Beranda / Pernikahan / ISTRI KEDUA CEO / Potongan Memori

Share

Potongan Memori

Penulis: Wafa Farha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ibu aku keluar sebentar ya?” bisik Diana di telinga ibunya yang tengah terlelap.

Wanita muda itu perlahan beranjak dari bibir kasur. Dengan jalan masih tertatih wanita, sekuat tenaga Diana berhasil meraih kursi roda yang tak jauh dari ranjangnya hingga sampailah bokongnya direbahkan ke kursi roda.

“Bagus. You can do it Diana.” wanita itu mendorong roda mengarah ke lemari. Membuka perlahan dan menarik laci kecil dalam lemari.

Ingatan Diana mundur sejam sebelumnya kala merebahkan diri di atas ranjang, sepasang bola matanya tertuju pada ibu yang melihat lama pada dua lembar kertas putih. Satu kertas ditaruhnya di dalam laci, satu lagi dilihatnya lebih lama seolah terhipnotis pada apa yang ada di situ.

“Ibu, lihat apa?” tanya Diana yang sedari tadi penasaran apa yang dilihat ibu.

“Oh, gak apa-apa. Yuk tidur.” Cepat-cepat ibu menaruh selembar lagi dalam laci dan menutupnya. Wanita paruh baya itu tersenyum tipis tapi tak bisa menutupi salah tingkahnya terhadap putrinya yang memergokinya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI KEDUA CEO   Hot News

    Setelah membaca Al-Kahfi bersama Devian di ruang tengah. Yumna menaruh Alqur’an di atas meja tepat di depan mereka, yang juga tersedia sepiring pisang goreng serta dua cangkir teh yang salah satunya telah tersisa sedikit.“Setiap kamis malam, cuma ini yang bacaannya paling lama ya sayang. Fiuh selesai juga.”“Kalau dibaca bareng-bareng bisa sama-sama koreksi dan tak akan terasa capek. Bagiku ini salah satu bentuk keromantisan dan berpahala….” Wanita itu menyandarkan kepalanya dipundak suaminya. “Mas tahu, kadang aku ingin menjadi Shafiyyah binti Huyay. Dia wanita muda masih belasan tahun menjadi istri Rasulullah SAW, hebatnya dia wanita cerdas yang suka mencari ilmu, mempelajari kitab-kitab. Tapi tak luput dia melakukan hak dan kewajibannya sebagai istri seorang nabi.” Devian mengecup kening istrinya. Betapa kagumnya pria itu terhadap wanita yang sholehah di sampingnya. Selalu taat dengan menutup seluruh auratnya. Terlintas ingatan masa lalu kala pria itu masih bersikap dingin, tapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRI KEDUA CEO   Cinta Pertama Yumna

    Cuaca hari ini lebih cerah dari biasanya sehingga hawa terasa panas. Yumna mengibaskan hijab panjangnya sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran gazebo yang terbuat dari bambu-bambu. Dilihatnya berkas yang berada tepat di atas mejanya. Lengkungan manis menghiasi bibirnya yang ranum. ‘Alhamdulillah perjuanganku sebentar lagi selesai.’ Yumna menghembuskan napas penuh bangga. Namun lambat laun kerutannya mulai tampak di pelipisnya. Ada yang mulai dipikirkannya. “Semoga Allah mudahkan minggu depannya.” Bisiknya.“Aamiin.” Sahut Rani yang melangkah mendekat sembari membawa nampan yang berisi kentang goreng dan saos yang melumuri sekitarnya serta segelas minuman jeruk yang terlihat jelas embun membasahi permukaan gelasnya. “Kamu lagi ngidam ya?” Yumna tergelak tawa melihat sahabatnya yang sudah kedua kalinya memesan hal yang sama. “Eh, jangan salah. Karena hari ini promo, jadi aku manfaatin kesempatan ini. Lumayan udah antri lama.” Rani merebahkan bokongnya sembari menaruh makan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRI KEDUA CEO   Insiden yang Membuat Berdebar

    “Assalamu’alaikum Yumna.” Seorang pria terdengar dari arah belakang Yumna.“Wa-wa’alaikumsalam.” Yumna kontan terjengat kaget. Suara yang tampak tak asing baginya hingga membuat jantungnya mulai berdebar. Suara yang sudah lama tak pernah lewat di telinganya lagi. Mungkin semenjak pernikahannya dengan suaminya. Suara lembut pria itu mengantarkan kenangan masa lalu yang kembali muncul di kepalanya.Penasaran membuat Yumna berbalik meyakinkan kebenaran yang ada di otaknya. Dua manik hitamnya menjurus tepat pada paras tampan di balik silau pantulan cahaya matahari. Spontan wanita itu menyipitkan matanya, mencari titik fokus penglihatannya. Bukan karena dia sudah rabun, tapi karena pencahayaan membiaskan penglihatannya hingga menjadi samar terlihat.“Assalamu’alaikum.” Suara pria yang sama di masa lalu Yumna. ‘Bibirnya … senyumnya … aku bisa melihatnya, meski wajahnya masih terasa samar.’ Yumna membatin seiring debaran jantungnya mulai berpacu. “Yumna …” panggil pria itu lembut. “Wa-wa’

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRI KEDUA CEO   Bayang yang Susah Lenyap

    “Aaaghrr!” Yumna spontan teriak kala dihadapannya sebuah rak buku yang begitu tinggi perlahan mendekat padanya. Rak semakin miring dan beberapa detik lagi akan menimpanya. Dentuman jantung sudah berguncang tak tentu arah. Ketakutan akan benda raksasa itu begitu mengerikan. “Nunduk!” seru Rizal yang masih berdiri di sampingnya. Tak mau menunggu lama, pria itu menarik lengan yang berlapis kain panjang untuk duduk bersandar pada dinding, sedang dia menghalau rak dengan tubuh kekarnya sembari membungkuk seakan melindungi Yumna yang tengah lebih dulu bersandar. Kejadiannya begitu cepat. Sepersekian detik bisa saja menimpa mereka berdua. Namun Allah berkehendak lain, rak itu tersangkut pada dinding hingga berhasil membuat keduanya selamat. Rak itu tak sampai jatuh menindih ataupun insiden lain yang bisa lebih parah. Dua manusia itu selamat dalam keadaan meringkuk. Jelas Rizal menjadikan tubuhnya sebagai benteng pelindung bagi wanita itu.Menyadari tak terjadi apa-apa antara mereka, Yumna

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRI KEDUA CEO   Kebimbangan Hati Rizal

    “Ting Tong.”Seorang pria tengah gusar mondar mandir tepat di depan dua papan yang mengatup dengan ukiran estetik yang terpampang elegan pada bangunan megah berlantai dua. Rambutnya sedikit ikal pendek serta balutan baju koko berpaduan celana kain hitam menjadi karakteristik pria yang tampak dari belakang itu. Sepatu sandalnya dipantulkannya ke lantai kesekian kalinya seolah tak bisa berdiri tenang.Kurang lebih dua menit, terdengar suara seorang wanita dari dalam menyahut.“Tunggu sebentar.”Itu seperti kata terakhir yang terucap dari wanita itu. karena sudah sepuluh menit berlalu, belum ada tanda-tanda pintu terbuka. Tentu saja pria itu yang sedari tadi menunggu semakin mengerutkan keningnya. Napasnya mengeluarkan desahan yang entah sudah ke berapa kali. “Lama sekali ish. Ya Allah,” geramnya. Pria itu benar-benar mencebik kesal hingga menggertakkkan giginya hingga terdengar gertakan geraman giginya, meski dia tahu tak seharusnya seorang tamu berekspersi seperti itu. “Wahh, engga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRI KEDUA CEO   Tamu yang Tak Diharapkan

    Rizal merebahkan bokongnya dan menyandarkan punggungnya di dinding serambi masjid dengan wajah termenung. Entah sudah kurang atau lebih dari setengah jam dia di sana dengan ekspresi sama. Insiden yang sempat menyengat di hatinya membuat otaknya tak bisa berhenti memikirkan wanita itu.‘Apa Yumna akan cerita ke suaminya? Dan hubungan keduanya renggang karena aku? Yumna menangis karena aku? Atau Yumna merasakan hal yang sama denganku?’ batin pria keturunan Timur Tengah itu terus berkecamuk, berusaha mencari jawaban yang hingga sekarang belum membuatnya lega. Perasaan bersalah, malu sudah bercampur aduk. Namun tak bisa membuat hatinya bisa bernapas bebas. Masih begitu menyesakkan dada.Beberapa pria yang mengenalnya segera mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Adab setelah selesai sholat berjama’ah.“Kenapa ustaz kayak orang linglung aja?” tanya seorang pria yang seumuran dengannnya tengah membungkuk sedikit sembari menyalaminya.“Jangan panggil gitu, Gilang. Aku belum pantas.” Rizal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRI KEDUA CEO   Dalam Kebisuan

    “Rizal, bukan mantannya Yumna kan ya?” Bianca nyeletuk dengan lengkung senyum polosnya. Memancing Yumna agar lebih merasa tersudut. Mungkin cara ini membuat perasaannya bisa lega. Memang melihat sikap Devian yang menyakitkan. Namun melihat ekspresi lugu Yumna, adiknya, belum lagi membuat Devian terpancing emosinya. ‘Bukankah itu lebih menarik?!’ “Mantan?” Devian mengerutkan keningnya. Mata elangnya menatap Yumna tajam.“A-apa?! Itu fitnah mbak,” terang Yumna dengan wajah berlipat-lipat di keningnya seiring gelengan kepalanya sebagai penolakan kerasnya. Nada suaranya lebih tinggi dari biasanya. Ada perasaan mengganjal yang membuatnya ingin rasanya berteriak. Menyanggah karena semua titik kesalahan ada pada pria yang bernama Rizal. Seorang pria yang hadir mencoba memperkeruh suasana. “Jaga ucapanmu Bianca! Beraninya …” Devian mengendus kesal. Wajahnya tak kalah berkerut dari Yumna. Hidungnya sampai kembang kempis seiring detak jantung yang mulai menderu. Mata elangnya menghunus menat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ISTRI KEDUA CEO   Dalam Kebisuan (2)

    ‘Ada perasaan yang berbeda? Mas Devian terus membisu.’ Keresahan Yumna terus saja melanda.Wanita itu hanya pasrah mengikut langkah suaminya. Melihat suaminya tengah berganti piyama kembali di dekat pintu, Yumna langsung menuju ruang rias untuk melepas hijabnya lalu menggantungnya di hanger lemari miliknya. Sesekali dua manik hitamnya mengarah pada punggung suaminya yang terlihat masih mengaitkan kancing piyamanya. Dengan balutan lingeri, Yumna bergerak duduk di bibir ranjang.“Mas marah ya?” tanya Yumna yang akhirnya memberanikan diri membuka obrolan yang selama ini terdengar seunyi.“Kenapa harus marah?!” Devian berbalik bertanya dengan tatapan malasnya. Sorot matanya terlihat guratan emosi yang tertahan lama. ‘Rasanya memuakkan membahas ini.’“Kalau aku salah, aku minta maaf Mas. Lagipula aku sama sekali enggak mengundang Kang Rizal ke sini,”tegas wanita itu yang seketika kejujurannya membuat bola matanya membesar seketika. Yumna menyadari ucapannya benar-benar salah. ‘Astaghfirul

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • ISTRI KEDUA CEO   Misi Berhasil

    "Mas, gimana menurut kamu sekarang?" tanya Sisil sembari meletakkan cangkir di atas meja, dekat laptop yang digunakan suaminya untuk kerja. "Hem?" Keanu yang kurang jelas mendongak. Melepaskan tatapan dari layar dan kemudian fokus pada wanita cantik yang hanya mengenakan dress tipis dengan rambut diikat tinggi. "Ya, Sayang. Kamu membahas tentang siapa?" Pria yang profesinya sebagai pengacara itu ingin memperjelas maksud pertanyaan istrinya. "Itu si Laura. Hidupnya kan ngenes, lebih ngenes dari janda yang gada suami." Sisil mengatakan secara detail. Dia sendiri meski merasa benci pada masa lalu Laura yang jahat, ada anak kecil yang tak bersalah hadir di tengah wanita jahat itu dan mantan suami Lisa -kakaknya. "Hem, apa kamu belum puas melihat penderitaannya?" tanya Keanu. Sisil menggeleng. "Lalu?""Aku kasihan pada anaknya, Mas. Apa kita ambil jadi anak angkat aja, ya? Atau kita kirim ke panti biar diasuh orang," celetuk Sisil ketika terpikir untuk menolong anak tidak bersalah i

  • ISTRI KEDUA CEO   Semua Selesai

    "Jadi kita harus bagaimana, Mas?" Laura tampak bingung.Bagas mendesah panjang. Dia memikirkan cara bagaimana membalas dendam ada orang-orang yang telah membuatnya terpuruk seperti sekarang."Sudahlah, kita pikirkan nanti, Ra. Mas mau mandi dulu, gerah!" ucap Bagas bangkit. Lelaki itu sudah berjalan mencapai tangga, tapi membalik tubuh karena ada sesuatu yang perlu dia katakan."Ohya, cepat berkemas. Kita harus segera pergi dari sini!" seru Bagas, yang kemudian terus berjalan tanpa menunggu persetujuan sang istri. "Aku perlu menghubungi kolega yang masih punya hutang pribadi padaku, yah cukuplah buat nyewa sebuah rumah minimalis."Laura mendecak sebal. Ia sangat kesal pada Lisa. Wanita itu harus dilaporkan karena kasus penipuan."Tapi bagaimana caranya? Kami bahkan tak punya uang untuk menyewa pengacara." Perempuan yang tengah hamil muda itu mendesah lelah. Dengan langkah gontai bergerak mengikuti Bagas di lantai dua.Bagas yang akan masuk kamar mandi, tiba-tiba harus menghentikan la

  • ISTRI KEDUA CEO   Dunia sudah Runtuh

    Lisa mendesah. "Aku bisa mengurus Kamila sendiri. Toh, selama ini akulah yang mengurusnya, apalagi sejak kamu bertemu mantanmu itu, Mas. Kita cerai saja. Ini sudah keputusan terakhirku." Lisa mengucap tenang. Namun, juga mantap. Seketika wajah Bagas pias. Tak menyangka pada akhirnya Lisa yang lebih dulu menggungat cerai. Habis sudah. Tak ada lagu harapan untuk tetap hidup mewah di keluarga Handoko. Entah, bagaimana reaksi Laura nanti saat tahu, suaminya sekarang hanyalah seorang gembel yang tak memiliki apa-apa."Tap, tapi. Apa kamu sudah memikirkannya baik-baik, Lis? Lihatlah betapa menderitanya aku tanpa kamu selama ini. Mas minta maaf." Bagas menghiba. Berharap Lisa luluh atas permintaan maafnya."Maafku sudah habis, Mas. Aku terus memaafkanmu, tapi kamu tetap memilih mantanmu itu. Mas tak menoleh sedikit pun padaku dan Kamila, yang jelas-jelas telah membersamaimu sejak lama.""Mas, khilaf, Lis.""Khilaf yang terulang-ulang." Lisa bicara dengan tegas. Tak sia-sia dia terus melatih

  • ISTRI KEDUA CEO   Cerai saja!

    Mbak Wati berlari dari arah dapur, ketika mendengar suara ribut-ribut di kamar Kamila."Ada apa?" tanya seorang pelayan kepada rekannya ketika Wati bergegas dari dapur tempat mereka bekerja."Biasalah. Orang kaya memang selalu begitu," cibir pelayan lain di sampingnya. Seorang perempuan yang semalam telah berhasil memberi obat tidur dalam minuman wanita bercadar di kamar Kamila.Perempuan itu tersenyum. Dia berpikir bahwa keributan pagi ini adalah imbas dari keberhasilan pekerjaannya semalam."Berhenti bergosip! Kalian makan dan digaji oleh orang yang kalian bicarakan keburukannya," tegur kepala pelayan yang tak suka mereka bicara tanpa adab."Not attitude!" dengkusnya sebelum akhirnya melangkah menyusul Wati untuk melihat apa yang terjadi.Mbak Wati yang melihat Bagas dan Sisil sibuk memanggil seseorang, segera mengambil Kamila yang tampak bingung. Untuk kemudian dibawa ke kamarnya dan diurus seperti biasa. Wanita itu tahu diri, hingga tak berani bertanya apapun mengenai keributan in

  • ISTRI KEDUA CEO   Aku sudah Melihatmu, Lisa!

    Lisa memegangi kepala yang berdenyut, saat membuka matanya dengan susah payah. Begitu mengerjap, cahaya menembus celah jendela. Wanita itu terhenyak, pagi telah tiba sebelum ia sempat menunaikan sholat subuh. "Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa kesiangan?"Wanita itu bangkit dengan tergesa. Berdiri di depan cermin untuk melepas topeng yang Sisil berikan semalam. "Aku bahkan tak sempat melepas benda ini sebelum tidur. Ini sangat aneh." Lisa meneleng sejenak mengingat-ingat kejadian ganjil semalam. Merasa sudah kehilangan banyak waktu, akhirnya ia bergerak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap sholat."Li, Lisa ...." Mata Bagas hampir saja lepas melihat sosok wanita di hadapannya. Sementara wanita yang baru selesai mandi dan merasakan situasi yang tak baik telah menimpa, buru-buru menarik tubuhnya kembali ke kamar mandi, menghindari tatapan pria itu. "Ya Tuhan bagaimana ini?" Lisa menggumam bingung."Apa yang sedang terjadi? Kenapa kepalaku terasa berat?" Lisa berta

  • ISTRI KEDUA CEO   Kamar Kamila

    "Apa ini, Sil?!" teriak Bagas dengan amarah yang meletup-letup. Baru saja dia berprasangka baik tentang Sisil tapi ternyata dalam sekejap dia menikamnya dengan cara lain.Sisil memutar mata malas. "Udah deh, Mas. Gak usah berisik! Katanya mau lapor Pak RT. Panggil warga buat gerebek aku? Silakan! Sana!""Kamu nantangin aku, Sil! Oke! Kamu akan habis karena berbuat mesum padahal sudah punya suami!" Suara bariton itu menggema, sampai membangunkan pelayan yang tidur di kamar pembantu, terbangun. Namun, seperti biasa, mereka tak berani keluar dan melihat apa yang terjadi di ruang-ruang utama. Hanya kepala pelayan yang berani mengintip dari kejauhan. Takut jika ada perampok dan sejenisnya dan perlu untuk memanggil polisi.Bagas bergegas, dia ingin membuktikan bahwa ucapannya bisa menghancurkan Sisil."Tunggu! Satu langkah kamu keluar dari pintu, aku akan menceraikanmu. Dan menghancurkan hidupmu Mas Bagas! Mau jadi gembel?!" Sisil tersenyum sinis. Namun, rupanya ... sang nyonya dan tuannya

  • ISTRI KEDUA CEO   Lapor Pak RT

    Bagas memasuki kamar yang terbuka. Pria itu melihat dengan heran. Bukannya tadi Sisil sudah naik ke atas. Tetapi, kenapa sekarang tidak ada? "Sudahlah. Aku lelah terus memikirkan wanita gila itu. Aku ingin beristirahat," gumamnya. Setidaknya di samping cilaka bertubi-tubi, ada kabar membahagiakan untuknya. Laura yang tak lagi salah paham dan juga sebentar lagi dia akan tahu bahwa Lisa masih hidup.Langkah lebarnya memasuki kamar, dengan malas mendorong pintu. Begitu melihat kasur, langkahnya semakin cepat. Tak sabar merebahkan diri di sana."Ahhh. Lega sekali! Sepertinya aku akan tidur nyenyak malam ini. Tak perlu waktu lama, Bagas terlelap dan sempat mendengkur. Bahkan dia tak sadar ketika Sisil melihatnya di pintu, lalu kembali.Tak lama suara ponsel mengagetkannya.Dengan kondisi masih mengantuk, Bagas meraba-raba ponsel di nakas. Begitu dapat, ia segera meraihnya."Ya?" sapanya pada orang di ujung telepon."Tuan, saya sudah mengirimkan foto dari pacar saya.""Benarkah? Foto wani

  • ISTRI KEDUA CEO   Sikap Aneh Lisa

    "Mas, gimana?" tanya Laura tak sabar."Udah kamu tenang aja, ya. Besok aku akan cari waktu untuk pulang," bujuk Bagas yang kasihan melihat Laura. Tak pernah bertemu. Padahal dia sedang hamil. Meski Laura punya andil besar atas kekacauan sekarang, tetap saja Bagas tak bisa melepaskan tanggung jawabnya. Dia juga ikut andil, perselingkuhan yang menyebabkan banyak perselisihan tak akan terjadi jika Bagas menutup celah tersebut."Iya, itu harus, Mas. Kamu kan tau aku sedang hamil.""Ya, Sayang. Iya." Kini Bagas melunak. Tak ingin semua sisi menjadi sumber kesumpekan baginya. Terlebih Laura. Hanya dia wanita yang kini mencintai dan mendukungnya."Soal Lisa?" tanya Laura lagi. "Kamu tunggu kabar besok, oke? Aku sudah menyiapkan seseorang untuk memhuka kedoknya."Bagas mencoba menenangkan istrinya. Dia sangat yakin rencananya akan berhasil kali ini._____________Di tempat lain, Bibi yang akan masuk, urung ketika melihat majikannya tengah berbincang di telepon. Dia diam-diam mendengar pembi

  • ISTRI KEDUA CEO   Wajah di Balik Cadar

    "Mas, tadi aku gak sengaja lihat riwayat panggilan di ponsel Bibi. Banyak sekali panggilan dari Sisil dan Lisa. Ini aneh kan Mas. Apa Bibi itu sebenarnya suruhan Sisil untuk mengerjai kita?""Apa? Kamu serius? Gak salah baca?!" Ini sangat aneh menurut Bagas. Kenapa mereka berhubungan?Sementara Lisa yang mendengar percakapan mereka menutup mulut, terkejut. Secepat inikah rencananya dan Sisil terbongkar?Dia yang terkejut berbalik arah dan pergi meninggalkan tempatnya. Namun, nahas. Gamisnya nyangkut, hingga menimbulkan suara ketika ia bergerak.Bagas sontak menoleh, mencari asal suara. Dia pun bangkit, bergerak mendekat dan meninggalkan panggilan dengan Laura. Saat berdiri persis di depan pintu, Lisa sudah berjalan menjauh. "Tunggu!" serunya, hingga membuat Lisa menghentikan langkah.Pria itu pun berjalan semakin mendekat. Penasaran. Apa yang dilakukan baby sitter itu? Perempuan berhijab yang Sisil pekerjakan dan dicurigai Bagas sebagai Lisa. Dia pasti sudah mendengar obrolannya deng

DMCA.com Protection Status