Home / Pernikahan / ISTRI BURUK RUPA / Kau bilang Menerimaku apa Adanya

Share

ISTRI BURUK RUPA
ISTRI BURUK RUPA
Author: Ariesa Yudistira

Kau bilang Menerimaku apa Adanya

Author: Ariesa Yudistira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Dek, ingat kalau keluar pakek masker, kalau perlu pakek cadar saja," ucap Irfan pada Airin, istrinya.

"Iya, Mas," jawab Airin seraya mengangguk.

Dia mengambil masker yang sudah banyak tersedia di atas meja. Airin tahu, suaminya menyuruhnya memakai masker bukan demi kesehatannya, apalagi karena takut wajahnya dilirik pria lain.

Semua itu karena dia tidak ingin para tetangga melihat wajahnya yang buruk. Benar, luka bakar membuat sebagian wajahnya itu terlihat seram jika dilihat oleh orang lain.

"Mas, apa Mas malu jika para tetangga melihat wajahku?" tanya Airin setiap kali suaminya menyuruhnya memakai masker.

"Bukan begitu, Dek. Mas cuma gak mau kamu sedih kalau mereka bicara buruk tentang wajahmu," jawab Irfan, yang selalu berhasil membuat Airin merasa lega.

Di tempat tinggal mereka yang dulu, para tetangga memang suka berkata nyinyir padanya, tanpa peduli itu menyakiti hatinya.

"Kamu itu beruntung, Airin, ada orang yang mau menikah sama kamu. Sudah ganteng, kaya lagi," kata para tetangganya dulu sebelum mereka pindah ke kota lain.

"Iya, siapa tahu nanti suamimu mau membiayai operasi plastik untukmu," sahut tetangga yang lain.

Airin hanya tersenyum mendengar perkataan mereka, berharap semua yang mereka katakan akan benar-benar suaminya lakukan. Nyatanya, jangankan menyarankan untuk merawat diri atau melakukan operasi plastik, Irfan bahkan menentang keras dia melakukan hal itu. Mungkin karena biayanya terlalu mahal, pikir Airin.

"Jangan dengarkan omongan orang, yang penting Mas menerima kamu apa adanya," ucap Irfan.

Lamunan Airin buyar ketika mendengar suara tukang sayur dari depan rumahnya. Dia segera memakai maskernya dan keluar untuk membeli beberapa keperluan dapur di tukang sayur yang selalu lewat di sepanjang jalan kompleks perumahan mewah itu.

"Non Airin, kenapa cuma ke depan rumah saja harus pakai masker?" sapa tetangga barunya yang sama-sama sedang memilih sayur.

"Mungkin takut kena wajahnya matahari, Buk," sahut tetangga yang lain.

"Iya juga, istri pengusaha besar kayak Pak Irfan memang harus terlihat cantik dan sempurna di mana saja," timpal yang lain.

Airin hanya diam saja mendengar omongan para tetangga. Dia cepat-cepat memilih apa yang dia butuhkan, lalu segera membayar dan langsung masuk kembali ke dalam rumah.

Gawainya tiba-tiba berdering begitu dia meletakkan sayur yang dibawanya ke atas meja dapur.

"Bagaimana kabarmu hari ini, Airin?" tanya suara di seberang telepon begitu Airin mengangkatnya.

"Baik, Bell," jawab Airin.

"Bagaimana? Apa suamimu sudah mengijinkanmu operasi?"

"Belum, " jawab Airin lirih sambil membuang napas.

"Kamu itu bodoh, Airin," ucap Bella, mantan asisten Papanya dulu sebelum meninggal dalam kebakaran.

Dia selalu menelpon Airin untuk mengetahui keadaannya, karena sudah diamanahkan oleh mendiang Papa Airin untuk menjaganya.

"Kamu itu punya harta, punya segalanya. Kenapa justru menyembunyikannya dari suamimu? Kalau mau, kau bisa melakukan operasi plastik dalam sekejap untuk bisa tampil cantik lagi," lanjutnya.

"Aku mau tahu apakah suamiku benar-benar menikahiku dengan tulus, Bell," jawab Airin.

"Tapi kamu juga harus melakukannya demi dirimu sendiri, Airin."

Airin diam sesaat, lalu teringat sesuatu.

"Begini saja, Bell. Aku akan melakukan operasi untuk kejutan untuknya di hari ulang tahun pernikahan kami," ucap Airin kemudian.

"Bagus lah, aku akan segera mencarikan dokter profesional yang terbaik untukmu," jawab Bella kemudian.

Airin segera menutup telepon, saat melihat suaminya keluar dari kamarnya.

"Mau ke mana, Mas?" tanya Airin saat melihat Irfan  berdandan begitu rapi.

Wangi parfum mahal memenuhi ruangan. Irfan tak langsung menjawab pertanyaan istrinya, justru memperhatikan penampilannya sekali lagi di depan cermin.

"Mas mau pergi ke acara pertemuan besar para pengusaha," jawabnya kemudian setelah memastikan penampilannya rapi.

"Loh, Mas ke sana sendirian?" tanya Airin lagi.

Irfan melirik Airin sesaat, lalu membuang napas.

"Iya, Mas ke sana sendirian," jawabnya.

"Biasanya kan semua orang mengajak istrinya ...."

"Sini sebentar, Dek," panggil Irfan.

Dia menarik tangan istrinya, lalu menghadapkannya ke depan cermin. Airin perlahan mengangkat wajahnya, melihat dirinya sendiri di dalam cermin itu.

"Kamu yakin mau ikut Mas ke acara itu, Dek? tanyanya.

Airin menunduk mendengar ucapan suaminya. Benar, dia tidak ingin suaminya malu dengan wajahnya yang seperti itu.

"Sudah, Mas mau berangkat dulu," ucap Irfan kemudian.

Airin hanya bisa mengangguk mendengar ucapan suaminya. Dia mengantarkan keberangkatan suaminya sampai ke depan pintu, lalu masuk kembali ke dalam rumah.

Tiba-tiba pandangannya jatuh pada beberapa buah map di atas meja. Airin mengerutkan kening, sambil memeriksa berkas-berkas itu. Ah, ini berkas penting yang seharusnya suaminya bawa. Pasti ketinggalan, pikirnya.

Airin cepat-cepat mengambil masker dan memesan taksi online. Pasti suaminya akan sangat berterima kasih saat dia mengantarkan berkas penting yang ketinggalan itu.

Sesampainya di depan gedung pertemuan, Airin segera masuk ke dalam, dan seketika dihentikan oleh petugas keamanan.

"Maaf Nona, ada keperluan apa?" tanya petugas itu pada Airin.

"Saya Airin, istrinya Pak Irfan Setiawan. Saya mau mengantarkan berkas suami saya yang ketinggalan," jawab Airin.

Wajah petugas itu sedikit bingung, lalu memperhatikan Airin.

"Maaf Nona, tapi Nona Airin ada di dalam bersama Pak Irfan," ucapnya kemudian.

Mata Airin seketika membulat karena terkejut. Dia cepat-cepat masuk ke dalam tanpa mempedulikan petugas itu mencegahnya. Benar saja, begitu dia sampai di ruangan yang penuh dengan para tamu undangan, tampak suaminya sedang memperkenalkan seorang wanita di depan rekan-rekan kerjanya.

Wanita cantik itu tampak tersenyum sambil bergelayut manja di lengan suaminya. Airin seketika mengepalkan tangannya. Siapa wanita itu? Kenapa suaminya memperkenalkan wanita itu sebagai dirinya?

Ternyata begini kelakuanmu, Mas! Apanya yang menerimaku apa adanya? jerit Airin dalam hati.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nuniee
seruuu dan langsung makjleebb...nikung istri kuyy...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI BURUK RUPA   Rencana

    Airin menggertakkan rahang, mencoba menahan emosi yang memuncak. Dia membayangkan saat itu juga dirinya melangkah maju menembus kerumunan tamu undangan.Suaminya akan sangat terkejut melihat dia tiba-tiba datang ke tempat itu. Dengan penuh emosi dia menampar suaminya, lalu menampar wanita yang saat itu sedang bersama suaminya. Diambilnya jus yang ada di atas meja, lalu disiramkannya ke muka keduanya sambil melontarkan berbagai macam cacian. Dijambaknya rambut panjang wanita itu, dan mereka akhirnya berkelahi tanpa memperdulikan para tamu di sekeliling mereka.Airin tersadar dari lamunan. Tidak, dengan berbuat seperti itu dia justru akan merendahkan dirinya sendiri. Airin membuang napas, lalu menatap suaminya yang masih berbincang dengan koleganya sambil merangkul pinggang ramping wanita cantik itu.Airin mengambil gawainya, lalu mengambil foto mereka berdua dari kejauhan. Dia segera mengirimkan foto itu pada Bella. Gawainya seketika berdering, dan Airin segera mengangkatnya."Apa ini,

  • ISTRI BURUK RUPA   Kebohongan

    "Aku tidak bisa menikah denganmu, Mas," ucap Airin saat Irfan datang untuk melamarnya.Saat itu Airin masih terbaring di rumah sakit karena luka bakar di tubuhnya."Kenapa, Airin?" tanya Irfan sambil menatap Airin penuh tanda tanya."Aku takut kamu malu karena wajahku seperti ini, Mas," jawab Airin lagi. "Aku juga sudah tidak punya apa-apa. Di luar sana masih banyak wanita cantik dan mapan yang cocok menjadi istrimu."Irfan menggenggam erat tangan Airin."Dengar, Airin. Mas tidak peduli apapun perkataan orang. Mas mau kamu menjadi istri Mas, seperti apapun keadaan kamu," ucap Irfan meyakinkannya."Meskipun luka di wajahku tidak bisa disembuhkan?""Iya, Mas tetap mau menjadi suamimu."Airin tersentak bangun. Ah, rupanya mimpi dari masa lalu. Dia menoleh ke samping dan mendapati suaminya sudah tidak ada di sampingnya. Dia bangkit, lalu langsung menuju ke kamar mandi. Hari ini dia punya janji untuk bertemu dengan Bella."Mau ke mana, Mas?" tanya Airin ketika mendapati suaminya sudah berd

  • ISTRI BURUK RUPA   Wanita Itu

    "Ayo, jawab! Kamu pergi ke mana?" Nyonya Mia tetap menekan putranya untuk mengaku.Irfan menelan saliva, lalu membuang mukanya."Pergi dengan teman, Ma," jawab Irfan kemudian."Teman kamu yang mana?" selidik Mamanya lagi.Irfan meringis menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Sudah, sudah. Mama duduklah, biar Airin buatkan minum," ucap Airin sambil mempersilahkannya duduk.Airin mengambil belanjaannya dan berjalan menuju dapur."Jangan macam-macam kamu, Irfan!"Airin menghentikan langkah, urung menuju dapur. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding pembatas ruang tamu, mendengarkan apa yang mereka bicarakan."Kamu kan tahu keluarga kita punya banyak hutang pada mendiang orang tua Airin!" ucap Mama mertuanya dengan suara yang tertahan.Deg! Jantung Airin berdegup kencang mendengar perkataan Nyonya Mia. Hutang?"Orang tua Airin kan sudah meninggal, Ma?""Bodoh kamu! Semua itu masih tercatat dalam data notaris! Sekali Airin tahu, tamat riwayat kita. Makanya kamu jangan macam-macam!""Ma

  • ISTRI BURUK RUPA   Memulai Operasi

    "Mas berangkat dulu ya, Dek. Ingat, kalau keluar pakai masker, jangan sampai para tetangga ngomong yang gak enak tentang kamu," ucap Irfan sebelum berangkat.Dia menarik kopernya dan memasukkannya ke bagasi mobil."Iya, Mas, aku mengerti," jawab Airin sambil berdiri di samping mobil suaminya yang sudah dipanasi mesinnya dari pagi itu. "Mas juga, selamat menikmati ya?"Irfan tersentak mendengar ucapan Airin. Dia seketika menoleh pada Airin dengan gugup."Apa maksudmu, Dek?" tanyanya. "Mas kan ke sana untuk kerja?" Airin tertawa geli dalam hati. Dia menatap pria yang belum lama dinikahinya itu."Maksudku selamat menikmati perjalanannya, Mas. Kenapa Mas jadi gugup begitu?" tanya Airin lagi."Ooh," Irfan mengusap pelipisnya yang tiba-tiba berkeringat. "Iya, doain Mas sampai dengan selamat, ya?""Iya, Mas. Pasti," jawab Airin. "Cepet pulang ya, Mas?""Iya, begitu pekerjaan Mas selesai, Mas akan segera pulang," ucap Irfan lagi.Airin membuang napas. Pekerjaan? Mempersiapkan acara pernikah

  • ISTRI BURUK RUPA   Wajah Baru

    Ara menatap luar jendela rumah sakit, sambil memangku laptopnya. Wajahnya masih dibalut perban. Diliriknya sekali lagi rekaman yang terpampang di layar laptopnya. Terlihat Irfan dan Amel berfoto dengan pakaian pengantin di samping patung singa. Airin membuang napas, lalu menutup laptopnya.Tiba-tiba gawai Airin berdering. Telepon masuk dari Irfan. Airin tersenyum miris, lalu mengangkatnya."Hallo, Dek," terdengar suara Irfan di seberang telepon. "Maaf, Mas baru sempat telepon. Sibuk sekali di sini. Kamu sudah makan?"Sudah, Mas, makan hati, batin Airin."Belum, Mas," jawab Airin."Kok belum sih, Dek? Nanti kamu sakit loh."Airin membuang napas, muak dengan perhatian yang cuma pura-pura semata."Iya, Mas. Sebentar lagi. Mas ada di mana? Kok kayak dengar suara air mancur?""Oh, iya, Mas lagi keluar kantor jalan-jalan sebentar," jawab Irfan terdengar gugup."Ke Taman Merlion, Mas?""I-iya, Mas kan kerja di Distrik Bisnis Center yang ada di dekat sini, Dek," jawab Irfan lagi."Owh, sendir

  • ISTRI BURUK RUPA   Pesta Pernikahan

    "Ayo, Mas, kita masuk," Amel menarik tangan Irfan masuk ke dalam toko.Pandangan Irfan masih belum bisa lepas dari Airin."Mas kenapa menatap ke arah wanita itu terus sih?" tanya Amel kesal. "Mas kenal dia?"Irfan tersentak kaget, lalu menatap Amel."Bukan begitu, Dek. Mas sepertinya pernah melihat wanita itu," jawab Irfan gugup."Bilang saja Mas terpesona karena dia cantik," ucap Amel lagi, mulai cemberut."Tidak, Dek, bener. Muka dia tembem begitu, jauh dari kamu lah," ucap Irfan sambil merangkul Amel, meskipun dalam hati dia mengakui kalau wanita itu memang cantik.Mereka berjalan dan berdiri di samping Airin, sehingga membuat jantung Airin berdegup kencang. Bella menyenggol lengan Airin dengan sikunya, sehingga membuatnya tersentak kaget."Bersikap biasa saja. Ingat, wajahmu sudah berubah," bisik Bella padanya.Airin menarik napas dalam-dalam, mencoba menghilangkan dirinya yang dari tadi merasa. Benar juga, Irfan tidak mungkin mengenalinya. Tak ada alasan baginya untuk merasa gugu

  • ISTRI BURUK RUPA   Identitas

    Para tamu undangan yang hadir masih fokus menatap Airin yang berdiri di depan microphone."Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kalian," ucap Airin seraya tersenyum manis."Apa kalian tidak mengenaliku?" tanya Airin pada Irfan dan Amel.Irfan dan Amel membulatkan mata mereka, lalu saling bertatapan. Mereka masih bingung tentang siapa wanita yang berdiri di hadapan mereka itu. Apa mungkin dia seseorang yang mereka kenal?Sementara itu Bella mengawasi semua itu dari jauh."Ayolah Airin, bongkar semuanya, permalukan mereka. Aku sudah tidak sabar ingin melempar kue pernikahan itu ke muka mereka berdua," gumannya sambil mengepalkan kedua tangan.Tiba-tiba pandangannya jatuh pada sosok pria yang berdiri tak jauh dari kedua mempelai. Mata Bella membulat dengan jantung yang berdegup kencang. Bukankah pria itu ....Bella berjalan mendekati pria itu, untuk memastikan dia tidak salah lihat. Benar saja, ternyata pria itu benar-benar Handoko, salah satu orang yang masuk dafta

  • ISTRI BURUK RUPA   Fakta Mengejutkan

    Airin mencoba menenangkan dirinya agar tidak panik. Dia harus tenang agar bisa berpikir. Akhirnya dia mengambil masker di atas meja dan memakainya, lalu membuka pintu."Loh, Mas sudah pulang?" Airin pura-pura terkejut seraya mencium tangan suaminya."Kok kamu pakai masker, Dek? Mau ke mana?" Irfan balik bertanya."Mau pergi belanja sebentar, Mas," ucap Airin beralasan. "Mas pulang kok gak ngasih kabar?"" Iya, Dek. Pekerjaan Mas sudah selesai, ini mau ke kantor untuk membuat laporan," ucap Irfan sambil membawa kopernya masuk.Airin diam. Pasti ada sesuatu sampai Irfan tiba-tiba harus pulang."Katanya mau pergi belanja, Dek? Pergi saja, Mas gak apa-apa. Sebentar lagi Mas mau berangkat lagi ke kantor," ucap Irfan yang membuat Airin semakin curiga."Iya, aku pergi dulu ya, Mas?"Airin pura-pura keluar rumah, tapi dia berbelok ke samping pagar. Dia ingin tahu apa yang Irfan lakukan. Irfan tampak sedang menelpon seseorang setelah memastikan dia pergi.Tak beberapa lama kemudian tampak seb

Latest chapter

  • ISTRI BURUK RUPA   Akhir

    Airin masih berdiri melihat Amel berdiri di depan pintu rumahnya. Dia menatapnya tajam, penuh kemarahan. Bau bensin menyengat hidung Airin. Airin baru sadar Amel membawa jirigen besar berisi benda bensin."Mau apa kamu, Amel?" tanya Airin dengan mata membulat."Kamu puas kan sekarang? Pernikahanku hancur! Karirku hancur!" ucap Amel histeris."Kamu menyalahkan aku karena itu semua?" tanya Airin lagi."Iya! Ini semua salahmu! Kenapa kau bisa mendapatkan semua yang ingin aku miliki? Aku membencimu! Aku mau kamu mati!"Airin terkejut melihat Amel membuka jirigen yang dibawanya dan mulai mengucurkan isinya. Dia mundur, mencoba menghindar dari cairan itu, namun Amel menyudutkannya di sisi ruangan."Hentikan Amel!" teriaknya panik. "Apa kamu sudah tidak waras?!"Amel tertawa sambil menyalakan korek api."Mati kamu, Airin!""Hentikan!"Api berkobar membakar apa saja yang dia temui. Airin berteriak. Dia terjatuh di sudut ruangan. Tubuhnya bergetar hebat. Bayangan orang tuanya yang tewas dilaha

  • ISTRI BURUK RUPA   Amarah Amel

    Irfan berlari dengan cemas sambil membopong tubuh Airin memasuki gedung rumah sakit."Dokter! Tolong, Dokter!" teriaknya.Seorang Dokter dan beberapa orang perawat langsung menangani Airin. Mereka membawa Airin masuk, diikuti oleh Irfan."Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Irfan begitu Dokter selesai memeriksanya."Dia baik-baik saja, hanya kelelahan saja. Sebentar lagi pasti akan siuman. Untuk sementara biarkan dia istirahat dulu," jawab Dokter.Irfan membuang napas lega. Dokter meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Irfan duduk di samping Airin yang masih belum sadarkan diri.Dia menatap lekat wanita yang pernah menjadi istrinya itu. Penyesalan mulai menyusupinya lagi. Airin berbesar hati memaafkannya atas apa yang pernah dia lakukan.Jari Airin bergerak, dia perlahan membuka matanya."Kau sudah siuman, Airin?" tanya Irfan dengan mata berbinar.Airin perlahan menatap ke arah Irfan, lalu dia mencoba untuk bangun."Berbaring saja dulu, tubuhmu masih lemah," ucap Irfan lagi."

  • ISTRI BURUK RUPA   Cinta Untuk Bella

    ( Flash back )"Kanker Laring ?" mata Bella membulat mendengar ucapan Dokter tentang penyakit Heru, suaminya."Benar, harus segera dioperasi. Kalau tidak sel kanker bisa menyebar. Apakah Bapak ini merokok, atau minum alkohol?"Bella menatap ke arah Heru. Dan Heru menggeleng cepat."Dia tidak merokok, apalagi minum minuman keras," jawab Bella."Atau mungkin dia terpapar virus dan polusi di tempatnya bekerja," ucap Dokter lagi.Bella terdiam. Suaminya memang bekerja di pabrik besi yang menyebabkan dia terpapar debu logam setiap saat. Dia menatap ke arah suaminya. Tidak ada pilihan lain, Heru harus berhenti bekerja, dan kembali pulang ke kampung halaman mereka."Apa? Bekerja di kota?" tanya Bu Rahma ketika Bella mengutarakan maksudnya."Kita butuh biaya banyak untuk operasi Mas Heru, Buk," ucap Bella. "Biar Bella mencari pekerjaan di sana.""Kita bisa menjual sawah untuk biaya operasi. Sejak dulu cita-cita kamu memang ingin ke sana, kan? Ingin jadi pengusaha sukses, padahal kamu cuma lul

  • ISTRI BURUK RUPA   Cemburu

    Airin masih berdiri di luar ruang rawat inap Amel, tak tahu apa yang harus dia lakukan."Kenapa tidak masuk?"Airin mengangkat wajahnya. Irfan berdiri di depannya sambil menatapnya. Sesaat kemudian dia salah tingkah."Eh, anu, mungkin aku akan menjenguk Bella lebih dulu," ucap Airin sambil beranjak dari tempatnya."Tunggu aku ikut," ucap Irfan, berjalan mengikuti Airin di belakangnya.Mereka naik ke lantai atasnya, tempat Bella dirawat. Sesampainya di sana, terlihat para perawat berlarian, seperti sedang ada situasi yang darurat. Jantung Airin berdegup kencang ketika tahu mereka menuju kamar Bella."Apa yang terjadi?" tanya Airin pada salah satu Suster dengan cemas."Pasien atas nama Bella, sedang dalam kondisi kritis," jawab Suster itu.Mata Airin membulat karena terkejut. Dia langsung berlari masuk ke kamar Bella, tapi beberapa perawat menahannya."Mohon tunggu di luar, Dokter sedang melakukan tindakan," ucap salah satu dari mereka.Pintu ruangan Bella tertutup rapat. Airin tidak b

  • ISTRI BURUK RUPA   Sesal

    "Hendra Kurniawan itu suamiku!" ucap Dila dengan lantang di atas panggung.Semua yang hadir langsung heboh dengan pernyataan Dila. Wajah kedua mempelai merah padam karena tak bisa menahan malu.Airin tak menduga, perbuatan yang dulu hampir dia lakukan pada Amel, kini dilakukan oleh orang lain. Entah kenapa, dia seperti melihat dirinya di atas panggung itu. Tapi kenapa sekarang dia justru merasa kasihan pada Amel?Hendra berdiri, lalu menarik tangan Dila dari microphone."Apa yang kamu lakukan? Berani kamu mempermalukanku!" ucap Hendra."Lihat itu, Mas! Lihat!" Dila menunjuk layar lebar yang terpampang foto Amel di sana. "Kamu jatuh cinta pada perempuan ini karena lebih cantik dariku, kan? Nyatanya kecantikan dia palsu! Lihat itu!"Muka Hendra semakin memerah. Amel tak sanggup lagi menahan malu. Akhirnya dia berdiri dengan gaun mewahnya, beranjak meninggalkan pelaminan."Mau kemana kamu wanita jalang?" terima Dila sambil menghalangi Amel turun dari panggung.Dengan satu gerakan Dila me

  • ISTRI BURUK RUPA   Wajah Asli

    Mobil Airin memasuki kawasan perkampungan yang masih alami dan rindang. Setelah melewati hutan pinus yang berjejer, terlihat hamparan sawah yang luas.Sesaat mereka berdua terpesona melihat pemandangan yang ada di bawah bukit itu. Airin membuka jendela mobil, membiarkan udara sejuk masuk ke dalam mobilnya itu.Airin mengeluarkan sedikit kepalanya keluar jendela mobil, lalu menarik napasnya dalam-dalam. Senyumnya mengembang, terlihat begitu menikmati suasana perkampungan itu.Rifki melirik ke arah Airin. Wajah Airin terlihat begitu berseri-seri. Dia ikut tersenyum melihatnya seperti itu. Dalam hati dia berharap Airin bisa terus ceria seperti ini.Rifki menghentikan mobilnya begitu melihat mobil Bella terparkir tak jauh dari situ. Mereka berdua turun, lalu menatap sekeliling untuk mencari Bella."Pergi kamu!!"Airin dan Rifki terkejut. Mereka segera berlari ke arah salah sudut pematang sawah yang ada di sana. Terlihat seorang wanita tua mengusir Bella. Di belakang wanita itu, seorang pr

  • ISTRI BURUK RUPA   Penyesalan Irfan

    Rifki memacu mobilnya langsung menuju ke arah rumah sakit. Dalam beberapa menit mereka akhirnya sampai ke tempat yang mereka tuju. Sepanjang perjalanan Airin berusaha menelpon Bella, tapi gawainya tidak aktif."Bagaimana mungkin dia menghilang? Kenapa dia bisa lepas dari pengawasan kalian?" Airin langsung memberondor Suster dengan berbagai pertanyaan."Dilihat dari rekaman CCTV, dia pergi diam-diam atas kemauannya sendiri, Non," jawab suster itu dengan ketakutan.Airin membuang napas kesal. Tiba-tiba gawainya berdering. Telepon masuk dari Bella. Airin cepat-cepat mengangkatnya."Bella, kamu ke mana saja?" tanya Airin cemas."Jangan marahi para Suster," ucap Bella dari seberang telepon, seolah tahu kalau Airin pasti akan memarahi mereka. "Aku hanya keluar untuk jalan-jalan sebentar. Bosan di rumah sakit terus.""Kamu di mana? Biar aku menemanimu," tanya Airin lagi."Aku tidak apa-apa, aku ingin sendirian dulu sekarang," jawab Bella lagi.Airin membuang napas, berusaha mengerti keingina

  • ISTRI BURUK RUPA   Tak Berhati

    Tak Berhati"Mama! Mama!" Irfan menggoncang tubuh Mamanya yang tak sadarkan diri."Bagaimana ini, Mas?" tanya Amel pada Irfan. "Rumah ini punya Mas, kan? Jangan biarkan mereka mengambilnya!""Mamaku pingsan! Kamu malah memikirkan masalah rumah!" bentak Irfan pada istrinya itu."Aku gak peduli, Mas! Pokoknya aku gak mau rumah ini sampai diambil oleh mereka!"Irfan masih menggoncang tubuh Mamanya itu. Airin membuang napas, lalu menatap Rifki."Rifki, tolong panggilkan ambulans," pintanya.Rifki mengangguk, lalu mengambil gawainya dan memanggil ambulan seperti yang Airin perintahkan."Aku beri waktu untuk kalian sampai satu minggu, bayar hutang kalian atau rumah ini kami sita," ucap Airin sambil berdiri dan beranjak pergi."Kamu gak punya hati, Airin!" ucap Amel.Airin menghentikan langkah, lalu menoleh pada Amel."Tidak punya hati?" tanyanya sambil tersenyum miring."Pak Notaris, tolong berikan surat itu padanya." lanjutnya.Petugas Notaris itu memberikan sebuah map kepada Amel. Amel se

  • ISTRI BURUK RUPA   Utang yang harus dibayar

    Hutang yang harus dibayarAmel berjalan dengan penuh percaya diri memasuki toko barang-barang branded langganannya yang berada di dalam Mall terbesar di kota itu."Selamat datang, Nona Amel," sambut para pegawai toko begitu Amel masuk, beserta manager mereka."Keluarkan semua pakaian model terbaru kalian," ucap Amel pada mereka.Semua pegawai langsung menutup toko, kebiasaan yang selalu mereka lakukan ketika Amel mengunjungi toko mereka. Beberapa pegawai langsung menunjukkan berbagai macam model pakaian terbaru mereka.Amel berulang kali keluar masuk ruang ganti untuk mencoba semua pakaian-pakaian itu, hingga tampak tumpukan semua pakaian yang sudah dicobanya. Bagi pegawai toko, semua itu bukan masalah, karena biasanya Amel akan memborong semuanya.Setelah puas mencoba pakaian, kini giliran dia berburu tas dan sepatu. Semua yang ada di sana dia coba satu-persatu. Setelah itu dia memilih mana saja yang akan dia beli.Para pegawai toko dengan sigap mengemas semua barang-barang yang Am

DMCA.com Protection Status