Aneisha mulai gugup ketika Tuan Zu kini mulai curiga dengannya. Sebisa mungkin Aneisha menyembunyikan kegugupannya."Kau jangan berbicara omong kosong, sebaiknya kau pergi dari sini, aku tak ingin melihatmu lagi," Aneisha mulai kesal dan kini mulai berjalan meninggalkan Tuan Zu.Tuan Zu semakin penasaran dengan wanita cantik yang sangat menggoda baginya waktu itu.Tuan Zu lalu mengekori langkah pendek Aneisha yang saat itu sesikit terburu-buru menghinda Tuan Zu.Rok span yang dikenakannya itu, membuat Aneisha sedikit kesulitan saat dia harus melangkahkan kakinya.Tak menunggu lama, akhirnya Tuan Zu berhasil mensejajarkan posisi langkah kakinya tersebut.Tuan Zu lalu menarik tubuh Aneisha dan kini menghadapkannya ke arahnya.Aneisha terkejut dan berusaha untuk melepaskan diri dari Tuan Zu yang kini mulai menghimpit tubuhnya dan menatap penuh wajahnya."Lepaskan aku, Tuan Zu. Kau tidak sopan kepadaku," protes Aneisha dengan berusaha melepaskan tangan Tuan Zu.Tuan Zu tetap menatap wajah
Tuan Zu terkejut saat mendengar dari mulut Aneisha yang menagatakan bahwa itu adalah suara putranya.Rasa senang dan tak percaya menghinggapi dirinya. Tuan Zu sangat bahagia, ia masih menunggu Aneisha untuk kuar dari kamar mandinya dan menjelaskan kepadanya tentang putra yang dianggapnya sudah mati karena keguguran yang dialaminya.Beberapa saat kemudian Aneisha keluar dari kamar mandinya, dia terlihat sudah rapi dan sangat segar ketika dirinya sudah membersihkan tubuhnya dari peluh yang menempel saat dia melakukan hubungan suami istri itu dengan Tuan Zu.Aneisha kemudian bergegas bersiap untuk pergi dari ruangannya. Namun, dengan cepat Tuan Zu menghentikan langkah kakinya."Tunggu Ana! Aku ingin bicara empat mata denganmu!" Tuan Zu menghentikan langkah kaki Aneisha.Aneisha menoleh ke arahnya, ia lalu menatap wajah Tuan Zuan yang kini sedang menatap dirinya penuh dengan curiga."Ada apa?" tanya Aneisha dengan wajah sanyainya.Aneisha tentu tau jika saat ini Tuan Zu menghentikan langk
Pertemuan tadi siang yang berujung dengan kegiatan di ranjang, menyisakan sebuah kenangan pahit diantara keduanya.Setelah pembicaraan itu, Aneisha langsung mengusir Tuan Zu dari ruangannya."Kau sudah berubah, Ana," ucap Tuan Zu dengan nada kecewa."Aku bukan Ana, tapi Ana Bella," balas Aneisha tersenyum sengit ke arah pria tampan di depannya."Aku akan membuatmu kembali lagi kepadaku, Ana," balas Tuan Zu menatap nyalang wajah Aneisha."Silahkan saja, itu urusanmu. Jangan berharap kau bisa mendapatkan hatiku kembali, Tuan Zuan Lee," balas Aneisha lalu segera menutup pintu ruangan kerjanya.Saat pintu itu ditutup dengan kerasnya, Tuan Zu mengeraskan rahangnya dan kedua tangannya mulai terkepal dengan erat.Wajah Tuan Zu tampak memerah, diikuti dengan urat-urat di kepalanya yang terlihat cukup jelas.Sementara itu, terlihat Aneisha menyenderkan punggungnya pada pintu ruangannya, sejenak dia menata hatinya yang terasa patah. Aneisha kini tak bisa menahan tangisnya, betapa sakit hatinya
xavier tak bisa menahan emosinya ketika Tuan Zuan mengatakan itu kepadanya. Tanannya seketika dikpalkan dengan eratnya.Urat-urat di wajahnya mulai terlihat jelas kala dia mulai tersulut emosinya. Meskipun dia ragu jika Aneisha melakukan hal itu. Namun, tetap saja perkataan Tuan Zu membuat dirinya tersulut emosinya.Dengan wajah yang sudah memerah, Xavier mulai menarik kerah leher Tuan Zu yang saat itu ada di depannya."Dengar, brengsek! Kau jangan membuatku marah! Tak ada gunanya kau memanasiku dengan perkataan bualanmu," umpat Tuan Xavier menatap penuh intimidasi.Ia semakin marah dan tak bisa menahan emosinya yang sudah meledak, dengan cepat Xavier langsung memukul wajah Tuan Zu.Tuan Zu terhuyung ke belakang, dia rasakan tubuhnya mulai hilang keseimbangan. Tampak di kedua sudut bibirnya sudah mulai terlihat darah. Ia menahan perih tapi dia puas menatap Xavier yang sudah sangat marah.Tuan Zu tertawa dan terus mengolok Xavier. Dia tau jika saat ini dirinya dan Aneisha pasti belum p
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis