Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 207. Senyum pagi

Share

Bab 207. Senyum pagi

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-01-25 04:50:35

Di pagi yang sama, jalanan desa masih basah oleh embun di pagi hari yang dingin. Langit biru bersih, tanpa noda awan, menemani Lani dan Alzam yang berjalan santai menuju pasar krempyeng di tengah desa. Alzam terus melirik ke arah Lani yang berjalan di sampingnya, matanya penuh kekhawatiran yang sulit ia sembunyikan.

"Kamu yakin kuat jalan sejauh ini, Sayang?" tanya Alzam, menghentikan langkahnya. Ia mengamati wajah Lani yang terlihat tenang, bahkan tersenyum kecil bergayut manja di lengannya.

Lani mendesah, lalu berbalik menatap suaminya. "Mas, ini cuma jalan kaki ke pasar, bukan mendaki gunung. Aku baik-baik saja."

"Tapi kamu setelah semalaman itu, apa kamu ghak capek?"

"Kamu ngapain sih bahas itu. Sudah, jangan berlebihan. Aku malah senang kita jalan kaki. Rasanya kayak balik ke masa kecil, waktu aku sering diajak Ibu ke pasar ini," jawab Lani. "Ayo jalan lagi. Kalau aku capek, aku bilang kok."

"Iya, ntar aku gendong."

Lani terkikik. "Ih, ngawur kamu. Yang ada malah diketawain orang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Alai Syahrul Nizam
apaan ini thor.. aniaya pembaca kali.. rugi toh bonos pointnya
goodnovel comment avatar
sari sintawati
waduh bonus saya kok jd berkurang,, lumayan banyak banget ,,,
goodnovel comment avatar
Muda Jauhari
yayaya. rugi bonus ..wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 210. Tak semudah itu pergi dariku

    Agna mendengus. Tangannya memegang ponsel di meja kecil di sebelahnya. Pesan terakhir dari Arhand tadi siang masih terngiang-ngiang di benaknya."Kita harus bertemu, Agna. Aku baru saja tiba di Jawa. Aku kangen sekali sama kamu."Dia menghela napas panjang, mencoba mengusir kegelisahannya. Arhand selalu tahu cara menekan kelemahannya. Namun candaan Reynaldi, sempat membuat dia berfikir tentang lelaki itu. Mayor Reynaldi, ucapnya lirih dengan sebuah senyum tersungging.Ponselnya bergetar, memunculkan nama yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Arhand lagi. Agna memutuskan untuk tidak menjawab. Namun, telepon itu tak berhenti hingga akhirnya dia menyerah."Apa lagi, Arhand?" suara Agna terdengar kesal."Kenapa kamu menghindariku? Sejak di Makasar aku menelponmu tapi sepertinya kamu enggan diajak ngobrol. Apa kamu pikir aku akan membiarkan semua ini selesai begitu saja?" Nada Arhand penuh tekanan."Aku tidak punya apa pun untuk dibicarakan lagi denganmu. Sudah selesai. Kamu tahu i

    Last Updated : 2025-01-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 211. Bayangan

    Alzam terbangun karena bunyi ponsel di meja sampingnya. Panggilan tidak dikenal masuk, diikuti pesan. Ia meraih ponsel dan membuka pesan yang berisi sebuah foto. Lagi-lagi foto yang sama: Agna dan Reynaldi, tetapii wajah Reynaldi tidak tertutup stiker seperti kemarin.Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Langkahnya ringan menuju ruang tengah agar tidak membangunkan Lani. Namun, suara lembut istrinya menyapa dari belakang."Mas, kamu ngapain?" tanya Lani, setengah mengantuk.Alzam tertegun, tak ingin membuat istrinya khawatir. "Cuma ngecek sesuatu," jawabnya datar sambil memperlihatkan foto itu.Lani memperhatikan ponsel Alzam. "Pesan ini lagi? Dari siapa, Mas? Aku nggak tenang lihat kayak begini.""Aku juga nggak tahu, Lani. Tapi jelas ini bukan kebetulan. Ada yang sengaja ingin membuat kita salah langkah."Lani menatap suaminya dalam, menyadari emosi yang tersirat di wajahnya. "Mas, hati-hati. Salah langkah sedikit, kamu nggak cuma kehilangan kepercayaan orang,

    Last Updated : 2025-01-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 212. Berjauhan

    Pak Surip menatap kosong ke jalanan di depan markas . Alzam yang seharusnya menunggu, tidak tampak. Ia mengusap tengkuknya dengan gelisah, lalu mengambil ponsel untuk menelepon Lani."Mbak Lani, ini saya, Pak Surip. Mas Alzam nggak ada di depan markas. Apa mungkin dia sudah pergi duluan?" suaranya terdengar panik.Lani yang sedang duduk di ruang pribadi kantornya tersenyum kecil. Ia melirik Alzam yang sedang cengar-cengir sambil memainkan sesuatu di meja kerjanya."Pak Surip, Mas Alzam di sini kok. Maaf, ya. Mungkin dia lupa ngabarin," jawab Lani santai, matanya tetap mengawasi suaminya."Baiklah kalau begitu Mbak, saya akan kembali ke pabrik. Bukannya sebentar lagi Mbak Lani akan pulang ke Sendang Agung?""Iya, Pak. Maaf."Alzam mendongak saat mendengar namanya disebut. "Kok malah aku yang disalahin?" gumamnya."Terus harus aku?"Setelah Pak Surip mengakhiri panggilan, Lani melipat tangan di dada, memandang Alzam dengan alis terangkat. "Mas, kenapa kamu nggak nunggu dijemput Pak Suri

    Last Updated : 2025-01-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 213. Kamu mempermainkan aku

    "Mas, maaf baru bisa lapor." Terdengar suara berat dari kejauhan di telinga Arhand.Telepon orang itu membuat Arhand terdiam sesaat, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme tidak beraturan. Orang di seberang bicara penuh percaya diri, suaranya sarat dengan keseriusan, sepadan dengan bayaran yang dia terima."Siang tadi saya lihat sesuatu yang menarik, Bos," ujar pria itu. "Agna menjemput Alzam di markasnya. Awalnya Alzam nggak mau masuk mobil, tapi setelah ada seseorang turun dari mobil lain dan menyapa mereka, dia akhirnya ikut. Orang itu sepertinya komandannya."Arhand mendengus, rahangnya mengeras. "Komandan Alzam?""Ya, Bos. Dari cara dia berbicara dan posturnya, juga mobil dinas yang dia kenakan, jelas bukan orang sembarangan." Orang itu terdiam sesaat."Lalu, apa yang ingin kamu sampaikan?" Arhand seolah tak sabar." Itu, Bos. Yang aneh, sikapnya. Sepertinya Alzam tidak suka jika bersama Agna. Beda sekali dengan yang pagi tadi. Waktu sama Lani, Alzam kelihatan beda banget. Tata

    Last Updated : 2025-01-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 214. Menantang

    Rumah lumayan besar untuk ukuran di desa Lani itu menyambut Lani dengan tenang, namun ada sesuatu yang membuatnya tak nyaman. Benar kata Mas Alzam, aku harus membuat sesuatu seperti yang dia berikan padaku, pikir Lani tentang kamar mandi. Walau untuk mengatakannya dari kemarin, dia tak berani, takut menyinggung perasaan orangtuanya.Langkahnya pelan melewati ruang depan, lalu menyapa orangtuanya yang tengah duduk di ruang keluarga."Kamu baru datang, Lani? ""Iya, Bu. Ini tuh sudah cepat. Biasanya lebih sore lagi," ucap Lani sambil mencium punggung tangan Towirah dan Wagimin."Kamu hamil, Nak. Ya, ghak usah lama-lama kerja. Toh di tempat sendiri saja kok.""Ya, ghak gitu juga kali, Pak.""Yaudah, sana ke kamar, lalu cepat mandi," ujar Towirah."Belum juga hilang keringatnya, Bu." Lani malah ikut ibunya duduk di sofa, mengupas jeruk."Nggak baik orang hamil kemalaman mandinya."Akhirnya Lani menalah dengan mengangguk kecil, lalu berangkat ke kamarnya. Sejenak, di cermin dia mengelus

    Last Updated : 2025-01-28
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 215. Tangan

    Ruangan terasa dingin karena AC yang menyala, tapi bukan karena itu rasa dingin yang menusuk hingga ke sumsum. Ketegangan yang membara di antara Alzam dan Agna membuat suasana lebih mencekam. Alzam berdiri di ambang kesabarannya, sementara Agna menyilangkan tangan di dada, mencoba menguasai situasi meski emosinya sudah di ujung tanduk."Kamu nggak tahu apa-apa soal aku, Alzam!" suara Agna meninggi. Wajahnya merah padam, tapi Alzam hanya tersenyum dingin."Benar, aku nggak tahu semuanya," balas Alzam, melangkah mendekati Agna hingga jarak mereka hanya beberapa inci. "Tapi aku tahu cukup banyak untuk membuat kamu merasa terpojok."Agna mundur selangkah, matanya menyipit penuh kemarahan. "Memangnya apa yang kamu tau, Alzam. Apa yang aku lakukan atau tidak lakukan, itu bukan urusanmu!""Aku tau banyak hal," Alzam mendengus. "banyak hal tentang kebohongan yang terus kamu pelihara. Mau aku buktikan? Ayo, kita ke dokter, tes virgin! Karena kau tidak pernah menyentuhmu, seharusnya kamu masih

    Last Updated : 2025-01-28
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 216. Pagi

    "Selamat pagi, Sayang!" Sapaan ceria Alzam terdengar penuh semangat, padahal dengusan Lani terdengar melalui eartphone. "Kenapa sambutanmu begini?"Lani tersenyum kecil sambil menepuk perutnya yang sudah membuncit. "Mas, kamu semalam kan sudah telpon, kok pagi-pagi sudah nelpon lagi? Kasihan dedek di perutku, kan, kalau bundanya kurang tidur."Alzam tertawa kecil, tapi ada nada rindu yang tak bisa disembunyikan. "Gimana aku bisa tidur nyenyak tanpa dengar suaramu, Lani? Kamu sama dedek itu bikin aku susah jauh, tahu nggak."Lani terkekeh." Baru juga semalam kita pisah tempat tidur, aku sudah sulit memejamkan mata."" Terus ini kamu lagi lari-lari gitu ta?" tanya Lani. Dia tahu Alzam sedang mencoba kembali ke rutinitasnya setelah beberapa minggu merasa putus asa."Aku baru mulai lagi minggu ini. Rasanya, seminggu nggak joging tuh bikin badan aku beda," ujar Alzam sambil mengatur napas. Dia masih setengah berlari di sepanjang jalan kecil dekat rumahnya."Emang beda, Mas, kamu melar,

    Last Updated : 2025-01-29
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 217. Pertemuan tak terduga

    Langkah Agna melambat ketika suara berat menyapanya dari samping."Mau cari apa di sini?"Seketika, detak jantungnya melonjak. Dia menoleh cepat, mendapati sosok pria tinggi besar berseragam berdiri santai dengan senyum tipis di wajahnya. Reynaldi.Mata Agna menyipit, rasa kaget masih tertinggal di ekspresinya. "Apa urusanmu? Mau jalan, kek, mau makan, itu urusanku," ucapnya sengol. Hatinya memang tak lagi baik-baik saja. Sejak kejadian semalam, pikirannya menjadi kacau. Badannya terasa remuk. Dan hari ini, untuk menghilangkan penat, seperti kebiasaannya, dia pergi shopping di mall.Rey tertawa kecil, tak terganggu dengan sikap dinginnya. "Cuma tanya. Siapa tahu aku bisa bantu."Agna menarik napas dalam. Keberadaannya di sini sudah cukup untuk menenangkan pikirannya, dan sekarang pria ini muncul seolah tak ada pekerjaan lain selain membuat Agna makin pusing."Aku butuh tas dan sepatu," jawabnya akhirnya, malas meladeni lebih jauh.Rey mengangguk pelan. "Mau acara apa?""Apa beli sesua

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 309. Kangen

    "Mir, bayi Alzam gimana?" tanya Rey begitu Mira mengangkat telpon.Mira menahan sendok yang hendak masuk ke mulutnya. Suara Rey terdengar datar, tapi ada sesuatu di balik nada itu."Telpon itu bilang salam duluh kek, ngak langsung gini."Rey terkekeh. "O iya, lupa. Assalamualaikum, Cayangku!""Hm, manis sekali ujungnya.""Tuh, nggak jawab salam malah bilang begitu.""Iya, sampai lupa juga denger terakhirnya." Mira menatap Mbok Sarem yang makan bersamanya. "Walaikumussalam, Raksasa Darat!""Tuh, kan, nggak enak didengernya. Aku bilang Cayang, kamu bales gitu.""Habisnya aku sebel ingat kamu kalau bilang cayang begitu.""Kenapa? Ingat tatapan mesraku ya?""Ingat tatapanmu yang membuatku takut.""Kok takut?"Mira menyimpan senyumnya. Takut jadi makin sayang kamu, Rey, bathinnya. Walau Rey tidak tampan, entah kenapa Mira suka senyumnya yang kharismatik dan penuh ketulusan."Hey, pertanyaanku belum kamu jawab ya?""Yang mana?""Itu tentang bayi Alzam.""Masih di rumah sakit. Tadi sore Lani

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 308. Kapan kamu bisa kupeluk?

    Malam turun perlahan, membawa keheningan yang diselingi suara binatang malam. Lani berbaring gelisah, tangannya menekan dada yang mulai terasa panas dan kencang. Napasnya tak beraturan, keringat dingin membasahi pelipis."Bulek, badannya panas dingin." Mira berbisik pada Towirah yang masih sibuk mencatat siapa saja yang datang tilik bayi.Towirah mengangkat wajah. "Sudah minum obatnya tadi?"Lani menggeleng pelan. "Nggak ada hubungannya, Bu. Ini cuma karena asi terlalu deras."Towirah menatapnya dalam-dalam. Ia tahu anaknya selalu punya asi yang berlimpah. Sejak hamil, Lani rajin minum kuah kacang hijau yang direbus lama, membuat tubuhnya terbiasa menghasilkan asi lebih banyak. Tapi kali ini, situasinya berbeda. Bayinya tak ada, sedangkan tubuhnya tetap memproduksi asi seperti biasa.Mira menatap Lani dengan raut bingung. "Kenapa nggak dipompa aja, Lani?"Lani menutup matanya sebentar, mencoba menahan nyeri yang semakin menusuk. "Nggak kepikiran beli pompa asi waktu beli perlengkapan b

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 307. Cemas

    Pagi itu, embun masih menggantung di ujung daun ketika Senja mengayuh sepedanya melewati jalan desa. Udara segar mengisi paru-parunya, membawa aroma khas sawah yang luas membentang. Roda sepeda berdecit pelan saat ia mengerem di depan rumah yang sudah lama tak disinggahinya.Pintu kayu terbuka, dan dari dalam, seorang gadis kecil dengan kerudung ungu berlari keluar. Wajahnya berbinar, lalu tanpa ragu, dia memeluk Senja erat.“Senja!”Tawa renyah mereka bercampur, membawa kembali kenangan lama.“Kamu tambah tinggi!” seru Azra, matanya penuh rasa ingin tahu.“Ah, biasa aja! Kamu juga tambah cantik,” balas Senja.Azra tertawa kecil, lalu menarik tangan sahabatnya masuk ke dalam rumah. Mereka langsung duduk di beranda, seperti dulu saat mereka menghabiskan sore dengan menghafal ayat-ayat pendek.“Gimana sekolah di kota? Seru nggak?” tanya Azra sambil merangkul sahabatnya itu.Senja meletakkan tangan sahabatnya sebelum menjawab. “Seru, tapi beda banget sama di sini. Semua serba internet.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 306. Bayi yang ditunggu

    Langit masih gelap ketika Alzam menggoyang pelan bahu Senja. "Ayo bangun, nanti keburu sholat Subuh datang," suaranya lembut, tapi cukup tegas.Senja menggeliat pelan di atas sofa kecil yang disediakan di kamar rumah sakit. Kelopak matanya masih berat, tapi suara Alzam membuatnya berusaha sadar sepenuhnya. Dengan mata yang masih setengah terpejam, dia mendengus kecil."Lima menit lagi..." gumamnya sambil menarik selimut.Alzam tersenyum kecil, lalu menepuk bahu anak tiri sekaligus keponakannya itu, sekali lagi. "Nanti kesiangan. Kakak mau belikan buat sahur. Kamu mau apa? "Senja yang tadinya malas-malasan langsung membuka mata. "Bubur ayam, tapi jangan pakai seledri!" katanya cepat."Oke, nanti Kakak carikan. Tapi sekarang, ayo bangun."Dengan sedikit ogah-ogahan, Senja akhirnya bangkit. Setelah wudhu, dia sholat tahajut di sebelah Alzam. Suasana di kamar rumah sakit masih sepi. Hanya terdengar suara lembut lantunan doa dari bibir mereka. "Jangan tidur lagi, sebentar lagi Kakak be

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 305. Saat harus memberi jawaban

    "Adik, jangan lama-lama, ya," suara suster terdengar lembut namun tegas.Senja tersentak, menoleh ke arah suster yang berdiri di dekat pintu. Tatapan wanita paruh baya itu ramah, tapi tetap mengandung peringatan.Ia menatap lagi ke inkubator, ke bayi mungil yang masih tertidur nyenyak, lalu mengangguk kecil. "Iya, Suster."Tangannya yang semula menempel di kaca perlahan turun. Ia beranjak pergi, tapi langkahnya tak menuju ruang perawatan Lani. Ia berjalan lurus melewati lorong rumah sakit yang terasa sepi, lalu ke arah taman kecil di belakang gedung.Duduk di bangku kayu, Senja menghela napas panjang. Kepalanya terasa penuh.Kenapa semuanya tiba-tiba jadi begini?Beberapa bulan terakhir, ia tinggal di rumah Thoriq, kakeknya, dan sudah merasa nyaman. Elmi, adik Alzam, memperlakukannya seperti anak sendiri. Kemana-mana mereka selalu berdua. Bahkan Aksa, suami Elmi, juga seperti sosok ayah baginya.Tapi di sisi lain, Lani.Ibunya.Mereka sering menghabiskan waktu berdua hanya untuk ngobr

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 304. Memilih

    Kinan masih berdiri tegak, matanya menatap tajam ke arah Agna yang berdiri dengan wajah tanpa ekspresi."Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu lakukan?" suara Kinan rendah, tapi tajam.Agna menarik napas, berusaha tenang. "Aku nggak ngerti maksudmu.""Jangan pura-pura bodoh," Kinan melangkah lebih dekat. "Selama ini kamu selalu bersembunyi di balik topeng baik-baik, tapi kenyataannya? Kamu selingkuh di belakang suamimu. Untung juga Alzam nggak cinta sama kamu. Kalau cinta, bisa hancur rumah tangga."Pak Bara menghela napas, tak tahu harus bagaimana menghentikan Kinan. "Aku nggak pernah bermaksud menyakiti siapa pun," Agna akhirnya bicara. "Justru karena dia nggak cinta sama aku, hinggah aku,.."Kinan tertawa sinis. "Itu bukan alasan untuk orang selingkuh."Agna menegang."Semua ini memang salahku. Aku yang menyebabkan Agna melakukan semua itu. Jadi tolong, berhentilah menghinanya." Akhirnya Arhand angkat bicara.Air mata sudah menggenang di pip Agna.Pak Bara akhirnya melangkah men

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   303. Saat ingin menjadi orang baik

    Langkah Arhand melambat saat mendekati mobil. Agna, yang berada di sisinya, juga ikut berhenti. Mereka saling bertukar pandang sebelum akhirnya menoleh ke belakang."Mami, Papi duluan aja. Kita masih mau mampir ke ruangan Alzam," ujar Agna, suaranya datar, tapi ada sedikit ketegangan di sana. Merela tau, Sandra tidak akan tinggal diam dengan pemitan mereka.Benar saja, Sandra mendengus, seolah tidak senang dengan keputusan itu. "Buat apa? Mereka pasti sibuk sama bayinya. Ngapain juga kalian ke sana? Merepotkan diri saja," gerutunya."Kita cuma mau pamit," Arhand menimpali. "Sebentar aja."Arya, yang berdiri di sisi Sandra, hanya melirik sekilas. "Iya, Hand, dia saudaramu. Sudah sewajarnya kamu harus pamit padanya. Cepatlah kalau memang itu maumu. Kami bisa duluan pulang."Tanpa menunggu lebih lama, Arhand menggenggam tangan Agna, membawanya melangkah menuju ruang perawatan Lani. Namun, saat mereka tiba di sana, tempat itu kosong. Tidak ada Lani, tidak ada Alzam.Agna mengerutkan kening

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 302. Bayi kita

    Di ruang tunggu rumah sakit, Agna bersandar pada kursi dengan wajah yang sulit suram. Sesekali, kakinya bergerak gelisah, sementara matanya melirik ke arah pintu, menunggu orang yang kini ke ruang administrasi. Arhand masih di dalam, mengurus segala urusan sebelum mereka bisa pulang.Di sebelahnya, Sandra tak henti-henti berbicara."Jadi, Lani akhirnya nggak dapat donor dari Arhand?"Nada suaranya penuh dengan penekanan, seolah ingin memastikan semua orang tahu betapa anehnya keputusan itu.Agna mendengus pelan. Ia melirik Sandra, lalu menoleh ke Arya yang duduk di seberangnya. Dari tadi tingkah maminya begitu membuatnya sebal."Mi, ini sudah bolak-balik dibahas," ucap Agna akhirnya, mencoba menahan kesal."Tapi aneh, kan?" Sandra masih bersikeras. "Masak Arhand, yang katanya peduli, nggak jadi donor? Ada apa sebenarnya? Atau jangan-jangan—""Mi. Sudah ada temannya Mas Alzam yang tiba lebih duluh."Arya memotong cepat. Wajahnya tetap tenang, tapi intonasi suaranya sedikit menekan."K

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 301. Berpelukan

    Rey dan Mira duduk di taman rumah sakit, memperhatikan orang-orang yang berjalan menuju ruang bayi yang tak jauh dari pandangannya, walau di sebrang mereka duduk. Mira ikut menatap ke arah yang sama, tangannya masih menggenggam botol air mineral yang tadi ia beli di kantin rumah sakit."Kita kok belum lihat ke sana. Masih di sini saja?""Jangan ke sana.""Memang kenapa? Aku kan juga pingin lihat gimana rupa bayinya Lani sama Alzam itu," guman Mira."Ntar kamu jadi segera pingin punya anak, padahal kita kan belum waktunya itu,..." Rey terkekeh."Ih, pikiran kamu ngeres." Mira bahkan sempat bergidik saat selintas terbayang Rey sebesar itu mendekatinya."Tuh kan, bayangin aku," gurau Rey.Lagi-lagi Mira bergidik. "Amit-amit deh bayangin kamu, Rey. Yang ada malah aku sawanan. Kamu sebesar itu."Rey terkekeh. Namun dia kemudian terdiam."Lihat, siapa yang datang," gumam Rey pelan.Mira mengernyit. "Siapa?"Sebelum Rey menjawab, seorang lelaki melangkah pelan menuju tempat wudhu di musholla

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status