Aneisha berpura-pura tidak mengenali Lilian, dia dengn angkuhnya menatap wajah Lilian yang dulu selalu mengintimidasi dirinya.Tatapan itu seolah penuh dendam yang siap dia luapkan waktu itu. Namun, Aneisha membutuhkan waktu yang tepat melakukan pembalasan dendam kepadanya."Aku bukan Aneisha, namaku Ana Bella," jawabnya lalu bergegas pergi meninggalkan Lilian dan Tuan Zu.Di lain kesempatan, Aneisha kini bertemu dengan Arsen. Lelaki yang dulu pernah menjadi kekasihnya, tampak terkejut dan terpesona dengan kecantikan Aneisha. Sudah hampir lima tahun dia tidak bertemu dengan Aneisha sejak menghilangnya dirinya dulu, membuat lelaki itu benar-benar sangat merindukan wanita yang ada di depannya.Keduanya terpaku dalam pikirannya masing-masing. Namun, Aneisha sudah lama melupakan Arsen, meskipun dalam hati kecilnya ia masih memikirkan sosok lelaki yang ada di depannya saat ini."Anes, kau sangat cantik," puji Arsen tanpa sadar berkata di samping kekasihnya.Evelyn mengernyitkan dahinya, ia
Malam itu menjadi awal titik pertemuan mereka yang tak pernah mereka sadari sebelumnya.Mereka dikejutkan dengan kehadiran sosok Aneisha yang yang sangat berubah tiga ratus enam puluh derajat dari Aneisha sebelumnya.Meskipun waktu itu Aneisha menagatakan dirinya adalah Ana Bella, baik Arsen dan Tuan Zu tak mempercayai apa yang tengah dikatakan oleh Aneisha.Evelyn yang saat itu merasa bingung dengan Arsen dan Tuan Zu yang seolah mengenali kakak iparnya sebelumnya. Ia semakin dibuat penasaran dengan hubungan kakak beradik itu dengan Aneisha."Arsen, apa kau mengenali Ana Bella sebelumnya?" tanya Evelyn setelah mereka melakukan kegiatan panasnya di atas ranjang.Arsen tersenyum santai, ia membiarkan Evelyn bertanya-tanya dalam hati."Kenapa? Apa kau cemburu?" tanya Arsen dengan menatap wajah Evelyn yang kini mulai mendadak berubah."Cemburu dengan dirinya? Apa kau sudah gila? Dia istri kakakku," balasnya dengan nada sewot."Kenapa jika dia istri kakakmu? Nama Ana Bella cukup terkenal d
Aneisha mulai gugup ketika Tuan Zu kini mulai curiga dengannya. Sebisa mungkin Aneisha menyembunyikan kegugupannya."Kau jangan berbicara omong kosong, sebaiknya kau pergi dari sini, aku tak ingin melihatmu lagi," Aneisha mulai kesal dan kini mulai berjalan meninggalkan Tuan Zu.Tuan Zu semakin penasaran dengan wanita cantik yang sangat menggoda baginya waktu itu.Tuan Zu lalu mengekori langkah pendek Aneisha yang saat itu sesikit terburu-buru menghinda Tuan Zu.Rok span yang dikenakannya itu, membuat Aneisha sedikit kesulitan saat dia harus melangkahkan kakinya.Tak menunggu lama, akhirnya Tuan Zu berhasil mensejajarkan posisi langkah kakinya tersebut.Tuan Zu lalu menarik tubuh Aneisha dan kini menghadapkannya ke arahnya.Aneisha terkejut dan berusaha untuk melepaskan diri dari Tuan Zu yang kini mulai menghimpit tubuhnya dan menatap penuh wajahnya."Lepaskan aku, Tuan Zu. Kau tidak sopan kepadaku," protes Aneisha dengan berusaha melepaskan tangan Tuan Zu.Tuan Zu tetap menatap wajah
Tuan Zu terkejut saat mendengar dari mulut Aneisha yang menagatakan bahwa itu adalah suara putranya.Rasa senang dan tak percaya menghinggapi dirinya. Tuan Zu sangat bahagia, ia masih menunggu Aneisha untuk kuar dari kamar mandinya dan menjelaskan kepadanya tentang putra yang dianggapnya sudah mati karena keguguran yang dialaminya.Beberapa saat kemudian Aneisha keluar dari kamar mandinya, dia terlihat sudah rapi dan sangat segar ketika dirinya sudah membersihkan tubuhnya dari peluh yang menempel saat dia melakukan hubungan suami istri itu dengan Tuan Zu.Aneisha kemudian bergegas bersiap untuk pergi dari ruangannya. Namun, dengan cepat Tuan Zu menghentikan langkah kakinya."Tunggu Ana! Aku ingin bicara empat mata denganmu!" Tuan Zu menghentikan langkah kaki Aneisha.Aneisha menoleh ke arahnya, ia lalu menatap wajah Tuan Zuan yang kini sedang menatap dirinya penuh dengan curiga."Ada apa?" tanya Aneisha dengan wajah sanyainya.Aneisha tentu tau jika saat ini Tuan Zu menghentikan langk
Pertemuan tadi siang yang berujung dengan kegiatan di ranjang, menyisakan sebuah kenangan pahit diantara keduanya.Setelah pembicaraan itu, Aneisha langsung mengusir Tuan Zu dari ruangannya."Kau sudah berubah, Ana," ucap Tuan Zu dengan nada kecewa."Aku bukan Ana, tapi Ana Bella," balas Aneisha tersenyum sengit ke arah pria tampan di depannya."Aku akan membuatmu kembali lagi kepadaku, Ana," balas Tuan Zu menatap nyalang wajah Aneisha."Silahkan saja, itu urusanmu. Jangan berharap kau bisa mendapatkan hatiku kembali, Tuan Zuan Lee," balas Aneisha lalu segera menutup pintu ruangan kerjanya.Saat pintu itu ditutup dengan kerasnya, Tuan Zu mengeraskan rahangnya dan kedua tangannya mulai terkepal dengan erat.Wajah Tuan Zu tampak memerah, diikuti dengan urat-urat di kepalanya yang terlihat cukup jelas.Sementara itu, terlihat Aneisha menyenderkan punggungnya pada pintu ruangannya, sejenak dia menata hatinya yang terasa patah. Aneisha kini tak bisa menahan tangisnya, betapa sakit hatinya
xavier tak bisa menahan emosinya ketika Tuan Zuan mengatakan itu kepadanya. Tanannya seketika dikpalkan dengan eratnya.Urat-urat di wajahnya mulai terlihat jelas kala dia mulai tersulut emosinya. Meskipun dia ragu jika Aneisha melakukan hal itu. Namun, tetap saja perkataan Tuan Zu membuat dirinya tersulut emosinya.Dengan wajah yang sudah memerah, Xavier mulai menarik kerah leher Tuan Zu yang saat itu ada di depannya."Dengar, brengsek! Kau jangan membuatku marah! Tak ada gunanya kau memanasiku dengan perkataan bualanmu," umpat Tuan Xavier menatap penuh intimidasi.Ia semakin marah dan tak bisa menahan emosinya yang sudah meledak, dengan cepat Xavier langsung memukul wajah Tuan Zu.Tuan Zu terhuyung ke belakang, dia rasakan tubuhnya mulai hilang keseimbangan. Tampak di kedua sudut bibirnya sudah mulai terlihat darah. Ia menahan perih tapi dia puas menatap Xavier yang sudah sangat marah.Tuan Zu tertawa dan terus mengolok Xavier. Dia tau jika saat ini dirinya dan Aneisha pasti belum p
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk