Risma meninggalkan ruang tamu, dengan wajah masam dan marah, sementara Bagas, setelah menyelesaikan tugasnya, ia segera memohon pamit.“Saya permisi dulu, untuk penyerahan semua dokumen akan dilakukan di kantorku, jika kalian sudah ada waktu, datanglah ke kantor,”suruh Bagas, kemudian berpamitan dan melangkah pergi.Ridwan menatap kedua putranya dan menantunya.“Ini keputusan Oma, kita harus hormati, dan sekarang zahira menjadi pemilik 20 persen saham, dan Alan 10 persen dan Abram, 10 persen, sementara yang kumiliki 20 persen, dan 40 persen milik pihak luar, aku berharap kita akan semakin kuat dalam membangun Wira Campany,”jelas Ridwan“Aku akan menjual bagianku, Pah, tidak ada alasan bagiku untuk tetap di Wira Campany, aku akan menjual sahamku dan memperkuat PT Wirasatya,”ujar Alan dengan tegas.“Alan, jadi kamu benar-benar ingin meninggalkan Wira campany?”“Itu sudah keputusanku,”jawab Alan, lalu bangkit dan pergi meninggalkan semuanya termasuk Zahira.Zahira mengejar langkah Ala
“Bu Zahira, ada yang aneh, Bu Risma, mabuk dan Pak Danu membawa Bu Risma pergi menaiki mobilnya dan entah dibawa kemana,”lapor Via.“Mungkin Pak Danu, mengantarkan Mamah Risma, pulang ke rumah, karena mabuk,”tebak Zahira“Maaf, Bu Zahira, sampai di sini, saya mengikuti Pak Danu.”“Terima kasih Via, untuk jasa ini aku akan mentranfer sejumlah uang,”jawab Zahira. Lalu Zahira menutup sambungan ponsel, dan saat bersamaan mobil Alan memasuki halaman rumah.Alan berjalan memasuki rumahnya, Zahira dengan sigap membuka pintu, ia tetap melayani Alan sebagai seorang istri, meski suaminya itu bersikap dingin dan cuek.“Zahira aku tegaskan sekali lagi, jika kamu tidak mau melakukan tes DNA pada janin itu, aku akan menceraikanmu setelah pemilihan anggota dewan!”tegas Alan“Kamu tidak bisa menceraikan istri yang dalam keadan hamil. Aku hanya ingin kamu percaya padaku, jika saat ini kamu meragukanku, maka untuk selanjutnya Mas Alan akan meragukanku, dan aku tidak mau hidup dalam pernikahan seper
“Tidak bisa dong Mas, kenapa harus Zahira!”bentak Anita menatap tajam ke arah Zahira“Lalu siapa?Kamu tahu sendiri ‘kan, Amanda lebih sibuk dengan dunia modelnya dari pada bisnis, kalau kita percayakan pada orang lain, belum tentu jujur, uangku dikorupsi ratusan juta oleh staf keuangan, padahal mereka sudah belasan tahun di PT Wijaya, dan hutangku belum terbayarkan, bisa-bisa perusahaanku disita oleh pihak bank,”balas Wijaya.“Ibu Anita, mau, PT. Wijaya gulung tikar, “sela Zahira.“Ahh,sudahlah, aku akan bicarakan ini dengan Amanda, sebentar lagi ia pulang, kita akan bicarakan ini,”sahut AnitaSekitar dua puluh menit, wanita yang ditunggu datang, Amanda memasuki ruang keluarga, di sana sudah terlihat Wijaya, yang memasakan untuk duduk di sofa walau tubuhnya lemah, Anita duduk disebelah suaminya, sedangkan Zahira duduk di sofa terpisah.“Ada apa ini, ada rapat keluarga, pembagian warisan ‘kah,”Amanda berucap sambil terkekeh.“Ini bukan waktunya bercanda, duduklah, ada hal penting yang
Zahira menatap lekat gambar yang telihat di layar ponsel, komentar pedas dari netizen, sudah terlihat, cibiran dan menghakimi.“Mamah Risma dengan Pak Danu,”gumam ZahiraWalau dalam gambar itu, foto pria di blur, tapi Zahira tahu, jika Pak Danu yang bersama Risma, karena foto itu sama seperti foto yang dikirim Via, tapi untuk vidio dimana Risma, terlihat berjalan sambil dirangkul oleh Danu memasuki unit apartemen, Zahira tidak memilikiSementara Ridwan, mengepalkan tangannya, ketika melihat gambar istrinya, sedang makan romantis dengan seorang pria, dengan wajah di blur dan terlihat vidio, Risma yang bejalan mesra masuk kedalam unit apartemen.Ridwan bangkit dari duduknya, langkahnya cepat dan lebar menuju kamar pribadinya, dengan kasar dibuka pintu kamar.“Risma!”teriak Ridwan dengan wajah menegang dan tangan mengepalWanita yang tertidur itu kaget dan tersentak mendengar teriakan sang suami, sambil mengusap matanya, Risma beralih duduk.“Ada apa, kenapa berteriak, aku tidak tuli,
Abram bangkit.”Kemana Papah Ridwan?”“Kata Bi Darni, Mas Ridwan ke villa Bogor, mungkin ingin menenangkan diri, aku takut sekali, jika ia kembali, tentulah akan mengusir Mamah dari rumah ini,”jawab Risma“Heummmm...”Abram hanya bergumam dan keluar kamar meninggalkan Risma, di dalam kamarnya.Setelah kepergian Abram, wanita yang terlihat kusut dan pucat dengan mata semab itu, berjalan pelan menuju almari, dibuka perlahan, dan telapak tangannya meraih sebuah botol obat.Sementara itu, Abram, yang saat ini ada di Wira campany, menatap laptop, dicermati laporan keuangan, yang tampil di layar laptopkemungkinan buruk bisa saja terjadi, jika suatu saat Ridwan, mengetahui, jika aku bukan darah dangingnnya pasti ia akan mengubah surat wasiatnya,sebelum itu terjadi, aku akan bertindak cepat, batin AbramTiba-tiba ketukan pintu terdengar, dan membuat buyar konsentrasi Abram, lalu ia menyuruh masuk si pengetuk pintu.Ternyata Amanda yang datang, wanita itu melangkah masuk menuju kursi depan m
Bagas langsung menghungi polisi, beberapa menit kemudian, beberapa mobil polisi dan dedektif datang dan mulai menyelidiki penyebab kematian Ridwan.“Apa, penyebab kematian, Pak Ridwan?”tanya Bagas“Untuk semantara dugaan kematiannya adalah over dosis,”jawab detektif yang sudah menyelidiknya.“Maksud Anda, Pak Ridwan, bunuh diri?”Bagas mengerutkan dahi“Kemungkinan besar bunuh diri, tapi kami akan menyelidikinya lebih lanjut, kami akan menghubungi keluarganya,”jawab polisiJenazah Ridwan, dibawa ke kantor polisi, tempat kejadian juga sudah diberi police line, wanita yang berprofesi asisten rumah tangga paruh waktu, yang pertama kali menemukan mayat Ridwan juga sudah diminta keterangan, sedangkan Bagas dan asistenya juga dimintai keterangan.Kini Bagas melajukan mobinya mengikuti iringan ambulance yang membawa jenazah dan mobil polisi.“Apa menurutmu, Pak Ridwan, bunuh diri?”tanya Bagas pada sang asisten yang terlihat fokus menyetir?”“Jika berniat nunuh diri , kenapa ingin mengubah
Zahira menghela napas pelan, fisik dan batinya sungguh lelah, menghadapi sikap Alan, yang selalu berprasanga buruk padanya.“Zahira, kenapa kamu diam,”cerca Alan.“Kita berbicara diluar saja, ini kantor pilisi,”ajak Zahira.Kini Zahira dan Alan masuk ke dalam mobil, dengan pelan Zahira menceritakan awal mula, kenapa ia bisa memiliki tes DNA Abram dan Ridwan, kali ini Alan menurunkan egonya dan mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan Zahira.Setelah mendengarkan penjelasan dari Zahira, Pria muda dan tampan itu terlihat kecewa.“Jika apa yang kamu jelaskan itu benar, sungguh keterlaluan Mamah, menyembunyikan hal ini selama tiga puluh tahun. Aku bisa membayangkan kekecewaan Papah, dibohongi selama ini,”nada bicara Alan pelan namun terdengar gemetar.“Pasti papah , sangat kecewa sekali, dan ingin mengubah surat wasiat, aku tidak percaya, jika Mamah atau Kak Abram pelakunya, “ucap Alan“Mereka punya motif, apalagi jika mengetahui surat wasiat akan dirubah,”jelas Zahira.“Seperti
Risma menatap jauh ke depan, dari balik jendela kamarnya, ia menatap taman bunga, begitu banyak kenangan indah bersama Ridwan terukir di sana, walau tujuannya menikah dengan Ridwan adalah harta, tapi ia sudah menjalani pernikahannya selama tiga puluh tahun dengan bahagia. Risma mengingat kembali waktu Abram, baru lahir, betapa Ridwan, sangat menyayangi Abram, tanpa mengetahui kebenarannya, dan sewaktu Alan lahir, ia pun semakin menyayangi Abram dan juga Alan, berbeda dengan dirinya, sejak Alan lehir, kasih sayang Risma, tertumpah pada Alan, karena ia tuhu, Alan lah darah daging Ridwan, jadi ia mendukung Alan, dan merencakan Alan sebagai penerus Ridwan, memimpin Wira Campany.Air mata Risma meleleh, saat ini ia dibutakan oleh keserakahan , hingga berbuat apapun agar tidak kehilangan sesuatu yang sudah diraihnya.FlasbackRisma, mengingat kembali, beberapa jam sebelum Ridwan meninggal. Malam itu, sekitar jam tujuh malam, Abram, datang dengan wajah menegang.“Mah,..aku tadi dari ke ka
Hari terus belalu, Zahira semakin menikmati kehidupannya. Fatima, mengajaknya untuk mengaji di pesantren, dan sedikit-demi sedikit Zahira mulai menjalan ibadah.“Zahira, jika ingatanmu pulih, ibu berharap, kamu tidak usah rujuk dengan Alan,”titah Bu Fatima“Kenapa?”“Karena selama kamu menjadi istrinya, kamu menderita, kamu tidak bahagia,”jawab Fatima“Tapi, Mas Alan adalah ayah kandung Rena. ““Rasid bisa menjadi ayah yang baik untuk Rena,”tegas FatimaZahira hanya terdiam.”Aku akan memutuskan, jika ingatanku sudah kembali,”jawab ZahiraZahira duduk di pendopo bersama santri wanita, ia dengan hikmat mendengarkan tausiah yang dibawakan Nyi Hanum, sekitar dua jam, selesai.“Zahira, bisa kita bicara?”ucap Nyi Hanum“Bisa Nyi Hanum.”Lalu keduanya berjalan kearah gazebo. Bagaimana kabarmu?”tanya Nyi Hanum“Baik, saya menjalani hipnoterapi oleh dokter Reha.”“Alhamdulilah, begitu banyak kejadian, yang menimpa kehidupanmu, aku senang kamu dapat melewatinya, satu minggu lagi, Rasid akan kem
Rita dan sang sopir yang mendengar suara tembakan saling pandang dan terkejut, lalu, tanpa berpikir panjang, kedua orang itu memberesi pakaiannya, dan pergi menyelinap, keluar dari vila, mereka tidak mau terlibat masalah hukum.“Cepat kita harus pergi, sebelum polisi datang,”ajak RitaTapi keduanya terlambat, polisi sudah sampai di pintu pagar dan menangkap kedua pasangan itu.Dua orang polisi bergegas masuk ke dalam vila, dan mereka menemukan tubuh pria yang tergeletak di lantai kamar tidur dengan darah mengucur deras.Zahira histeris”Nico!..teriaknya sambil menangis dan juga Rena ikut menangis dalam dekapan Zahira, sementara Alan masih terduduk menatap tubuh Abram, yang telah tewas.Polisi membawa Alan dan Zahira keluar kamar dan mengamankan TKP.Polisi wanita membawa Zahira yang masih ketakutan dan shock, kemudian Roy dan Santi terlihat berjalan ke arah halaman, keduanya bernapas lega mendapati Alan selamat walau telihat shock.“Syukurlah, Pak Alan berhasil menyelamatkan Bu Zahir
Tidak ada pemeriksaan yang ketat waktu memasuki halaman, keduanya turun dari mobil, disana terlihat Baron, sudah menunggu diambang pintu.“Kamu sudah siapkan uangnya ‘kan, untukku, aku ingin uang cash,”bisik Baron pada Santi.“Tentu saja, aku sudah siapkan, begitu kami selesai, Pak Baron bisa mengambil uang itu,”jawab Santi dengan tenang.Baron tersenyum, lalu mengajak Roy dan Santi memasuki villa mewah dan menuju ke sebuah studio, mata Santi mengedar ke semua ruangan.“Villa ini sangat klaisik dan indah,”ucap RoySeorang wanita turun menuruni tangga sambil mengendong anak kecil saat itu jaga Roy diam –diam mengarahkan ponselnya dan merekamnya.“Siapa wanita itu?”tanya Santi“Dia istri Tuan Nicolas, “jawab Baron, lalu membuka pintu studio dan ketiganya masuk, disana ada Abram, yang sudah menunggu.“Oh jadi ini Tuan Nicolas, suatu kehormatan bagi saya, bisa bertemu dengan pelukisnya langsung,”kata Roy“Aku bersedia untuk diwawancarai, tapi tidak berkenan, jika wajah di ekspos, cukup
Alan semakin geram, dentuman musik semakin keras, hingga Alan sudah tidak bisa mendengar percakapan Amanda dan Baron, tapi setidaknya ia tahu, jika Abram dan Zahira masih hidup, dan tinggal di vila puncak bukit, dengan segera, Alan melangkahkan kaki dan pergi keluar night klup.Alan sangat marah, jika benar Abram, selama ini menyembunyikan Zahira bahkan membuat Zahira hilang ingatan dengan obat –obat terlarang.Alan menaiki taksi yang masih menunggunya, dia sudah tak sabar untuk memastikan jika Zahira dan Abram, masih hidup. Setelah sampai di hotel, Alan memanggil Roy dan Santi ke dalam kamarnya.“Duduklah kalian,”suruh Alan dengan wajah serius, membuat kedua stafnya itu saling tatap dan takut.“Ada apa Pak Alan, apa kami membuat kesalahan?”tanya Roy“Tidak, ini bukan masalah pekerjaan, aku membutuhkan bantuan kalian,”balas Alan“Bantuan, apa, Pak?”tanya Santi penasaranAlan menghela napas sejenak, dan kembali serius.“Aku tidak sengaja, melihat Amanda, dan aku bertemu denganya. D
Semantar itu di viila, terlihat Amanda sedang berbicara serius dengan Abram“Apa kamu yakin itu Alan?”“Sangat yakin, tapi aku rasa dia ke Bali, karena urusan pekerjaan, karena Alan bersama dua stafnya,”ungkap Amanda“Tenanglah, mereka tidak akan sampai di pengunungan ini,”jawab Abram“Lebih baik kamu waspada, dan percepat pernikahanmu dengan Zahira, karena Zahira juga mulai meningat dirinya waktu kamu akan menodainya, ia bermminpi tentang itu,”jelas Amanda“Apa Zahira bercerita tentang itu padamu?”“Iya dia mengatakan jika bermimpi ada seorang pria yang mencoba menodainya dan menyayat dada pria itu dengan pisau.”Abram terdiam, ia berpikir tentang pagi ini kenapa Zahira menanyakan tentang luka di dadanya itu.“Kamu benar, aku segera akan mempercepat pernikahan, dan setelah itu pergi keluar negeri, setelah menikah,”jawab Abram serius“Baiklah , aku pergi dulu,”pamit Amanda.Malam semakin larut, Abram menuju kamar Zahira, setelah mengetuk pintu, Zahira membukakan pintu.“Nico,”“Ak
Zahiar telah siap, wanita itu semakin cantik, membuat Amanda semakin iri dengan saudari tirinya itu, ia sangat beruntung, dicintai dan digilai oleh dua orang pria.“Kamu cantik Zanet. Nicolas sangat beruntung memilikimu,”celoteh AmandaZahira hanya tersenyum, lalu keduanya berjalan menuju mobil Amanda, diikuti Abram.“Aku akan mengantar Zanet kembali ke sini,”ucap Amanda pada AbramAbram, hanya tersenyum, dan mengangguk, lalu Zahira dan Amanda memasuki mobil dan berlahan mobil pun keluar melewati pagar tinggi.“Amanda,seperti apa Nicolas waktu kuliah?”“Heumm...dia introvet,lebih senang menyendiri dan tak banyak memiliki teman, sebenarnya aku juga tidak dekat denganya,setelah lulus dari universiras, aku tidak tahu lagi kabarnya, dan bertemu, secara tak sengaja, di Bali, kerena aku ingin membeli karya lukisan,”Amanda berusaha mengarang cerita.Zahira tampak sedih. “kita akan pergi ke mana?”tanya Zahira“Aku dengar dari Nico, kalian akan melakukan pernikahan ulang ‘kan, jadi aku akan m
Alan menatap begitu lama villa mewah di atas bukit, area di dalam vila sudah tertutup korden, hingga tak terlihat apapun dari luar , ada dua penjaga yang terlihat di pintu gerbang masuk. Alan lalu menghela napas berat dan menurunkan teropongnya, kembali duduk di kursi, pikiran tertuju pada Zahira, diingantanya setiap moment yamg indah, bersama istri bercadarnya itu, berharap ada sebuah keajaiban yang terjadi.Malam semakin larut, Zahira sudah tertidur lelap di kamarnya, tiba-tiba ia berteriak.“Lepaskan!” lalu tersentak bangun dari tidurnya, keringat dingin mulai mengucur di dahinya padahal ruangan berACZahira mengusap wajahnya pelan. Ini ketiga kali aku mimpi yang sama, ada seorang lelaki yang ingin menodaiku, hingga aku melukainya dengan pisau di dadanya, apa ini sekedar mimpi, atau bagian dari masa laluku, batin Zahira.Semalaman Zahira tidak bisa tidur, ia duduk bersandar di pungung sandaran ranjang, memikirkan tentang mimpi yang sama, selama tiga hari ini. Semenjak ia tidak m
Sementara itu di vila lain, zahira sedang menatap wajahnya menyisir rambutnya dan menatap manik hitam yang mengkilat. Lalu terlihat Rita mengetuk pintu dan kemudian masuk“Nyonya Zanet, waktunya untuk mewarni rambut, lihat rambut Nyonya sudah terlihat menghitam.”“Aku tidak mau mewarni rambutku, aku ingin rambut alamiku yang hitam,” jawab Zahira sambil terus menyisir.“Tapi Nyonya , nanti Tuan Nico, marah.”Zahira menatap asistennya, aku yang akan bicara nanti, sekarang bersiap-siaplah, kita akan keluar jalan-jalan, aku sudah minta izin Nico,”suruh Zahira“Baiklah, “jawab RitaBeberapa saat kemudian Zahira telah rapi, kali ini ia mengenakan celana kain, dengan blouse warna pink lembut, lalu menuju keluar kamar“Kamu akan jalan-jalan?”tanya Abram“Iya, Nico, hanya tiga jam, saja,”ucap Zahira.“Hati-hati,”balas AbramLalu Zahira dan Rita yang mengendong Rena, keluar menuju mobilnya. Telihat sang sopir sudah menunggu, dan langsung menancap gas, begitu Rita dan Zahira masuk ke dalam mo
Kembali ke kota Jakarta, Alan sedang memimpin rapat di Wira Campany, semua antusias menyambut Alan, yang langsung menjabat CEO Wira Campany.“Sejak Bapak koma, akhirnya Pak Bagas memutuskan mengabungan projek PT Wirasatya di Wira Campany dan pembangunan pabrik farmasi suduh berjalan lancar,”salah satu team menjemen berucap.“Aku akan fokus pada Wira Campany, PT Wirasatya saya nyatakan bergabung dalam Wira Campany,”jawab Alan.“Ada beberapa projek yang suduh masuk, apa Pak Alan sudah siap membahasnya?”“Jelaskan saja, projek apa saja yang sudah masuk!”perintah Alan“Porjek pembangunan bendungan di Bandung, projek pembangunan sekolah di Semarang, dan projek pembangun hotel dan resort di Bali,”jelas stafAlan tampak berpikir sambil menatap berkas, ditanganya.“Kita bentuk tiga team, dan aku sendiri akan masuk dalam team, pembagunan hotel dan resort di Bali,”jawab Alan“Baik Pak, kami akan bentuk 3 team,untuk menyelesaikan ketiga projek kita,”jawab staf.Rapat pun berakhir, Alan kembali