Share

Bab 216. Pagi

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-01-29 05:16:32

"Selamat pagi, Sayang!" Sapaan ceria Alzam terdengar penuh semangat, padahal dengusan Lani terdengar melalui eartphone.

"Kenapa sambutanmu begini?"

Lani tersenyum kecil sambil menepuk perutnya yang sudah membuncit. "Mas, kamu semalam kan sudah telpon, kok pagi-pagi sudah nelpon lagi? Kasihan dedek di perutku, kan, kalau bundanya kurang tidur."

Alzam tertawa kecil, tapi ada nada rindu yang tak bisa disembunyikan. "Gimana aku bisa tidur nyenyak tanpa dengar suaramu, Lani? Kamu sama dedek itu bikin aku susah jauh, tahu nggak."

Lani terkekeh.

" Baru juga semalam kita pisah tempat tidur, aku sudah sulit memejamkan mata."

" Terus ini kamu lagi lari-lari gitu ta?" tanya Lani. Dia tahu Alzam sedang mencoba kembali ke rutinitasnya setelah beberapa minggu merasa putus asa.

"Aku baru mulai lagi minggu ini. Rasanya, seminggu nggak joging tuh bikin badan aku beda," ujar Alzam sambil mengatur napas. Dia masih setengah berlari di sepanjang jalan kecil dekat rumahnya.

"Emang beda, Mas, kamu melar,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
arhand sudah mulai menampakkan batang hidungnya dan kasih petunjuk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 217. Pertemuan tak terduga

    Langkah Agna melambat ketika suara berat menyapanya dari samping."Mau cari apa di sini?"Seketika, detak jantungnya melonjak. Dia menoleh cepat, mendapati sosok pria tinggi besar berseragam berdiri santai dengan senyum tipis di wajahnya. Reynaldi.Mata Agna menyipit, rasa kaget masih tertinggal di ekspresinya. "Apa urusanmu? Mau jalan, kek, mau makan, itu urusanku," ucapnya sengol. Hatinya memang tak lagi baik-baik saja. Sejak kejadian semalam, pikirannya menjadi kacau. Badannya terasa remuk. Dan hari ini, untuk menghilangkan penat, seperti kebiasaannya, dia pergi shopping di mall.Rey tertawa kecil, tak terganggu dengan sikap dinginnya. "Cuma tanya. Siapa tahu aku bisa bantu."Agna menarik napas dalam. Keberadaannya di sini sudah cukup untuk menenangkan pikirannya, dan sekarang pria ini muncul seolah tak ada pekerjaan lain selain membuat Agna makin pusing."Aku butuh tas dan sepatu," jawabnya akhirnya, malas meladeni lebih jauh.Rey mengangguk pelan. "Mau acara apa?""Apa beli sesua

    Last Updated : 2025-01-29
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 218. Kembali

    Setelah kepergian Agna, Damar berjalan mendekati Vero, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal di samping tubuh. Matanya menatap tajam perempuan itu yang masih berdiri tenang di depan toko suvenirnya."Kenapa bilang ke Agna kalau kamu istriku?" suaranya rendah, nyaris berbisik, tapi dingin menusuk.Vero menoleh santai. "Kamu keberatan?""Jangan main-main, Vero."Vero menghela napas panjang, lalu menunduk sedikit melihat Diandra yang sedang asyik memainkan gelang kecil yang baru dibelinya. Dia membelai lembut rambut putrinya sebelum menatap Damar lagi."Aku nggak bermaksud apa-apa."Damar mendecak. "Kamu tahu Agna kenal Mira. Gimana kalau dia cerita?"Vero mengangkat bahu. "Ya terus?"Damar menggeram pelan. "Aku serius sama Mira."Ada sekilas perubahan di wajah Vero, tapi hanya sekejap sebelum dia tersenyum miring. "Oh ya? Tapi, sampai sekarang kamu belum menikah, kan?""Baru juga kemarin aku diterima ibunya, Vero."Vero tertawa kecil. "Berarti belum ada kepastian kan?"Damar mengerjap,

    Last Updated : 2025-01-30
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 219. Rindu

    Alzam berjalan cepat keluar dari pabrik, matanya menyapu sekeliling. Lani tidak ada.Biasanya, dia masih duduk di dekat ruang pribadinya, menyelesaikan laporan akhir atau keluar sekadar berbincang dengan orang yang kerja sebelum pulang. Tapi kali ini, tempat itu kosong.Dia menghela napas pelan.Sial, aku terlambat.Ini sudah hari kedua dia tak bertemu istrinya.Tugas tambahan tiba-tiba datang bertubi-tubi. Semuanya seolah menumpuk. Tidak ada yang bisa dia abaikan. Setiap kali dia berpikir pekerjaan akan selesai lebih cepat, selalu ada hal baru yang menahannya.Langkahnya melambat saat sampai di mobil setelah dari markas dia langsung ke pabrik itu, bermaksud bisa bertemu dengan Lani. Kalau pagi Lani pasti belum datang padahal Alzam sudah berangkat ke markas.Diam di rumah terasa lebih panjang dari biasanya. Mungkin karena Lani tidak ada di sampingnya, seperti malam-malam sebelumnya. Tidak ada cerita ringan tentang pekerjaannya, atau tawa kecilnya saat membahas bayi mereka yang semakin

    Last Updated : 2025-01-30
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 220. Barang berharga

    Lani menyandarkan kepalanya ke bahu Alzam, menyusupkan tangannya ke dalam genggaman suaminya. "Jangan bilang mau kasih nama Jawa seperti kebanyakan nama orang sini, ya," guman Alzam saat melihat Lani mengerutkan jidatnya."Jangan bilang juga kamu mau kasih nama ke-Arab-Araban, seperti namamu," kekeh Lani pula.Alzam menatap Lani dengan seringai kecil. "Memangnya kenapa? Nama Arab bagus-bagus, lho. Penuh makna."Lani mencibir, bibirnya mengerucut jenaka. "Terus, kalau anaknya lahir cewek, gimana? Aku kan pengin anak perempuan biar ada temennya Senja.""Ya cari lagi, dong."Alzam mengerutkan kening pura-pura serius. "Daulani… Namamu aneh banget. Apa artinya, sih?"Lani mencubit lengan suaminya, tapi tanpa tenaga. "Dasar! Nama itu ilham dari Ibu sama Bapak. Hargai usaha mereka, dong!"Alzam terkekeh, lalu mengecup puncak kepala istrinya. "Ya sudah, kita pikirkan nanti. Sekarang…" Dia menatap istrinya dengan tatapan yang mengharap.Lani mendengus. "Ogah. Ngantuk.""Tapi aku kangen banget,

    Last Updated : 2025-01-31
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 221. Mayor Reynaldi...

    Tawa menggema di dalam restoran. Suasana elegan dengan lampu gantung mewah, pelayan yang sibuk mondar-mandir, dan alunan musik jazz lembut di sudut ruangan, seharusnya membuat siapa pun merasa nyaman.Tapi Agna gelisah. Bukan karena makanan yang tersaji di depannya, atau percakapan teman-temannya yang membahas rapat partai tadi siang.Melainkan karena tatapan itu. Tatapan yang membuatnya tak bisa berhenti dengan menelisik pria yang jauh dari mereka duduk, tepatnya, pria yang berada di meja seberang.Mayor Reynaldi duduk di sana, bersama seorang pria lain berseragam dinas. Mereka tampak serius berbincang, tapi sesekali, Rey mengarahkan pandangannya ke arah Agna.Entah sudah yang keberapa kali.Agna mencoba tidak peduli. Dia meraih gelas, menyesap lemon tea perlahan. Tapi, saat meletakkan kembali gelasnya, mata mereka bertemu lagi. Mayor Reynaldi, diucapkannya kembali nama dengan pangkat di belakangnya itu. Sedikit senyumnya mengembang. Walau tidak tampan, badannya yang tinggi besar d

    Last Updated : 2025-01-31
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 222. Diikuti

    Agna merasa kelelahan setelah berkeliling kota, mengurus beberapa hal yang sudah lama tertunda. Langkahnya berat ketika ia melangkah menuju rumah Alzam, berharap bisa menemui lelaki itu. Namun, saat ia membuka pintu rumah, hanya ada Mbok Sarem yang sedang duduk di sudut ruang tamu, memandangi piring-piring kosong di meja."Mbak Agna, ada apa?" tanya Mbok Sarem dengan suara pelan.Agna hanya mengangguk dan melangkah lebih dalam, menatap sekeliling rumah yang terasa sepi. Tidak ada suara langkah kaki Alzam, tidak ada obrolan hangat antara dia dan MBok Sarem seperti biasanya. Seharusnya dia ada di sini."Mas Alzam mana?" suara Agna mengeras, tidak bisa menyembunyikan keresahan yang mulai tumbuh dalam dirinya.Mbok Sarem menunduk, tidak berkata apa-apa. Wajahnya tampak cemas, seolah-olah ia sedang berpikir keras bagaimana menjawab pertanyaan Agna tanpa menimbulkan masalah."Mbok, jawab! Di mana Mas Alzam?" Agna mengulang, suaranya semakin tegas, penuh kekesalan.Mbok Sarem terdiam beberapa

    Last Updated : 2025-02-01
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 223. Asbak

    Ruangan pemeriksaan itu cukup terang, dengan suara mesin yang bersahutan di sudut ruangan. Lani duduk di kursi panjang dengan tangan memeluk perutnya, sementara Alzam duduk di sampingnya, matanya tak lepas dari wajah Lani. Sebuah rasa khawatir menggelayuti pikiran Alzam. Selama beberapa minggu terakhir, ia sering merasa cemas tentang kehamilan Lani. Apakah semuanya baik-baik saja?Lani melirik Alzam, memberi senyum yang berusaha ia tunjukkan meskipun dalam hati ada perasaan lain. "Jangan khawatir, Mas. Semua akan baik-baik saja," kata Lani pelan, meyakinkan dirinya sendiri lebih tepatnya.Alzam menggenggam tangan Lani dengan lembut, namun cemas masih terlihat jelas di wajahnya. "Aku hanya ingin semuanya lancar, Lani. Aku ingin kalian berdua baik-baik saja."Lani mengangguk. "Kita tunggu saja hasilnya. Dokter pasti bisa membantu." Saat Alzam duduk di kursi menunggu dengan gelisah. Tangannya sibuk memeriksa ponsel, akhirnya menemukan nomor Dandi yang sudah lama tak ia hubungi.Setelah

    Last Updated : 2025-02-01
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 224. Keputusan

    Arhand menyulut sebatang rokok. Ujungnya menyala, menciptakan api yang mencium udara malam, dan dengan satu tarikan dalam, asap tebal memenuhi paru-paru. Begitu menghembuskan nafas, seolah ada sesuatu yang pecah di dalam dirinya.Hanya beberapa detik, namun sensasi itu tetap menggantung. Sebelum rokoknya mati perlahan, Arhand menatap kelam ke arah jendela, dan bayangan wajah Agna kembali mengusik ingatannya.Dia ingat bagaimana setiap kali Agna datang, dunia terasa sedikit lebih terang. Tapi kini? Hanya bayangan yang dia rasakan. Agna menjauh. Mengapa Agna menghindariku? Mengapa tidak ada percakapan seperti dulu? Terlebih saat malam aku mendatanginya di rumah Alzam itu yang membuat hatiku sakit.Namun yang lebih parah, mengapa perasaan ini semakin menggigit?Dengan gusar, Arhand membuang rokoknya ke lantai dan menginjaknya dengan kasar."Kenapa kamu begitu, Agna?" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri."Makin lama, kamu makin menjauh."Tapi bukan hanya Agna yang terlintas dalam bena

    Last Updated : 2025-02-02

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 383. Perjalanan

    Menjelang pagi, suasana rumah Lani dan Alzam perlahan kembali hening setelah malam penuh kebahagiaan. Namun pagi itu juga menjadi momen yang berat bagi Mira. Ia harus berpamitan."Lani...," suara Mira lirih, menahan air mata. "Aku pamit ya. Seperti yang kita rencanakan, aku resign. Lagian, kehamilanku udah masuk tujuh bulan. Kayaknya waktunya istirahat dan fokus siapin semuanya."Lani memeluk Mira erat. "Kamu yakin? Aku belum siap kehilangan kamu, Mir. Excel juga pasti cari-cari."Alzam menghampiri dengan senyum hangat. "Tenang aja, Lani. Kita bisa sering main ke sana. Lagi pula rumah Rey juga kan deket, cuma dua jam lebih dikit. Rey juga bisa mancing di sini."Mbok Sarem menenteng tas kecil sambil mengelus perut Mira. " Mbok doakan lancar sampai lahiran. Tapi ya itu, nanti kalau kamu lahiran, Mbok boleh ke sana, kan?"Mira tertawa kecil. "Wajib, Mbok. Nggak lengkap rasanya tanpa kehadiran Mbok."Excel yang baru bisa merangkak cepat, tiba-tiba menghampiri Mira sambil menyodorkan botol

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 382. Akhirnya

    Sore mengendap di antara sela-sela pepohonan di halaman belakang rumah Arhand yang dipenuhi harum rempah dan suara tawa. Tapi tak ada yang bisa menyaingi keharuan yang hadir hari itu.Di bawah naungan tenda sederhana berhiaskan lampu-lampu kecil, Arhand dan Agna duduk bersisian. Seorang kyai sepuh dari pesantren dekat rumah memimpin akad nikah yang syahdu, hanya dihadiri oleh keluarga, Evran, Arman, Manda, Thoriq, Salma, Elmi, Aksa, Alzam dan Lani. Tak ketinggalan, Arya dan istrinya yang kini telah berdamai dengan masa lalu.Mereka memang menggelar acara itu di halaman belakang rumah yang luas namun tertata rapi, para tamu keluarga duduk di atas tikar pandan, menyaksikan prosesi kecil yang begitu sakral. Tak ada gaun mewah, tak ada undangan bertumpuk, hanya kehadiran orang-orang terkasih yang telah menemani perjalanan panjang Arhand dan Agna.Evran duduk di sisi depan, menggenggam tangan Arman erat. Di sebelah mereka, Manda tak mampu menahan air mata saat melihat putranya berdiri teg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Selamat

    Menjelang maghrib, sebuah mobil boks putih bertuliskan nama catering ternama berhenti tepat di depan rumah Alzam. Beberapa pekerja turun dengan sigap, membongkar kotak-kotak makanan, mengangkat panci besar, dan menurunkan nampan berisi hidangan lengkap. Tak lama kemudian, satu per satu terop berdiri di halaman rumah. Warga mulai berdatangan, heran dan penasaran dengan suasana yang tiba-tiba ramai ini.Lani, yang sedang menidurkan Excel, langsung keluar begitu mendengar suara gaduh. "Mas, ini semua apa?" tanyanya dengan nada bingung.Alzam hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, pura-pura tak tahu. "Aku juga baru lihat ini, Lani. Mungkin ada orang yang salah alamat?""Mas... jangan bercanda. Ini rumah kita. Lihat itu, teropnya sudah hampir jadi."Mbok Sarem yang baru saja selesai menyiapkan camilan untuk semua orang, ikut keluar dan berdiri di samping Lani. "Masya Allah, ini ada acara apa, to, Mas Zam? Kok kayak mau mantenan aja."Lani memutar-mutar ponselnya, mencoba menghubungi Mira.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Kepercayaan

    Arhand dan Agna saling berpandangan ketika suara dari ponsel membuat mereka terdiam. Arhand mengernyit, mencoba mengenali nada bicara itu—terdengar lelah, namun juga penuh tekanan."Maaf, apa benar ini nomornya Mas Arhand?""Iya. Ini saya sendiri. Maaf, ini siapa ya?"Dari seberang sana, terdengar helaan napas berat sebelum suara lain, jauh lebih familiar namun dibalut amarah dan kekhawatiran, mengambil alih sambungan."Arhand! Astaghfirullah, kamu ke mana aja? Kami tunggu dari kemarin sore di Munding Wangi. Kamu ke mana? Omahmu ini udah nyaris sesak karena semua nanya kamu di mana!""Oma?" Arhand langsung berdiri, panik. Ia memutar langkah ke arah jendela, mencoba menjauh dari Agna agar percakapan lebih tenang. "Oma, maaf... aku—aku...""Apa kamu sama perempuan itu, hah? Oma bisa terima kamu memang sudah sah menurut negara, tapi menginap, satu apartemen? Ya Allah, Arhand... jangan cemari darah keluarga kita dengan aib!" Suara Oma Evran meninggi, dan di latar belakang terdengar suara M

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 379. Cobaan

    Arhand merapatkan pelukannya. Hawa malam yang sejuk dari jendela balkon tetap terasa hangat di antara mereka. Agna merebahkan kepalanya di bahu Arhand, mencoba menenangkan debaran jantungnya sendiri. Aroma parfum lembut yang ia kenali sejak dulu masih melekat di kemeja pria itu."Aku nggak nyangka... kita bisa begini," lirih Agna."Kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Arhand pelan, hampir seperti berbisik di telinga."Suka... Tapi takut," jawab Agna jujur."Takut kenapa?""Takut kita kelewatan. Kita bawa diri ke tempat yang terlalu nyaman, lalu kita kehilangan kendali."Arhand menarik napas panjang, tapi tak menjauh. Sebaliknya, ia justru menyentuh pipi Agna dengan lembut, menatap wajah perempuan itu dengan serius."Aku bawa kamu ke sini bukan buat itu, Agna. Aku cuma pengen kita bisa bicara dari hati ke hati, jauh dari ributnya dunia luar. Tapi aku juga manusia, aku... aku nggak bisa bohong, rasa untuk itu ada. Aku lelaki normal, di dekatmu aku seperti hilang kendali. Agna, aku,.."Agna m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Keajaiban

    "Mir, kamu kenapa?"Mira makin mengeratkan pelukannya, bahkan mencium Rey dengan begitu saayangnya. Binar ceria nampak tergambar di matanya."Mira, jangan bikin aku takut kayak gini, dong."Mira makin terkekeh dan mengajak Rey bercanda dan bermanja.Malam semakin larut ketika aroma embun mulai merambat dari sela jendela kamar yang terbuka sedikit. Lampu redup menemani keheningan malam di rumah Alzam yang kini kembali tenang setelah membahas soal keramaian resepsi siang tadi. Kamar yang biasanya hanya ditempati Mira kini terasa lebih hangat—bukan hanya karena Rey yang kini hanya di kamar, tapi juga karena kehadiran cinta yang tak terbendung di antara mereka.Rey duduk di tepi ranjang, sementara Mira bersandar di bahunya. Tangannya yang besar membelai pelan rambut istrinya, seperti mencoba menghapus kelelahan yang masih menggantung di wajah cantik itu."Kamu ngapain mandangin aku terus?" Mira melirik."Lagi jatuh cinta, Mir. Sama istri orang."Mira mencubit lengan Rey pelan. "Istrimu se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Kita sudah sah,..

    Kota Makassar malam itu gelap tanpa bintang. Awan menggantung rendah, seolah tahu ada yang sedang gundah turun dari pesawat malam. Arhand menapakkan kakinya di bandara dengan langkah berat, membawa koper kecil dan tas selempang yang lebih berisi kegelisahan daripada barang-barang.Baru beberapa langkah keluar dari pintu kedatangan, sebuah tangan menarik pergelangan tangannya. Lembut, tapi membuat jantungnya berdegup."Bukan aku ingin menghianati janjiku, Arhand," suara Agna lirih namun tegas. Matanya menatap Arhand, dengan kelopak yang lelah, seperti habis menangis.Arhand berhenti, menatap perempuan yang kini berdiri di hadapannya. Ada syal panjang membalut kepala Agna. Tidak seperti biasanya. Bukan hijab penuh, tapi semacam penyesuaian. Agna mencoba, meski belum yakin."Tapi setelah aku bertemu ibumu tadi... aku takut, Hand. Takut aku tak akan bisa menjadi menantu yang baik untuk beliau. Dia membenciku. Tatap matanya seolah tak sudi padaku."Arhand tidak langsung menjawab. Ia hanya

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 376. Terkabulnya permintaan

    Keluarga besar Arhand sudah lebih dulu tiba di Munding Wangi, membiarkan Arhand bicara dengan mertuanya. Mereka sejak belum selesai acara sudah ingin pulang. Bukan hanya Thoriq dan Salma yang mendengar perbincangan tak enak di kalangan orang besar itu, khususnya di kalangan partai yang dinaungi Agna. Walau mereka berusaha bungkam dengan seolah tak terjadi apa-apa, sampai waktu mereka dipakai untuk menimang cucu mereka, Excel, mereka tak bisa menutup telinga."Ternyata dengan menggelar pesta pun takkan membuat orang lain kagum, justru makin mengumpulkan orang untuk membicarakan aib pengantin," ucap Lani berbisik pada suaminya."Bener, Lani. Mereka kan nggak kenal aku sama Rey, hinggah mereka enak aja ngobrol soal yang kini berdiri di pelaminan dengan tak melihat kami yang makan sambil memperhatikan mereka. Bener kan, Rey?""Apa?""Rey, kamu ini gimana sih, dari tadi kita ngomong banyak hal, kamu cuma merhatiin Mira saja," timpuk Alzam yang merasakan beban yang ditanggung nenek juga tan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 375. Desas desus di resepsi

    Pesta pernikahan Agna dan Arhand digelar megah di ballroom hotel bintang lima. Bunga mawar dan lili putih mendominasi dekorasi, sementara lampu-lampu gantung kristal menciptakan kilauan mewah di setiap sudut ruangan. Musik alunan saxophone dari panggung utama melantun lembut, menyambut para tamu undangan yang datang berbusana formal nan elegan.Agna duduk di pelaminan, mengenakan gaun rosegold berpotongan longgar berhias renda halus dan mutiara kecil yang dijahit tangan. Hijab satin senada melingkupi rambutnya, sementara riasan wajahnya natural dan lembut. Namun, sorot matanya tak sepenuhnya bahagia. Ia mencoba tersenyum pada setiap tamu yang menyalami, meski jauh di dalam dadanya, ada sesak yang tertahan. Sejak bertemu dengannya, keluarga Arhand tak menampakkan keramahannya. Manda bahkan sering berpaling saat dia menatapnya. "Baru juga di sini mereka seperti ini. Bagaimana jika aku nanti jadi ikut ke sana? Bahan aku seolah tak membawa apa-apa. Apa yang bisa aku lakukan untuk menghad

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status