SEBENING CAHAYA CINTA 41.**PoV CahayaAku bisa bernapas lega setelah Mas Pras mengatakan itu. Sudah beberapa kali aku bertemu Ibu Tiana. Tetapi sedikit sekali kami berbicara. Hanya berbicara ketika Mbak Rahma sedang kritis dan kami menikah. Saat itu Bu Tiana juga sedang bersedih, aku menghiburnya.Alhamdulillah, dia mendukung pernikahanku dengan Mas Pras dan membuat hatiku semakin lega. Senyumannya tetap manis dan orangnya juga menawan. Ibu Tiana adalah wanita yang berkelas. Aku merasa yakin kalau dia benar-benar perempuan baik."Bunda ... Papa ..."Dengan riang gembira kedua putriku menyambut kami. Mereka sudah rapi. Pergi ke Kafe seperti yang dikatakan Mas Pras."Eh, anak-anak Papa udah cantik-cantik, siap ketemu nenek ya," kata Mas Pras."Iya, Pa," ucap mereka kompak."Sayang, bawa apa itu?" tanya Mas Pras padaku.Suamiku melihat sesuatu yang memang ku letakkan di sebuah tempat berukuran petak. Ada dua tempat makanan, rantang petak berukuran sedang."Mas, aku sengaja membuatkan k
"Maafin kamu ya, Ma. Kalian jadi datang lebih dulu," kata Mas Pras."Nggak apa-apa kok. Lagian kalian pasti repot karena bawa dua anak. Cahaya bawa apa, ada tempat makanan?" tanya Mama mertua."Ini, Ma. Istriku sengaja membuatkan banyak sekali kue untuk Mama dan Papa. Semoga Mama dan Papa suka dan senang," kata Mas Pras menjawab."Ini, Ma. Maaf ya, Ma. Kalau kurang bagus dan rasanya juga kurang enak. Saya baru belajar," ucapku mengulas senyum."Wah, makasih sekali, Cahaya," kata Mama mertua menerima kue yang kubawa tadi. Kemudian kami duduk di kursi masing-masing. Tak lama berselang datanglah pelayan untuk menanyakan apa yang akan kami pesan.Setelah memilih-milih menu akhirnya kami memesan makanan serta minuman. Mama mertua membuka kue yang ku berikan tadi. Dja speechless dan terkaget juga dengan pemberianku."Sayang, ini kamu yang buat? Wah, kamu pintar banget. Mama suka sekali," kata Mama melihatku."Iya, Ma. Aku juga mau dong. Tadi Pras belum makan kue Cahaya karena kami segera ke
SEBENING CAHAYA CINTA 42.**POV CahayaAku tersentak kaget ketika menerima telepon dari Bu Heni yang mengatakan kalau aku sudah berbuat kesalahan pada putranya."Apa yang kamu lakukan ke anak ku, Cahaya, sehingga dia jatuh sakit. Arman memikirkan kamu. Bahkan dalam tidurnya dia selalu mengatakan dan mengucapkan namamu," ucap Bu Heni membuat kepalaku berdenyut."Aku sama sekali tidak melakukan apa-apa, Bu. Kami sudah bercerai. Tolong biarkan aku hidup bahagia. Selama ini aku selalu tertekan hidup dengan Mas Arman!""Tertekan apa maksud kamu?!" ucap Bu Heni marah.Fikar menatap ku dengan gusar. Sepertinya dia tahu siapa yang menghubungiku. Pasti dari Mas Arman atau keluarganya."Siapa, Mbak?" tanya Fikar kesal."Bu Heni," kataku menjauhkan teleponku dengan suara pelan."Matikan saja, Mbak!" perintah Fikar menaruh tangannya agar aku mematikan sambungan telepon.Aku mendesah lalu menganggukkan kepalaku. Aku masih berpikir untuk mematikan telepon karena aku merasa tidak enak. Dia adalah m
"Alhamdulillah, dokumen Kamu udah selesai. Begitu pula dengan anak-anak. Kita bisa berangkat ke luar negeri. Tidak ada masalah yang berarti. Aku udah nggak sabar membawa kalian semua jalan-jalan dan bahagia," katanya."Benar, Mas. Alhamdulillah, aku senang banget. Anak-anak juga pasti senang karena mereka sekali jalan-jalan langsung ke luar negeri. Terima kasih ya, Mas. Kamu sudah memberikan kebahagiaan kepadaku."Aku nggak tahu kenapa setelah menikah dengan mas Pras, aku selalu tersenyum bahagia. Tersenyum senang, merasa dihargai, merasa dihormati, merasa bahagia itu akhirnya datang. Kebahagiaan yang diberikan Allah di waktu yang tepat.Mas Pras menarikku untuk lebih dekat dengannya. Aku menyambut dirinya dan kami larut dalam syahdunya cinta. Berharap dalam aktivitas kami Allah kirimkan zuriah yang akan membuat kami bahagia dengan tawa dan tangisnya.**Hari ini, aku sengaja pergi ke kantor Mas Pras dengan Bu Tiana, mertuaku. Katanya ada hal yang mau dia bicarakan dengan Mas Pras.Se
SEBENING CAHAYA CINTA 43.**PoV Cahaya"Cahaya, itu kan pegawainya Pras Kamu kenal sama dia?" tanya Bu Tiana heran."Itu ... Anu ... Sebenarnya." Aku bingung mau menjelaskan ke Bu Tiana. Aku harus menjelaskan secara detail kalau sebenarnya Mas Arman adalah mantan suamiku."Eh, Sayang. Kamu duluan aja ke ruangan Pras. Kayaknya Papa hubungin Mama lagi. Ada hal penting mungkin yang mau dibicarakannya lagi," ucap mertuaku fokus ke gawai."Baik, Ma, kalau begitu aku permisi dulu ya," ucapku.Aku berjalan dan bergegas ke ruangan suamiku. Aku juga tidak mau ketahuan Mas Arman sedang berjalan sendiri seperti ini. Kalau ketahuan pasti dia akan mengejarku dan berkata yang tidak tidak. Terkadang perbuatan dan perkataannya membuatku kesal. Dia sama sekali tidak bisa menerima perceraian kami.Setelah mengkonfirmasi ke sekretaris Mas Pras. Aku pun izinkan masuk. sekretaris mengatakan kalau Mas Pras sudah menunggu, aku antusias masuk ke ruangan suamiku. Aku juga membawa makanan yang kami masak deng
"Mas, aku juga nggak suka sama dia karena dia sudah begitu banyak menyakiti hatiku. Tapi walaupun seperti itu. Dia tetap ayah dari anak-anakku dan aku nggak bisa menghilangkan itu. Sekarang, hubungan kami hanya sebatas mantan dan yang menjadi suamiku kamu. Aku juga tidak mau berhubungan dengan dia lagi. Aku sudah mengganti nomor handphoneku supaya dia tidak menghubungiku ataupun keluarganya," kataku. Aku teringat mantan Ibu mertua beberapa waktu lalu menghubungiku mengatakan Mas Arman sakit."Apakah dia dalam waktu dekat ini ada menghubungi kamu Makanya kamu ganti nomor handphone? Benar-benar menyesalkan dia! Udah tahu kalau kamu itu punya ku tapi dia masih aja sengaja berharap kamu balik sama dia!" Mas Pras menatapku cemberut."Enggak kok, Mas. Nomor Mas Arman memang sudah ku blokir sebelumnya tapi nomor keluarganya masih ada menghubungi. Tapi, aku juga udah ganti nomor dan Mas nggak perlu khawatir. Aku juga bisa menjaga batasan Karena sekarang sudah menjadi istri kamu," kataku lagi.
SEBENING CAHAYA CINTA 44.**PoV Author."Bu, Kenapa sih beberapa hari Mas Arman sering uring-uringan nggak jelas banget. Kayak nggak ada perempuan lain gitu! Apa Cahaya begitu penting? Dulu aja Cahaya itu layaknya babu. Apa nggak bisa diberitahu Mas Arman untuk melupakan dia. Lagian dia juga udah dicampakkan sama Cahaya. Kenapa masih mengharapkannya?!" kata Arum kesal dengan perubahan yang terjadi dengan Arman."Kamu pikir Ibu gak kesal. Udah lama Arman berubah. Apalagi sekarang dia itu semakin bangkrut. Kita nggak bisa kayak dulu lagi berfoya-foya dan mendapatkan gaji Arman. Arman mengaku kalau gajinya itu udah dipotong besar-besaran sama Perusahaan dan itu membuat Ibu benar-benar pusing!" ucap Bu Heni juga mendengkus sebal."Bu, kalau menurut pendapat Ria mungkin saja ini ada hubungannya dengan Mbak Cahaya yang dulu pernah kita dzolimi." Ria buka suara."Maksud kamu ini apa? Kenapa kamu tiba-tiba belain dia? Ibu nggak suka ya kamu ucapin kayak gitu. Lagian siapa yang zalimi Cahaya.
Namun Bu Heni tetap saja mengoceh menyalahkan Arman karena sekarang dia miskin. Arman bisa membahagiakan dia lagi sebagai ibunya."Arman dari tadi Ibu ngomong panjang lebar tapi kamu nggak mendengarkan. Kamu ini mau ngejek ibu ya sebagai radio rusak dengan cara kamu diam aja kayak gini. Ibu nggak suka kamu nggak menanggapi perkataan ibu!" Bu Heni masih mengomel."Tadi Mas Arman kayaknya menggigil. Coba kita periksa dulu. Sepertinya dia sakit," kata Arum melihat Arman yang merintih.Bu Heni dan Arum akhirnya memeriksa Arman. Dia memang menggigil dan mengeluarkan keringat dingin. Mereka tersentak kaget ternyata Arman sakit dan sepertinya parah harus dilarikan ke Rumah Sakit secepatnya."Astaga kamu ini sakit apa, Nak? Kenapa kamu bisa sakit kayak gini? Kamu benar-benar diguna-guna oleh Cahaya!" kata Bu Heni sedih saat sang putra mahkota tak berdaya.Rasa jijik juga di rasakan Bu Heni ketika melihat ada muntahan berupa plastik di bawah tempat tidur Arman. Kenapa anaknya bisa jorok sekali
Sekarang memohon kembali ke Cahaya juga percuma. Mantan istrinya sudah bahagia dengan lelaki lain. Mungkin Arman bisa merelakan hal tersebut karena sebagai suami Cahaya dulu dia tidak pernah membahagiakan Cahaya justru selalu membuat Cahaya terluka. Ini adalah balasan untuknya dan Arman harus siap menerimanya."Aku memang sengaja melakukan itu, Bu. Maafkan aku hanya itu yang bisa ku katakan ke ibu!""Kenapa kamu melakukan hal yang menyakiti ibu?! Sekarang ibu minta kamu tidak perlu lagi berhubungan dengan Cahaya. Sudah cukuplah perbuatan baik kamu sama dia. Dia itu sudah menjadi mantan istri kamu dan kamu tidak punya kewajiban apa-apa lagi untuknya!"Saat Ibu mengomel Ria dan Arum hanya terdiam. Mereka tidak berani ikut campur, kalau terlalu dalam ikut campur Arman akan marah ke mereka berdua."Tugasku memang sudah selesai untuk Cahaya tetapi tanggung jawabku ke Ratu dan Rani tidak pernah selesai, Bu. Sampai mereka besar, mereka tetap anakku. Meskipun kita tidak pernah menginginkan me
SEBENING CAHAYA CINTA TAMAT**PoV Author"Mas, bicarakan hal apa dengan Mas Arman? Apakah masalahnya sudah selesai? Sekali lagi aku minta maaf sama kamu, Mas. Karena Mas Arman terus-terusan mengganggu rumah tangga kita. Ya seperti itulah, dia Ayah dari anak-anakku yang tidak bisa ku pisahkan dari Ratu dan Rani. Kedatangan dia kemari juga memberi kartu debet untuk Ratu dan Rani, aku juga nggak tahu kenapa dia melakukan ini. Padahal dia dulu tidak seperti itu," kata Cahaya panjang lebar ke Pras. Cahaya meringis merasa gak enak untuk meyakinkan suaminya kalau dia dan Arman hanya ngobrol seputar masalah anak.Bagaimanapun jika sudah menikah pasti ada saja fitnah antara hubungan suami istri terutama mantan suami."Kamu nggak perlu khawatir, Sayang semuanya udah selesai. Beberapa waktu yang lalu Arman mengajukan proposal dia hendak pergi ke luar kota. Mas nggak tahu kenapa dia mengambil keputusan ini. Perusahaan sedang membutuhkan beberapa orang yang ditugaskan untuk bekerja di sana dan Ar
Pras tersenyum sebentar, dia mengambil tangan Cahaya lalu dia mengelusnya. Ketika masuk ke ruangan tersebut Fikar juga sudah ada di dalam. Pras ingin melakukan hal-hal yang lebih romantis, tapi, nggak mungkin, di sana ada adik ipar yang harus dijaga perasaannya. Bagaimanapun adik iparnya itu masih jomblo dan Nggak enak juga melihat kebahagiaan pasangan suami istri yang sedang di mabuk asmara."Dek, nggak salah seharusnya Mas Pras yang salah. Tadi ada rapat dan tidak mengaktifkan handphone. Mohon maaf sekali lagi, Sayang. Lagi pula memang kamu ini agak sakit jadi tidak perlu lelah sekali bekerja.""Iya, Mas. Masalah Mas Arman kamu gak marah?""Buat apa aku marah, sebentar lagi masalah ini juga pasti Mas Pras selesaikan. Aku mendengar dari Fikar yang berbicara kepadaku. Jadi Mas Pras sudah mengerti segala permasalahan yang ada," kata Pras."Hmm ... Mbak kalau kayak gitu aku permisi dulu ya. Mau menjemput Ratu dan Rani. Sekarang sudah ada Mas Pras di sini yang bisa menemani Mbak. Aku aka
SEBENING CAHAYA CINTA 48**POV AUTHORCahaya terbengong-bengong dengan perkataan Arman yang tegas ke ibunya. Cahaya sama sekali tidak menyangka kalau Arman bisa seperti ini. Andaikan saja dulu dia seperti ini dan bisa lebih menghargai Cahaya sebagai istri mungkin semua ini nggak akan terjadi.Satu rumusan yang perlu diingat. Istri hanya membutuhkan suami menghargainya, suami menyayangi dan mencintainya. Kalau hal itu tidak didapatkannya lagi maka istri akan menjadi wanita rapuh yang akan mencari kebahagiaannya sendiri. Perasaan tidak dihargai itu sakit. Itulah yang dirasakan Cahaya hingga akhirnya dia bisa keluar dari belenggu Arman.Ah, semuanya sudah berakhir. Semoga menjadi pembelajaran buat Arman. Bukankah hidup ini hanya persoalan ujian dari Tuhan. Semoga dengan ujian masing-masing diberikan Tuhan, Arman bisa mengerti Kalau menghargai orang lain terutama istri itu adalah suatu keharusan. Karena wanita yang diambilnya dari seorang ibu dan keluarga yang membesarkannya perlu mendap
Akibat PHK besar-besaran dan penurunan jabatan yang berimbas kepada kondisi keuangan Arman yang tidak stabil. Roda kehidupan bener-bener sudah berputar. Kini Cahaya yang berada di atas dengan segala kemewahan yang dimilikinya serta keluarga mereka tertimpa musibah. Bu Heni nggak menyangka kalau wanita yang dulu dihina-hina nya jelek, gendut, miskin. Bisa berubah drastis dari apa yang sekarang dia lihat."Cahaya, kamu gak apa-apa?" tanya Arman yang jelas terlihat khawatir. Lelaki itu benar-benar memperlihatkan wajah serius dan juga prihatin dengan kondisi yang dialami Cahaya."Oh, aku cukup baik sekarang," ucap Cahaya lemah."Apa yang dilakukan Pras kepada kamu? Kenapa kamu terlihat pucat dan menyedihkan? Apakah dia tidak baik ke kamu? Apakah dia berbuat yang menyakitkan kamu sehingga kamu jadi jatuh sakit kayak gini? Cahaya jika dia menyakiti kamu maka lebih bagus kamu tinggalkan aja dia. Aku janji sama kamu, akan berubah dan aku ingin kita kembali lagi seperti dulu," kata Arman duduk
SEBENING CAHAYA CINTA 47.**PoV AuthorCahaya melihat kedatangan Ria dan juga Arum. Apalagi saat ini Ria tiba-tiba memegang tangannya dan mengatakan kalau kondisi mantan suaminya kurang baik akibat dirinya.Saat ini Cahaya sendiri kondisinya juga kurang sehat. Ditambah mendengarkan kabar seperti itu kondisinya semakin drop. Rasanya kepala Cahaya berputar-putar. Cahaya heran dengan kondisinya. Mungkin dia memang sakit dan tidak harus memaksakan untuk bekerja.Saat itu Cahaya ingin jatuh dan Fikar memeganginya. Ketika itu pula Ria terus saja mengoceh tentang kondisi dari Abangnya, Arman."Mbak, kasih kesempatan Mas Arman untuk berbicara dengan Mbak Cahaya dari hati ke hati. Mungkin dia memang perlu bicara dengan Mbak Cahaya supaya kondisinya jauh lebih baik. Bagaimanapun dia adalah Abang kami yang selalu membantu keluarga, Mbak," kata Ria masih membujuk Cahaya."Lebih baik Mbak duduk dulu," ucap Cahaya dengan suara lemah.Cahaya ingin duduk. Tetapi setelah beberapa langkah, dia pingsan
"Dek, kamu cantik banget. Mas pengen ..." kata mas Pras menggantung ucapannya. Mendengar ucapannya aku menjadi malu. Wajahku memerah Karena rasa malu Yang menjalar ke seluruh tubuhku.Mas Pras justru menggantung ucapannya tidak melanjutkan. Namun dia senyum sendiri membuat aku semakin salah tingkah."Kamu malu ya?" tanyanya."Mas, kamu jangan mikir macam-macam deh. Ya udah sekarang kamu kerja aja dulu. Nanti telat. Masih banyak waktu, Mas," kataku."Hehe ... Andai gak kerja," kata Mas Pras kecewa menggaruk kepalanya.**Ternyata benar berkumpul dengan teman-teman yang sudah aku anggap keluarga di pekerjaan ini menyenangkan. Apalagi beberapa waktu yang lalu aku membagi-bagikan oleh-oleh dari Jepang."Mbak, kamu mau gak?" tanya Fikar menawarkan aku makan. Fikar makan dengan lahap. Ada juga menu ikan asin nya dengan sambal terasi tomat. Biasanya aku sangat senang kalau makan masakan tersebut. Tapi entah kenapa tiba-tiba aku merasa mual. Aku merasa jijik dan aku merasa nggak bisa memasukk
SEBENING CAHAYA CINTA 46.**PoV CahayaBeberapa waktu kami berada di Jepang dan akhirnya rombongan kami pulang juga ke tanah air. Liburan ini sangat berkesan untukku karena ini adalah perjalanan pertamaku ke luar negeri sekaligus perjalanan pertamaku dengan Mas Pras. Tidak disangka dia benar-benar mengajakku ke luar negeri. Aku berpikir dulu dia bakal mengajakku ke daerah-daerah yang dekat saja. Tempat-tempat yang ada di dalam negeri. Namun di luar dugaan, ternyata tempat yang indah yang ku datangi aku sangat bersyukur dan berterima kasih ke suamiku.Kini kami melepas lelah dan sudah kembali ke tanah air. Anak-anakku sedang berada di kamar. Mereka juga terlihat lelah dan sudah tertidur. Mama mertua menyuruh kami istirahat saja terlebih dahulu. Bagi-bagi olehnya bisa nanti setelah lelah kami hilang. Benar-benar ibu mertua yang pengertian karena dia juga mungkin sudah terbiasa pergi ke luar negeri atau ke tempat-tempat yang jauh untuk berlibur, jadi tahu bagaimana rasanya kalau pulang
"Nyaman banget, Mas," kataku."Apasih yang enggak untuk kamu, Sayang," katanya.Dia memercikkan air ke wajahku. Aku kemudian cemberut sambil pura-pura merajuk. Aku juga melakukan hal yang sama Kemudian kami saling menggoda satu sama lain. Hingga akhirnya tindakan kami semakin brutal."Udah, Dek," katanya cekikikan.Mas Pras memegang tanganku. Aku menghentikan aktivitasku mengganggunya setelah dia lebih dulu menggangguku. Kemudian kami saling menatap satu sama lain memancarkan perasaan cinta diantara kami. Merasakan kebahagiaan itu benar-benar datang. Melihat wajahnya. Aku semakin menyayanginya dengan kelembutan dan kebaikan. Dia yang bisa menerima ku sebagai seorang istri. Padahal aku pun punya banyak kekurangan.Begitu pula mas Pras bisa menerima anak-anakku dan menganggap seolah-olah mereka juga anak-anaknya. Itu sudah jauh lebih dari cukup untukku. Entah kapan bibir kami pun saling menempel satu sama lain menikmati romansa bulan madu yang membahagiakan."Kamu bahagia?" bisiknya pad