"Happy Birthday To You," teriakan SIla dan juga Takeshi membahana di seluruh kamar Kezia.Meski hanya ayah sambung, Takeshi sangat menyayangi Kezia. Karena dia divonis oleh dokter tidak akan bisa memiliki anak. Maka dari itu, dia memutuskan untuk menikahi Sila. Toh, dia tidak akan kesepian karena memiliki SIla dan dalam hidupnya.Gadis yang baru saja berusia 20 tahun itu mengucek kedua matanya. Senyum terbit di bibirnya saat melihat kedua orang tuanya membawa kue ulang tahun ke kamarnya."Mom, Dad, aku ini sudah besar. Tidak pantas diperlakukan seperti ini," ucapnya kesal. Meski begitu, gadis itu berhambur memeluk kedua orang tuanya yang selalu menyayangi dan mencintai dia."Terima kasih Mom, Dad," ucapnya.Kezia pun meniup lilin ulang tahun yang dibawa oleh papanya. Gadis itu memejamkan mata sejenak. Dia berharap, di ulang tahunnya yang ke 20 ini. Dia mendapatkan lelaki yang mencintainya dengan tulus. Esoknya, Kezia pun berangkat menuju ke rumah sakit tempat dia magang. Dia juga me
"Kenapa nasibku sejelek ini?" gumam Kezia.Keesokannya, Kezia meminta Sila mengajarinya memasak. Acara masak-memasak pun selesai. Kezia memasukkan makanan itu ke dalam kotak makanan kemudian membawanya ke rumah sakit.Senyum tak pernah lepas dari bibir Kezia. Wanita itu sudah membayangkan kalau dokter mentornya itu akan memuji masakannya."Dia pasti menyukainya," gumamnya.Sesampainya di rumah sakit, Kezia yang melihat Devano baru saja datang langsung memanggilnya. "Dokter Devano."Lelaki tampan itu pun menoleh. Dia menatap sinis Kezia yang berlari kecil sambil menenteng sebuah kotak makanan berwarna pink."Ini sarapan untuk Dokter. Saya sendiri yang membuatnya," ucap Kezia dengan senyuman manis.Devano pun mengambil kotak makanan itu kemudian membukanya. Bukannya memakan atau mencicipi makanan itu, Devano malah membuang semua makanan itu ke dalam sampah.Mata Kexia membulat sempurna melihat apa yang dilakukan ooleh Devano baru saja. "Dok, kenapa makanannya dibuang, kan sayang?" prot
"Ya Tuhan, apa yang kalian lakukan?" teriak Kezia membuat dua orang itu pun menoleh ke arah pintu."Siapa dia sayang?" tanya wanita yang berada di bawah kungkungan Devano."Ck, pembantu baru! Kita pindah saja ke kamar," ucap Devano.Lelaki itu pun menggendong wanita itu tanpa melepaskan tautan mereka. Kezia hanya bisa-bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan dokter seniornya.Wanita itu pun mulai menyapu dan mengepel lantai apartemen itu. Saat dia merogoh bawah kursi dengan sapu, gadis itu mendadak menutup mulutnya karena mual dengan bau yang ditimbulkan oleh benda yang dia temukan."Ya Tuhan, Devano memang gila!" kesalnya.Gadis itu kemudian mengambil maskernya kemudian memakainya supaya kalau dia menemukan benda itu lagi, dia tidak terlalu mual.Setelah selesai membersihkan ruangan depan, kini giliran wanita itu membuatkan lelaki brengsek itu sarapan. Gadis itu bergidik ngeri saat suara dua orang yang tengah berbagi peluh itu terdengar hingga ke dapur.Kezia yang memang pernah men
"Kita ke rumah sakit sekarang! Bawa saja makanan yang sudah kamu masak tadi. Kita makan dijalan!" titah Devano.Kezia pun memasukkan semua makanan tadi ke dalam kotak makan lalu membawanya. Saat sudah berada di depan mobil, Devano sudah membukakan pintu untuk Kezia. Gadis itu pun langsung masuk dan duduk di samping Devano."Suapi aku makan!" titah Devano.Kezia pun membuka kotak makannya kemudian menyuapkan makanan itu ke dalam mulut Devano."Kamu makan juga!" titahnya.Kezia terdiam. "Apa dokter tidak masalah makan satu sendok denganku?" tanya Kezia."Kenapa memangnya? Kita bahlan sudah bertukar saliva tadi," ucapan Devano membuat wajah Kezia bersemu merah.Gadis itu pun memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya. Mereka saling suap hingga makanan itu habis tak tersisa. Devano senang sekali, dia berasa seperti memiliki istri yang selalu menyiapkan semua kebutuhannya.'Istri' adalah kata yang tabu bagi Devano. Laki-laki itu malas sekali dengan yang namanya ikatan. Dia masih senang berke
"Papa!" Kezia segera merapikan pakaiannya dan turun dari pangkuan Devano.Wanita itu pun segera keluar dari mobil seniornya. Kezia langsung mencium tangan sang ayah kemudian berlalu masuk ke dalam. Dia takut kalau sang ayah bertanya ini dan itu.Karena sang mama sudahmeneleponnya, devano pun langsung melajukan mobilnya tanpa berpamitan dengan ayah Kezia. Lelaki paruh baya itu sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah lelaki yang mengantarkan putrinya tadi."Kezia!!" teriak sang Ayah saat lelaki itu baru saja masuk ke dalam.Gadis itu pun ketakutan, karena dia pikir, sang ayah mengetahui apa yang telah dia lakukan tadi bersama Devano."Keziaa! Turuun!" Sila pun keluar dari kamarnya karena mendengar suara sang suami yang menggelegar. "Ada apa sayang? Kenapa teriak-teriak?" tanyanya."Tanya pada putrimu? Apa yang dia lakukan dengan kekasihnya di dalam mobil tadi?" sentak Takeshi.Takeshi dulu adalah seorang player. Dia sangat tahu apa yang dilakukan oleh pasangan kekasih yang tak kunj
"Kezia, kemari!" titah Takeshi saat mereka akan sarapan pagi.Kezia yang memang tak ingin dimarahi langsung menurut dan duduk di hadapan sang Papa."Mulai saat ini, kamu tidak oerlu lagi magang di rumah sakit itu! Papa sudah meminta dosen kamu memindahlkan magang kamu di rumah sakit lain! Sekarang kamu berkemas! Papa dan Mama akan mengantarkan kamu ke tempat magang kamu yang baru," perintah Takeshi yang tidak mungkin dibantah.Gadis itu pun mauk ke dalam kamar dan mulai mengemasi semua barangnya. Meski sedih harus berpisah dengan devano, tapi, Kezia sadar, kalau Devano, tidak pernah menyukainya. Lelaki itu hanya menginginkan tidur bersama dia. Mungkin, setelah dia berhasil mendapatkan keperawanannya, lelaki itu akan meninggalkannya. Sama seperti yang terjadi pada teman-temannya.Setelah semua siap, Takeshi dan juga Sila pun pergi bersama Kezia. Gadis itu sedikit bingung saat mereka tiba di bandara."Loh, Ma, Pa, kok kita ke bandara?" tanya nya."Iya, mulai saat ini kamu akan tinggal d
"Apa memang, ayah Kezia sehebat itu?" batin Devano.Lelaki itu pun menyuruh salah satu sahabatnya untuk menyelidiki asal usul Kezia. Sayangnya, semua usahanya buntu. Bahkan dia tak bisa menembus silsilah keluarga Kezia.Devano seakan buntu mencari tahu jati diri Kezia. "Sial! Sepertinya, orang tua Kezia bukanlah orang sembarangan. Pantas saja papanya langsung marah hanya karena aku mencium putrinya," gumam Devano.Hampir satu minggu dia dan temannya mencari tahu tentang Kezia. Namun tak ada satu pun informasi yang bisa dia dapatkan. Hingga akhirnya lelaki itu menyerah dan menerima perjodohan dari sang mama.Padahal, andai dia bisa menemukan Kezia, dia ingin mengenalkan wanita itu pada sang mama supaya mamanya berhenti menjodohkan dia dengan anak sahabatnya.Hari ini, Devano akan bertunangan dengan wanita pilihan sang mama. Wanita sederhana yang menjadi seorang guru TK. Entah apa kelebihan gadis itu hingga membuat sang mama ingin seklai menajdikan dia menantu.Padahal, kalu dilihat dari
"Kamu! Ngapain kamu datang kemari?" tanya Dania pada lelaki yang tengah tersenyum menyengir disana.Lelaki itu adalah Juan, sahabatku. Dia tahu kalau aku dan Devano menikah tanpa cinta karena aku selalu bercerita apapun pada dia."Hei, malah nyelonong! Pulang sono! Ngapain Loe kesini?" ulang Dania dengan tangan melipat di dada.Bukannya menjawab, lelaki itu malah menerobos masuk ke dalam rumah. Entah apa yang dia cari, tapi matanya menelisik seluruh ruangan yang ada di apartemen ini."Gue cuma mau mastiin, kalau Loe nggak disuruh tidur di aofa sama laki Loe. Untung kamarnya 2, paling tidak, Loe tidak kesakitan karena tidur di sofa. Oke, gua balik," ucapnya lalu pergi meninggalkan apartemen ini.Rasanya, Dania speechless melihat kelakuan Juan yang begitu memperhatikannya. Berbanding terbalik dengan lelaki yang saat ini sudah resmi menjadi suamiku.Setelah kepergian Juan, Dania pun berniat mengambil air untuk dia bawa ke kamar. Jaga-jaga jika malam nanti dia haus.Saat tubuh Dania berba