Dita berjalan gontai masuk ke rumah. Wanita itu selamat setelah Lea menyeret Zio keluar dari restoran tadi. Hingga Zio kehilangan kesempatan mempermalukan Dita lebih jauh, sebagai balasan atas apa yang baru saja ibu Rina lakukan. Menyebarkan masa lalu Lea yang sejatinya justru membeberkan bobrok keluarganya sendiri. Dita literally membuka aibnya dengan sengaja. Amarah membuat perempuan itu tak bisa menggunakan akal warasnya untuk berpikir.Dita tidak mempertimbangkan tindakannya yang bisa saja berakibat buruk untuknya juga keluarganya."Apa yang sebenarnya Mama lakukan?" Suara itu membuat Dita mengangkat wajahnya yang sejak tadi tertunduk. Ada Rian, Rina dan Dani, sang suami yang memandang penuh tanya padanya. "Ti-tidak ada," balas Dita gugup."Kalau tidak ada apa-apa mana mungkin mereka menunda kucuran dana yang seharusnya perusahaan Papa terima bulan ini," cecar Dani.Kentara sekali jika lelaki itu mulai kehilangan sabar menghadapi sikap Dita yang dia nilai makin keterlaluan, sek
"Mama." Arch berlari ke arah Lea. Berdiri di hadapan Lea seolah ingin melindungi sang mama."Bocah sialan! Gara-gara kau kami sekeluarga jadi susah!""Tutup mulutmu! Maya Carson!" Bentak Sia dengan wajah tidak terima.Maya Carson? Oh jadi ini ibunya si mamat yang troublemaker itu. Pantas saja Mattew tumbuh jadi anak pembuat onar, emaknya tukang drama."Jangan ganggu mamaku!" Arch kembali bersuara. Anak itu sudah kembali dicekoki Zico, lawan kalau ada yang mengusik. Zico yakinkan Arch, selama tindakannya benar papa, mama, dia dan semua orang akan mendukungnya.Zico juga pastikan Arch tidak akan disalahkan atas sikapnya. "He bocah! Memangnya apa yang bisa kau lakukan untuk melindungi pelakor ini! Tinggimu saja tak lebih dari Mattew.""Serang mentalnya jika lawanmu lebih besar ukurannya darimu."Ucapan Zico terngiang di telinga Arch. Bocah itu sesaat mengamati tampilan Maya. "Aku memang tidak setinggi Matt yang tukang buli. Tapi setidaknya aku bisa melihat kalau sepatumu beda warna, k
Lea memijat pelipisnya yang mendadak cenut cenut. Dia baru saja selesai memandikan Arch, sekarang anak itu bersama Sari bermain di ruang tengah.Drama Zico dan Raisa sungguh membuat Lea pusing. Dua remaja itu terlibat cekcok. Setelah Raisa minta putus, gegara mulut Zico yang asal jeplak minta pada Sia, untuk dikenalkan pada ponakan atau kenalan yang seumur dengannya."Anak muda, ada-ada aja tingkahnya." Lea merebahkan kepalanya di punggung sofa. Lantas dia memejamkan mata, menikmati nyamannya sofa bed yang biasa dia gunakan untuk berbaring.Sunyi membuat Lea lebih santai. Lea nyaris tertidur ketika tiba-tiba dia merasakan pijatan lembut di pelipisnya. Lea menggeliat nyaman, menikmati gerakan tangan yang seketika membuatnya rileks."Mumet ya?" Suara bariton itu terdengar begitu dekat di telinga Lea."Banget," balas Lea tanpa membuka mata. Tubuhnya benar-benar lelah.Zio menggetarkan tawa mendengar keluh kesah sang istri. Wajar saja jika Lea lelah, baik fisik maupun psikis. Sejak kemari
"Mereka ada di mana?" Lea menerobos masuk rumah sakit tempat Heri bertugas. Keesokan hari setelah insiden Lea menolong pedagang seblak yang kena palak. "Ya di ruang HD, Hemodialisa alias cuci darah. Emang dia siapa sih?" "Mantan baby sitter anakku," balas Lea. Heri pada akhirnya tahu kalau Lea sudah menikah dengan Zio. Namun pria itu tidak masalah, satu keinginan Heri adalah melihat mantan istri temannya bahagia. "Dipecat?" Heri bertanya sambil membuka pintu ruangannya. Keduanya lantas menyusuri lorong panjang menuju ruang cuci darah. "Suamiku kayaknya salah paham sampai dia dipecat. Ada yang fitnah dia sepertinya," jelas Lea singkat. Heri manggut-manggut paham dengan keterangan Lea. Lelaki itu memimpin langkah ke satu ruangan di mana seorang gadis setia menunggu. "Cuci darah biayanya bisa dicover pemerintah, yang memberatkan itu biaya hidup dan perawatan mereka di luar rumah sakit." Giliran Heri yang menjelaskan. "Mahalkah?" Lea dan Heri kian mendekat ke arah si gadis yang s
"Lea," lirih lelaki yang tak lain adalah Dani. Pria itu sedang berada di rumah sakit untuk cek up jantung rutin."Ayah sama siapa di sini? Bagaimana hasil kontrolnya?" Lea tahu tujuan Dani ada di sini.Dani tak menjawab. Pria itu hanya diam sambil mengamati mantan menantunya yang bertambah memukau sejak berpisah dari putranya. Baru kali ini Dani bisa melihat netra hazel cantik milik Lea, setelah perempuan itu bisa melihat kembali. Sangat mempesona.Keadaan Lea berbanding terbalik dari saat menjadi menantunya. Lea yang dulu sangat menyedihkan, tidak terawat. Tapi sekarang Lea adalah wanita yang penuh dengan semangat hidup, juga bahagia. Serta glow up dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dani melengkungkan bibir, merasa bersyukur Lea bisa hidup lebih baik setelah lepas dari kekangan pernikahannya dengan Rian."Seperti biasa. Orang tua ini dilarang ini dan itu," Dani menjawab sambil tersenyum."Dan ayah selalu melanggarnya," ledek Lea."Ya, bagaimana yang berlemak itu enak sekali, Le."
"Aku gak suka kamu nyolong ketemuan sama dokter itu!" Tandas Zio sambil menggenggam tangan Lea yang berjalan di sisinya.Zio sudah menunjukkan sikapnya yang mulai dibumbui rasa, sementara Lea, perempuan itu entah kenapa masih kaku, susah, enggan atau malu untuk berlaku manis pada Zio.Keduanya memutuskan untuk jalan sebentar setelah menghubungi Arch yang untungnya cukup pengertian. Bocah itu memberi izin papa dan mamanya untuk me time.Boleh dikatakan ini adalah momen pertama suami dan istri tersebut jalan berdua alias dating aka kencan. Keduanya pilih berjalan sepanjang trotoar taman kota. Menikmati suasana malam yang mulai merayap datang."Aku kalau tidak ada perlu tidak akan menemui Heri," balas Lea yang masih kaku saat berada di luar rumah."Lalu apa perlunya?" Lea tampak berpikir, apa dia perlu memberitahu Zio soal apa yang terjadi dengan Desi. Mengingat sepanjang ingatan Zio, gadis itu yang telah mencelakai Inez. "Aku bertemu Desi," ungkap Lea pilih jujur.Langkah Zio terhenti
"Jadi ini rupa Nika?" Lea mengamati foto di sebuah tanda pengenal. Benda yang dia ambil dari Zio tanpa sepengetahuan si empunya dompet.Katakanlah Lea lancang, tapi rasa ingin tahu tumbuh sangat besar di dada Lea soal seperti apa sosok Nika. Kenapa Nancy sampai menyebut dirinya hanya bayangan Nika. Makin lama diamati, wajah Lea memang sangat mirip dengan Nika. Keduanya boleh dibilang seperti kembar tapi bukan saudara kandung. Mereka menyebutnya doppelganger.Tiba-tiba saja ragu menyusup di hati Lea. Jangan-jangan Zio menikah dengannya hanya karena dia mirip dengan mendiang istrinya. Perempuan tersebut seketika didera bimbang. Bagaimana jika yang dia pikirkan adalah benar."Bagaimana jika Zio tidak pernah mencintaiku seperti yang dia katakan," lirih Lea penuh kesedihan. Lea kembali disadarkan pada kenyataan kalau dirinya hanya seorang pengganti. Peran utama tetap milik Nika, walau perempuan itu telah tiada.Kalau keadaannya begini, dia harus mengambil langkah apa? Jalan apa yang akan
"Bye." Kata Agni sambil memberi kode nanti kita bicara lagi saat Lea mengikuti langkah Zio keluar toko. Zio rupanya yang memanggil Lea, entah bagaimana lelaki itu bisa menemukannya di toko bunga. Agni bahkan sampai berbisik, "Jangan-jangan dia pasang pelacak di tubuhmu." Amboi, itu perempuan kebanyakan nonton film action. Dua sahabat Lea memperhatikan dua mobil yang perlahan meninggalkan halaman toko mereka. "Menurutmu, akan jadi apa ke depannya?" Puspa bertanya sambil melipat tangan di depan dada. "Entahlah, perkara cinta itu rumit. Masalahnya kadang bisa selesai hanya dengan tindakan sepele. Seperti "maafkan aku" dah habis cerita." "Itulah kenapa aku sampai sekarang masih bingung soal Han." Akhirnya Agni buka suara perihal perasaan juga kegalauannya. "Aku lihat dia serius sama kamu. Beneran, jangan pikirkan aku. Kalau kamu klik sama dia, terima saja. Aku oke, lagi pula ini cuma persoalan kita tidak tinggal di tempat yang sama. Kita masih bisa berteman macam biasa. Jangan jadik
"Kau sudah menemukannya?" Zio bertanya pada Revo yang sedang memandangi benda persegi di depannya. Lagi, Lea membuat heboh semua orang ketika Erna menghubunginya. Perempuan itu melapor kalau Lea pergi mengikuti Nika, tapi sampai saat itu, nomor ponselnya tidak bisa dihubungi. "Belum, aku tidak punya ide ke mana mereka pergi," Revo menjawab, dengan jari terus bergerak mencari. Mereka semua panik, membayangkan apa yang akan terjadi jika Nika bertemu Lea. "Zi, Agra telepon," info Han sambil menunjukkan ponselnya. Pria itu menerima panggilan dari Agra setelah Zio mengangguk. "Kau yakin? Kalau begitu kami menyusul ke sana. Awasi mereka terus." "Apa katanya?" Zio bertanya saat Han menunjukkan share loc yang baru Agra kirim. "Agra menemukan mereka." Wajah Zio berubah tegang. Bersamaan dengan itu, Han menekan pedal gas dalam, hingga mobil melaju lebih cepat dari sebelumnya. "Aku tahu di mana mereka berada." Han dan Zio menoleh ke arah Revo, yang masih fokus pada laptopnya. ***
"Rel! Nika tidak ada di kamar!"Yang dipanggil namanya juga tak kalah kaget. "Dia ke mana? Kita harus bagaimana kalau begini keadaannya."Pria itu memberikan selembar kertas dengan tulisan huruf Cina pada bagian atas. "I-ini ...."Tangan Erna bergetar saat perlahan dia membaca berkas di tangannya."Hasil skrinning sudah keluar. Dokter Li bilang kita harus bawa dia pulang secepatnya. Mereka sedang berdiskusi bagaimana akan mengatasi hal ini. Parah, Na. Parah."Karel menjambak rambutnya, frustrasi dengan situasi yang sedang mereka hadapi."Kita harus temukan dia!" "Tapi di mana? Tadi kamu bilang dia tidak ada di kamarnya. Terus kita mau cari ke mana. Dia pasti matikan ponselnya kalau begini caranya.""Tunggu dulu. Tadi Lea kirim pesan padaku, dia lihat Nika di kafe. Sekarang dia sedang mengikutinya. Aku akan coba hubungi dia."Erna menghubungi Lea, tapi yang bersangkutan tidak mengangkat. Dua tiga kali, usaha Erna tidak berhasil. Hingga dua orang itu saling pandang penuh kecemasan."Ak
Lea dan Irene baru selesai meeting dengan seorang klien, ketika ponsel perempuan itu berdering. Ada nama sang suami di sana. "Ya, Zi. Ada apa?""Aku ada pertemuan dengan Revo, mendadak. Tidak masalah kan kamu makan siang dengan Irene dulu.""Tidak masalah. Kita juga dari kemarin makan siang terus. Jadi no problem. Akan kutemani Irene yang lagi merengut kesal."Yang disebut namanya melotot tidak suka. Dia memang sedang bad mood, tapi tidak terima juga kalau sampai dilaporkan pada Zio."Ibu, mah gitu," sungut Irene menggemaskan."Sorry. Dijadikan pelarian terus."Irene menghentakkan kakinya kesal. Dia sungguh jengkel beberapa hari terakhir. Dongkol pada dirinya sendiri yang susah sekali dibujuk.Agra akan terbang ke kampungnya sore ini. Setuju atau tidak, dia akan melamar Irene secara resmi pada orang tuanya.Pria itu kehabisan akal untuk membujuk Irene agar mau menikah dengannya. Jadi terpaksa dia mengambil langkah ekstrim. Minta izin dulu pada orang tua Irene, baru Irene dieksekusi b
"Maafkan mama ya Lea. Aku sungguh tidak tahu lagi harus nasehatin dia kayak gimana." Rian tertunduk malu sekaligus merasa bersalah. Dita hampir mencakar Lea saat istri Zio bertanya pasal keadaannya. Belum ditambah makian Dita yang membuat Dani naik darah. Dita tak sadar diri dengan keadaannya. Yang dia pedulikan hanya benci yang ada di hati untuk mantan menantunya."Tidak masalah. Aku sudah biasa dengan hal itu," balas Lea santai.Keduanya duduk di sebuah kafe, setelah Zio dan Dani pergi untuk diskusi soal perusahaan. Tentu setelah Zio memberi tatapan penuh peringatan pada Rian.Sungguh, Rian tak berani berharap untuk bisa bersatu kembali dengan Lea. Dia terlalu malu dengan kelakuannya di masa lalu. Hubungannya dengan Vika pun tidak tahu akan berakhir bagaimana.Perempuan itu masih menjalani sisa masa hukumannya, dan kabar terakhir yang Rian dengar, keadaan Vika tidak terlalu baik.Setelahnya tidak ada pembicaraan antara keduanya. Canggung membunuh topik pembicaraan yang sejatinya b
Lea menatap prihatin pada pemandangan di depan sana. Di mana seorang pria sedang membantu satu wanita untuk pindah ke kursi roda. Satu kaki perempuan itu masih diperban dan jelas sekali kaki tersebut ... buntung."Zi ...." Lea tak menutup mulut. Tak sanggup menyaksikan keadaan si wanita."Dia kecelakaan. Disenggol motor, jatuh lalu kakinya dilindas mobil. Satu masih bisa diselamatkan, tapi yang lain remuk jadi terpaksa diamputasi."Lea membenamkan tangisnya di dada Zio. Dengan tangan sang lelaki lekas mengusap punggung Lea. "Dia yang melaporkanmu ke polisi, dia membantu Nika. Anindita Mahendra," sebut Zio dengan wajah sendu.Andai Dita mau menunggu sebentar kala itu, anak buahnya akan datang untuk membebaskannya. Zio hanya ingin menggertak Dita sebenarnya.Namun istri Dani tak sabaran. Dita lepaskan sendiri ikatan di tangan dan kakinya. Saat anak buah Zio kembali ke gudang, mereka tidak mendapati Dita di sana.Dari penelusuran mereka justru mendapat kabar kalau terjadi kecelakaan di
Setelah berkonsultasi dengan pihak kepolisian, Lawrence memberitahu kalau mereka tidak perlu melakukan klarifikasi atas keadaan Lea dan Nika. Toh dua orang itu meski rupa sama, tapi identitas berbeda.Karena Zio tidak ingin memperpanjang masalah ini, maka mereka memutuskan menutup kasus pertukaran identitas yang Nika lakukan. Dengan catatan perempuan itu tidak berulah lagi. Jika sampai Nika membuat onar, pihak yang berwajib akan membuka kembali kasus ini.Zio fine-fine saja, lagi pula yang bakal rugi Nika bukan dirinya. Hanya saja sebagai akibat Nika menerima sejumlah barang atas Lea beberapa waktu lalu.Imbasnya Lea juga dibelikan barang yang sama. Untuk menutupi kelakuan Nika, juga menghargai pemilik butik dan outlet. "Efeknya jadi tampil lebih glam ya?" Kata Irene setengah meledek sang atasan yang sejak tadi cemberut. Dia tidak bisa memakai sling bag favoritnya, gegara dia punya jadwal memakai tas branded yang Zio belikan. Dia yang biasa tampil cuek, tinggalkan sampirkan tas pund
Erna memegang pipinya yang terasa panas. Dipandangnya Nika yang wajahnya memerah penuh emosi. Erna tahu benar kalau Nika marah besar padanya.Dia sepenuhnya sadar akibat dari perbuatannya akan membuat Nika murka. Tapi Erna tidak mau Nika kembali melakukan kesalahan."Aku melakukannya karena aku peduli padamu, Nika. Aku tidak mau kamu menyakiti orang lain lagi. Cukup Nika! Cukup! Kita pulang saja ya?"Dari luapan emosi, kalimat Erna berubah jadi bujukan. Seperti yang dia katakan di hadapan Zio dan yang lainnya. Seburuk apapun perilaku Nika, dia tetap tak bisa mengabaikan perempuan itu.Erna tetap peduli, walau Nika kerap kali tidak memandang kebaikannya. Sebaik itu hati Erna. Gadis itu hanya ingin membalas kebaikan hati Nika yang pernah menyelamatkan keluarganya dulu.Ayahnya perlu biaya operasi waktu kecelakaan, Nika membantunya. Lalu adiknya ingin kuliah, Nika juga ringan tangan menolongnya.Sudah dikatakan jika berhubungan dengan balas budi, bakal runyam urusannya."Tidak akan! Aku
Derap langkah terdengar rusuh ketika Lea menoleh. Netranya berkaca-kaca melihat Zio berlari ke arahnya, lantas memeluknya. Ada hangat, lega, juga aman saat Zio merengkuh tubuh Lea dalam pelukannya."Maafkan aku." Kalimat itu yang Zio ucapkan begitu dia menemukan suaranya.Lea menggeleng dalam dekapan sang suami. Dia sendiri sudah menitikkan air mata sejak Zio memeluknya. "Apa kamu baik-baik saja?" Zio memeriksa keadaan Lea begitu dia menjauhkan diri dari Lea."Aku baik-baik saja. Jangan cemas. Kamu harus berterima kasih pada mereka. Mereka sudah menjagaku semalaman."Dua petugas mengangguk saat Zio sungguh mengucapkan terima kasih dengan tulus. "Kamu juga harus berterima kasih pada dia."Lea menggeser duduknya. Hingga sosok yang duduk di pojokan sambil menundukkan wajah terlihat."Erna?!" Terkejut Zio dibuatnya.Bagaimana bisa Erna tiba-tiba muncul setelah menghilang sekian lama."Maafkan saya, Tuan. Maaf, Bu." Kata Erna dengan mata memerah."Mbak Erna gak salah. Terima kasih sudah
Dita melotot penuh ketakutan sekaligus syok. Zio, pria itu duduk di hadapannya dengan wajah dingin yang membuat Dita gemetaran sebadan-badan.Perempuan itu menyadari kalau ucapan Nika sama sekali tidak bisa dia percaya. Nika mengatakan kalau Zio tidak akan tahu jika dialah yang melaporkan Lea ke polisi.Ternyata Dita kini sudah dibuat takut tak terkira hanya dengan tatapan suami Lea."Lepaskan aku! Kenapa aku dibawa ke sini? Apa salahku?!" Dita meski ketakutan nyatanya masih berani melawan."Salahmu? Salahmu karena sudah mengusik istriku! Kau akan menerima balasannya, berani sekali kau membantu dia.""Saya hanya membantunya mendapatkan apa yang seharusnya jadi miliknya," aku Dita terang-terangan."Mengaku rupanya. Kau sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, jadi sebaiknya kau diam saja!" Hardik Zio.Nyali Dita menciut seketika. Dia seharusnya tahu kalau Zio bukan lawan yang bisa dia hadapi. Bahkan kalau Dita punya kuasa, dia tidak akan menang melawan Zio."Lea mencuri tempatnya, apa