"Papa!" ujar Alicia dengan sedikit limbung. "Ya Papa!" ujar Lionel lagi seraya menunjuk kepada seorang pria yang nampak sedang sama terkejutnya. . "Anthony," imbuh Alicia dengan terbata. Alicia menoleh kepada Anthony lalu melihat kepada Lionel, seraya berpikir apa Anthony benar-benar ayah dari Lionel. Dalam kelimbungan Alicia patuh ketika Lionel menariknya untuk ke arah Papanya itu. "Ini adalah Mama!" ujar Lionel. Anthony dibuat lebih terkejut lagi. Karena Lionel baru saja bicara dengan orang yang terhitung asing dengannya. “Apa sudah bisa bicara?” tanya pria itu dengan sedikit rasa tidak percaya.Lionel hanya terdiam saja ketika Anthony bersimpuh di depannya lagi. Lalu bocah itu mendongak kepada Alicia. “Mama,” panggilnya lagi.Anthony menoleh kepada Lara, lalu dia melihat Lionel lagi. "Apa wanita ini meminta kau memanggilnya Mama?" tanya pria itu sambil tetap bersimpuh di depan Lionel. bocah itu menggelengkan kepalanya, "Ini Mamaku!" ujarnya lagi dengan lugas meski dia baru ber
Begitu sampai di kediaman Smith, Lionel seperti lupa akan keberadaan Pamannya itu. Tiba-tiba Anthony merasa haknya dirampas oleh Alicia. Melihat keduanya sudah keluar dari mobil. Maka pria itu langsung mengejar mereka.“Lionel apa lupa, esok kita akan pergi kemping?” ujar Anthony seraya menarik pelan Lionel agar berhenti berjalan bersama Alicia.Lionel memiringkan kepalanya. Terlihat seakan sedang berpikir, “Mama ikut ya?” Pinta Lionel sembari memandang kepada Alicia.Napas Alica terasa langsung tersedak mendengar permintaan bocah yang baru saja menjadi putranya itu. “Eum … itu, sepertinya Mama tidak terlalu suka pergi tidur di alam bebas!” jawabnya.Mendengar jawaban Alicia yang menolak, maka Lionel langsung saja menundukan kepalanya. Pada saat ini Alicia merasa serba salah. Jika dia ikut pergi kemping itu artinya ada Anthony bersama mereka. Jika dia tidak ikut, Lionel akan merasa sedih.Alicia bersimpuh di depan Lionel, lalu dengan perlahan dia menampuk wajah mungil putranya itu.
“Jangan membuat Lionel takut!” ujar Anthony dengan sedikit menurunkan nada bicaranya. Anna pun mengendalikan emosi marahnya dengan tetap memasang wajah senyum. Lalu kembali ke kursinya. “Karena kau sudah mau bicara, nanti Bibi akan membelikanmu hadiah ok!” ujarnya kepada Lionel. Alicia langsung saja menarik nampan yang tadi dibawanya. “Llihatlah Mama memasak makanan istimewa untukmu!”Lionel pun bertepuk tangan kecil seraya menggoyang-goyangkan kakinya, tanda dia seperti sedang sangat senang sekali. Alicia membuat menu dengan memperhitungkan jumlah protein hewani, nabati, sayur dan buah yang memang dibutuhkan Lionel untuk tumbuh kembangnya. Ada cream soup yang berbahan dasar susu dengan isian, kentang juga brokoli dan daging fillet. Terlihat Lionel sedang mencium aroma wangi dari masakan Alicia. Lalu dia menoleh kepada Anthony dan memberi tanda satu jempol. Bocah kecil itu pun langsung melahap creap soup yang tersedia di depannya, tidak membutuhkan waktu lama, Cream Soup pun langs
Alicia memutar kedua bola matanya. "Hah, dasar memang pria ini tidak pernah mau kalah!" Anthony tersenyum puas ketika melihat Lionel ,memberikan dua jempool, tanda sedang dipuji hebat oleh Lionel. Matahari terlihat akan terbenam. Mereka pun menyudahi permainan, Saatnya Anthony mencari kayu bakar untuk api unggun. Alicia mulai membersihkan ikan untuk dibumbui. Kali ini Lionel meminta agar boleh ikut untuk mencari kayu bakar. Pada Awalnya Anthony menolak. Tapi,Alicia membujuk pria itu agar mengizinkan. "Ini akan bagus bagi perkembangan karakternya untuk masa depannya nanti!" Lionel tetap memberikan tatapan permohonan kepada Anthony. Dibujuk oleh dua orang pada akhirnya hati pria itu pun luluh. juga "Ok, jangan jauh-jauh dari Papa, Ok!" Lionel mengangguk, Anthony meanggandeng tangan bocah kecilnya itu. "Kalian hati-hati ya!" teriak Alicia menyemangati. Alicia pun mulai mengolah masakan ikan bakanya, menggiling bumbu dan membersihkan ikan. Anthony hanya akan memotong cabang kayu ya
Mata Alicia memerah, hatinya terasa sesak memikirkan apakah Lionel sudah makan, apakah semalam tadi dia merasa kedinginan. "Maafkan Mama ... maaf!" Alicia mengahapus air matanya ketika salah satu tim pencari jejak memanggilnya, mereka akan segera bergerak lagi. sesi pencarian pun di mulai lagi, bahkan Anthony mengerahkan beberapa helikopter untuk mencari jejak dari atas. Suara helikopter terdengar menderu-deru di atas mereka. Hanya saja mereka banyak berhenti karena Anna sedikit-sedikit mengeluh kakinya sakit. Alicia sudah tidak sabar dengan kemanjaan dari Nona Muda Hwang itu. Allicia mendekati Asisten Lee, lalu berkata. "Berikan aku peralatan, aku akan mencari sendiri Lionel!" "Ayo!" cepat berikan!" ujar Alicia lagi. Asisten Lee meragu, lalu Nyonya Smith pun berkata lagi, "Tidak diberi juga tidak apa, aku akan tetap pergi mencarinya sendiri. Di sini terlalu lama, karena ada kura-kura emas!" ujar Alicia sambil memandang kepada Anna Hwang. Anthony pada saat ini berada di atas
"Apa kau dengar itu?" Tanya Alicia kepada A Wei. "Apa?" tanya A Wei yang sudah merasa sedikit limbung karena merasa lelah. `Alicia berdiri. menajamkan pendengarnnya. Dia mendengar suara lemah itu seperti memanggilnya lagi. Dia berbalik badan, lalu melangkah sedikit maju ke ujung bibir jurang. Merasa semakin jelas mendengar suara itu, dia pun langsung merebahkan tubunya dengan mencondongkan kepalanya ke bibir jurang itu. Untuk memastikan jika dia tidak salah mendengar. Alicia menajamkan penglihatannya dan melihat sebuah corak warna warni yang dia kenal, "Tas itu ... tas itu, milik Lionel!" gumam pelannya dengan hati melega senang. Kedua mata Alicia pun menangkap sosok kecil yang sedang tidur meringkuk. "Lionel ... Lionel!" teriak Alicia. A Wei, ikut merebahkan dirinya di tanah, melakukan hal yang sama seperti yang Alicia lakukan. Dia sedikit terkejut Lionel benar ada di bawah sana, sedang tidur meringkuk. "Bagiamana kau tahu dia ada di sana?" "Aku mendengar dia memanggilku!" jaw
Alicia menarik tangannya seraya berkata, "Aku baik-baik saja, ini hanya luca kecil saja!" Dave langsung saja menariknya ke ruang kerja, "Mengapa setiap kali bertemu kau selalu saja terluka?" "Eh itu .... Eum," jawab terbata Alicia yang tidak bisa meneruskan perkataannya. Dave memaksa Alcia duduk di sofa, "Katakan apa yang terjadi, apa ini berhubungan dengan Anthony lagi?" Alicia menunduk, sedikit mengangguk tapi juga sedikit menggelengkan kepala. "Apa bisa membantuku?" pintanya dengan suara sedikit melirih. Dave tidak tega memarahi Alicia lagi. "Bantuan apa?" "Bantu aku cari di mana Lionel di rawat!" pinta Alicia. Dave yang baru saja kembali dari Luar Negeri hari ini, belum mengetahui situasi pastinya. Dia pun segera menghubungi sekretarsinya. "Ikut aku!" ujarnya kepada Alicia. Dave membawa Alicia ke ruang rawat inap Lionel. Anthony dan Anna sudah ada di sana. Di sana sedang ada dikter dan perawat sedang memeriksa keadaan Lionel lagi. Dave langsung mengambil alih sesi pemeri
"Sebaiknya patuhi apa kata Tuan!" ujar si kepala pelayan sembari menutup pintu dan menguncinya. Alicia langsung saja mencoba membuka pintu itu, tapi apa daya semua percuma saja. Alicia duduk bersandar di pintu sambil menahan isak tangisnya. Anthony sampai di kediaman Smith. Baru saja masuk tiba-tiba Dave menarik kerah baju pria itu seraya berkata, "Mengapa kau terus saja menyakitinya?" Anthony mendorong balik Dave. "Dia yang menyakiti dirinya sendiri dengan mengharapkan cinta yang bukan miliknya!" "Aku tidak tahu apa yang telah terjadi dengan otakmu itu, jika kau masih saja terus menyakitinya, maka jangan salahkan aku jika nanti aku merebutnya darimu!" ancam Dave. Sebenarnya Dave telah berusaha menyelidiki, sebenarnya apa yang terlah terjadi waktu itu, hanya saja semua seperti tertutup awan gelap, ada rahasia yang di tutup rapat. Merasa jika hal itu wajar jika menyangkut nama besar keluarga Smith, mremang ada hal yang tidak bisa jadi konsumsi publik. Maka Dave berhenti mencar
Charles dan Jean Smith sudah dipastikan akan mendekam lama di penjara, Sementara, Anthony dan Alicia sudah bersiap untuk pulang keesokan harinya. Sebelum pulang Alicia mengajak Lionel untuk tidak satu kamar dengannya dan juga Anthony. Alicia merasa rindu masa masa ketika membacakan dongeng untuk putranya itu. "Kali ini mau baca dongeng apa?" tanya Anthony seraya meletakan buku kisah 1001 dongen di atas ranjang. "Biarkan Lionel yang memilihnya?" imbuh Alicia sembari menyodorkan buku itu kepada putranya. "Ini saja, Bocah dan penyihir!" ujar Lionel menunjuk kepada salah satu judul cerita. Anthony pun mulai membacakan ceritu itu. "seorang anak tersesat di dalam hutan dan menemukan rumah 'kue' milik penyihir jahat. tak disangka si bocah itu malah dijadikan budak yang setiap hari diberi makan yang banyak agar tubunya menjadi gemuk berisi, Dengan tujuan untuk disantap oleh penyihir itu. Si bocah yang tadi berbadan kurus pun telah berubah menjadi bocah gendut yang terlihat gempal
"ini pasti salah, ini adalah sebuah kesalahnan. kalian tidak bisa membawanya pergi. Apa kalian tidak tahu kami ini keluarga apa?" imbuh Maya Li panjang lebar, Di sana ada Sean Li, tentu saja para polisi itu mengabaikan kata-kata Maya Li. Dan, terus membawa Patrick Li dengan tangan terborgol, Merasa tidak bisa menahan penangkapan Papanya, Maya Li langsung menghampiri Sean yang sedang bersandar berdiri di meja kerja Papapnya itu. "Kau... apa kau sengaja melakukan ini? Karena marah, karena keluarga kita mendesak agar kita segera menikah?" sangka marah Maya Li. "Siapa yang menabur maka dia harus menuai!" jawab Sean seraya melangkah pergi, "Tunggu dulu apa maksudmu itu, katakan kepadaku membunuh, siapa yang dibunuh!" imbuh Maya Li lagi dengan nada yang semakin kacau. Sean tidak mau menjawab, membiarkan Maya Li dengan kegalauan dan kemarahannya. Dixon yang sedari tadi mengikuti hanya terdiam saja. Barulah ketika masuk ke dalam mobil dia besuara, "Apa kau benar-benar sudah mengambi
"Ini demi kebaikannya!" jawab Sean. Olivia menaikan satu alisnya seraya berpikir, "Pria ini pernuh dengan teka-teki!" "Apa ada hal yang membahayakan?" tanya Olivia penasaran. "Bisa ya bisa juga tidak!" jawab Sean berteka teki lagi. "Ish!" ujar Olivia seraya merengut dan pergi ke dapur untuk membantu Nenek Han memasak. Sean hanya tersenyum saja, entah mengapa semakin Olivia kesal, hatinya semakin terasa manis, seperti permen tanghulu buah apel yang ditambah siram gula. Ponsel Sean berdering lagi, "Foto-foto sudah ada, apakah mau hari ini?" tanya Dixon. Sean mengintip ke dapur lalu berkata, "Ya, hari ini saja!" Sean menutup sambungan ponselnya, sekali lagi dia menatapi Olivia yang sepertinya sedang merajuk. Melihat wajah merajuk Olivia, hati Sean pun merasa semakin gemas. "Sebentar lagi, sebentar lagi kau tidak akan bisa lari dari pelukanku!" imbuh pelan Sean sambil tertawa kecil dan membiarkan 'kejutan indahnya' itu bersibuk bersama dengan Nenek Han di dapur. Pada saat ini Di
"Aku baik-baik saja!" imbuh Alicia. Flavia melihat wajah Nyonya Smith memucat, dia langsung saja mengambil tangan Alicia dan mulai mengecek denyut nadinya. Wajahnya terlihat serius, namuan beberapa detik kemudian berubah menjadi tenang. Flavia menatap wajah Alicia dan berkata, "Sebaikanya Nyonya duduk dulu, sebentar lagi polisi akan datang!" Alicia mengaguk, Lionel pun ikut duduk di sisi Alicia. Sementara si agen menelpon kantor pusatnya, mencari informasi tentang apa yang baru saja terjadi. "Maksudmu, itu Tuan Hamilton?" tanya staff kantor pusat si agen itu. "Mana aku tahu!" jawba si agen itu. "Yang aku dengar dia memang gila, dia selalu mengancam jika area peternakan yang ada di sekitar rumah itu dihidupkan lagi, maka dia akan mengusir si pemiliki baru. Tidak aku sangka dia benar-benar melakukannya!" jelas si staff penjualan yang ada di kantor pusat. "Apa kau ini bodoh, mengapa tidak memberitahuku tentang hal sepenting ini!" Hardik marah si agen itu sambil menutup ponse
"Wanita hamil memang sebaikanya ada yang menemani!" jawab singkat Anthony karena tidak ingin membuat Alicia khawatir. "Ma, aku lapar..." pinta tiba-tiba Anthony kepada Mama mertuanya itu. "Ah iya, harusnya makan malam sudah siap, Mama akan memeriksa ke dapur. Kalian tunggulah di ruang makan!" imbuh Nyonya Yin. Pada saat ini di ruang makan, Leticia sedang memeriksa menu makanan yang akan disediakan. "Ini terbuat dari apa? tanya Leticia. "Campuran coklat dan kacang almond!" jawab si pelayan. "Singkirkan!" imbuhnya, seraya berkata lagi, "Tuan Anthony alergi pada kacang almond!" Alicia yang baru saja masuk mendengar hal ini. Lalu dia menoleh kepada suaminya itu, "Apakah benar kau alergi kacang almond!" Anthony mengangguk seraya menarik kursi untuk istrinya itu. Mendengar jika memang Anthony alergi dengan kacang almond, maka Alicia pun tidak berkeberatan menu itu disingkirkan. "Apa kau memiliki alergi lain, sayang!" tanya Alicia kepada Anthony. "Tidak hanya itu saja!" jawab Leticia
Lionel langsung saja bersedekap tangan, "Apa Papa cemburu?" Anthony tertawa kecil, sedikit tidak percaya, baru saja sebentar berpisah, siapa sangka putranya itu malah sudah semakin fasih berbicara, menyudutkan orang. "Papa lebih tampan darimu, jadi untuk apa cemburu!" balas kata Anthony kepada Lionel. "Papa Cemburu, Karena papa bukan pria satu-satunya untuk Mama!" imbuh Lionel. "Hah! lucu sekali!" imbuh Anthony yang semakin tertawa. Alicia mencubit lengan Anthony, "Jangan halangi aku untuk memeluk cium putraku!" imbuh Alicia seraya berkata lagi, "Sayang! Mama sangat merindukanmu, apa tidak mau memeluk Mama?" Lionel melemparkan senyuman kemenangan kepada Papa-nya, melihat itu, Anthony semakin tidak percaya jika Lionel sudah pandai memprovokasi orang. "Sejak kapan bocah itu menjadi pandai berargumentasi.." Melihat Alicia ingin menggendong Lionel, lagi=lagi Anthony menghalangi. "Sayang ingat kau sedang hamil!" Alicia pun tertawa, "Aku terlalu senang bertemu dengan putraku yang i
Asisten Li langsung memberikan daftar riwayat hidup Nenek Han kepada Sean. pria itu, membuka dan membacanya sekilas, lalu memberikan berkas itu kepada Dixon. "Orangnya ada di dalam!" imbuhnya seraya membawa kedua tamunya ke atas. Dixon membaca berkas-berkas itu dengan cermat tapi cepat. Begitu pintu lift terbuka dia memasukan berkas itu ke dalam amplopnya. "Apa sudah dapat benang merahnya?" tanya Sean. Dixon mengangguk, seraya ikut masuk ke dalam unit apartemen Sean. Pada saat ini Nenek Han dan Olivia sedang duduk di sofa, Olivia langsung berdiri mendekati Sean. "Ada apa ini?" tanyanya sambil berbisik. "Kami perlu bicara dengan Nenek Han!" jawab Sean. Dixon pun mulai duduk di depan Nenek Han dan mulai mengajak wanita tua itu berkenalan. Setelah sedikit berbasa-basi, Dixon pun langsung bertanya, "Apa dulu pernah bekerja di Grup Smith?" "Eum.... Grup Smith. Ya tentu saja pernah!" jawab Nenek Han. "Pada saat itu mengapa berhenti?" tanya Dixon lagi. "Seingatku setelah kematian Tuan
"Dasar jalang!" hardik Meng Qi lagi yang langsung ingin menampar wajah Olivia. Tapi, terhenti karena Sean menahan tangan wanita itu. Sean menghempaskan tangan Meng Qi, lalu menarik Olivia ke sisinya dan merangkulnya. "Tanganmu terlalu kotor untuk menyentuh wanitaku!" "Hah! bukankah kau adalah calon tunangan Maya Li!" imbuh Meng Qi. Sean tersenyum sarkas, "Seingatku... aku tidak pernah bilang 'iya' kepadanya," ujarnya sembari membawa Olivia keluar dari hotel. "Kau mau ke mana? Aku antar!" imbuh Sean dengan nada sedikit tercekat berbalut emosi marah. Olivia menangkap perubahan suasana hati Sean yang tadinya senang, sekarang malah nampak menjadi murung. "Apa kau baik-baik saja?" Sean tidak menjawab, dia langsung membukakan pintu mobilnya untuk Olivia, lalu masuk duduk ke kursi kemudi dan mulai melajukannya, Penghinaan yang Meng Qi lakukan tadi mengingatkan dia pada sosok ibunya yang sering di hardik seperti itu, semua karena ibu adalah selir dari Tuan Li. Olivia melirik kepada
Sean terbatuk mendengar pertanyaan Olivia, "Dicium mendadak siapa yang tidak terkejut!" imbuhnya seraya menarik pinggul ramping Olivia, "Apa ingin meneruskannya di dalam?" goda Sean pada gadis itu. "Sembarangan, apa mau dipecut oleh kakek Li!" Jawab Olivia sembari memukul dada Sean. Olivia melepaskan pelukan Sean seraya menoleh ke kamar yang tadi baru dimasuki oleh Meng Qi dan Direktur Fang, "Apa mereka berselingkuh!" gumam pelan Olivia. "Siapa?" tanya Sean. Olivia menoleh kepada Sean, ingin bercerita namun urung. "Bukan urusanmu!" ujar ketusnya. "Apa mau mencari tahu?" tanya Sean seraya berkata lagi, "Aku bisa membantumu!" "Benarkah?" tanya Olivia sembari memicingkan mata. "Pria sejati tidak pernah ingkar janji!" imbuh Sean lagi. "Hish..." imbuh olivia seraya berkata lagi. "Ada ada cara?" "Apa ada hadiahnya?" imbuh Sean."Hah! Benar-benar pria yang perhitungan," kata Olivia. "Sepakat tidak?" tanya Sean. "Ok!" jawab Olivia pada akhirnya. "Besok kita sarapan bersama di sin