ISTRI PERTAMA SUAMIKU 26PoV LIVIAAku menantikan reaksi keduanya dengan kepala tertunduk. Pasrah, jika tiba-tiba saja Ayah atau Ibu menamparku. Aku telah mencoreng arang hitam tepat di dahi keduanya. Ayahku yang seorang guru mengaji, bagaimana mungkin mempunyai seorang anak sepertiku? Oh, sungguh, aku tak mampu bahkan untuk sekedar mengangkat kepala. Kutatap jari jemari tanganku yang saling bertaut dengan gemetar. Kenyataan bahwa aku telah menyakiti hati mereka berdua ternyata sangat menyedihkan. Aku ikut merasakan sakitnya.Sudah tiga hari sejak aku pulang dari rumah sakit. Selama mungkin, aku terus berusaha menunda untuk mengatakannya. Tapi ketika pertanyaan tentang Mas Dany yang tak kunjung datang tak dapat lagi kuhindari, maka aku tahu waktunya telah tiba.Ruangan hening, bahkan helaan nafas Ayah ataupun Ibu tak terdengar. Laila ada di kamar depan, kuminta dia untuk tak masuk ke ruang tengah, tempat dimana kami tengah bicara. Oh Tuhan, kenapa dulu aku tak berpikir panjang? Kenapa
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 27PoV LIVIAEnam bulan kemudian.Aku menaiki tangga pesawat dengan hati puas. Pertemuan pengusaha retail yang diadakan di Jakarta dan kuwakili hari ini berjalan dengan mulus. Kali ini, bukan hanya bahan makanan dan perabotan yang akan kami jual. Tapi aneka elektronik dan fashion dari brand ternama akan ikut andil. Untuk itu, akan diadakan meeting besar yang mengundang seluruh manager toko dari berbagai daerah. Membicarakan perluasan bangunan, dan tentunya detail keseluruhan rencana ini.Setelah menemukan kursi yang sesuai, aku duduk, kebetulan sekali mendapat tempat disisi samping jendela. Masih ada lima menit lagi sebelum take off. Kutatap suasana bandara Soekarno-Hatta yang ramai dan semakin megah. Dulu, naik pesawat seperti ini hanya mimpi bagiku. Tapi setelah Mbak Laras menarikku menjadi bagian Beta Grosir, dan membuatku kerap bepergian mengecek lokasi yang tersebar di berbagai daerah, pesawat bukan lagi menjadi transportasi mewah. Meski aku masih tahu diri,
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 28Aku menutup ponsel dengan hati gundah. Mengapa dia harus muncul lagi di saat semua telah tertata dengan baik? Ancamannya barusan membuatku sedikit takut. Teringat pada sorot tajam matanya yang kecoklatan, mata yang penuh dendam."Ada apa Livia? Kenapa wajahmu pucat?"Aku terkejut. Adam bicara begitu tanpa menoleh padaku. Perlahan, kuraba wajahku yang terasa dingin oleh AC mobil. Bagaimana dia bisa melihat setiap perubahan wajahku? Tadi katanya bersemu. Sekarang pucat. Benarkah wajahmu pucat?"Kapan terakhir kali kau makan?""Eh?" Aku terkejut mendengar pertanyaannya yang tak kuduga.Adam menoleh sedikit, lalu kembali fokus ke stir di tangannya. Tiba-tiba saja dia membelokkan mobil ke halaman sebuah rumah makan Padang. Aku memegang tangannya sekilas. "Mbak Laras menungguku Adam." Protesku."Aku akan mengabarinya. Dia justru akan marah jika aku membawa orang yang kelaparan."Dia lalu memarkir mobil di halaman yang sepi. Jam makan siang sudah lewat sejak satu ja
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 29DIA DISINI!DIA TAHU AKU DISINI!Dengan tubuh gemetar, aku beringsut dan menarik selimut menutupi tubuh. Untung saja seluruh lampu termasuk lampu kamar telah kumatikan sehingga siapapun orang diluar sana tak dapat melihat pergerakanku disini. Pesan WA tadi tidak kubuka, berharap dia menyangka aku sudah tidur. Di balik selimut tebal, kukirimkan pesan pada Adam. Biarlah kali ini aku merepotkannya, lagi.(Adam, Mas Dany disini. Dia ada di luar.)Pesanku centang satu hingga bermenit-menit kemudian. Pasrah, kuletakkan ponsel di bawah bantal dan turun dari kasur dengan langkah mengendap. Kuraih tongkat baseball yang memang kusediakan untuk berjaga-jaga. Jika malam ini dia memaksa masuk dan aku harus menghadapinya sendiri, biarlah. Mungkin memang saatnya sudah tiba.Entah berapa lama aku berdiri siaga di dalam kamar, ketika terdengar suara pintu depan dibuka. Mataku melebar. Apakah aku lupa mengunci pintu depan? Rasanya tak mungkin. Aku ingat sekali telah menguncinya
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 30"Hai Livia! Kita bertemu lagi."Aku terdiam menatap gadis itu. Di belakangnya, Adam muncul dengan tergesa-gesa."Duduklah Cintya.""Aku kesini bukan untuk duduk-duduk dan ngobrol denganmu Bang, apalagi kau!" Cintya menunjuk wajahku."Entah pelet apa yang kau gunakan sehingga bahkan Abangku sendiri mau maunya menjadi bodyguardmu. Kau masih belum cukup puas sudah mengambil hati Mama ya?"Aku harus menjawab apa? Aku sendiri tak mengerti mengapa Mbak Laras dan Adam baik padaku. Aku hanya menerima kebaikan mereka dan mencoba membalasnya dengan bekerja sebaik mungkin, memberikan apapun yang mereka butuhkan."Ini pasti rumah Mama. Dan kudengar kau sekarang juga bekerja pada Mama. Ckckck, luar biasa."Kubiarkan saja dia bicara, meluapkan isi hatinya. Tapi rupanya itu justru membuatnya semakin marah."Kenapa kau diam saja? Ayo balas aku. Bantah kata-kataku!"Aku menghela nafas. "Cintya, aku minta maaf jika selalu membuatmu marah. Aku telah mengakui kesalahan dan dosak
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 31PoV LARASAku menghela nafas dalam-dalam. Wajah bersimbah air mata milik anak gadisku itu penyebabnya. Bukan, aku tahu dia menangis bukan karena marah, tapi itu adalah air mata penyesalan. Kupeluk tubuhnya erat-erat. Perpisahanku dengan Mas Dany ternyata telah sangat mengguncang perasaannya. Sampai tujuh belas tahun usianya, kami adalah keluarga yang bahagia. Dan Cintya, kerap kali membagikan kebahagiaan itu di media sosial. Begitu prahara rumah tanggaku terkuak, beberapa netizen yang tahu akhirnya membully Cintya, mengatakan bahwa selama ini kebahagiaan keluarga yang dia unggah hanya topeng belaka. Anakku, yang cukup populer sebagai selebgram karena parasnya yang rupawan serta merta menarik diri. Dia kini jadi lebih pendiam, dan menghabiskan semua waktunya untuk belajar."Mama, keluarkan darahnya dari tubuhku…" Suaranya bergetar."Nak, kau tahu itu tak mungkin. Livia melakukannya untuk menebus dosa pada Mama. Mama tak bisa kehilanganmu."Cintya terisak Isak.
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 32"Hey! Berhenti!"Aku menarik tubuh Renata ke belakang, bermaksud menyembunyikannya dari lelaki itu, tapi perempuan gila itu malah menggigit tanganku sekaligus melayangkan tendangan ke tulang kering kaki kiriku. Aku menjerit setinggi langit merasakan sakit yang luar biasa."Sial*n!" Makiku.Renata tertawa mengejek. Lelaki disampingnya ikut tertawa melihatku kesakitan. Sepertinya bagi mereka ini adalah pemandangan yang lucu."Kembalikan uang, mobil dan sertifikat rumahku Re!""Kau ini tuli atau bodoh sih? Semuanya sudah habis!" Balas Renata."Kurang ajar!" Aku beringsut mendekatinya. Tapi lelaki yang tak kutahu siapa namanya itu maju lebih dulu. Dan tanpa aba-aba langsung menendang perutku.Astaga. Tendangan kaki bersepatu kets itu keras sekali. Perutku rasanya mau pecah. Aku terjengkang, terbatuk-batuk dan rasanya nyaris pingsan. Sebelum aku sempat berdiri, lelaki itu kembali menghampiriku, bermaksud melayangkan tendangan yang kedua. Tapi sebelum itu terjadi, R
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 33Aku masih terlelap ketika ponselku di atas nakas terus berdering. Tadi, usai sholat subuh, aku kembali tertidur karena semalam diserang insomnia hingga tak sekejap matapun larut dalam mimpi. Tak ada rasa kantuk hingga subuh akhirnya datang. Ingatanku terus melayang ke masa masa suram yang terjadi belakangan ini. Kusadari, semua terjadi karena ulahku sendiri. Seandainya saja, aku tahan godaan pada benda mahal dan gaya hidup kelas tinggi, mungkin saat ini aku masih menjalani hidup yang normal, bertemu lelaki baik yang single, menikah, punya anak, membahagiakan kedua orang tua. Tapi apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur. Aku hanya perlu menambahkan topping di atas bubur itu supaya tetap lezat saat dimakan.Kuraih ponsel yang tak mau berhenti bergetar. Menatap nama si penelepon, tiba-tiba hatiku dilanda rasa gelisah. Siska.Yang meneleponku ternyata Siska. Sudah lama sekali rasanya aku tak berhubungan dengannya. Sejak aku menyadari bahwa dia bukan sahabat yang
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 59 PoV LIVIA.Tiga bulan kemudian.Ini mungkin adalah pertemuan kami yang pertama. Pertemuan yang terjadi tanpa ada masalah, dendam dan juga benci. Widya masih di penjara sementara Renata, juga mendekam di penjara dalam keadaan cacat akibat kaki kirinya yang tertembak polisi kala itu mengalami infeksi hingga harus di amputasi. Cintya yang mengundang kami semua datang malam ini, menikmati makan malam yang disajikan oleh para asisten rumah tangga. Di kepala meja, Mas Dany duduk dengan tenang. Fisiknya telah kembali lagi seperti dulu, tidak lagi kurus dan kuyu. Kulitnya perlahan mulai cerah. Dia telah menerima posisi sementara di Beta sampai Cintya berusia dua puluh satu tahun dan berhak membuat keputusan sendiri. Sejauh ini Mas Dany menunjukkan bahwa dia benar-benar berubah. Dia menjalani tugasnya sebagai manajer dengan dedikasi tinggi, mengabaikan bisik bisik orang lain tentang dirinya. Dia juga mengurus Denish dengan sangat baik, kembali menjadi sahabat bagi an
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 58 (ENDING)Pov DANYAku dan Renata saling menatap. Seketika saja aku teringat bagaimana kejamnya di saat menghajar Livia. Padahal saat itu, mantan istriku itu tengah lemah karena habis keguguran. Dia menginjak kaki Livia dan menyeretnya keluar tanpa ampun. Setelah itu dia melarikan diri dengan membawa kabur harta milik Livia. Dan kejahatan nya masih terus berlanjut hingga akhirnya Denish, anak lelakiku satu satunya yang menjadi korban. Untung saja Livia tak terlambat membantunya.Ingat itu semua, rasanya aku marah sekali. Marah pada Renata, dan juga marah pada diriku sendiri. Betapa bodohnya aku dulu memperturutkan hawa nafsu hingga harus kehilangannya dua berlian dalam hidupku. Padahal, bukankah Tuhan telah berbaik hati memberikan segala yang aku butuhkan? Yang aku inginkan?"Sudahlah Daniel. Terima saja kenyataan kau kini kini jadi gembel setelah diusir anak anakmu sendiri. Lihat dirimu sekarang! Hitam dan kurus! Kau sama sekali tak menggairahkan. Aku jijik m
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 57Aku menatap wajah tampan suamiku yang belum juga sadarkan diri. Hatiku ngilu membayangkan, lagi lagi, aku harus bersahabat dengan rumah sakit. Kali ini, dia yang selalu menyediakan diri untuk menjadi tangan dan kakiku, justru terbaring tak berdaya.Kemana sukmamu berkelana? Ini sudah dua puluh empat jam Adam. Ayo pulanglah."Livi…"Aku terkejut ketika bibir itu bergerak memanggil namaku. Lalu perlahan, kelopak matanya bergerak dan beberapa saat kemudian, mata itu terbuka. Sorot matanya masih lemah, tapi aku tahu bahwa dia telah kembali."Ya Allah. Terimakasih Ya Allah". Jerit ku dalam hati. " Aku… kangen…"Aku nyaris saja tertawa, tapi bingung karena air mataku yang tak mau berhenti mengalir. Aku setengah berlari menghampiri perawat jaga dan mengabarkan bahwa Adam telah sadarkan diri. "Selamat. Suami anda telah melewati masa kritisnya. Siang ini juga akan kita pindahkan ke ruang rawat biasa."Senyum bahagia dokter yang menangani Adam menular padaku. Ketika p
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 56Aku membuka kotak bekal yang diberikan Bude Mina tadi pagi, dan tersenyum senang mendapati makanan kesukaanku. Tempe mendoan yang masih terasa hangat. Lengkap dengan sambal kecap dengan irisan cabai dan bawang merah. Meski statusku sekarang istri orang kaya, aku tak bisa menipu diriku sendiri bahwa makanan semacam ini yang terasa paling nikmat di lidah.Aku mengambil sepotong mendoan dan mencocolnya dengan sambal kecap. Hemm, nikmat sekali. Jangan bandingkan dengan telur cicak tujuh juta yang pernah kumakan demi gengsi. Telur cicak yang akhirnya aku tahu namanya adalah caviar alias telur ikan yang memang mahal harganya."Enak sayang?"Aku menoleh, nyaris lupa bahwa aku masih bersama Adam. Kami berdua duduk di dalam mobil yang terparkir di bawah pohon di seberang sekolah Denish. Acara perpisahan masih berlangsung, dan aku senang sekali melihat sambutan Cintya dan Denish pada Papanya. Kentara sekali bahwa mereka merindukan sosok lelaki itu. Rencananya, kami akan
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 55Aku berbaring miring, menatap wajah suamiku yang tertidur pulas setelah menghabiskan malam yang bergelora. Meski sedikit takut karena aku tengah hamil muda, bagaimana aku bisa menolaknya? Sejak menikah, kami baru satu kali melakukannya sebelum akhirnya dia menghilang. Selain itu, rindu dan hasratku sendiri tak tertahankan.Aku mengelus perutku, dimana anak kami tengah bertumbuh. Aku berharap dia baik baik saja dan tumbuh sehat. Lalu, tanpa sengaja mataku menatap kotak kecil yang diberikan Adam di rumah sakit dan belum sempat kubuka karena kesibukan kami. Aku bergerak, menyingkirkan tangan Adam yang menggenggam tanganku dengan gerakan perlahan, lalu turun dari atas kasur. Aku penasaran apa isinya.Sebuah kotak hitam berukir indah kini ada dalam genggaman tanganku. Perlahan kubuka dan aku terbelalak menatap isinya. Seuntai kalung dari mutiara hitam yang sangat cantik. Sebuah kertas terselip di bawah lapisan kain beludru nya.'Untuk Livia, kekasih dunia akhirat.
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 54Aku menggigit bibir dengan kesal. Air mataku bahkan langsung tumpah tanpa kendali. Dua bulan lamanya aku menunggu saat ini, saat dimana aku bisa bertemu dengannya. Ada banyak hal yang sangat ingin aku ceritakan. Tentang rasa gundah, cemas dan ketakutan. Tentang emesis di pagi hari yang membuatku hanya bisa meneguk segelas teh hangat. Tentang Cintya yang mulai peduli padaku. Tentang Denish yang kerap memanggilku Bunda. Tentang Beta yang berkembang pesat. Kenapa masih ada gangguan? "Hey, kenapa wajahmu?" Adam sudah mematikan ponsel dan meletakkannya di laci dashboard. Dia urung memutar kunci mobil. Dipalingkannya wajahnya ke arahku. "Kenapa sayang?"Kami saling bertatapan. Tangannya dengan lembut menghapus air mata yang dengan kurang ajarnya tak juga mau berhenti. "Aku tidak mau kau bertemu dengan Widya atau siapapun!" Seruku. Adam tertawa, dia menarik wajahku mendekat. Berhati hati agar tak menyentuh bahu kiriku yang masih diperban. "Kau cemburu ya?"Suda
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 53POV ADAMKalimatnya yang terakhir itu akhirnya membuatku menyadari satu hal. Bahwa dialah orang yang telah membuat istriku celaka. Tak ada orang lain yang tahu bawa istriku di rumah sakit kecuali keluarga dan tetangga. Aku menutup kran informasi rapat rapat sehingga tak tercium media. Karena bagaimanapun posisi Livia di Beta saat ini sangat penting. Meski setengah hatiku tak mau percaya, aku tak bisa membiarkannya. Secepat kilat, aku menyambar kedua tangan lelaki itu dan menguncinya ke belakang. "Adam! Ada apa ini?!" Lelaki itu berteriak sambil menoleh ke belakang, berusaha menatapku. "Aku tidak menyangka sama sekali, Om bisa melakukan hal seperti ini.""Melakukan apa?!" Bentaknya sambil meronta, berusaha melepaskan dirinya dari pitingan tanganku. Aku mendorong tubuhnya hingga membentur mobil bak terbuka. Dia menoleh dan sesaat mata kami bertemu. "Om seorang penegak hukum, bagaimana Om bisa melakukan kejahatan seperti ini?"Wajah Om Frans, Papa Widya memu
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 52Aku menatap kamar OK dengan jantung berdebar kencang. Didalam sana, istriku tengah berjuang, hidup dan mati. Peluru yang menembus bahunya tepat mengenai pembuluh darah sehingga pendarahan terus menerus terjadi sepanjang jalan. Tadi, sepanjang perjalanan, aku harus menjaga Livia agar tetap terjaga. Suara rengekannya yang manja, terngiang-ngiang. "Ngantuk Bang… "Dia bahkan memanggilku Abang. Air mataku nyaris saja meleleh jika tak ingat bahwa itu akan membuatnya kecil hati. Dan kini, aku terduduk dengan hati gentar, memikirkan Livia, dan anak kami yang berada dalam kandungannya. Pagi baru saja beranjak dan ternyata matahari yang bersinar cerah hari ini tak mampu Livia rasakan. Disampingku, Bude Mina duduk dengan wajah pucat pasi. Ponselku bergetar. Suara Om Andri langsung terdengar. "Om sudah mendapatkan informasi mobil yang tadi menembak istrimu Adam. Polisi sedang bekerja. Kau tenanglah, jangan tinggalkan Livia."Aku menghela nafas, menuruti kata hati, ak
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 51PoV ADAMAku menatap mobil polisi yang keluar dari halaman villa, dengan sosok Widya di dalamnya. Mobil itu berjalan dengan tenang tanpa suara sirine. Hanya raungan Widya yang hingga kini masih terngiang di telingaku."Maafkan saya Om. Saya tidak bisa lagi meneruskan sandiwara ini. Istri saya tentu sangat cemas. Ini sudah terlalu lama."Om Frans, Papa Widya mengangguk pasrah."Terimakasih atas waktu yang kau berikan untuk Widya, Adam. Saya akan berusaha sampai dia sembuh dan belajar menerima kenyataan."Aku mengangguk, mengiringi langkah Om Frans menuju mobil. Beliau dan istrinya akan mendampingi Widya ke kantor polisi. Aku menatap sosok yang duduk di kursi penumpang. Disana, sang Mama duduk dengan pandangan kosong. Tidak seperti Om Frans yang menerima kenyataan bahwa anaknya sakit dan telah melakukan tindak kejahatan serius, Tante Eliza menolak mentah mentah. Dia beranggapan semua ini adalah salahku. Akulah yang menyebabkan Widya terganggu mentalnya. "Anakku