Alicia menarik tangannya seraya berkata, "Aku baik-baik saja, ini hanya luca kecil saja!" Dave langsung saja menariknya ke ruang kerja, "Mengapa setiap kali bertemu kau selalu saja terluka?" "Eh itu .... Eum," jawab terbata Alicia yang tidak bisa meneruskan perkataannya. Dave memaksa Alcia duduk di sofa, "Katakan apa yang terjadi, apa ini berhubungan dengan Anthony lagi?" Alicia menunduk, sedikit mengangguk tapi juga sedikit menggelengkan kepala. "Apa bisa membantuku?" pintanya dengan suara sedikit melirih. Dave tidak tega memarahi Alicia lagi. "Bantuan apa?" "Bantu aku cari di mana Lionel di rawat!" pinta Alicia. Dave yang baru saja kembali dari Luar Negeri hari ini, belum mengetahui situasi pastinya. Dia pun segera menghubungi sekretarsinya. "Ikut aku!" ujarnya kepada Alicia. Dave membawa Alicia ke ruang rawat inap Lionel. Anthony dan Anna sudah ada di sana. Di sana sedang ada dikter dan perawat sedang memeriksa keadaan Lionel lagi. Dave langsung mengambil alih sesi pemeri
"Sebaiknya patuhi apa kata Tuan!" ujar si kepala pelayan sembari menutup pintu dan menguncinya. Alicia langsung saja mencoba membuka pintu itu, tapi apa daya semua percuma saja. Alicia duduk bersandar di pintu sambil menahan isak tangisnya. Anthony sampai di kediaman Smith. Baru saja masuk tiba-tiba Dave menarik kerah baju pria itu seraya berkata, "Mengapa kau terus saja menyakitinya?" Anthony mendorong balik Dave. "Dia yang menyakiti dirinya sendiri dengan mengharapkan cinta yang bukan miliknya!" "Aku tidak tahu apa yang telah terjadi dengan otakmu itu, jika kau masih saja terus menyakitinya, maka jangan salahkan aku jika nanti aku merebutnya darimu!" ancam Dave. Sebenarnya Dave telah berusaha menyelidiki, sebenarnya apa yang terlah terjadi waktu itu, hanya saja semua seperti tertutup awan gelap, ada rahasia yang di tutup rapat. Merasa jika hal itu wajar jika menyangkut nama besar keluarga Smith, mremang ada hal yang tidak bisa jadi konsumsi publik. Maka Dave berhenti mencar
Dave menatap kedua mata Alicia yang terlihat sayu, lalu dia menepuk-nepuk tangan Alicia. "Semua akan baik-baik saja." "Lepaskan tanganmu darinya!" ujar Anthony memberi peringatan. Alicia segera menarik tangannya dari genggaman tangan Dave, lalu dia menatap sayu kepada Anthony. Ditatap seperti itu seketiksa saja membuat hati Anthony berdesir tidak enak, dia seperti baru saja melihat binar mata seseorang yang tengah berharap lebih baik segera mati saja. Anthony berjalan ke sisi ranjang, membuat Dave menyikir dari sisi istrinya itu, lalu dia melihat di atas nakas masih ada makanan yang disediakan tapi belum disentuh juga oleh Alicia. "Apa kau berencana mati di sini!" Anthony menyesap Sup ikan yang disediakan, lalu tanpa aba-aba dia langsung memasukan sesapannya ke dalam mulut Alicia. melihat itu jelas Dave juga ikut tercengang, Anthony berdiri seraya berkata, "JIka ingin bertemu Lionel, habiskan makananmu!" Jika Lionel mellihat Alicia yang pucat seperti mayat, maka itu akan menja
Anna berjalan mendekat ke ranjang tempat ketiganya tengah terlelap. "Anthony!" panggilnya dengan suara sedikit terisak. Alicia mendengarnya, dia pun terbangun dan langsung terkejut jika tangannya dan tangan Anthony saling bersentuhan di atas perut kecil Lionel. Dia pun langsung terbangun, dan melihat Anna tengah memandangi mereka. Alicia pun langsung bangun duduk, Anthony akhirnya ikut terbangun. Sekali lagi Anna memanggil nama pria itu. "Anna!" gumam Anthony seraya membalikan badan. Anna mulai menangis, memasang wajah kasihan. Melihat itu Anthony langsung saja berdiri. "Ini bukan seperti yang kau pikirkan. Alicia turun dari ranjang dan berkata, "Jika Ingin bertengkar sebaiknya diluar saja!" Anthony melihat kepada Lionel yang Sedang terpulas, Dia lalu menarik tangan Anna. "Ayo, aku antar kau pulang!" Keduanya berjalan melewati Alicia yang masih berdiri, bergeming melihat betapa suaminya itu sangat perhatian dengan Anna. Wanita lain yang orang banyak tahu akan menjadi Nyonya Mud
Alicia juga sedikit menyenangi tokoh kucing berwarna biru, kucing ini bisa mengeluarkan alat-alat aneh tapi lucu dan bermanfaat selama jika digunakan dengan bijak. Mereka bertiga pun pergi ke rumah kucing tersebut. Alicia pun terbawa suasana. "Ayo, kita berfoto dengan kuncing biru ini!" Anthony hanya pasrah ketika Alicia dan Lionel menariknya ke patung seukuran mereka lalu mulai berfoto dengan berbagai gaya. Tidak menunggu waktu lama, Foto Polaroid itu pun cepat tercetak. Merasa sudah cukup bermain, Maka Alicia pun langsung berkata kepada Lionel. "Mainnya sudah ya, saatnya kita pulang!" Anthony pikir akan ada penolakan sengit dari Lionel ketika diminta berhenti bermain. Tapi, siapa sangka bocah itu malah langsung patuh. Anthony seperti melihat jika Lionel baru saja menemukan pawangnya. Menjadi anak yang begitu patuh. Mereka bertiga pun kembali ke kediaman Smith. Begitu sampai, terlihat banyak balon-balon warna warni terjejer di koridor kamar menuju kamar Lionel. Di dalam kamar
Keesokan paginya, Alicia sudah berada di Grup Smith. Dia menunggu di depan lift yang ada di lobi. Begitu melihat Anthony dan asisten Lee tiba di lobi. Dengan wajah tersenyum senang, Alicia berjalan ke arah dua pria itu. Alicia menyapa keduanya dengan sopan, lalu berkata kepada asisten Lee. “Apa kita bisa bicara?” Beberapa karyawan yang melewati mereka, langsung saja terkejut dan saling berbisik, “Apakah itu pacarnya?” “Oh ya ampun, ternyata pria dingin itu bisa juga memiliki pacar!” ujar bisik-bisik yang lainnya lagi. Merasa jika ini adalah Nyonya-nya, maka asisten Lee langsung saja menganggukan kepalanya. “Ayo, ikut aku!” ujar Alicia sembari menarik tangan asisten nomor satu suaminya itu untuk ikut pergi ke kantin, Anthony memandangi sambil membasahi bibir bawahnya. Sedikit menghela napas, lalu langsung berjalan menuju lift. Hatinya tiba-tiba saja terasa masam dan wajahnya jadi berubah tidak sedap dipandang. Di kantin, Alicia sudah membawa nampan berisi menu yang dimaui asiste
Chen Li yang selalu menyukai tiap inchi tubuh wanita itu, tentu saja tidak menerima penolakan. Dia langsung saja menarik tubuh ramping Anna untuk berada di atasnya. "Jika ingin aku patuh padamu, maka patuhlah padaku!" ujar Chen Li membuat kesepakatan baru lagi. Anna hanya bisa menggigit bibir bawahnya lalu mulai mengikuti gerakan pinggang Chen Li yang sedang memompanya naik turun. Di kediaman Smith, semua nampak berjalan lancar. Masakan sudah selesai dimasak, dan mulai disajikan. Lionel pun sudah rapi dan wangi. Semenara Anthonny masih sibuk berkerja di ruang kerja. Alicia meminta putranya itu untuk memanggil Anthony sementara dia menyiapkan sajian di ruang makan. Suasana seperti ini terasa baru di kediaman Smith yang terbiasa bersusana dingin.Lionel memberi tahu Alicia, “Ma, esok aku ikut lomba!”“Iyakah …” ujar Alicia sembari melirik kepada Anthony dan berkata lagi, “Mengapa tidak ada yang memberi tahu Mama soal ini!”Anthony masih mengunyah makanannya dengan tenang. Lalu Alici
Merasa sudah tidak ada jalan mundur lagi, maka Alicia memutuskan untuk mengambil jalan berat ini. “Percaya saja padaku Ok!”Manajer keuangan itu pun hanya bisa menghela napas. Alicia pun segera memberikan jawabannya kepada para Investor, “Sepakat, Notaris akan melagalisir minute of meeting hari ini!” janji Alicia lagi, agar para Investor kembali percaya kepada Grup Huang, dan tidak menarik dana investasi mereka. Merasa pertemuan ini sudah selesai, maka Alicia segera pergi dari Grup Huang. Sudah mau Tengah hari, Namun dia belum sampai di sekolah Lionel. Maka dia pun mengebut agar lekas sampai ke sekolah Lionel. “Di mana tempatnya?” tanya Alicia kepada Edna sambil berlari.“Ok! Aku segera ke sana,” ujarnya sembari menutup sambungan ponselnya dan menambah kecepatan larinya.Edna bilang saat ini akan segera diumumkan siapa pemenangnya. Jadi dia tidak ingin kehilangan momen ini. Merasa jika sepatu hak tingginya menganggunya, maka dia segera mencopotnya agar bisa berlari lebih kencang lag
Charles dan Jean Smith sudah dipastikan akan mendekam lama di penjara, Sementara, Anthony dan Alicia sudah bersiap untuk pulang keesokan harinya. Sebelum pulang Alicia mengajak Lionel untuk tidak satu kamar dengannya dan juga Anthony. Alicia merasa rindu masa masa ketika membacakan dongeng untuk putranya itu. "Kali ini mau baca dongeng apa?" tanya Anthony seraya meletakan buku kisah 1001 dongen di atas ranjang. "Biarkan Lionel yang memilihnya?" imbuh Alicia sembari menyodorkan buku itu kepada putranya. "Ini saja, Bocah dan penyihir!" ujar Lionel menunjuk kepada salah satu judul cerita. Anthony pun mulai membacakan ceritu itu. "seorang anak tersesat di dalam hutan dan menemukan rumah 'kue' milik penyihir jahat. tak disangka si bocah itu malah dijadikan budak yang setiap hari diberi makan yang banyak agar tubunya menjadi gemuk berisi, Dengan tujuan untuk disantap oleh penyihir itu. Si bocah yang tadi berbadan kurus pun telah berubah menjadi bocah gendut yang terlihat gempal
"ini pasti salah, ini adalah sebuah kesalahnan. kalian tidak bisa membawanya pergi. Apa kalian tidak tahu kami ini keluarga apa?" imbuh Maya Li panjang lebar, Di sana ada Sean Li, tentu saja para polisi itu mengabaikan kata-kata Maya Li. Dan, terus membawa Patrick Li dengan tangan terborgol, Merasa tidak bisa menahan penangkapan Papanya, Maya Li langsung menghampiri Sean yang sedang bersandar berdiri di meja kerja Papapnya itu. "Kau... apa kau sengaja melakukan ini? Karena marah, karena keluarga kita mendesak agar kita segera menikah?" sangka marah Maya Li. "Siapa yang menabur maka dia harus menuai!" jawab Sean seraya melangkah pergi, "Tunggu dulu apa maksudmu itu, katakan kepadaku membunuh, siapa yang dibunuh!" imbuh Maya Li lagi dengan nada yang semakin kacau. Sean tidak mau menjawab, membiarkan Maya Li dengan kegalauan dan kemarahannya. Dixon yang sedari tadi mengikuti hanya terdiam saja. Barulah ketika masuk ke dalam mobil dia besuara, "Apa kau benar-benar sudah mengambi
"Ini demi kebaikannya!" jawab Sean. Olivia menaikan satu alisnya seraya berpikir, "Pria ini pernuh dengan teka-teki!" "Apa ada hal yang membahayakan?" tanya Olivia penasaran. "Bisa ya bisa juga tidak!" jawab Sean berteka teki lagi. "Ish!" ujar Olivia seraya merengut dan pergi ke dapur untuk membantu Nenek Han memasak. Sean hanya tersenyum saja, entah mengapa semakin Olivia kesal, hatinya semakin terasa manis, seperti permen tanghulu buah apel yang ditambah siram gula. Ponsel Sean berdering lagi, "Foto-foto sudah ada, apakah mau hari ini?" tanya Dixon. Sean mengintip ke dapur lalu berkata, "Ya, hari ini saja!" Sean menutup sambungan ponselnya, sekali lagi dia menatapi Olivia yang sepertinya sedang merajuk. Melihat wajah merajuk Olivia, hati Sean pun merasa semakin gemas. "Sebentar lagi, sebentar lagi kau tidak akan bisa lari dari pelukanku!" imbuh pelan Sean sambil tertawa kecil dan membiarkan 'kejutan indahnya' itu bersibuk bersama dengan Nenek Han di dapur. Pada saat ini Di
"Aku baik-baik saja!" imbuh Alicia. Flavia melihat wajah Nyonya Smith memucat, dia langsung saja mengambil tangan Alicia dan mulai mengecek denyut nadinya. Wajahnya terlihat serius, namuan beberapa detik kemudian berubah menjadi tenang. Flavia menatap wajah Alicia dan berkata, "Sebaikanya Nyonya duduk dulu, sebentar lagi polisi akan datang!" Alicia mengaguk, Lionel pun ikut duduk di sisi Alicia. Sementara si agen menelpon kantor pusatnya, mencari informasi tentang apa yang baru saja terjadi. "Maksudmu, itu Tuan Hamilton?" tanya staff kantor pusat si agen itu. "Mana aku tahu!" jawba si agen itu. "Yang aku dengar dia memang gila, dia selalu mengancam jika area peternakan yang ada di sekitar rumah itu dihidupkan lagi, maka dia akan mengusir si pemiliki baru. Tidak aku sangka dia benar-benar melakukannya!" jelas si staff penjualan yang ada di kantor pusat. "Apa kau ini bodoh, mengapa tidak memberitahuku tentang hal sepenting ini!" Hardik marah si agen itu sambil menutup ponse
"Wanita hamil memang sebaikanya ada yang menemani!" jawab singkat Anthony karena tidak ingin membuat Alicia khawatir. "Ma, aku lapar..." pinta tiba-tiba Anthony kepada Mama mertuanya itu. "Ah iya, harusnya makan malam sudah siap, Mama akan memeriksa ke dapur. Kalian tunggulah di ruang makan!" imbuh Nyonya Yin. Pada saat ini di ruang makan, Leticia sedang memeriksa menu makanan yang akan disediakan. "Ini terbuat dari apa? tanya Leticia. "Campuran coklat dan kacang almond!" jawab si pelayan. "Singkirkan!" imbuhnya, seraya berkata lagi, "Tuan Anthony alergi pada kacang almond!" Alicia yang baru saja masuk mendengar hal ini. Lalu dia menoleh kepada suaminya itu, "Apakah benar kau alergi kacang almond!" Anthony mengangguk seraya menarik kursi untuk istrinya itu. Mendengar jika memang Anthony alergi dengan kacang almond, maka Alicia pun tidak berkeberatan menu itu disingkirkan. "Apa kau memiliki alergi lain, sayang!" tanya Alicia kepada Anthony. "Tidak hanya itu saja!" jawab Leticia
Lionel langsung saja bersedekap tangan, "Apa Papa cemburu?" Anthony tertawa kecil, sedikit tidak percaya, baru saja sebentar berpisah, siapa sangka putranya itu malah sudah semakin fasih berbicara, menyudutkan orang. "Papa lebih tampan darimu, jadi untuk apa cemburu!" balas kata Anthony kepada Lionel. "Papa Cemburu, Karena papa bukan pria satu-satunya untuk Mama!" imbuh Lionel. "Hah! lucu sekali!" imbuh Anthony yang semakin tertawa. Alicia mencubit lengan Anthony, "Jangan halangi aku untuk memeluk cium putraku!" imbuh Alicia seraya berkata lagi, "Sayang! Mama sangat merindukanmu, apa tidak mau memeluk Mama?" Lionel melemparkan senyuman kemenangan kepada Papa-nya, melihat itu, Anthony semakin tidak percaya jika Lionel sudah pandai memprovokasi orang. "Sejak kapan bocah itu menjadi pandai berargumentasi.." Melihat Alicia ingin menggendong Lionel, lagi=lagi Anthony menghalangi. "Sayang ingat kau sedang hamil!" Alicia pun tertawa, "Aku terlalu senang bertemu dengan putraku yang i
Asisten Li langsung memberikan daftar riwayat hidup Nenek Han kepada Sean. pria itu, membuka dan membacanya sekilas, lalu memberikan berkas itu kepada Dixon. "Orangnya ada di dalam!" imbuhnya seraya membawa kedua tamunya ke atas. Dixon membaca berkas-berkas itu dengan cermat tapi cepat. Begitu pintu lift terbuka dia memasukan berkas itu ke dalam amplopnya. "Apa sudah dapat benang merahnya?" tanya Sean. Dixon mengangguk, seraya ikut masuk ke dalam unit apartemen Sean. Pada saat ini Nenek Han dan Olivia sedang duduk di sofa, Olivia langsung berdiri mendekati Sean. "Ada apa ini?" tanyanya sambil berbisik. "Kami perlu bicara dengan Nenek Han!" jawab Sean. Dixon pun mulai duduk di depan Nenek Han dan mulai mengajak wanita tua itu berkenalan. Setelah sedikit berbasa-basi, Dixon pun langsung bertanya, "Apa dulu pernah bekerja di Grup Smith?" "Eum.... Grup Smith. Ya tentu saja pernah!" jawab Nenek Han. "Pada saat itu mengapa berhenti?" tanya Dixon lagi. "Seingatku setelah kematian Tuan
"Dasar jalang!" hardik Meng Qi lagi yang langsung ingin menampar wajah Olivia. Tapi, terhenti karena Sean menahan tangan wanita itu. Sean menghempaskan tangan Meng Qi, lalu menarik Olivia ke sisinya dan merangkulnya. "Tanganmu terlalu kotor untuk menyentuh wanitaku!" "Hah! bukankah kau adalah calon tunangan Maya Li!" imbuh Meng Qi. Sean tersenyum sarkas, "Seingatku... aku tidak pernah bilang 'iya' kepadanya," ujarnya sembari membawa Olivia keluar dari hotel. "Kau mau ke mana? Aku antar!" imbuh Sean dengan nada sedikit tercekat berbalut emosi marah. Olivia menangkap perubahan suasana hati Sean yang tadinya senang, sekarang malah nampak menjadi murung. "Apa kau baik-baik saja?" Sean tidak menjawab, dia langsung membukakan pintu mobilnya untuk Olivia, lalu masuk duduk ke kursi kemudi dan mulai melajukannya, Penghinaan yang Meng Qi lakukan tadi mengingatkan dia pada sosok ibunya yang sering di hardik seperti itu, semua karena ibu adalah selir dari Tuan Li. Olivia melirik kepada
Sean terbatuk mendengar pertanyaan Olivia, "Dicium mendadak siapa yang tidak terkejut!" imbuhnya seraya menarik pinggul ramping Olivia, "Apa ingin meneruskannya di dalam?" goda Sean pada gadis itu. "Sembarangan, apa mau dipecut oleh kakek Li!" Jawab Olivia sembari memukul dada Sean. Olivia melepaskan pelukan Sean seraya menoleh ke kamar yang tadi baru dimasuki oleh Meng Qi dan Direktur Fang, "Apa mereka berselingkuh!" gumam pelan Olivia. "Siapa?" tanya Sean. Olivia menoleh kepada Sean, ingin bercerita namun urung. "Bukan urusanmu!" ujar ketusnya. "Apa mau mencari tahu?" tanya Sean seraya berkata lagi, "Aku bisa membantumu!" "Benarkah?" tanya Olivia sembari memicingkan mata. "Pria sejati tidak pernah ingkar janji!" imbuh Sean lagi. "Hish..." imbuh olivia seraya berkata lagi. "Ada ada cara?" "Apa ada hadiahnya?" imbuh Sean."Hah! Benar-benar pria yang perhitungan," kata Olivia. "Sepakat tidak?" tanya Sean. "Ok!" jawab Olivia pada akhirnya. "Besok kita sarapan bersama di sin