"Siapa dia? Suami baru kamu, atau kekasih barumu?" tanya Richard yang mulai dikuasai oleh rasa cemburu."Abang, itu ya Abang gue. Dia adalah kakak kandungku. Aku baru tahu saat aku menolongnya waktu itu," cerita Sila."Maksudnya gimana?" tanya Richard tidak mengerti.Mengalirlah cerita dari mulut SIla kalau saat dia kabur kemarin ada seorang lelaki yang tengah terkapar tak berdaya akibat terluka tusukan oleh orang. Dia pun meminta bantuan orang untuk membawanya ke dokter. Di sana, lelaki itu kehabisan darah dan membutuhkan transfusi, kebetulan, golongan darah mereka sama. JAdi, dialah yang mendonorkan darahnya.Entah bagaimana caranya, setelah lelaki itu sadar dan sehat kembali, dia tiba-tiba membawa hasil test dna yang menyatakan bahwa mereka adalah saudara kandung. Hingga akhirnya, Sila pun tinggal bersamanya."Ck, kenapa kamu ikutan bekerja di kelab malam? Apalagi, kamu sampai harus ikut melayani tamu-tamu yang sedang minum disana," protes Richard yang tak terima dengan pekerjaan S
"Syarat apa Bang?" tanya Richard.Lelaki bernama Nico itu pun berdiri di hadapan adik aprnya. "Kamu harus mengalihkan sebagian hartamu atas nama Sila, supaya jika kamu meninggalkannya, adikku tidak akan kesusahan menghidupi anakmu. Dan satu lagi, jangan pernah sakiti adikku kalau kamu tidak ingin aku potong burungmu," ancam Nico dengan seriusnya.Richard terdiam memberikan sebagian hartanya sama saja dengan memberikan harta gono gini pada Sila. Wanita itu bisa saja seenaknya meninggalkan dia jika memiliki harta yang banyak.Namun, jika tidak dituruti, dia tidak akan membawa istrinya pulang. Dan itu tidak aman untuk jatah malamnya."Baiklah, nanti setelah aku kembali ke kantor, aku akan menyuruh pengacaraku melakukannya," ucap Richard.Namun, sepertinya, ucapannya tidak berlaku bagi Nico. Dia seolah tahu kalau Richard akan ingkar janji jika keluar dari tempatnya."Kamu boleh bawa adikku setelah membawa surat itu kemari," tegas Nico."Bang, Richard janji akan bawa surat itu segera. Tapi
"Abaang," jerit Sila sambil memegang dinding.Dia takut tidak kuat berdiri karena sakit di perutnya. Mendengar teriakan sang adik, Nico segera berlari menuju kamar Sila. Dia pun segera menggendong tubuh Sila kemudian dia bawa masuk ke dalam mobil.Lelaki itu pun melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Jangan sampai adiknya melahirkan di jalan.Tak dia pedulikan teriakan pengendara lain yang menyebutnya pengemudi ugal-ugalan. Yang terpenting baginya, bagaimana caranya dia cepat sampai di rumah sakit.Begitu sampai di UGD, lelaki itu berteriak memanggil dokter dan perawat untuk menolong adiknya. Perawat pun membawa Sila ke dalam ruangan bersalin. Sebenarnya, dia ingin masuk ke dalam. Namun, dia trauma kalau melihat orang melahirkan. Bisa-bisa, dia pingsan nanti di dalam.Lelaki itu mondar-mandir di depan ruang bersalin. Dia berharap, adik dan juga keponakannya selamat. Baru beberapa bulan dia bertemu adik kandungnya. Dan dia tidak ingin mereka terpisah kembali.Tak lama, tangisan bay
Dua puluh tahun kemudianSeorang gadis tengah berlari karena terlambat datang ke rumah sakit. Hari ini, adalah hari pertamanya menjadi dokter koas di sebuah rumah sakit di negara J.Gadis itu bernama Kezia, gadis cantik yang pandai hingga sering mendapatkan perhatian dari salah satu perawat dan dokter laki-laki di rumah sakit itu.Namun, itu tidak berlaku untuk Devano. Lelaki tampan itu menatap Kezia dengan tatapan sinis. Lelaki itu mengira, Kezia memanfaatkan kecantikannya untuk merayu dosen di kampusnya hingga dia bisa magang di rumah sakit ini.Karena rumah sakit tempat Devano bekerja merupakan rumah sakit mewah dan berkelas. Jarang ada anak koas yang magang disini kalau bukan anak salah satu dokter disini, atau anak pejabat. Sementara Kezia, dia hanyalah gadis biasa. Jadi, kalau bukan dengan tubuhnya, bagaimana dia bisa masuk ke rumah sakit ini tanpa ada koneksi orang dalam.Kebetulan, Devano yang menjadi mentor gadis itu. Dia akan memanfaatkan hal ini untuk mengerjai dokter canti
"Happy Birthday To You," teriakan SIla dan juga Takeshi membahana di seluruh kamar Kezia.Meski hanya ayah sambung, Takeshi sangat menyayangi Kezia. Karena dia divonis oleh dokter tidak akan bisa memiliki anak. Maka dari itu, dia memutuskan untuk menikahi Sila. Toh, dia tidak akan kesepian karena memiliki SIla dan dalam hidupnya.Gadis yang baru saja berusia 20 tahun itu mengucek kedua matanya. Senyum terbit di bibirnya saat melihat kedua orang tuanya membawa kue ulang tahun ke kamarnya."Mom, Dad, aku ini sudah besar. Tidak pantas diperlakukan seperti ini," ucapnya kesal. Meski begitu, gadis itu berhambur memeluk kedua orang tuanya yang selalu menyayangi dan mencintai dia."Terima kasih Mom, Dad," ucapnya.Kezia pun meniup lilin ulang tahun yang dibawa oleh papanya. Gadis itu memejamkan mata sejenak. Dia berharap, di ulang tahunnya yang ke 20 ini. Dia mendapatkan lelaki yang mencintainya dengan tulus. Esoknya, Kezia pun berangkat menuju ke rumah sakit tempat dia magang. Dia juga me
"Kenapa nasibku sejelek ini?" gumam Kezia.Keesokannya, Kezia meminta Sila mengajarinya memasak. Acara masak-memasak pun selesai. Kezia memasukkan makanan itu ke dalam kotak makanan kemudian membawanya ke rumah sakit.Senyum tak pernah lepas dari bibir Kezia. Wanita itu sudah membayangkan kalau dokter mentornya itu akan memuji masakannya."Dia pasti menyukainya," gumamnya.Sesampainya di rumah sakit, Kezia yang melihat Devano baru saja datang langsung memanggilnya. "Dokter Devano."Lelaki tampan itu pun menoleh. Dia menatap sinis Kezia yang berlari kecil sambil menenteng sebuah kotak makanan berwarna pink."Ini sarapan untuk Dokter. Saya sendiri yang membuatnya," ucap Kezia dengan senyuman manis.Devano pun mengambil kotak makanan itu kemudian membukanya. Bukannya memakan atau mencicipi makanan itu, Devano malah membuang semua makanan itu ke dalam sampah.Mata Kexia membulat sempurna melihat apa yang dilakukan ooleh Devano baru saja. "Dok, kenapa makanannya dibuang, kan sayang?" prot
"Ya Tuhan, apa yang kalian lakukan?" teriak Kezia membuat dua orang itu pun menoleh ke arah pintu."Siapa dia sayang?" tanya wanita yang berada di bawah kungkungan Devano."Ck, pembantu baru! Kita pindah saja ke kamar," ucap Devano.Lelaki itu pun menggendong wanita itu tanpa melepaskan tautan mereka. Kezia hanya bisa-bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan dokter seniornya.Wanita itu pun mulai menyapu dan mengepel lantai apartemen itu. Saat dia merogoh bawah kursi dengan sapu, gadis itu mendadak menutup mulutnya karena mual dengan bau yang ditimbulkan oleh benda yang dia temukan."Ya Tuhan, Devano memang gila!" kesalnya.Gadis itu kemudian mengambil maskernya kemudian memakainya supaya kalau dia menemukan benda itu lagi, dia tidak terlalu mual.Setelah selesai membersihkan ruangan depan, kini giliran wanita itu membuatkan lelaki brengsek itu sarapan. Gadis itu bergidik ngeri saat suara dua orang yang tengah berbagi peluh itu terdengar hingga ke dapur.Kezia yang memang pernah men
"Kita ke rumah sakit sekarang! Bawa saja makanan yang sudah kamu masak tadi. Kita makan dijalan!" titah Devano.Kezia pun memasukkan semua makanan tadi ke dalam kotak makan lalu membawanya. Saat sudah berada di depan mobil, Devano sudah membukakan pintu untuk Kezia. Gadis itu pun langsung masuk dan duduk di samping Devano."Suapi aku makan!" titah Devano.Kezia pun membuka kotak makannya kemudian menyuapkan makanan itu ke dalam mulut Devano."Kamu makan juga!" titahnya.Kezia terdiam. "Apa dokter tidak masalah makan satu sendok denganku?" tanya Kezia."Kenapa memangnya? Kita bahlan sudah bertukar saliva tadi," ucapan Devano membuat wajah Kezia bersemu merah.Gadis itu pun memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya. Mereka saling suap hingga makanan itu habis tak tersisa. Devano senang sekali, dia berasa seperti memiliki istri yang selalu menyiapkan semua kebutuhannya.'Istri' adalah kata yang tabu bagi Devano. Laki-laki itu malas sekali dengan yang namanya ikatan. Dia masih senang berke