"Ya Tuhan, beri aku kekuatan," ucap Sila sambil mengusap perutnya yang masih datar.Bisa saja dia meminta cerai. Namun, bagaimana denagn bayi yang dikandungnya. Selama hidup, dia akan dicap sebagai anak haram karena tidak memiliki ayah. Tidak, dia tak ingin anaknya mengalami hal yang sama seperti yang dia alami.Sejak duduk di bangku TK hingga SMA, cap sebagai anak haram melekat dalam dirinya. Hinaan, cacian bahkan sepanjang hidupnya tidak ada yang mau berteman dengannya.Baru saat dia beranjak dewasa, ibunya menemukan jodoh yang tepat. Sayangnya, umur mereka tidaklah panjang.Esoknya, seperti biasa, Sila menyiapkan sarapan untuk mertua dan suaminya. Untungnya, Richard tidak pernah protes, meskipun, dia juga tidak pernah memuji masakannya.Richard sudah keluar dari kamarnya. Lelaki itu terlihat tampan dengan balutan jas warna biru. Tiba-tiba, Bibi datang mengatakan kalau ada tamu di depan yang mencari Tuan."Siapa BI?" tanya Richard. "A-nu Tuan, katanya, dia putra Tuan," jawab Bibi sa
Pikiran Sila berkecamuk. Sungguh, dia bingung dengan semua keadaan ini. Melihat istri Richard yang sepertinya cemburu, Doni pun angkat bicara. "Mbak gak usah bingung sama sikap suami kamu sama istri saya. Dulu, dia itu bucin akut setelah istri saya melahirkan Devano. Namun sayang, istri saya sudah tak mau lagi rujuk dengannya.."Sila hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia malu karena suami dari Mya telah memergokinya.Setelah puas makan, Doni mengajak istrinya pulang. Dia tidak ingin Richard berlama-lama memandang wajah cantik istrinya."Kalau begitu, kami permsi! Terima kasih atas jamuan sarapannya. Untuk Devano, jika bocah itu ingin tinggal disni boleh saja," ucapnya.Mya pun berterima kasih pada Richard karena telah memperbolekannya sarapan disini. Selepas kepergian Doni dan istrinya, ekspresi wajah Richard kembali datar. Rupanya, dia hanya berpura-pura saja menjadi keluarga yang harmonis saat ini."Aku tidur di kamar Devano. Jangan manja! Dan ingat, perlakukan Devano se
"Astaghfirullah Mama!"Sila langsung memanggil suaminya saat tak menemukan getaran ditangan sang mertua. Richard pun segera memanggil dokter langganan keluarganya yang biasa memeriksa sang mama.Tak sampai 15 menit, dokter itu telah tiba. Wanita paruh baya itu pun langsung ke kamar dan memeriksa Mama Richard. Wanita itu menggelengkan kepalanya. Richard langsung tergugu di samping sang mama. Dia tidak menyangka kalau ibunya harus pergi secepat itu. "Maafkan Richard Ma! Richard belum bisa bahagiakan Mama," tangisnya.Lelaki itu berulangkali mencium tangan sang mama. Sila terus mengusap lembut bahu sang suami yang sedang berduka. Dia tahu bagaimana rasanya kehilangan. Dan dia mengerti bagaimana perasaan Richard saat ini.Bendera kuning telah terpasang di depan rumah Richard. Banyak klien dan karyawan Richard yang melayat kesana. Mya dan Doni pun sudah ada disana. Rupanya, Tuhan menyuruh dia untuk pulang karena mantan mertuanya akan berpulang.Setelah disholatkan, jenazah Mama Richard pun
"Nyonya," panggil Bibi saat melihat majikannya keluar membawa koper besar.Sila menoleh. "Ya, Bi?" tanya Sila."Nyonya mau kemana? Kenapa membawa koper besar? Sudah izin dengan Tuan belum? Kalau belum Nyonya tida boleh keluar," cecar Bibi yang tak ingin disalahkan oleh majikannya."Sila mau pulang kampung Bi. Sila ingin melahirkan di kampung saja. Sila sudah bilang sama Tuan kok," ucap wanita hamil itu."Tunggu sebentar, biar saya telepon Tuan dulu," ucap Bibi.Sila pun menaruh kopernya kemudian duduk di kursi teras. Bibi pun mencoba menghubungi sang majikan. Namun sayang, hingga dering ke sepuluh, panggilannya tak jua terjawab."Kok tidak diangkat ya Nyonya," ucap Bibi."Tuan sedang di luar kota Bi, mungkin sedang meeting. Tadi Sila udah kirim pesan kok sama Tuan. Lihat!" Sila pun menunjukkan gawainya pada ART super kepo itu."Ya sudah, Nyonya hati-hati! Jangan lupa hubungi Bibi kalau Nyonya akan melahirkan," ucapnya.Sila hanya mengangguk mengiyakan. Wanita itu pun pergi dengan meng
"Di sini kamu rupanya bersembunyi?" DegSuara itu, mengingatkan Sila pada mantan suaminya yang telah dia tinggalkan. Wanita berperut buncit itu tidak berani berbalik. Takut kalau memang itu suaminya dan mengajaknya pulang kembali. Dia hanya mampu duduk termangu di sofa VIP tempat para pengusha kaya menghabiskan waktu bersama dengan wanita malam."Jadi, dia tamu istimewanya?" batin SIla.FlashbackSaat dia baru tiba tadi, bartender mengatakan kalau dia ditunggu oleh tamu istimewa yang sudah menunggunya sejak tadi. Pekerjaan SIla memang hanya menemani tamu minum saja, tidak sampai ke ranjang, karena hampir se,mua tamu telah diberi tahu kalau Sila adalah adik dari pemilik klub malam. Jadi mereka tidak berani macam-macam dengan Sila.Dan saat Sila masuk ke ruangan VIP, tak ada siapapun di sana. Wanita itu pun duduk di sofa sambil menunggu tamunya.Flashback offTerdengar suara gerakan dari sofa di sampingnya menunjukkan bahwa yang duduk di sebelahnya. SIla tetap pada posisi semula. Sedik
"Siapa dia? Suami baru kamu, atau kekasih barumu?" tanya Richard yang mulai dikuasai oleh rasa cemburu."Abang, itu ya Abang gue. Dia adalah kakak kandungku. Aku baru tahu saat aku menolongnya waktu itu," cerita Sila."Maksudnya gimana?" tanya Richard tidak mengerti.Mengalirlah cerita dari mulut SIla kalau saat dia kabur kemarin ada seorang lelaki yang tengah terkapar tak berdaya akibat terluka tusukan oleh orang. Dia pun meminta bantuan orang untuk membawanya ke dokter. Di sana, lelaki itu kehabisan darah dan membutuhkan transfusi, kebetulan, golongan darah mereka sama. JAdi, dialah yang mendonorkan darahnya.Entah bagaimana caranya, setelah lelaki itu sadar dan sehat kembali, dia tiba-tiba membawa hasil test dna yang menyatakan bahwa mereka adalah saudara kandung. Hingga akhirnya, Sila pun tinggal bersamanya."Ck, kenapa kamu ikutan bekerja di kelab malam? Apalagi, kamu sampai harus ikut melayani tamu-tamu yang sedang minum disana," protes Richard yang tak terima dengan pekerjaan S
"Syarat apa Bang?" tanya Richard.Lelaki bernama Nico itu pun berdiri di hadapan adik aprnya. "Kamu harus mengalihkan sebagian hartamu atas nama Sila, supaya jika kamu meninggalkannya, adikku tidak akan kesusahan menghidupi anakmu. Dan satu lagi, jangan pernah sakiti adikku kalau kamu tidak ingin aku potong burungmu," ancam Nico dengan seriusnya.Richard terdiam memberikan sebagian hartanya sama saja dengan memberikan harta gono gini pada Sila. Wanita itu bisa saja seenaknya meninggalkan dia jika memiliki harta yang banyak.Namun, jika tidak dituruti, dia tidak akan membawa istrinya pulang. Dan itu tidak aman untuk jatah malamnya."Baiklah, nanti setelah aku kembali ke kantor, aku akan menyuruh pengacaraku melakukannya," ucap Richard.Namun, sepertinya, ucapannya tidak berlaku bagi Nico. Dia seolah tahu kalau Richard akan ingkar janji jika keluar dari tempatnya."Kamu boleh bawa adikku setelah membawa surat itu kemari," tegas Nico."Bang, Richard janji akan bawa surat itu segera. Tapi
"Abaang," jerit Sila sambil memegang dinding.Dia takut tidak kuat berdiri karena sakit di perutnya. Mendengar teriakan sang adik, Nico segera berlari menuju kamar Sila. Dia pun segera menggendong tubuh Sila kemudian dia bawa masuk ke dalam mobil.Lelaki itu pun melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Jangan sampai adiknya melahirkan di jalan.Tak dia pedulikan teriakan pengendara lain yang menyebutnya pengemudi ugal-ugalan. Yang terpenting baginya, bagaimana caranya dia cepat sampai di rumah sakit.Begitu sampai di UGD, lelaki itu berteriak memanggil dokter dan perawat untuk menolong adiknya. Perawat pun membawa Sila ke dalam ruangan bersalin. Sebenarnya, dia ingin masuk ke dalam. Namun, dia trauma kalau melihat orang melahirkan. Bisa-bisa, dia pingsan nanti di dalam.Lelaki itu mondar-mandir di depan ruang bersalin. Dia berharap, adik dan juga keponakannya selamat. Baru beberapa bulan dia bertemu adik kandungnya. Dan dia tidak ingin mereka terpisah kembali.Tak lama, tangisan bay