktu ini. Seila mengedikkan bahunya, dia tidak terlalu banyak bertanya karena dia sendiri pun sibuk dengan persiapan pesta pernikahannya. Hari telah be
Suara teriakan terdengar riuh saat Seila jatuh pingsan begitu juga Mama Mya yang syok karena turut melihat video tersebut ikut pingsan. Malu dan marah membuat Devano tak sanggup berpikir, hingga dia bingung harus mengangkat siapa dulu."Dev, kita harus segera bawa Mama Mya dan juga Seila ke rumah sakit," ucapan Ruben, sepupu Devano, membuat lelaki itu tersadar dari lamunannyaAkhirnya, Devano mengangkat sang ibu sementara Seila diangkat oleh kerabat mereka yang hadir di acara pernikahan. Sementara Ruben yang membawa mobilnya.Suasana sangat panik, para tamu undangan, keluarga, serta kerabat tidak menyangka kalau acara yang diadakan begitu mewah dan mahal ini harus berakhir tragis seperti ini.Padahal sebelumnya hubungan Seila dan Juan terlihat baik-baik saja bahkan dua hari sebelum acara pernikahan ini Juan sempat ke rumah Seila untuk membantu mendekor kamar pengantin mereka.Lelaki iru bahkan tak mengizinkan Seila mengangkat atau memindahkan barang sedikitpun. Semua orang tidak ada y
"Kamu mau ke mana, Devano?" Devano tak menjawab dan terus berjalan dengan emosi yang sudah hampir meletus di ubun-ubunnya. Dia akan menemui Juan dan menghajarnya habis-habisan. *** Tidak perlu waktu lama bagi Devano yang sedang emosi untuk sampai di hotel tempat Juan dan Dania mengadakan resepsi pernikahan karena dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bahkan saat di jalan tadi, suara klakson saling bersahutan memberi peringatan kepada Devano yang ugal-ugalan di jalan. Saat sampai di hotel, emosi Devano semakin membuncah tatkala melihat Juan dan Dania sedang saling suap, pengantin baru itu sedang makan siang bersama. Tanpa permisi dan pikir panjang, Devano langsung menendang meja yang berada di hadapan Juan dan Dania hingga terjungkal lalu memukul wajah Juan dengan keras. Belum puas, Devano yang seperti kesetanan kembali menghajar wajah Juan dengan membabi buta tanpa memberikan kesempatan kepada suami dari Dania itu untuk membalas. Padahal, Juan memang sengaja tidak
"Kenapa kamu bilang aku murahan?" amuk Keysa saat lelaki itu menghinanya."Heh! Kalau bukan murahan apa namanya? Pelacur? Aku masih ingat dengan jelas kalau saat kita melakukannya kamu sudah tidak perawan. Jadi jangan salahkan aku kalau aku menyebutmu demikian!" hina Devano."Cuih, aku tidak peduli dengan ocehanmu! Aku kesini ingin meminta cerai darimu!"Mendengar ucapan istrinya, Devano pun melunak. Dia tidak ingin lagi kehilangan. "Tega kamu ingin menceraikan aku di saat terpuruk seperti ini? Aku butuh dukungan kamu, Kezia, bukan kata perpisahan!" Namun, Kezia yang hatinya sudah bulat sama sekali tidak menghiraukan perkataan Devano meskipun nada bicaranya sangat memilukan. Dia tetap pada pendiriannya untuk berpisah dengan Devano, selain kecewa sebab ternyata dia istri kedua, Kezia juga tidak mau mengurus Devano yang malah terkena masalah."Keputusanku sudah bulat, Devano. Aku tidak mau menjadi istri seorang pengacau sepertimu. Kamu tuh penipu, dan sekarang malah membuat onar sampai
"Siapa laki-laki yang menghamili Seila?"Ribuan tanya berputar dalam pikiran Devano mengenai kehamilan sang adik yang terasa janggal ini. Kalau perawat rumah sakit jiwa yang melakukannya, rasanya tidak mungkin sebab Dania belum lama dirawat di sana.Jadi, satu-satunya tersangka dalam masalah ini adalah Juan karena Juan adalah satu-satunya lelaki yang dekat bahkan hampir menikah dengan Seila sehingga tidak ada lagi yang bisa Devano curigai selain Juan. Dengan emosi yang sudah sampai ke ubun-ubun, Devano memutuskan untuk menemui Juan lagi.Dengan langkah seribu, Devano berjalan tergesa ke mobilnya yang terparkir di halaman rumahnya dan segera melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi. Saat sampai, Devano segera turun dan berteriak memanggil-manggil nama Juan."Juan!! Keluar kamu! Jangan jadi pengecut dengan hanya berdiam diri di rumah!""Hey, apa-apaan kamu ini, hah? Mau masuk penjara lagi karena membuat onar dan kekacauan di rumah orang lain?!!" bentak security yang menjaga rumah Jua
"Tidak ... ini tidak mungkin! Juan tidak mungkin seperti itu!" teriak Dania."Tapi itulah kenyataannya. Suamimu yang brengsek ini sudah menghamili adikku," sarkas Devano sambil mencengkeram kerah Juan.Lelaki itu pun menyentakkan tubuhnya hingga terlepas dari cengkeraman Devano. Dia lalu berlutut di hadapan sang istri."Sayang, kamu jangan percaya ucapannya. Itu semua tidak benar. Bukan aku yang menghamili Seila sayang! Percayalah," mohon Juan.Dania mengingat saat dia datang ke rumah Devano kala itu. Di depan orang banyak saja, Juan dan Seila berani berciuman dengan begitu panasnya. Apalagi saat tidak ada orang. Tentunya hubungan mesra lebih dari itu.Melihat Dania yang hanya diam, membuat Devano kembali mengomporinya. "Kamu harus menikahi Seila, Juan. Dia hamil anakmu. Kasihanilah dia, karena ini semua adalah ulahmu, kamu mesti bertanggung jawab!" tekan Devano. Dania menatap suaminya dengan tatapan penuh kekecewaan. Dia tak m
"Ya Tuhan, semoga apa yang aku lakukan ini benar." Dengan hati yang gugup, Dania berjalan melewati koridor di mana terdapat banyak orang-orang yang hilang arah dan kewarasan dalam hidupnya. Beberapa kali wanita itu dikagetkan oleh pasien rumah sakit jiwa yang sengaja mengagetkannya dengan suara keras. "Astaghfirullah hal adzim." Dania mengucapkannya sambil mengusap dada. Setelah menenangkan hatinya, Dania pun kembali berjalan dengan penuh tekad menuju ruangan yang sudah perawat tunjukkan. Hingga saat dia sampai di ruang tujuan, hatinya sedikit lega saat tak melihat Seila di dalam. Jujur, dia takut, bayangan Seila memukulinya, terus menari-nari di kepalanya. Setelah menguatkan mental dan hatinya, Dania akhirnya keluar dari ruangan itu. Dia mencari-cari ke sana ke mari dan akhirnya mendapati Seila sedang duduk berjemur di bawah sinar matahari dengan keadaan kusut dan wajah yang sama sekali tidak menampilkan ceria. Kata perawat, setiap hari, mereka memandikan dan membersihkann
"Kak Dania, apa hanya itu yang ingin kamu katakan? Duduklah kembali! Aku merindukanmu!"Dania pun membalikkan badannya. "Jadi, kamu mengenaliku?" tanyanya.Hubungan Dania dan Seila dulu sangat baik. Mereka bahkan sering pergi bersama saat wanita itu masih menjadi kakak iparnya.Seila tersenyum simpul, pandangannya lalu beralih pada tanaman bunga yang berada di hadapannya. Seila memainkan daunnya, setelah itu memetik bunga berwarna merah yang sedang mekar dengan indahnya.Dania urung melakukannya, wanita itu pun duduk di tempat yang sama dengan adik iparnya. Dia menunggu Seila mengatakan sesuatu lagi sambil terus memperhatikan Seila yang kini sibuk dengan bunga yang ada di tangannya."Aku tahu, kamu melakukannya karena kakakku telah menorehkan luka yang begitu dalam di hatimu." Seila melepas kelopak-kelopak bunga itu satu per satu seakan-akan sedang menyiratkan sebuah makna. "Pergilah, bahagialah bersama Juan. Aku ikhlas. Disini, tidak aka