“Bagaimana bisa seorang mantan istri kedua tinggal di rumah Daniel?! Sungguh tidak adil! Aku harus segera membuat perhitungan pada wanita itu!” Helen berteriak marah saat tahu dari mata-matanya jika kini Lucy tinggal di mansion Daniel Noel.Maka hari itu Helen pun memberanikan diri menuju ke mansion Daniel, karena ia tahu siang ini Daniel pasti ada di Noel Corp. Sesampainya di mansion Daniel, seperti biasa baru sampai gerbang, ia sudah dihadang oleh para pengawal Daniel yang berjaga di depan mansion.“Anda dilarang masuk ke mansion, Nyonya Helen,” tegur salah seorang pengawal yang langsung mencegah Helen masuk.“Hey, apa kalian sinting!? Bagaimana seorang Nyonya besar dilarang masuk ke mansion milik Daniel sedangkan mantan istri keduanya diperbolehkan tinggal!” Helen berseru marah.“Itu semua atas perintah Tuan Daniel, Nyonya. Kami hanya melaksanakan perintah,” sahut sang pengawal.“Bulshit!! Jika aku tidak diperbolehkan masuk panggil wanita licik itu kemari! Aku harus membuat perhi
Mansion Noel’s“Kau tidak apa-apa? Tidak terjadi sesuatu padamu kan?” Siang itu aku dikejutkan saat Daniel pulang lebih awal dari biasanya dan mendatangiku dengan raut wajah cemas.“Aku tidak apa-apa. Memang kenapa kau terlihat khawatir sekali, Daniel?” aku bertanya bingung.“Bukankah tadi Helen ke sini, aku pikir dia datang untuk mengganggumu,” ujar Daniel.“Ya, aku tahu, memang dia tadi sempat datang dan berteriak padaku untuk keluar, tapi aku tidak memperdulikannya. Lagipula para pengawalmu telah menghalangi Helen untuk masuk tadi, jadi kau tak seharusnya cemas,” aku menjelaskan.“Syukurlah kalau begitu. Aku takut kau terpancing dengan kedatangannya. Aku tak mau dia menyakitimu lagi.” Daniel bernafas lega.“Lagi? Apa maksudmu kau tahu jika Helen selalu berniat jahat padaku, Daniel?” aku bertanya penasaran.“Ya, aku sudah tahu semuanya. Kejahatannya yang selama ini dia lakukan padamu dan anak kita yang belum sempat lahir, dan juga penculikanmu di rumah pantai waktu itu. Semua tak le
Sudah berapa kali aku bermimpi yang sama setiap malam. Walaupun di tempat yang berbeda tapi aku yakin jika anak kecil yang ada dalam mimpiku adalah anak kecil yang sama, dan sejak itu pun hampir setiap malam Daniel berjaga di dalam kamarku. Daniel Noel tahu batasannya, walaupun kami di dalam kamar yang sama tetapi Daniel tidur di sofa yang tak jauh di ranjang tempatku tertidur. Setiap kali ia hendak mendekatiku pun ia berkali-kali meminta maaf. Sikapnya yang demikian tentu saja membuatku semakin bersimpati padanya. Daniel menghormatiku sebagai istri dari saudara tirinya, kasih sayang dan perhatian yang diberikannya hanya wujud rasa tanggung jawab karena kini keadaanku sedang hamil, itu yang ada di mataku. “Nyonya, silakan minum jus ini untuk Anda,” seorang maid memberikan segelas jus untuk aku minum pagi itu. “Terima kasih, tapi aku tidak memintanya,” aku berkata. “Minum jus buah di pagi hari sangat baik untuk wanita hamil, Nyonya,” gadis muda itu tersenyum meyakinkanku. “Baiklah,”
Aku terbangun dan mendapati aku kini berada di dalam sebuah ruangan perawatan yang terasa familier, namun yang membuatku syok kini perutku sudah rata. Bagaimana bisa? Di mana anakku?! Aku mulai panik, perasaan deja-vu aku rasakan saat ini ketika bagaimana aku harus kehilangan anakku untuk yang pertama kali sebelumnya.Di saat aku merasa panik dan mulai gelisah, seseorang membuka pintu dan berjalan mendekatiku.“Kau sudah sadar, Lucy? Syukurlah...” “Daniel, anakku! Di mana anakku?!” aku menatapnya gelisah dengan kedua netra yang mulai berkabut karena rasa panik yang aku rasakan.“Tenang Lucy, bayimu sudah lahir. Lebih cepat dari yang seharusnya. Selamat, dia laki-laki.” Daniel menggenggam tanganku seraya tersenyum menenangkan.“Ya, Tuhan. Benarkah itu Daniel? Kau tidak bohong padaku, kan?” Kini kedua mataku sepenuhnya berkaca-kaca menatap Daniel memastikan apakah yang diucapkannya benar atau tidak.Daniel mengangguk dengan senyuman hangat menyejukkan. Astaga, Ya Tuhan. Mungkinkah itu
Seorang pria berperawakan militer tampak terluka hampir di setiap bagian tubuhnya, bahkan luka goresan dalam di beberapa bagian tubuhnya telah mengeluarkan cairan pekat warna merah, menunjukkan jika luka di tubuh pria itu bukanlah luka goresan biasa. Namun, seakan tak merasakan sakit pria itu tetap bertarung dengan lawan yang memang terlihat seimbang dengan dirinya. Seorang pria tinggi bertubuh besar, berkali-kali harus menerima pukulan mematikan dari pria berperawakan militer yang menjadi lawannya kali ini. Dia adalah Jacob Hayden Al Jassem, setelah melakukan perjuangan yang besar ia telah berhasil menembus benteng pertahanan dari George White. Jacob dan para anak buahnya berhasil melumpuhkan para anak buah dari ketua mafia berdarah dingin asal Perancis yang bernama George White. Setelah melewati baku tembak yang telah memakan banyak korban jiwa, kini keduanya terlibat baku hantam yang menguras tenaga. Jacob yang memang sudah terlatih dalam setiap jenis pertarungan, kini tampak memi
Terlanjur bertemu dengan keluarga Peter Jackson, Jacob pun akhirnya mengurungkan niatnya untuk pulang. Lysa Jackson, yang tak lain adalah istri dari Peter Jackson, begitu menyambut baik kehadiran Jacob Hayden, namun lain halnya dengan Peter Jackson, raut wajahnya terlihat tertekan saat bertemu dengan Jacob. Sedangkan si kecil Brian, dia tampak bersemangat dengan kehadiran paman tampan yang baginya sangat menarik perhatiannya. “Sudah lama sekali kita tidak bertemu, Mr. Hayden. Bagaimana kabar Anda selama ini?” Lysa Jackson memberikan secangkir kopi hangat pada Jacob di cuaca dingin di pagi itu. “Baik, kebetulan aku lewat di daerah ini. Itulah sebabnya aku mampir untuk melihat keadaan kalian, tak kusangka aku bertemu dengan putra kalian yang kini sudah tumbuh besar dan sehat.” Jacob melirik sekilas si kecil Brian yang kini duduk dalam pangkuan Lysa Jackson, sang ibu. “Dia tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh semangat. Aku turut berbahagia melihat keluarga kalian,” imbuh Jacob. “
Hari ini adalah pertama kalinya aku akan melihat anakku setelah beberapa hari aku berada di rumah sakit untuk menjalani perawatan. Perasaan hatiku tak menentu karena merasakan senang dan juga sedih yang bersamaan, saat akan melihat putraku yang masih berada di ruangan perawatan khusus. Dengan ditemani seorang perawat yang mendampingiku untuk menuju ke sebuah ruangan tempat di mana putraku dirawat selama ini.Setelah memakai pakaian khusus, aku pun mulai melangkah dengan jantung berdebar, ketika kini tepat di depanku terbaring bayi mungil yang masih merah berada di dalam sebuah tabung inkubator. Rasanya sesak hingga tak sadar kedua mataku berkabut dengan cepat. Air mata mulai luruh saat melihat kini bayi mungil itu ada di depan mataku. Terbaring dengan selang kecil yang menempel di beberapa bagian tubuhnya.“Putraku, Alexander...,” lirihku menatap pilu sekaligus haru bayi mungil yang merupakan putraku sendiri dengan Jacob Hayden.“Kau tampan sekali, Sayang. Maafkan Mama karena tak bisa
Setelah kepulanganku kembali ke kastil bersama dengan putraku, Alexander Hayden, aku pun merawat putraku secara pribadi dengan dokter khusus dan juga perawat yang diperintahkan oleh Jacob untuk mengetahui perkembangan Alexander. Dengan segala kuasanya, Jacob pun bisa melakukan hal yang tak mungkin menjadi mungkin. Keadaanku juga sudah membaik kini, sikap Jacob yang kembali dingin membuatku tak bisa berbuat apa-apa. Apa yang salah denganku, aku sendiri tak mengerti? Mungkinkah Jacob berpikiran buruk padaku tentang hubunganku dengan Daniel? Apalagi selama beberapa minggu kami tinggal bersama sejak kepergiannya, rasa curiganya bertambah besar. Seperti malam itu, saat aku selesai melihat keadaan Alexander. Di dalam kamar aku melihat Jacob tengah melepas pakaiannya hingga ia bertelanjang dada. Kulihat banyak bekas luka di tubuhnya yang memang memiliki otot-otot yang kuat. “Apa masih sakit?” aku menyentuh bekas luka tembak di dadanya. “Tidak,” jawabnya singkat, tatapannya datar saat kedu
“Jerome??” Laura terkejut setelah menyadari pria yang paling dihindarinya tiba-tiba ada di hadapannya saat ini.Pria tinggi besar berparas maskulin dengan jambang tipis bernama Jerome itu mengalihkan pandangannya pada Alex yang tetap tampak tenang seolah tak terpengaruh sama sekali dengan kehadirannya.“Jadi kau teman kencan Laura yang baru?!” sergahnya dengan tatapan tajam yang menusuk, tersenyum mengejek pada Alex.Alex tak menjawab, ia tak bereaksi apa pun. Dengan sikap cueknya Alex meminum gelas berisi minuman yang sudah dipesannya. Merasa kesal tak ditanggapi, Jerome melotot pada Alex sembari memukul meja dengan keras.Brakk!!“Hey, aku sedang bertanya padamu, pengecut?!” Jerome berkata keras hingga menarik perhatian orang yang ada dalam restoran itu.“Jerome?! Jaga bicaramu di tempat seperti ini! Siapa pun dia, kau tak berhak berkata kasar padanya!” Laura memperingati.“Kau selesaikan urusanmu dengan pria ini, Laura. Aku pergi, terima kasih kau sudah mentraktirku.” Alex bangkit d
Ellyzabet Smith memang sudah tak lagi bersamanya, akan tetapi Alex tetap merasa kalau Ellyzabet selalu ada bersama dengannya, tepatnya di hatinya. Seperti sekarang ini, Alex begitu menikmati malam-malamnya di Paris meskipun seorang diri. Puas menikmati malam di tempat itu, Alex pun melangkah untuk pulang menuju ke apartemen yang disewanya selama tinggal di Paris untuk menenangkan diri. Jarak yang tidak terlalu jauh membuat Alex hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke apartemennya. Namun, di tengah jalan Alex melihat seorang pria yang berlari kencang dari arah berlawanan dengan membawa sebuah tas wanita. Merasa ada yang aneh, tanpa banyak berpikir Alex sengaja membuat pria itu jatuh tersandung kaki Alex, lalu dengan gerakan cepat Alex langsung mengambil tas dari tangan sang pria.Bruk!! “Arght! Sialan!” pria itu mengumpat, jatuh tersungkur tak jauh di dekat Alex.Beberapa detik kemudian, seorang wanita muda tampak berlari dengan wajah pucat.“Tolong! Tasku! Pria itu mengambil tasku!
“Kau bajingan sialan, Brian Noel!! Akan aku pastikan setelah ini aku akan menghancurkanmu!” Teriakan seorang pria di sebuah ruangan tertutup dan kedap suara terdengar lantang. Pria tersebut baru saja menjalani rangkaian pemeriksaan oleh beberapa orang dari lembaga penegak hukum.Pria yang tak lain adalah Antony Buggs itu terus mengumpat tanpa henti. Ia benar-benar tak menyangka jika hanya dalam waktu semalam dirinya kini sudah berada di dalam ruangan yang mirip seperti penjara. Antony sudah menghubungi pengacara terbaik untuk mengurus kasusnya. Namun, selama kasusnya masih belum ditangani, selama itu pun setiap gerak-gerik Antony akan selalu diawasi. Seperti sekarang ini, ia harus bermalam di ruangan dingin tanpa fasilitas apa pun di dalamnya. Bagi Antony tempat itu tentu saja sama halnya dengan penjara. Brian Noel telah menghancurkan nama baiknya sebagai seorang Antony Buggs.Antony yakin dirinya dapat lolos dari jeratan hukum yang dituduhkan Brian Noel padanya, akan tetapi fakta istr
Suara langkah kaki terdengar masuk di sebuah ruangan perawatan rumah sakit, sosok itu mendekat ke ranjang pasien di mana seorang wanita terbaring lemah. Kedua mata wanita itu masih terpejam masih dalam pengaruh obat bius setelah operasi yang baru saja dijalaninya. Kini sosok pria yang tak lain adalah Brian Noel itu bisa lebih dekat melihat wajah wanita yang baru saja melahirkan bayi dalam kondisi prematur akibat pendarahan yang dialaminya. Jari tangan Brian menyentuh lembut wajah April yang terlihat pucat. Netra birunya menatap sendu April dengan tatapan penuh cinta. “Maafkan aku karena terlambat menyelamatkanmu, April,” sesal Brian lirih tanpa melepas pandangannya pada wajah cantik April yang tampak pucat.“Seandainya aku datang lebih awal, mungkin kau tidak harus mengalami kejadian seperti ini. Tetapi aku bersyukur kau dan bayimu selamat. Dia cantik sepertimu, April Spencer.” Brian mengulum senyuman diagonalnya sebagai wujud rasa syukur.Brian tak ingin melepaskan genggaman tangann
Antony melangkah di mana beberapa pria berseragam menunggunya di ruang depan mansion. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan semua?” sapa Antony dengan senyuman penuh percaya dirinya.“Maaf, Mr. Buggs mengganggu waktu Anda. Kami datang ke sini untuk memeriksa segala aset dari perusahaan yang Anda miliki,” salah satu pria berseragam itu memberitahu dengan gaya formalnya.“Memeriksa? Apa maksudnya Anda semua datang ke sini karena mencurigai saya melakukan sesuatu yang ilegal, begitu?” “Bisa dikatakan seperti itu. Kami harap Anda mau bekerja sama dan tidak mempersulit penyelidikan yang akan kami lakukan.”Antony tersenyum sinis, ia menatap satu persatu dari tiga orang pria berseragam yang berdiri di hadapannya dengan pandangan angkuh. “Siapa yang berkuasa di sini? Aku atau kalian semua? Kalian tak memiliki wewenang apa pun untuk melakukan penyelidikan kepadaku!” tegas Antony menolak keras.“Aku yang memiliki wewenang di sini!” Tiba-tiba seseorang menyahut dari luar ruangan, suaranya terdengar
"Antony? Kau sudah pulang?” April terlihat cukup terkejut melihat suaminya pulang lebih cepat dari biasanya. Ekspresi Antony terlihat berbeda, dingin dan garang. Melihat hal itu membuat April merasa takut apalagi saat Antony mendekati dirinya. “A-antony, ada apa?” Secara refleks April pun mundur menghindar dari Antony yang menghampirinya dengan tatapan tajam.“Jawab jujur pertanyaanku, April Spencer. Apa kau masih mencintai, Brian Noel?”“A-apa??” April tergagap, ia menatap takut sekaligus bingung dengan sikap Antony yang tiba-tiba menanyakan hal tak terduga seperti itu padanya. Sejak kapan Antony tahu hubungannya dengan Brian Noel? Atau apakah selama ini Antony sudah tahu, namun ia berpura-pura diam dan tak tahu apa-apa? Jika benar, lalu apa maksudnya? Banyak pertanyaan dalam benak April saat ini. “Sekali lagi jawab pertanyaanku ini sekarang, apa kau masih mencintai mantan kekasihmu itu?” Antony bertanya kembali dengan sikapnya yang menyudutkan.“Bagaimana kau bisa berpikir dan be
"Mr. Noel saya sudah mendapatkan semua data dari Antony Buggs seperti yang Anda minta.” Seorang ahli IT kepercayaan Brian memberitahu lewat sambungan telepon langsung pada Brian.“Bagus! Segera kirim semua datanya ke emailku sekarang!” perintah Brian.“Baik, Mr. Noel.” Suara dari seberang itu menyahut sebelum sambungan panggilan itu terputus.Brian mempelajari semua file dan data mengenai Antony Bugss yang dikirimkan oleh ahli IT kepercayaannya. Setelah ia mempelajarinya, kini Brian tahu apa saja yang sudah dilakukan oleh rivalnya itu selama beberapa tahun belakangan. Dan mengapa perusahaan milik Antony menganggap Noel Corporation adalah saingan bisnisnya.“Aku tak menyangka kau banyak melakukan cara ilegal dalam semua bisnis yang kau lakukan, Antony Buggs,” gumam Brian serius.Kini Brian kembali fokus memikirkan nasib dari April. Brian sangat yakin jika anak yang dikandung April adalah anaknya, benih darinya. Dugaannya semakin yakin setelah Brian menyelidiki berapa umur kehamilan Apr
Cukup! Hentikan Brian! Apa yang sebenarnya yang kau inginkan?!” April berkata cukup keras merasa tersudutkan. “Tinggalkan Antony! Itu yang aku inginkan!” tegas Brian serius. “Apa?? Apa kau sudah hilang akal, Brian? Dengan menyuruhku untuk meninggalkan suamiku sendiri dalam keadaan hamil seperti ini?” balas April tajam. “Satu hal yang harus kau tahu, Antony Buggs bukan pria baik-baik! Dia menikahimu dengan satu tujuan, itu yang pasti!” April mencebik, “Apa kau sadar mengatakan keburukan pria yang sudah menjadi suamiku, Brian? Tolong jangan ganggu hidupku lagi. Kau sendiri yang waktu itu mengatakan perpisahan kita, jadi aku mohon berhentilah menggangguku. Urus saja baik-baik kekasihmu yang bernama Rebecca Cruz itu!” Nada suara April terdengar meninggi. “Apa yang kau katakan, kekasihku? Rebecca Cruz?” “Ya, bukankah wanita itu adalah kekasihmu? Kalian menjadi pasangan di pesta waktu itu, bukan?” April berpendapat. “Tunggu, apa kau cemburu, April Spencer?” Brian bertanya memancing d
Brian seperti disambar petir saat mendengarnya. Ia seperti mimpi rasanya mendengar kata ‘hamil’. April Spencer kini telah hamil, anak dari pria yang belum lama menjadi suaminya? Rasanya waktu begitu cepat berlalu, hingga Brian nyaris tak percaya jika wanita yang dicintainya benar-benar telah menjadi milik orang lain dan bahkan akan memiliki seorang anak dalam pernikahan mereka.Melihat reaksi Brian yang syok membuat Antony tersenyum penuh kemenangan. Ia sangat tahu, jika April Spencer adalah kelemahan Brian Noel. Pewaris perusahaan Noel Corporation itu sangat jelas terlihat tak bisa menerima kenyataan. Wanita yang dicintainya kini telah hamil, dan itu jelas akan menjadi satu senjata ampuh yang berhasil Antony hunuskan tajam kepada Brian Noel. Putra sulung dari Daniel Noel itu kalah telak sekarang, kini Antony Buggs selangkah lebih maju darinya.“Sekarang kau sudah tahu, silakan pergi dari mansionku, Brian Noel. Kau tidak diterima di sini!” Dengan angkuh Antony memerintah penjaga mansi