Lukman berjalan memasuki private room restoran dan di sana beberapa orang yang sedang duduk di meja melihat kedatangannya.“Lukman.”“Tante, sorry telat.”“Tidak apa-apa, Tante dan Om Ferry juga Jasmine juga baru datang.”Lukman melihat pada orang yang di tunjuk, seorang pria yang usianya separuh baya tapi masih tampan dengan tubuh yang masih terlihat bugar.“Om Ferry, apa kabar?” Lukman menyalami pria itu.“Baik, Om senang akhirnya bisa bertemu denganmu tidak hanya lewat cerita dari Amara saja.”“Iya Om, Lukman juga senang akhirnya bisa bertemu langsung.”Lukman menoleh pada gadis cantik dengan wajah blasteran Eropa yang pernah dia lihat di perusahaan Amara waktu itu, terlihat gadis itu menatap tajam penuh selidik pada Lukman.“Lukman kenalkan ini Jasmine, putri angkat kami,” Amara memberi kode pada Jasmine untuk berkenalan dengan Lukman.“Jasmine.”“Lukman.”“Ayo Lukman duduklah di sebelah om Ferry, Tante sudah pesan makanan kesukaanmu.”Lukman duduk di sebelah Ferry, s
Danu terus melirik Rama yang terlihat serius membaca surat penawaran kerja yang akan mereka ajukan pada rapat yang seharusnya sudah mereka lakukan dari satu jam yang lalu.“Kenapa mereka lama sekali?” Danu mulai tidak sabar, “Seharusnya mereka memberi kabar sebelumnya kalau rapat ini di undur.”“Ini sudah hampir satu jam kita menunggu,” keluh Danu, “Mereka benar-benar tidak profesional.”“Sabarlah, mungkin sebentar lagi,” sahut Rama.“Kalau bukan karena proyek besar yang mereka tawarkan, mungkin lebih kita pergi saja dari sini,” sungut Danu.“Apa kau tahu kenapa rapat ini bisa tertunda?” tanya Danu, Rama hanya menggelengkan kepalanya.“Sekretarisnya itu ternyata lupa untuk mencatat ulang tentang pertemuan ini, akan aku beritahu pada Pak Alex agar dia memarahi dan memberi sanksi pada atas kecerobohan sekretarisnya itu nanti,” Danu terdengar kesal.Pintu ruang rapat itu terbuka, Danu juga Rama langsung melihat kedatangan beberapa orang yang memasuki ruangan itu.“maaf Pak Danu,
Walaupun rasa lapar sudah melanda, Elsa dengan sabar berada dalam barisan untuk antri memesan makanan.“Sa,” seseorang menepuk bahu Elsa.Gadis itu segera menoleh dan melihat seorang pria dengan wajah oriental yang berdiri di sampingnya.“Mas Lukman,” Elsa langsung tersenyum pada pria itu.“Lagi antri juga,Sa?”Elsa mengangguk, “Mas Lukman kok bisa di sini?”“Aku kebetulan ada pekerjaan di dekat sini, jadi aku mampir buat makan siang,” “Sendirian saja Mas?’“Iya Sa, kamu juga sendirian?”“Iya Mas.”“Ngak sama Abang Madan?”“Ngak.”“Memang dia kemana?”“Aku kurang tahu Mas.”Lukman ingin kembali bertanya tapi urung karena giliran mereka untuk pesan makanan sudah tiba.Elsa dan Lukman segera mencari tempat duduk saat selesai memesan makanan.“Terima kasih Mas, Elsa jadi ngak enak di traktir terus sama Mas Lukman.”“Biasa saja kali Sa.”Obrolan mereka terhenti saat makanan pesanan mereka datang.“Jadi kamu sama Abang Madan itu sudah bersahabat dekat sejak lama?” tany
Ferry melihat kembali kertas yang ada di tangannya, ini alamat yang di berikan oleh detektif yang ia sewa untuk mencari keberadaan Elsa setelah dia tahu kalau putrinya itu ada di kota yang sama dengannya.Rumah dengan desain minimalis juga halaman yang luas membuat rumah itu terlihat nyaman, menjadi tempat bertahun-tahun putrinya tinggal di sini.Entah kenapa dia tak pernah berpikir setelah kematian Ratih bahwa Frans lah tempat Elsa akan berlindung.Ferry menekan bel pintu dan terdengar suara pria dari interkom. “Iya, siapa?”Ferry terdiam sesaat saat mendengar suara itu, karena dia sangat mengenalinya.“Halo, siapa di depan?”“Halo Frans,” ada jeda dalam sahutan Ferry, “Ini aku Ferry.”Setelah beberapa menit, Ferry sudah berada di dalam rumah berkeliling melihat ruang keluarga yang terlihat nyaman.Dia memperhatikan beberapa foto di ruangan itu, foto yang membuatnya merasa sangat sedih juga bangga.“Itu foto Elsa waktu di wisuda,” terdengar suara dari belakang Ferry, “Dia l
Hari Minggu menjadi hari sangat sibuk, padahal ini cuman acara hantaran anak Tante Tantri, apalagi pernikahan nanti pasti lebih sibuk lagi Elsa pun ikut membantu walaupun itu hanya sekedarnya, karena semua sudah dilakukan oleh oleh EO yang di sewa oleh sang pemilik hajatan. Tenda mewah terpasang depan rumah Tante Tantri, Ibu Sumi terlihat sibuk kesana kemari karena diberi tugas buat menyambut tamu yang akan datang, sementara Elsa hanya duduk di kursi saja sambil mengawasi lalu lalang orang, kalau Adit jangan di tanya dia terlihat sedang bicara dengan beberapa gadis muda sambil tebar pesona. “Elsa jangan duduk saja, ayo cepat berdiri pihak laki lakinya sebentar lagi mau datang,” Ibu Sumi memberi instruksi. Gadis itu menganggukkan kepalanya, dia berdiri bersiap sesuai dengan urutan yang sudah di beritahukan oleh EO tadi. Ibu Sumi berdiri paling depan, tapi dia sudah wanti-wanti sebelumnya pada Elsa agar selalu tersenyum apalagi nanti pada tamu undangan. Akhirnya rombongan yang mem
Perasaan Elsa sebenarnya tidak begitu baik, setelah kejadian lamaran dadakan yang di lakukan oleh Ibu Tri, dia merasa kurang nyaman untuk bertemu dengan Rama di kantor.Sengaja dari pagi dia langsung pergi ke proyek perusahaan untuk mengawasi pengerjaan di sana.Tapi bukan hanya hal itu yang membuat hatinya tak tenang, tapi pembicaraan yang dia lakukan dengan Frans malam sebelumnya setelah kepulangan keluarga Rama.Frans mengungkapkan kalau Ferry datang dan ingin bertemu dengannya.Seandainya tidak ada kejadian kemarin dengan sangat senang hati dia akan meminta pertimbangan dan bercerita pada Rama.“Tumben sepi,” Elsa melihat berkeliling saat tiba di kantor siang itu.Dia menaruh tas dan berjalan ke ruang kerja Rama, mengetuk pintu dan tidak ada sahutan sama sekali.“Rama kan lagi ngak ada di kantor,” Elsa terlonjak kaget mendengar suara dari arah belakang.“Memang Pak Rama ke mana?” Elsa penasaran.“Rama barusan pergi rapat dengan klien kita di daerah Sudirman,” lanjut Danu.
Akhirnya Elsa memutuskan untuk menerima tawaran makan malam dari Ferry yang di sampaikan oleh Frans kepadanya. Tanpa harus menunggu pendapat dari Rama, dia rasa keputusan tetap ada padanya. Elsa sudah sampai di depan restoran tempat ia membuat janji dengan Papanya, dia melihat Ferry tersenyum menyambutnya dia merentangkan tangan untuk memeluk Elsa tapi gadis itu berdiri kaku tak menanggapi keinginan pria itu. Sepertinya Ferry menyadari sikap putrinya dan ia pun tahu bahwa Elsa belum dapat menerimanya saat ini. “Elsa, Papa senang kamu memutuskan datang kesini, ayo mari duduk sini dekat Papa,” ajak feri dengan senang. Elsa duduk tapi tidak duduk di kursi yang ditunjuk feri sebaliknya duduk di hadapan feri. “Sayang, apa aku terlambat?” seorang wanita datang dan langsung memeluk Ferry. Elsa langsung berubah tegang saat dia melihat ke arah wanita itu. “Maaf Elsa, kamu pasti kaget Papa juga ajak Tante Amara dalam pertemuan ini.” Ferry melihat pada wanita yang baru saja datang.Elsa
Ketika siang ini Elsa memberikan laporan untuk Rama dia agak ragu untuk mengetuk pintu ruang Rama, tapi akhirnya dia pun melakukannya dan mendengar suara yang mempersilahkan dia untuk masuk.Elsa masuk dengan membawa berkas laporan ditangan, dia bisa melihat kalau Rama terlihat sangat terpaku pada layar laptop di depannya dan tak menyadari kalau Elsa sudah berdiri di depan meja kerjanya.“Bang, ini Elsa mau kasih laporan yang diminta kemarin,” kata Elsa sambil menaruh laporan itu di atas meja dan Rama kemudian melihat pada gadis itu dari balik kacamatanya dia pun mengangguk dan mengambil berkas laporan itu.“Ini sudah semua ya?” tanya Rama.“Iya sudah semua,” jawab Elsa.Rama kemudian melihat pada Elsa dan melepaskan kacamatanya memijit pangkal hidungnya, Elsa sudah hafal dengan gaya itu artinya pria itu sedang memikirkan masalah yang rumit.“Sa, Abang harap kamu jangan ambil hati soal kejadian kemarin,” kata Rama.Elsa hanya terdiam dan memperhatikan semua kalimat yang akan ke
“Kita jalan-jalan yuk,” ajak Rama pada Elsa. “Mau jalan ke mana?” tanya Elsa. “Ngak tahu,” jawab Rama. “Ya sudah, kita pergi sekarang nanti kalau sudah di jalan baru kita putuskan mau ke mana,” ucap Elsa, “Abang tunggu di sini Elsa ganti baju dulu.” Elsa sangat senang akhirnya setelah berminggu-minggu tidak pergi ke mana pun, dia bisa menikmati untuk bisa pergi keluar. Rama mengajaknya pergi ke sebuah pameran yang ada di kota ini. “Kita jalan-jalan di sini,” ajak Rama sambil mengulurkan tangannya. Elsa menerima uluran tangan Rama dan pria itu menautkan jari-jari mereka seperti sepasang kekasih. Stand kuliner adalah yang banyak mereka datangi, apalagi Elsa sudah lama tidak memakan beberapa jajanan yang dia suka. “Coba ini Bang,” Elsa mengulurkan sendok yang berisi potongan kue ke dekat mulut Rama. Pria itu sedikit ragu untuk menerimanya, tapi akhirnya dia membuka mulut dan menerima suapan dari Elsa. Setelahnya Elsa pun menyuapkan potongan kue lain ke mulutnya dengan memakai
Rama melambaikan tangan ketika sudah berada di dalam mobil yang di kendarai oleh Bapaknya.“Kok kamu ngak bilang kalau mau pulang hari ini Ram?” tanya Ibu Tri melihat pada Rama yang duduk di kursi belakang.“Rencana sih dua hari lagi Bu, tapi begitu kerjanya selesai hari ini Rama langsung ke pikiran langsung mau pulang,” sahut Rama menjelaskan.“Mungkin feeling sama situasi di sini ya Ram?” tanya Ibu Tri lagi.“Ya,” sahut Rama singkat.“Untung tadi Elsa ngak marah, kamu itu hampir bikin ibu kehilangan calon mantu kesayangan,” sungut ibunya.“Ya kalau ngak Elsa ngak jadi, kan masih ada calon satunya,” ucap Bapaknya.“Calon yang mana maksud Bapak?” tanya Ibu Tri.“Itu cewek yang foto bareng Rama,” sahut Bapak Rama.“CK, cewek yang suka pakai baju seksi itu?” sahut Ibu Tri.Bapak Rama menganggukkan kepalanya,” Iya.”“Ngak mau, cewek ngak sopan begitu ngak pantes jadi calon mantuku,” sahut Ibu Tri ketus.“Ram, Ibu mau tanya...” perkataan Ibu Tri terhenti saat melihat Rama y
Rama berkali-kali melirik bergantian, pada Elsa yang duduk tak jauh darinya dan pada enam pasang mata yang ada di belakangnya.Rama tak berhenti mengusap wajah juga lehernya.Rasa kebas masih terasa di kaki juga badannya karena pekerjaan dan penerbangan yang dia lakukan dalam satu hari ini.Sementara Elsa yang duduk cukup jauh dari Rama hanya melirik pria itu dari sudut matanya sambil menundukkan wajah dengan jari yang terpilin di pangkuan.“kamu sudah sehat Sa?” Rama membuka pembicaraan.Elsa hanya menganggukkan kepalanya masih dengan menunduk.“Maaf tadi Abang ngak bermaksud...” ucapan Rama terhenti karena batuk yang coba di tahannya.Rama mengeluarkan sapu tangan dari arah kantong celananya.Elsa mengangkat wajahnya dan melihat kalau sapu tangan itu terlihat agak kotor.Gadis itu baru menyadari saat melihat wajah Rama secara dekat seperti ini.Wajahnya sangat terlihat kusam, lelah dan juga lingkar yang jelas tanda hitam di sekitar matanya.“Mau ke mana Sa?” tanya Rama s
Kemarahan Sumi dan juga Ibu Tri kepada Lukman juga Ikbal gara-gara membuat Elsa pingsan, membuat kedua pria itu diusir dan dilarang untuk datang.Elsa segera di bawa ke rumah sakit, takut sesuatu yang buruk terjadi karena gadis itu cukup lama pingsan.“Mas Ikbal lebih dulu yang memukul,” ucap Elsa lirih dengan wajah sedikit bengkak, saat dia sudah sadar.“Tapi tetap saja seharusnya mereka tidak berkelahi di dekatmu, keterlaluan!” omel Sumi, “Tuh Mba ajari keponakannya, kok bikin rusuh di rumah orang!”“Ck, tenang saja nanti Mbak bakal marahin dia nanti,” sahut Ibu Tri sambil mengambil telepon genggamnya dan tidak lama terdengar omelan panjang lebar darinya.“Bu, Elsa mau pulang saja ngak usah nginap di sini,” ujar Elsa pada Sumi.“Tapi Sa..”“Elsa takut tinggal di rumah sakit lagi,” sela Elsa.“Tunggu Daddymu dan Ayah datang ya, baru kita pulang,” sahut Sumi yang mengerti ketakutan Elsa.“Abang susah banget sih di hubungi,” Adit masuk dengan bersungut.“Mungkin Abang masih s
Ibu Tri merenggut saat mendengar tuduhan Sumi pada Rama. “Jangan asal bicara ya, cah gantengku itu tidak mungkin selingkuh,” bantah Ibu Tri sambil menatap Sumi tajam. “Lho Mbak ngak percaya, coba Adit mana foto Rama sama cewek seksi kemarin,” Sumi mengulurkan tangannya meminta agar Adit memberikan hape miliknya. Adit hanya mengaruk kepalanya, ini kalau sudah berurusan dengan Ibu-ibu yang suka ikut campur urusan anaknya. “Mana!” Sumi terlihat tak sabar. “Iya sebentar Bu,” ucap Adit sambil mengeluarkan hapenya dan memberikan pada ibunya. “Nah ini buktinya,” ujar Sumi sambil memperlihatkan hape adit pada Ibu Tri. Segera Ibu Tri melihat pada gambar yang ada di sana dan langsung mencebikan bibirnya. “Hanya gambar seperti itu tidak membuktikan kalau cah gantengku pacaran sama perempuan itu,” cibir Ibu Tri. “Lho ini kan jelas kalau Rama di sana sama perempuan lain, mereka pacaran,” tegas Sumi tak mau kalah. “Sumi coba perhatikan baik-baik,” Ibu Tri menunjuk gambar pada gawai itu, “
Elsa merenung, untuk apa dia begitu marah pada Rama tadi sampai harus menangis dan mengatakan pria itu jahat dan pembohong, sangat kekanak-kanakan.“Huf, Abang pasti marah sama aku,” pikir Elsa, “Aku marah-marah ngak jelas seperti tadi.”Dia memandang telepon genggamnya, melihat beberapa notifikasi pesan masuk.(“Sa, Abang minta maaf kalau ada salah sama kamu ya.”)(“Abang sibuk banget sampai sering lupa menghubungi kamu.”)(“Abang usahakan untuk segera menyelesaikan semua kerjaan di sini, biar bisa cepat pulang.”) (“Jangan marah ya Sa, Abang mohon sekali lagi minta maaf🙏🙏 kalau memang Abang ada salah.”)Elsa membaca pesan itu, sungguh hati gadis itu menjadi tidak nyaman dengan pesan yang di kirim Rama padanya.Permohonan maaf dari Rama untuk kesalahan yang sebenarnya tidak di lakukan pria itu.Padahal sah-sah saja kalau Rama berselfi atau swafoto dengan orang lain sekalipun itu dengan perempuan cantik seksi menggoda seperti Nindya.Untuk apa marah? Hak apa marah? Elsa
Baiklah! Baiklah! obrolan berlangsung panas, apalagi kalau para pria membicarakan soal wanita seksi.“Ck...ck...” terdengar decak kagum dari mulut Adit dan membuat Elsa kesal melihatnya.Adit yang baru datang ikut bergabung dengan Elsa, Alfa juga Steven.“Bodinya memang seksi abis,” Adit terus memandangi gambar dari ponsel Alfa, “Aku mau follow dia.”“Wuih, yang follow dia banyak sampai satu juta lebih,” Steven ikut membuka tautan media sosial.“Dia sudah follow back aku!” Adit terlihat kegirangan karena begitu cepat mendapat tanggapan.“Sama Dit!” seru Steven dan kembali tos para pria di lakukan.“Kerja di mana di Mas?” tanya Adit.“Oh itu, perusahaan besar,” sahut Alfa menyebutkan nama perusahaan itu.“Dia ini termasuk orang kepercayaan Pak Bram, waktu aku ikut rapat dengan bos waktu itu,” lanjut Alfa bercerita sambil mengunyah makanan.“Orangnya memegang asli cantik dan bodinya, beuh,” Alfa terus berceloteh mengacungkan dua jempol jarinya, “Semolohoy.”Tangan Alfa memben
Bunyi mesin EKG terdengar pelan, pria tua yang berbaring itu terlihat seperti tidur dengan tenang.Mesin bantu pernapasan terpasang dengan beberapa selang yang menempel di tubuhnya.“Bagaimana keadaan tuan Haris?” pria dengan berjas hitam itu memperhatikan Haris yang berbaring tanpa daya.“Kondisinya masih kritis, tapi sepertinya dia berusaha untuk bertahan,” ujar pria dengan menggunakan baju OK putih.“Aku rasa tuan Haris punya alasan untuk bertahan.”“Apa Anda tak menghubungi keluarganya, siapa tahu...”“Tidak, karena justru itu akan membuat nyawa tuan Haris dalam bahaya lagi.”“Tapi...”“Dia sudah memberi amanat, kecuali kalau dia sudah mati baru dia ingin ada keluarga yang berada di sampingnya.” “Itu aneh.”“Ya, tuan Haris memang aneh.”“Tapi saya akui, dia pria tua yang kuat walaupun nyaris saja suntikan itu mengenai jantung dan pembuluh darahnya.”“Itu benar.”“Apakah rekaman cctv yang saya berikan sudah ada titik terangnya?”“Belum, karena sepertinya orang ini p
Cafe itu masih sunyi, hanya beberapa pengunjung yang terlihat. Dua orang saling duduk berhadapan di pojok ruangan, sambil sesekali memperhatikan orang yang keluar masuk di cafe itu dan terlihat sedang terlibat pembicaraan serius. “Sebaiknya kau hentikan dulu rencanamu itu.” “Apa hentikan?” “Ya hentikan saja.” “Kau pikir aku akan hidup tenang selama keturunan Ratih masih hidup?” Terdengar helaan nafas panjang, “Kau bisa menundanya dulu.” “Aku sudah menyusun semuanya dan dalam waktu kami akan menjalankannya.” “Jangan sekarang, apa kau tahu polisi sudah melakukan penyelidikan dan beberapa orang sudah di curiga.” “Mungkin saja beberapa orang itu tidak termasuk aku.” “Jangan terlalu percaya diri, mungkin sekarang kau tidak termasuk yang di curiga tapi tidak mungkin semakin lama arahnya akan ke sana.” “Ha...ha...ha..! “Apa yang membuatmu tertawa? Apa kau pikir semua ini lucu?” terdengar nada tersinggung dari lawan bicaranya. “Lucu, sangat lucu.” “Bagian mana yang kau anggap lu