Sesaat Aneisha terdiam, dia tak menanggapi apa yang dikatakan oleh Tuan Xavier yang dianggapnya sangat berlebihan saja."Apa maksud ucapanmu?" Tanya Aneisha dengan sedikit menggeserkan tempat duduknya."Aku sangat iba kepadamu, mendapatkan penyiksaan dari Zuan sejak pertama kali kalian menikah." DegEntah mengapa jantungnya kini mulai dia rasakan begitu berdetak cukup kencang, kala dia mengingat kejadian waktu pertama kali diperlakukan Tuan Zu sangat kejam.Aneisha menoleh ke arah lain, saat ini dirinya mulai mencoba untuk menguatkan hatinya sendiri."Aku tau apa yang kau rasakan saat ini. Kenapa kamu bisa bertahan sampai detik ini? Bukankah selama ini Zuan sudah memperlakukan dirimu dengan buruk? Sadarlah Ana, Zu bukanlah lelaki yang tepat untukmu." Ungkap Tuan Xavier dengan mencoba meraih tangan Aneisha.Aneisha segera menepis tangan Tuan Xavier lalu sesegera mungkin menghindari dirinya.Aneisha berpindah kursi duduknya, lalu tak lama kemudian Tuan Xavier mencoba untuk membujuknya
Tuan Xavier saat itu terlihat sudah babak belur dijahar oleh Tuan Zuan, dan tak lama kemudian pengawalnya langsung membawa Tuan Xavier keluar dari kediaman Tuan Zu."Bawa Tuan Kalian keluar dari sini sebelum aku remukkan semua tulang-tulangnya." ancam Tuan Zu mengeratkan kedua rahangnya menatap nyalang ke arah para pengawalnya.Tanpa menunggu lama beberapa pengawal Tuan Xavier kini membantu Tuannya untuk segera pergi meninggalkan kediaman Tuan Zu.Setelah Tuan Xavier sudah berlalu dari sana, kini dia tengah mengaruh attensinya ke arah Aneisha yang saat itu tidak berada di sana."Kemana dia sekarang?" tanya Tuan Zu sendiri dengan wajah mulai kesal.Tak lama kemudian Tuan Zu menemukan Aneisha sudah tergeletak di bawah kursi ketika dirinya mencoba untuk berjalan menuju ke dalam rumah."Kau di sini rupany, bangun Ana." Ucap Tuan Zu dengan menggoyangkan tubuh Aneisha.Aneisha sudah tidak bisa lagi membuka matanya, segera Tuan Zu mengangkat tubuh Aneisha ke dalam kamar mandi lalu Aneishapun
Arsen tampak senang mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu kali ini. Ia mulai tersenyum smirk dan meneguk minumannya hingga tandas.Mereka berdua kini minum wine bersama, berbagi dengan apa yang mereka rasakan saat ini, hingga keduanya kini tengah mabuk bersama.Setelah keduanya sudah mulai mabuk berat, Tuan Zu tampak berteriak meminta pengawalnya untuk mengantarkan dirinya ke kamarnya.Dua orang pengawal itupun mengantarkan Tuan Zu pergi ke arah kamarnya. Sesampainya di sana, Tuan Zu langsung memerintahkan pengawalnya pergi meninggalkan kamarnya."Pergi kalian dari sini!" perintah Tuan Zu menatap nyalang wajah kedua pengawalnya."Baik Tuan," jawab mereka berdua.Kedua pengawal tersebut kemudian pergi meninggalkan Tuan Zu sendiri berdiri di depan kamarnya.Beberapa saat kemudian dia mengetuk pintu kamarnya.TokTokTok"Ana, buka pintunya!" Teriak Tuan Zu dengan wajah marahnya.Aneisha yang saat itu tengah duduk di atas ranjangnya mendengar teriakan Tuan Zu di luar bergegas membuka
Aneisha terlihat sedikit lelah ketika Tuan Zu mengajaknya untuk berhubungan suami istri dengannya."Maaf Tuan Zu, jangan sekarang. Aku sedikit lelah." Tolak Aneisha dengan menahan dadanya.Tuan Zuan langsung menatap nyalang wajah Aneisha, tentu saja dia tidak ingin mendapatkan penolakan dari Aneisha disaat dirinya ingin bercumbu dengan dirinya."Kau ingin menolakku?" Tanya Tuan Zuan dengan nada marahnya dengan mencengkram kedua pipinya dengan keras."Ma-maafkan aku Tuan Zu, aku tak bermaksud menolakmu, tapi aku benar-benar lelah kali ini, kau sudah menghajar tubuhku beberapa kali, sungguh milikku masih sangat perih, Tuan." Ucap Aneisha dengan mata yang sudah berkaca-kaca."Kai jangan banyak alasan Aneisha, sekarang kau harus tetap melayani diriku, ini sebagai hukuman yang aku berikan kepadamu." Ujar Tuan Zu dengan menarik pakaian yang dikenakan oleh Aneisha.Kreeek .....Dengan marahnya Tuan Zu langsung merobek pakaian yang dikenakan oleh Aneisha saat ini.Entah betapa pakaian yang di
Tuan Zu cukup terkejut ketika mendengar Aneisha yang saat itu tengah mengigau."Ana, bukalah matamu Ana." Lirih Tuan Zu dengan mencium lembut keningnya."Ssss sakit, hiks." Runtih Aneisha dengan meronta-ronta.Tuan Zuan menatap dengan iba, ia terlihat sangat cemas ketika Aneisha sedang merintih kesakitan.Beberapa menit kemudian seorang Dokter perempuan datang ke rumah Tuan Zu, ia lalu segera diantarkan oleh pengawal Tuan Zu menuju ke kamarnya.TokTokTok"Tuan Zu, Dokter Eliza sudah datang." "Suruh dia masuk!" sahut Tuan Zu dari dalam kamarnya.Tak lama kemudian pengawal Tuan Zuan langsung membukakan pintu untuk Dokter Eliza."Silahkan masuk, Dokter Eliza." Ucap pengawal tersebut dengan membuka pintu kamar Tuan Zu."Terima kasih." Balas Dokter Eliza lalu masuk ke dalam kamar tersebut.Saat dia masuk ke dalam kamar itu, dia melihat Tuan Zu saat itu tengah dalan posisi berlutut dengan memegangi tangan Aneisha.Dokter Eliza sempat terpaku saat melihat Tuan Zuan terlihat bersedih saat
Dokter Eliza tampak terkejut ketika mendengar Arsen mengatakan itu kepadanya. Ia tak tau jika Arsen mengetahui apa yang dilakukan oleh Tuan Zuan kepada istrinya.Tak ingin ikut campur dengan masalah Tuan Zu, Eliza lebih memilih untuk diam dan tak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Arsen."Maaf Arsen, itu bukan urusanku, aku pergi dulu." Pamit Dokter Eliza dengan bergegas berlalu dari hadapan Arsen."Kau menutupi semua kebusukan kakak tiriku karena kau adalah mantannya, apa kau tak kasihan melihat istrinya yang saat ini di siksa olehnya?" Arsen mencoba menghentikan langkah kaki Dokter Eliza.Dokter Eliza lalu menghentikan langkah kakinya dan kini menoleh ke arah Arsen."Lalu apa urusanku dengan apa yang dilakukan oleh kakak tirimu? Jika kau keberatan dengan apa yang dilakukan oleh kakakmu itu, sebaiknya kau sediri yang menghentikan perbuatannya yang selalu menyakiti istrinya."Arsen hanya terdiam ketika Eliza membalas ucapannya."Aku dipanggil ke sini hanya untuk memeriksa istrinya,
Naima mulai curiga ketika Aneisha muntah-muntah dan kini mendengar sendiri jika dirinya telat datang bulan."Lau telat datang bulan? Apa kau sudah memeriksakan dirimu, Nyonya Muda Zu?" Tanya Naima sembari menata riasan Aneisha.Aneisha merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Naima kepadanya. Ia masih belum mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Naima kepadanya saat ini."Aku harus memeriksa untuk apa? Aku hanya sakit biasa," jawab Aneisha dengan wajah polosnya."Ya Tuhan, apa kau selama ini tidak berpikir bahwa kau ini adalah wanita bersuami Nyonya Muda Zu? Apa Tuan Zu tidak pernah menggauli dirimu?" tanya Naima dengan wajah kesalnya.Aneisha mulai tersipu malu ketika mendengar apa yang ditanyakan oleh Naima kepadanya saat ini."Apa maksudmu menanyakan itu? Apa kau tak lihat aku dibuat lemas oleh Tuan Zu saat dia menggempurku hampir tiap hari." Balas Aneisha dengan menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah."Akupun sudah tau bukan, bahwa kau dan Tuan Zu sudah sering melakukan
Sebenarnya saat itu Aneisha ingin mengatakan kepada Tuan Zu tentang apa yang terjadi dengan dirinya saat itu. Namun ketika Aneisha ingin memberitahukan kepada Tuan Zuan, Naima sudah menyelat ucapannya."Sebenarnya saat ini aku ha ___" ucapan Aneisha terpotong."Dia hanya mengingat masa lalunya tadi, saat Tuan Zu memaksa dirinya menikah pertama kali." Naima menyela ucapan Aneisha.Aneisha lalu menoleh ke arah wajah Naima yang saat ini menatap wajahnya dengan nyalang. Aneisha lalu memalingkan wajahnya ketika Naima kini masih saja menatap dirinya."Tapi Tuan tidak usah khawatir, Nyonya Muda Zu hanya membagikan pengalaman yang tidak mengenakkan saat terjadi dengan dirinya waktu itu. Saat ini Nyonya Muda Zu sudah mulai menerima kehadiranmu, dan juga sudah mulai mencintaimu, Tuan. Bukan begitu, Nyonya Muda Zu? Kau mengatakan itu kepadaku tadi kepadaku." lanjut ucapan Naima.Aneisha yang saat itu mendengar apa yang dikatakan oleh Naima hanya bisa mengangguk dan membenarkan apa yang diceritak
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk