"Kezia, kemari!" titah Takeshi saat mereka akan sarapan pagi.Kezia yang memang tak ingin dimarahi langsung menurut dan duduk di hadapan sang Papa."Mulai saat ini, kamu tidak oerlu lagi magang di rumah sakit itu! Papa sudah meminta dosen kamu memindahlkan magang kamu di rumah sakit lain! Sekarang kamu berkemas! Papa dan Mama akan mengantarkan kamu ke tempat magang kamu yang baru," perintah Takeshi yang tidak mungkin dibantah.Gadis itu pun mauk ke dalam kamar dan mulai mengemasi semua barangnya. Meski sedih harus berpisah dengan devano, tapi, Kezia sadar, kalau Devano, tidak pernah menyukainya. Lelaki itu hanya menginginkan tidur bersama dia. Mungkin, setelah dia berhasil mendapatkan keperawanannya, lelaki itu akan meninggalkannya. Sama seperti yang terjadi pada teman-temannya.Setelah semua siap, Takeshi dan juga Sila pun pergi bersama Kezia. Gadis itu sedikit bingung saat mereka tiba di bandara."Loh, Ma, Pa, kok kita ke bandara?" tanya nya."Iya, mulai saat ini kamu akan tinggal d
"Apa memang, ayah Kezia sehebat itu?" batin Devano.Lelaki itu pun menyuruh salah satu sahabatnya untuk menyelidiki asal usul Kezia. Sayangnya, semua usahanya buntu. Bahkan dia tak bisa menembus silsilah keluarga Kezia.Devano seakan buntu mencari tahu jati diri Kezia. "Sial! Sepertinya, orang tua Kezia bukanlah orang sembarangan. Pantas saja papanya langsung marah hanya karena aku mencium putrinya," gumam Devano.Hampir satu minggu dia dan temannya mencari tahu tentang Kezia. Namun tak ada satu pun informasi yang bisa dia dapatkan. Hingga akhirnya lelaki itu menyerah dan menerima perjodohan dari sang mama.Padahal, andai dia bisa menemukan Kezia, dia ingin mengenalkan wanita itu pada sang mama supaya mamanya berhenti menjodohkan dia dengan anak sahabatnya.Hari ini, Devano akan bertunangan dengan wanita pilihan sang mama. Wanita sederhana yang menjadi seorang guru TK. Entah apa kelebihan gadis itu hingga membuat sang mama ingin seklai menajdikan dia menantu.Padahal, kalu dilihat dari
"Kamu! Ngapain kamu datang kemari?" tanya Dania pada lelaki yang tengah tersenyum menyengir disana.Lelaki itu adalah Juan, sahabatku. Dia tahu kalau aku dan Devano menikah tanpa cinta karena aku selalu bercerita apapun pada dia."Hei, malah nyelonong! Pulang sono! Ngapain Loe kesini?" ulang Dania dengan tangan melipat di dada.Bukannya menjawab, lelaki itu malah menerobos masuk ke dalam rumah. Entah apa yang dia cari, tapi matanya menelisik seluruh ruangan yang ada di apartemen ini."Gue cuma mau mastiin, kalau Loe nggak disuruh tidur di aofa sama laki Loe. Untung kamarnya 2, paling tidak, Loe tidak kesakitan karena tidur di sofa. Oke, gua balik," ucapnya lalu pergi meninggalkan apartemen ini.Rasanya, Dania speechless melihat kelakuan Juan yang begitu memperhatikannya. Berbanding terbalik dengan lelaki yang saat ini sudah resmi menjadi suamiku.Setelah kepergian Juan, Dania pun berniat mengambil air untuk dia bawa ke kamar. Jaga-jaga jika malam nanti dia haus.Saat tubuh Dania berba
"Kemana dia? Kenapa dia menghilang?" gumam Devano seolah lupa kalau Dania sudah dia usir tadi.Lelaki itu pun masuk ke dalam kamar Dania. Dia berniat tidur bersama Dania malam ini. Entahlah, dia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya. Sesaat, dia begitu membencinya. Namun, setelahnya, dia merasa iba pada gadis itu.Saat dia sudah berada di kamar Dania, hasrat kelelakiannya tiba-tiba naik kembali saat melihat Dani ahanya memakai bathrobe dengan rambut basahnya.Lelaki itu pun kembali menyerang sang istri. Rasa yang diberikan oleh Dania berbeda dengan wanita yang selama ini menemani tidurnya. DAn itu membuat Devano ketagihan untuk terus melakukannya lagi. Anehnya, saat dia melakukannya dengan Dania, bayangan Kezia kembali terlintas di pikirannya, hingga lelaki itu pun membayangkan Kezia saat melakukannya.Lelaki itu tak peduli, dengan perasaan Dania. Baginya, yang penting, dia puas dan bahagia.***Keesokannya, Dania kaget saat melihat Devano masih ada di sampingnya. Dania pikir, lel
"Ingin tahu kamu anggap apa? Sejak pertama kali aku menidurimu, aku merasa, kalau kamu adalah partner yang hebat. Sayangnya, kamu hanya akan menjadi partner saat kamu berada di atas ranjangku. Tidak lebi dari itu.""Ucapan Devano membuat hati Dania benar-benar hancur. Meski begitu, Dani terus membesarkan hatinya, bahwa suatu saat nanti, Devano akan berubah mencintainya. Dan dia yakin akan hal itu.Sebulan sudah Dania menjadi istri Devano. Lelaki itu masih saja bersikap dingin terhadapnya. Dia hanya bersikap lembut jika ingin mengajaknya mengarungi surga dunia.Dania masih saja bersabar menghadapi sang suami. Dia tetap melayani dan menyiapkan segla keperluan Devano. Dia juga selalu merajakan Devano.Kesabaran Dania ternyata membuahkan hasil. Tepat 3 bulan pernikahannya, Devano mulai menunjukkan perhatiannya. Dia sering membelikan Dania makanan ataupun baju saat dia pulang dari rumah sakit.Dan setelah Devano tahu kalau Dania hamil, lelaki itu semakin posesif terhadap sang istri."Dania
"I miss you Dokter." bisik wanita yang tiba-tiba memeluknya.Devano pun melerai pelukannya. Dia tidak suka dipeluk oleh sembarang orang. Namun, tubuhnya seolah membeku saat melihat siapa wanita yang ada di hadapannya.Melihat Devano yang hanya diam, wanita itu pun langsung mencium bibir Devano yang langsung dibalas oleh lelaki tampan itu."Kamu melupakanku?" tanya wanita itu yang ternyata adalah Kezia.Bukannya menjawab, Devano malah kembali mencium bibir yang sudah lama dia rindukan ini. Tak ingin aksinya dihujat orang sekitar, gadis itu pun membawa Devano masuk ke dalam mobilnya."Kezia tunggu,"Namun sepertinya, wanita itu sudah tidak sabar. Kezia pun meraup kasar bibir lelaki yang sangat dia rindukan ini.Ciuman panas pun kembali terjadi. Mereka saling meluapkan rasa rindu yang ada. Desahan pun lolos dari bibir wanita itu kala Devano mulai menjelajah lehernya.Dreet dreet dreetBunyi getaran handphone milik Devano terdengar. Sebenarnya, Devano ingin mengabaikannya. Namun, handphon
"Apa kamu memiliki wanita lain Pa? Hingga kamu lupa akan janjimu. Siapa dia Pa? Apa Kezia, atau ....?"Tangis Dania kembali pecah saat panggilannya kini berubah menjadi suara operator.Sementara itu, di benua yang berbeda, pasangan beda usia itu baru saja selesai mereguk indahnya surga dunia. Devano seolah tak pernah puas menyerang Kezia karena wanita itu aktif bergerak."Sayang, ikut aku ke Jepang yuk," ajak Devano saat mereka selesai dengan kegiatan panasnya."Lalu, aku harus resign dari sini?" tanya Kezia manja."Ya, kamu resign saja. Nanti bekerja di rumah sakit yang sama denganku," jawab Devano."Apa tidak bahaya kalau kita tinggal satu kota? Bisa-bisa, istrimu tahu," tanya Kezia.Devano berpikir, bagaimana caranya supaya sang istri tidak tahu kalau Kezia itu adalah selingkuhannya. Tiba-tiba, terbesit ide cemerlang di pikirannya."Aku tahu," jawabnya."Apa?" tanya Kezia kepo."Sudah, nanti juga kamu akan tahu sendiri. Sekarang, aku harus mandi dan bersiap. Seminar akan dimulai 2
"Apa yang telah terjadi?" tanyanya pada sang mama yang menangis, begitu juga dengan istrinya.Devano pun mendekati sang istri. Dia ingin memeluk istri mungilnya. Namun sayang, sebuah tamparan mendarat terlebih dahulu di pipinya.Plak"Katakan! Siapa wanita itu? Apa dia selingkuhanmu? Hingga beberapa hari ini kamu mengabaikan teleponku?" tanya Dania penuh amarah.Devano tersenyum. Lelaki itu pun memeluk istrinya. Dia senang karena istrinya cemburu."Sayang, dia itu anak Papa Richard, ayah kandungku. Setelah Papa menikah lagi, Papa sakit keras dan meninggal. Dari hasil pernikahan mereka, gadis itulah hasilnya. Jadi, kamu tidak perlu cemburu kalau aku dekat dengannya. Karena memang, dia adikku yang baru saja aku temui," bohong Devano tanpa tahu yang sebenarnya.Flashback"Pa, Ma, kenapa Kezia tidak boleh dekat dengan Devano? Kenapa kalian memisahkan kami?" protes Kezia saat dia diboyong ke Indonesia oleh sang mama."Apa kamu tidak tahu kalau dia adalah anak dari mantan suami mama?" ketus
"Tidak, Juan tidak mungkin meninggalkanku Pa! Juan berjanji akan merawat Keano bersama-sama. Juan juga janji akan kembali setelah semua urusannya selesai," racau Dania sambil menangis di pelukan sang ayah. "Tenang sayang, kita tunggu informasi selanjutnya. Coba sekarang kamu hubungi Juan, mungkin teleponnya sudah aktif," nasehat Papa Sean yang tak ingin putrinya terus menerus terpuruk. Dengan tangan gemetar, Dania pun mengambil gawainya. Wanita itu pun mencari nomor sang suami kemudian menghubunginya. Namun, tangisnya kembali pecah saat nomor sang suami tidak dapat dihubungi. "Bagaimana ini Pa? Nomornya tidak aktif," ucap Dania masih dengan deraian air mata. "Sabar sayang, kita tunggu saja informasi selanjutnya. Kita berdoa saja semoga, Juan selamat," bisik Sean pada putrinya. Berita itu begitu menghantam Dania seperti petir di siang bolong. Ia terkejut, tak percaya, dan berharap semua itu hanyalah mimpi buruk. Dan saat dia bangun, mimpi itu akan hilang. Setiap hari Dania
"Dokter tolong putraku!" Tak lama dokter pun datang. Perawat menyuruh mereka semua keluar supaya dokter bisa leluasa mengambil tindakan. Melihat garis lurus pada monitor jantung membuat dokter itu mengambil alat kejut jantung. Dia tempelkan alat itu di dada mungil itu. Dua kali dada itu terlonjak. Namun, garis masih saja lurus. "Tambahkan 200 Joule!" titah dokter itu. Perawat pun mengangguk dan menambah tenaganya. Hentakan terakhir tetap tak mampu membuat garis halus di monitor jantung. Dokter pun menggelengkan kepalanya. "Catat waktunya Sus!" perawat itu kemudian menutup balita itu dengan kain putih. Dokter pun keluar dengan wajah serius. Dania dan Juan langsung mendekat. "Bagaimana Putra saya Dok?" “Maaf, tapi kondisi Keano semakin memburuk. Organ-organ vitalnya mulai gagal. Kami sudah melakukan segala yang kami bisa. Namun, Tuhan berkehendak lain, Tuhan lebih sayang padanya!” Dania menangis, tubuhnya tiba-tiba limbung. Wanita itu pasti jatuh ke lantai jika Juan t
"Dania, menikahlah denganku!"Kali ini Dania diam saja. Dia bingung harus menjawab apa. Semua terasa begitu tiba-tiba bagi Dania. Meski saat ini dia nyaman bersama Juan, tapi untuk kembali bersama, Dania butuh waktu."Beri aku waktu untuk berpikir Juan! Keadaan Keano masih seperti ini, aku tidak mungkin bisa berpikir dengan jernih," pinta Dania.Juan pun mengangguk. "Aku akan setia menunggu jawabanmu Dania. Andai kamu menolakku, aku akan tetap ada untukmu dan juga Keano, karena kalian adalah yang terpenting bagiku," sahut Keano. "Terima kasih, Juan," jawab Dania. Sontak Juan menggeleng. "Aku melakukan ini semua untuk putraku, anak kita. Tak ada yang namanya balas jasa dan sebagainya, jadi jangan ucapkan terima kasih kepadaku karena ini sudah tugasku sebagai ayah," kata Juan. Tak lama, gawai Dania berdering, nama sang ayah terlihat di layar. Tanpa menjawab, Dania langsung meninggalkan Juan tanpa kata. Dania tidak mau membuang waktunya, dia takut kalau sampai terjadi kenapa-napa deng
"Anakku ...." isak Dania menatap Keano dari kaca jendela. Dia tidak bisa masuk ke sana, Keano harus dalam keadaan steril sebelum dokter melakukan tindakan. Dania hanya bisa melihat dari luar. Hanya sesekali saja Dania di dalam, itupun tidak boleh lebih dari 15 menit. Keadaan Keano semakin hari semakin membanjir setelah 7 hari dirawat. Hingga akhirnya, dokter memutuskan untuk melakukan operasi pada Keano. "Kami akan melakukan operasi pada anak Keano, berdo'alah semoga Keano mampu melewati masa-masa ini dengan baik. Semoga dia diberi kekuatan untuk bertahan," ucap dokter sebelum memasuki ruang operasi. Dania mengangguk lemah. Di sampingnya, Sean menunduk dalam, merasa iba karena anak sekecil Keano mesti menjalani operasi besar. Sean sudah tak sanggup menahan air matanya, dia menangis memeluk Dania yang juga akhirnya melakukan hal yang sama. "Aku takut Keano kenapa-kenapa, Pa ... anak sekecil itu, tapi harus menjalani operasi. Hati Dania seolah teriris saat melihat tubuh Keano
"Sudah selesai, Pak." Suster mengangguk ramah kepada Juan yang merasa tubuhnya terasa begitu lemas pasca pengambilan darah tadi. Lelaki itu hendak bangun dari ranjang itu, akan tetapi, Juan merasa oleng, kepalanya pusing sehingga tubuhnya limbung dan hampir terjatuh. "Jangan bangun dulu, Pak, kami akan menginfus Bapak dulu untuk beberapa jam kedepan karena kondisi Bapak juga tidak terlalu baik saat diperika tadi," kata suster. Juan pung mengangguk pasrah, dia memang kurang enak badan, kondisi fisik Juan menurun mengingat akhir-akhir ini dia tidak istrirahat dan makan dengan benar. Hingga dia harus diinfus supaya tubuhnya kembali pulih. "Terima kasih, Sus," ucap Juan. Sebenarnya, tidak disarankan mengambil darah dari orang yang sedang sakit atau kurang enak badan seperti Juan, karena akan ada dampak menurunnya kesehatan secara drastis kepada orang tersebut. Dokter pun telah berkonsultasi terlebih dahulu kepada Juan sebelum mengambil darahnya. Namun, karena Juan ingin menolong Kea
"Dania?" ucap Juan dengan senyuman yang menyiratkan kesedihan. "Apa? Jangan macam-macam kamu!" tegur Dania setelah menghindar dari Juan yang hendak memeluknya. "Sayang, kamu masih istriku! Aku belum pernah menjatuhkan talak padamu. Dan aku masih sangat mencintai kamu, selama satu tahun ini, aku mencarimu kemana-mana. Aku menunggu kamu pulang! Perceraian itu tidak sah, karena aku tidak pernah menandatangani surat perpisahan yang kamu buat," sahut Juan panjang lebar. Namun, Dania menggeleng, dia tidak punya waktu untuk membicarakan hal itu karena sekarang yang terpenting adalah keselamatan Keano yang jalannya berada pada ayahnya sendiri, yaitu Juan. "Aku tidak punya waktu membahas semua itu. Sekarang, ikut aku!" pinta Dania. "Tidak-tidak, aku tidak akan mau ikut denganmu sebelum kamu mendengar penjelasanku terlebih dahulu," kekeh Juan. Dania memutar bola matanya malas. Wanita itu melirik jam tangannya. Dia tahu, kalau lelaki ini tidak dituruti keinginannya, dia tidak akan mau berj
"Rumah sakit? Apa Keano sakit? Separah apa sakitnya hingga Dania menyuruhku untuk segera kesana?" Juan bertanya-tanya, dia butuh jawaban dengan segera mengenai kondisi anaknya yang entah mengalami apa. Tak ingin membuang waktu, Juan segera berlari keluar dari bandara. Urusan klien, biarlah nanti, sekarang ada yang lebih penting dari klien. Selama satu tahun penuh lebih Juan tidak bertemu dengan Dania. Dan kali ini, Dania memintanya untuk datang, meskipun itu di rumah sakit, Juan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan istri dan anaknya. Selama ini, Juan sama sekali tidak pernah memberi kontribusi apa pun kepada sang anak karena jarak yang memisahkan. Apalagi, Dania pergi meninggalkan semua uang dan ATM pemberiannya, jadi, dia tidak bisa menikahi putranya. Namun, Juan selalu menyimpan uang yang dia khususkan untuk menafkahi Dania dan Keano. Dia menyimpannya dalam rekening khusus yang akan dia berikan saat telah bertemu dengan keduanya. Dan kali ini, Juan
Dania dan Sean tengah mondar mandir di depan ruang operasi. Sementara Mama Dania hanya duduk di kursi tunggu karena wanita itu sudah tidak kuat berdiri. Ketiga orang itu gelisah menunggu Keano yang sudah hampir satu jam berada di ruang operasi, tapi masih belum ada tanda-tanda dokter akan keluar. "Bagaimana ini Pa? Nia takut, bagaimana kalau Keano ...." Dania tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya. Rasa takut akan kehilangan anak kembali Dania rasakan. Dia benar-benar takut kalau Keano akan meninggalkannya, sama seperti anak pertamanya dulu. Sean mengusap punggung sang putri. "Tenang Nia, kita berdoa saja yang terbaik untuk Keano," Sean mencoba menenangkan Dania. "Bagaimana kalau yang terbaik itu adalah ... hiks, hiks, Dania tak sanggup Pa," tangis Dania di pelukan sang ayah. "Berpikirlah positif anakku! Jangan pernah berburuk sangka pada takdir Tuhan yang belum kita ketahui!" nasehat Papa Sean. Tanpa disuruh juga Dania pasti berdoa untuk kesembuhan dan keselamatan sang putra. T
"Ke mana kalian Kenapa kalian pergi meninggalkanku?" monolognya.Juan menatap ke atas, ke arah langit yang semakin menghitam hingga akhirnya lelaki itu memutuskan untuk pulang saja. Saat melewati pos security, Juan bertanya pada security komplek berharap dia menemukan jawaban dari segala pertanyaan mengenai Dania dan Keano."Wah, saya kurang tahu, Pak. Penduduk sini kalau ke mana-mana jarang ada yang bilang, paling titip rumah doang. Kemarin, saat Bu Dania pergi, juga ga bilang dan ga titipin rumahnya, mungkin karena perginya ga akan lama," jawab security komplek setelah Juan bertanya."Biasanya Bu Dania pergi ke mana?" tanya Juan lagi.Security komplek itu menggeleng "Saya tidak tahu Mas. Biasanya, Bu Dania hanya pergi kerja dan pulang sore. Kalaupun jalan-jalan, biasanya pas weekend. Cuma semalam, bukan Bu Dania yang nyetir, tapi Bapak. dan sampai sekarang belum kembali," jawabnya. Selain itu security tidak tahu apa-apa lagi membuat Juan lagi-lagi harus merasakan kecewa. Juan yang