"Apa, suara itu berasal dari handphone lamamu?" tanya Delia pada sang suami. Devano langsung mengalihkan perhatiannya kedua orang itu. "Aku pergi dulu sebentar menemui dokter."Lelaki tampan itu pun segera keluar dari ruangan perawatan sang istri. Dia merutuki kebodohannya yang tidak mematikan gawainya tadi. "Bodoh!"Sementara itu di dalam kamat, dua orang itu saling memandang. Sepertinya, mereka memiliki pemikiran yang sama."Sayang, Mama bukan ingin membela anak Mama. Hanya saja, jangan kamu menuduh suami kamu tanpa bukti. Jika kamu memang merasa ada yang tidak beres dengan putra mama, selidikilah terlebih dahulu. Jangan mengambil keputusan dalam keadaan gegebah dan marah," nasehat Mama Mya.Dania pun mengangguk. Wanita itu tahu apa yang harus dia lakukan. Setelah membeli makanan di kantin, Devano pun kembali ke kamar sang istri. "Sayang, aku belikan makanan kesukaanmu. Aku suapin ya," tawar Devano yang disambut anggukan oleh Dania.Lelaki itu pun menyuapi istrinya hingga makanan
"Siapa wanita ini? Apa dia dokter disini? Atau, dia adalah ....?"Tak ingin berpikiran buruk pada suaminya, wanita itu pun membawa foto wanita cantik dan muda itu. Dia lalu bertanya pada perawat yang sedang berdiri di mejanya."Sus, kenal dengan dokter ini tidak?" tanya Mila."Ohh, itu dokter Kezia NYonya," jawab perawat itu."Apa dia dekat dengan suami saya?" tanya MIla to the point.Perawat itu tersenyum. Sepertinya, istri atasannya ini salah paham pada dokter Kezia. "Tidak Nyonya, dokter Kezia sedang dekat dengan dokter muda yang baru-baru ini seminar di sini. Namanya, Devano," jawab perawat itu.Mila bernafas lega mendengar ucapan perawat itu. Ternyata, dugaanya tidak benar. Dan dia merasa bersalah telahmenuduh suaminya yang bukan-bukan."Terima kasih, Sus," sahut MIla.Wanita cantik itu pun kembali menunggu suaminya di ruang kerjanya. Namun, hingga hari menjelang siang, sang suami belum juga datang. Mila yang kesal akhirnya hanay menaruh makanan itu di meja sang suami kemudian kem
"Ya Tuhan? Kenapa Mas Josep tega melakukan ini padaku?" lirih Mila sambil menutup mulutnya.Wanita itu pun menelepon detektif yang akan dia suruh untuk memata-matai sang suami. "Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?" tanya lelaki bernama Farhan itu,"Kamu selidiki suami saya, sepertinya, dia memiliki wanita lain," ucap Mila sambil menyerahkan data-data suaminya.Lelaki itu pun melihat isi map yang diberikan oleh wanita cantik di hadapannya. "Dokter Josep?" ulang lelaki itu.Mila menganggukkan kepalanya. Meski dia tidak yakin dengan apa yang dia lakukan, tapi, dia butuh bukti demi ketenangan hatinya,JepangKezia sudah berada di aportemennya. Lelaki matang itu membelikan kekasihnya apartemen mewah di sana. Dia tidak ingin sang kekasih sampai tinggal di tempat yang tidak nyaman.Seminggu berada di Jepang membuat lelaki matang itu harus kembali ke Indonesia. Setelah berpamitan, lelaki itu pun meninggalkan sang kekasih. Dia harus melakukan sesuatu jika ingin menikahi Kezia sebagai istrinya.
"Dania!!""Kak, apa Kakak di dalam?" tanya Dania seraya mengetuk pintu kamar tamu tang ditempati oleh Kezia."Ke, gimana ini?" tanya Devano kebingungan."Tenang sayang, kamu sembunyi saja di kamar mandi, biar aku yang buka pintu," kata kezia dengan santainya.Wanita itu pun memakai kembali pakaiannya kemudian merapikan kamarnya. Setelah semua rapi, Kezia pun membukakan pintu. Sengaja dia membuka pintu lebar-lebar supaya Dania bisa melihat ke dalam."Ada apa?" tanya Kezia ketus."Mmhh, tadi aku dengar suara berisik di kamarmu. Apa kak Devano ada di dalam? Soalnya, Kak Devano tidak ada di kamar," tanya Dania dengan mata yang menelisik isi kamar Kezia."Kamu bisa lihat sendiri kan, tidak ada Devano disini. Tadi itu aku sedang bicara dengan kekasihku," alasan Kezia.Tak mendapatkan bukti kecurigaannya, Dania pun kembali ke dalam kamarnya. Devano pun segera keluar dan masuk ke kamar."Mas, kamu darimana?" tanya Dania curiga."Dari luar sebentar," jawabnya singkat. "Hoaam, aku ngantuk." Lel
"Apakah yang kupikirkan ini benar Kak? kalau kamu ada hubungan khusus dengan wanita itu?"Hingga namanya dipanggil masuk kedalam ruang peiksa, Devano tak jua muncul. Dania pun akhirnya masuk ke dalam tanpa suaminya. Senyum dia paksakan saat dokter menyapanya."Ada keluhan Nyonya?" tanya dokter ber-name tag Silvia itu."Tidak ada Dok," jawab Dania singkat.Dokter itu pun mempersilahkan Dania berbaring di brangkar. Wanita paruh baya itu sedikit kaget saat mengetahui tekanan darah Dania yang tinggi."Ibu, tekanan ibu tinggi sekali. Apa ibu sedang ada masalah?" tanya dokter itu."Tidak Dok," jawab Dania yang tidak ingin masalah rumah tangganya diketahui orang lain."Kalau sampai minggu depan tensi Ibu masih tinggi, kami terpaksa harus mengeluarkan bayi Nyonya.," kata dokter itu.Dania hanya menganggukkan kepalanya. beberapa hari ini, dia terlalu stress sejak kedatangan wanita itu. Suaminya berubah 180°. Lelaki itu kini menjadi dingin dan suka lupa akan janjinya.Setelah mengambil obat, Dan
"Kak, Kakak tidak apa?" tanya Devano. Dengan sigap lelaki itu menggendong tubuh Dania. Devano membawa Dania ke apartemennya. Lelaki itu pun berteriak memanggil istrinya, "Sayang, ambilkan minyak angin." Hati Dania seolah teriris saat mendengar suaminya memanggil sayang pada wanita lain. Tak lama, Kezia pun datang dengan membawa apa yang diinginkan oleh suaminya. "Ini sayang!" Pandangan wanita itu pun beralih pada wanita yang tengah berbaring di sofanya. "Dia ... siapa?" tanya Kezia yang menatap sang suami curiga. "Tidak tahu sayang, tadi pas di lift dia tiba-tiba kesakitan." jawab Devano"Apa dia akan melahirkan?" tanya Kezia. "Aku juga tidak tahu sayang," jawab Devano. Setelah mendekatkan minyak angin di masker Dania, wanita itu membuka matanya. Dia tidak boleh pingsan beneran sebelum dia memberi hukuman untuk suami dan juga madunya. "Kakak tidak apa? Apa perlu saya antar ke rumah sakit? Mungkin sudah waktunya Kakak melahirkan," ucap Devano lembut. Dania menggelengkan
"Dok, ada pasien kecelakaan!" teriak perawat yang yang mendorong brankar Dania. Dania langsung dilarikan ke rumah sakit oleh warga sekitar saat itu juga. Dokter pun berlari dan memberikan Dania pertolongan pertama. Tanpa menunggu persetujuan keluarga pasien, dokter itu pun menandatangani surat persetujuan operasi untuk mengeluarkan bayi Dania yang masih hidup. Baginya, yang penting, mereka berdua selamat. Hampir dua jam operasi Dania. Namun dokter masih belum keluar. Tiada satu pun yang tahu kondisi wanita itu. Begitu selesai, dokter pun menyuruh perawat menaruh Dania di ruabg ICU begitu juga dengan bayinya. "Sus, tolong periksa barang bawaan pasien. Saya ingin menghubungi keluarganya.," ucap dokter itu pada perawat. Wanita cantik itu pun mengangguk dan menggeledah tas yang dibawa oleh lelaki yang menolong Dania tadi. "Tidak ada apa-apa Dok. Hanya handphone saja," ujar perawat itu sambil memberikan gawai Dania pada sang dokter. Lelaki tampan itu pun membuka handphone itu.
"A-anu Pa. Sebenarnya, kemarin itu, kami sempet ribut sedikit. Dan mungkin, saat ini, Dania sedang marah, makanya pergi dari rumah. Ini, Devano mau pulang kok. Mau cari Dania," jawab Devano gelagapan. Lelaki itu memilih jujur daripada berbohong tapi akhirnya berbuntut panjang. "Memangnya, kamu sekarang ada dimana?" tanya Sean, Papa Dania. "Hehehe di rumah teman Pa," bohong Devano. "Ya sudah, cari Dania sampai ketemu. Awas, kalau tidak ketemu, aku pecat kamu jadi mantu," ancam Sean. Lelaki paruh baya itu ingin tahu, seberapa besar kegigihan menantunya mencari sang istri. Devano mengingat-ingat saat terakhir kali dirinya bertemu dengan Dania di apartemen bersama Kezia beberapa hari kemarin. Lelaki itu berpikir kalau Dania pulang ke rumah mereka, atau mungkin ke rumah sakit sebab terakhir kali bertemu, istrinya itu terlihat mengalami kontraksi. "Apa kamu sudah melahirkan sayang? Tapi dimana?" gumamnya. Devano sudah sampai dirumahnya. Namun ternyata, Dania tidak pulang dan enta