MIB-1
“Ustaz, ayo unboxing! Biar tahu istrimu ini masih segelan atau nggak.”Itu celetukan Zivanka Kalala, wanita absurd di dalam kamar pengantin bersama Azkio Ibadillah. Seorang lelaki popular karena konten-konten religinya di T!kT0k.Azkio membeliak, kemudian hanya bisa meneguk saliva. Betapa tidak, istrinya begitu aktif mendekat dengan mengenakan baju tipis nan minim. Bagaimanapun ia adalah pria 24 tahun yang normal.“Maaf, malam ini saya lelah.” Merespon dingin mengalahkan kulkas lima pintu.“Kalau begitu biar aku pijitin.” Tanpa izin langsung memijat.“Ekhm, saya tak suka dipijat," tolak Azkio datar.“Oh.” Mulut membulat, tetapi tangan masih saja bergerak. “Mulai sekarang ustaz harus suka,” lanjutnya.“Itu kenapa pijatannya semakin naik?” Alis Azkio diangkat sebelah saat menyadari posisi tangan istrinya.“Ya, siapa tahu pahanya pegel-pegel,” sahut Zivanka cuek dan masih tetap memijat.Pupus sudah mimpi Azkio untuk mendapatkan istri malu-malu dengan wajah merona. Ini sungguh di luar ekspektasi. Bukan pilihannya pula.Duh, ini tidak bisa dibiarkan. Malam pertama tidak boleh terjadi secepat ini. Azkio tegang.Namun, respon tubuh malah menentang akal. Toh, Zivanka sudah sah jadi istrinya. Sudah pasti halal untuk bercocok tanam. Malah melakukannya pun bernilai ibadah. Azkio menghela napas panjang dan mengembuskan kasar. Kemudian mencekal pergelangan tangan Zivanka sehingga terhenti dari aktivitas memijatnya.Posisi Zivanka yang duduk di lantai membuat kepalanya mendongak. Sedangkan Azkio yang duduk di sofa tiba-tiba menjatuhkan kecupan singkat di dahi.Seketika, Zivanka merasa napas seakan berhenti dipompa paru-paru. Tubuhnya terasa ringan dan melayang ke tingkat kahyangan.“Hah, ini bukan mimpi?” Entah bertanya kepada siapa.Kedua tangannya langsung menutupi wajah yang mendadak merah seperti tomat. Detik kemudian jari-jarinya meregang sehingga sepasang mata mengintip wajah suami.Wajah yang diintip sungguh terkejut dengan tingkahnya, dikira akan bar-bar sampai akhir. Baru dikecup dahi saja ternyata sudah melehoy. Apa lagi kalau di apa-apain. Terbitlah niat jail kepada istri yang so’ agresif ini.“Istriku, apa kamu mau dikecup lagi?” bisiknya sengaja menggoda.Istri yang bertingkah nakal beberapa saat tadi langsung bangkit dan berlari, melesak ke kamar mandi. Syukurlah, ternyata tidak seliar gaya dan tampilannya. Azkio tersenyum.Sementara di dalam kamar mandi, Zivanka sedang mengatur tempo detak jantung. Ia menghela, lalu mengembus napas bergantian. Berharap irama di dalam dada bisa memelan. Berharap juga hawa dingin kamar mandi bisa menurunkan suhu panas darah yang mendesir cepat.“Tenangkan dirimu Zivanka. It’s ok, ini memang yang pertama buat lu. Oleh karena itu, harus tenang, jangan gegabah dan harus berhasil,” ujar Zivanka kepada pantulan diri di cermin wastafel.Lima belas menit sudah berada di dalam kamar mandi. Tak ada ketukan di pintu yang menyusul. Seharusnya kan si suami bertanya sedang apa di dalam? Dirasa degupan jantung yang menggila sudah bisa dikuasai, ia pun keluar.“Hah, jadi yang tadi itu cuma jebakan Ironman?” Zivanka menepuk jidat sendiri. Didapati Azkio sudah mendengkur halus di pembaringan yang harusnya jadi medan tempur malam ini. Ia mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar hotel yang sudah didekor bunga seromantis mungkin. Namun, kini ruang yang penuh dengan atmosfer cinta terasa begitu kelabu.Sepasang angsa yang dibentuk dari dua handuk tampak seperti mengejek bagi Zivanka. Angsa saja beradu di atas bed, masa ia yang pengantin baru tidak? Pasalnya selepas akad, saat penghulu meminta suami c*um istri, Azkio bilang, nanti saja di kamar. Ucapannya tersebut sontak membuat yang menghadiri pernikahan tertawa. Mereka menganggap kalau si ustaz sangat pemalu dan faktanya ….“Argh!” Zivanka merasa kesal. Tiba-tiba terdengar nada dari ponsel yang tergeletak di atas meja. Satu notifikasi pesan masuk dan langsung dibuka. Setelah sekilas membaca, ia langsung mengambil satu setel pakaian. Gaun tipis merah tanpa lengan pun ditanggalkan begitu saja. Astaghfirullahaladzim, ucap Azkio dalam hati setelah sempat membuka sedikit kelopak mata. Kalimat istighfar itu diulang sampai tiga kali. Rupanya ia hanya pura-pura tertidur untuk menghindari kalau-kalau istri nakal lagi. Sedangkan Zivanka yang tertipu dengan santai berganti pakaian. Sekarang ia mengenakan jeans ripped dan blouse lengan pendek. Lalu diselempangkan sebuah tas kecil sebelum akhirnya pergi. Azkio mengembus napas berat. Ada rasa lega bisa menghindari malam pertama yang belum diinginkan. Ia berprinsip, selama belum bisa menerima sepenuh hati, maka tak akan melakukan hubungan suami-istri. Menjaga jika sesuatu yang buruk terjadi, Zivanka pun tak akan dirugikan dengan terampasnya mahkota. Meski sebenarnya hal itu termasuk nafkah batin yang harus ditunaikan. Akan tetapi, harus menahan diri karena pernikahan ini bukanlah pernikahan biasa. Zivanka sendiri langsung menuju salah satu club malam ibu kota. Di mana teman-teman sesat sedang party setiap malam minggu. Setiba di tempat yang identik dengan kehidupan malam nan bebas, ia langsung join table bersama squad-nya. “Woy, nggak salah?!” seru Mala, teman yang tak menyangka kalau Zivanka datang. “Wih, lu setia kawan banget.” Juno yang masih temannya terlihat sangat senang. “Gue kangen sama lu-lu pada,” sahut Zivanka. “Alah, palingan lu gagal unboxing,” terka Nia, temannya juga. “Kok, lu tahu?” Zivanka mengernyitkan dahi. “Muka bete lu tuh keliatan banget. Napa? Apa si ustaz nggak sudi sentuh lu?” terka Nia, lagi-lagi mengena. “Udah ah, jangan bahas si ustaz!” Zivanka memutar bola mata malas. “Eh, lu udah lakuin semua saran gue belum?” tanya Mala. “Udah. Gue malah dah seperti lontong. Tapi tetap aja endingnya membagongkan.” “Lagian ngapain, sih, lu pake nganut aliran pacaran setelah kawin?” Pertanyaan ini sudah Juno layangkan beberapa kali. “Ah lu, kek, yang nggak tahu aja. Kalo ngelanggar si Ziva bisa kena kutukan.” Mala menimpali. “Ziv, sebenarnya lu takut dikutuk apa? Sampai nggak berani langgar,” tanya Juno sangat serius. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Zivanka. Secara gaya dan pergaulannya bebas, ternyata masih segelan. Bahkan anti pacaran pula. Catat ya! Bukan karena taat atau religius, melainkan karena takut dikutuk. Sekali lagi takut dikutuk. “Wah, bahaya Njir kalo ampe si Ziva langgar. Kutukannya nggak elite banget,” ceplos Nia. “Hooh, kesian banget si Ziva kalau ampe kejadian,” imbuh Mala. “Tunggu dulu! Jangan bilang kalian berdua sudah tahu apa kutukannya." Juno menyelidik dengan mata memicing. “Ups!” Mala merapatkan bibir sambil melirik Nia. “Ish,” desis Zivanka kesal karena kedua bestinya malah keceplosan. “Oh, jadi selama ini cuma gue yang nggak dikasih tahu? Kalean anggap gue apa, hah?” todong Juno yang kemudian menenggak wiski campur es batu. “Santuy, Jun! Bukan gitu maksudnya,” elak Nia. “Serah, lu!” Juno kelihatan banget kesalnya. “Duh, gimana nih? Kita kasih tahu aja apa gimana?” bisik Mala sambil menyikut lengan Zivanka. “Ya,” sahut Zivanka singkat tanda persetujuan. “Ok,” tanggap Mala, “sini deh, biar gue kasih tahu lu. Tapi janji jangan sampe ngakak. Ntar kualat! Ini kutukan dari leluhur si Ziva, awas lu!” lanjut Mala memperingati. “Ya elah, iya-iya. Napa juga harus ngakak. Buruan apa?” Juno tak sabar. Mala pun menjentikkan jari sebagai kode agar Juno semakin mendekat. Lalu ia segera membisikkan sesuatu tepat di kupingnya. “Serius lu?” tanya Juno memastikan dengan mata melebar. “Serius Dodol!” Detik itu juga Juno langsung ngakak."Hahaha." ***MIB-2Eksim di pantat yang tidak sembuh-sembuh sepanjang musim. Dari musim duren sampai musim rambutan.“Woy, tolong kondisikan ketawa lu!” sengit Zivanka kepada Juno.“Ih amit, gelay.” Nia bergidik saat melihat Juno ngakak sampai ngeces.“Ada yang elitan dikit nggak kutukannya?” Di sela-sela tawa, Juno mengejek.“Diam nggak, lu? Mau gue timpug, nih?” Zivanka yang kesal bersiap dengan botol wiski.Juno terpaksa menyudahi tawanya yang terpingkal. Padahal jarang-jarang ada lawakan manjur begini. Sayangnya ini bukan lawakan, tetapi sesuatu hal serius bagi Zivanka. Berhubung Juno sudah diam, botol wiski yang masih di tangan langsung ditenggak Zivanka.“Duh, bahaya guys!” Mala tepuk jidat.Mabuknya Zivanka adalah sebuah musibah bagi mereka. Dalam keadaan normal saja sudah bar-bar, apalagi dalam keadaan dipengaruhi alkohol. Jiwa kerasukannya akan keluar dan sungguh memalukan. Kalau sudah memalukan tingkat dewa, Nia, Mala juga Juno akan menyerahkannya kepada sopir taksi untuk mengantar pulan
MIB-3Bibir tipis tersenyum lebar."Apa ustaz ngajak bikin anak?"Peletak!Azkio menjitak dahinya. Namun, alih-alih meringis kesakitan, justru Zivanka tetap tersenyum. Perlahan matanya terpejam beranjak tidur."Ziv, bangun!" Azkio menepuk-nepuk pipinya.Tidak akan dibiarkan Zivanka malam ini tidur begitu saja. Dia harus disucikan terlebih dahulu dari mabuknya."Ustaz, unboxingnya ntar pagi aja, ya, ngantuk."Azkio tidak menggubris. Dia lekas menyeret Zivanka ke kamar mandi."Masuk!" titahnya."OMG! Masa di kamar mandi? Di kasur aja, yok!"Azkio geleng-geleng kepala. Tanpa aba-aba, Zivanka dibawa melesak ke bawah shower. Diguyur sang istri biar kesadarannya terkumpul penuh. "Ustaz, aku diapain?" Zivanka memekik.Setelah basah kuyup, keran shower baru dimatikan."Kamu harus mandi tobat.""Ngelakuin aja belum, kok, suruh mandi?"Zivanka mengira mandi yang dimaksud oleh Azkio adalah mandi junub. Padahal suaminya itu berharap dia segera mandi tobat serta menyesali dosa. Dosa besar karena
MIB-4Azkio memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah kontrakan. Dia begitu tergesa turun dan mengetuk salah satu pintu.“Siapa?” tanya penghuni dalam kontrakan saat Azkio mengetuk pintunya.“Ini Kakak, Dek.”Daun pintu lekas terbuka. Andai tak ingat bukan mahram, tentu Lily sudah menghambur ke pelukan Azkio.“Kak, aku takut.” Lily merengek.“Ada apa, Dek?”“Tadi ada orang yang mau masuk lewat jendela. Untung saja dipasangin tralis. Kalau nggak, aku nggak bisa bayangin.”Lily menuturkan dengan mimik ketakutan. Dia juga cerita kalau orang tersebut terus saja mengetuk-ngetuk pintu. Padahal ini sudah larut malam. Sudah mencoba berteriak, tetapi tak ada yang mendengar. Mungkin tetangga kontrakan sudah terlelap tidur. Sedangkan yang mengontrak tepat di samping kontrakan Lily, orangnya sedang tidak ada. Jadi rumah sebelah kosong.Saking panik, tanpa pikir panjang Lily menelepon sembarang. Kebetulan nomer yang terhubung adalah milik Azkio. Begitulah pengakuannya. Dua bulan terakhir ini, Lily
MIB-5Rupanya Zivanka mengganti foto Lily dengan fotonya yang memakai hot pants. Atasannya hanya t-shirt berlengan pendek yang ngepas di badan. Sehingga lekuk tubuhnya terbentuk jelas.“Astaghfirullah.”Azkio sepertinya akan terus lebih sering beristighfar mulai saat ini.Bayangan istrinya yang sempat menggoda kembali terbayang. Aneh memang, ia malah merasa berdosa padahal sudah halal. Mungkin karena belum terbiasa dengan bayangan baru.“Ziv, ayo bangun!” Azkio menepuk-nepuk pipinya.Tidak kunjung bangun, ia lebih mengeraskan suara. Tak sampai di situ, lengan Zivanka juga dicubit. Menyerah! Azkio menyerah membangunkan kebo, eh istri.Takut waktu sholat segera berakhir, Azkio memutuskan sholat duluan. Biarkan saja nanti Zivanka menyusul. Usai sholat, dia tenggelam dalam dzikir dan doa. Lagi-lagi meminta petunjuk kepada Allah Sang Maha pemilik hati. Agar Allah menetapkan satu wanita di hati dan pikiran. Wanita yang tentu saja berhak dan halal atas dirinya.“Ikhlaskan hati ini, lapangkan
Zivanka membelalak tak percaya.“Bukan.” Azkio kembali menjitak.“Ish,” desis Zivanka. Kali ini jitakan suaminya sedikit keras.Azkio meminta ia agar meninggalkan kebiasaannya selama ini. Seperti ke klub malam, nongkrong tidak jelas, bergaul dengan lawan jenis dan gaya hidup lainnya yang unfaedah. Azkio juga meminta mulai sekarang ia harus benar-benar belajar sholat, ngaji serta berpakian menutup aurat. Untuk saat ini, segitu saja dulu. Takutnya kepala Zivanka meledak tiba-tiba.Busyet, kalau begini aturannya, aku jadi tobat beneran, nih.“Ziv, kamu siap?”“Hmm … siap.” Akhirnya ia jawab siap saja dulu.Nanti kalau misi tuing-tuing sudah tercapai, badung kembali kan bisa. Ditalak juga rasanya tak masalah. Mana mau Zivanka hidup terikat penuh aturan.“Baiklah, sekarang kita berkemas.”“Kok, berkemas?”“Karena kita akan ke panti asuhan.”“Lah, kenapa?”“Ziva, saya belum memiliki
MIB-6"Aduh Umm, aku kebelet pipis." "Ya sudah, cepat ke kamar mandi. Nanti Ummi dan Lily tunggu di mushola, ya!""Baik, Umm."Zivanka merasa lega. Karena akhirnya terbebas dari wudhu yang dia lupa urutannya. Nanti sepertinya harus belajar lagi wudhu dengan benar. Karena mau sampai kapan harus pura-pura melakukannya.Sekarang Zivanka sudah berada di mushola, tepat di depan rumah Fatimah. Mushola khusus sholat perempuan. Sedangkan laki-laki melaksanakannya di masjid dekat aula Panti.Wah, mayan banyak juga ya, pasukan Ummi Fatimah.Zivanka mengedarkan pandangan kepada yang sudah berbaris rapi. Jumlah yang akan sholat berjamaah sekitar 25 orang. Terdiri dari anak-anak usia SD hingga SMA dan ada 3 orang sudah kuliah. "Ziv, sini!" panggil Fatimah.OMG, jangan bilang suruh jadi imam.Seketika Zivanka pucat pasi. Salah besar sudah mau diajak Azkio tinggal di panti. Belum sehari jantungnya sudah terus dag dig dug tak menentu. Semacam sedang diuji nyali saja."Ayo, Kak Ziva. Kita mau mulai,
MIB-7Azkio bergedik ngeri saat melihat istrinya begitu bern4fsu menusuk-nusuk sosis dengan garpu. Tenang, tenang! Tidak boleh terlihat kalah depan cewek so’ alim itu, batin Zivanka.“Ekhm," dehamnya.Setelah menghela napas sepanjang jalan kenangan, akhirnya gejolak amarah di dada bisa dikendalikan. Sungguh ini adalah sebuah prestasi luar biasa karena jarang-jarang bisa meredam emosi.“Kak Ziva nggak marah kan?” tanya Lily.“Oh, nggak. Santai saja. Lagian wajar kok, jika kakak antar adiknya. Cuma lain kali harus izin kepada pemilik sahnya.” Akhir kata penuh penekanan.“Maksud, kak Ziva?” Lily berlaga polos.“Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?” Zivanka mengejek.“Kalau begitu, aku ke kamar dulu, ya,” pamit Lily dengan nada lemas.“Ly,” jangan lupa nanti diminum lagi obatnya,” pesan Azkio.“Baik, Kak.” Lily berlalu dengan senyum menyungging.Sebetulnya Lily adalah gadis yang baik
Zivanka masih keliling panti tanpa tujuan. Dia melihat anak laki-laki seumuran SMA sedang duduk di bawah pohon."Dek, lagi pain sendirian di sini?""Eh, kak Ziva. Lagi santai aja, kak.""Kamu nggak ikutan hapalan surat?"Kebetulan pas lewat tadi, Zivanka melihat anak laki-laki sedang pada hapalan surat di masjid."Saya non muslim, Kak.""What?! Kok, bisa ada di sini?""Emang kenapa, Kak? Kan ini panti asuhan, bukan pesantren.""Iya, sih. Tapi ....""Ummi Fatimah itu orang baik. Dia tidak pilih kasih, walau saya bukan muslim. Beliau juga tidak memaksa saya untuk ikut agamanya."Hanya saja anak-anak beragama Islam, Fatimah memang ketat dalam mendidik agamanya. Apalagi mereka semua kan sekolah di Negeri bukan sekolah islam, swasta. Karena keterbatasan biaya. Jadi untuk menjaga mereka dari kontaminasi pergaulan luar yang tidak baik, Fatimah menanamkan pondasi kuat dengan sholat dan mengaji.
Coming soon kisah yang tak kalah menarik dari putranya dengan judul MENOLAK WARISAN.PROLOGAngin berembus kencang menerjang jendela kaca kamar hingga bergetar. Beberapa furniture pun ikut bergeser dari tempatnya. Terdengar suara auman yang sukses membuat Zivanka, wanita berusia 30 tahun itu terjaga.“Honey, bangun!” Ia mengguncang bahu suaminya.Azkio, si suami mengerjap. Kemudian mengucek mata yang masih terasa berat untuk terbuka.“Ada apa, Sayang?”“Suara itu lagi.” Berbisik seolah takut ada yang mendengar.Seketika kesadaran Azkio dikumpul paksa. Meski ia sendiri tak pernah mendengar suara yang dimaksudkan istri, tapi tetap hal ini tak boleh diabaikan. Lalu bergegas untuk memeriksa sang buah hati di kamar sebelah. Setibanya, saklar lampu segera ditekan untuk menerangi ruang yang temaram. Akan tetapi, Ziko--anak mereka justru sudah tidak ada.“Ziko!” Zivanka histeris.Kejadian ini memang bukan kali pertama, tapi tetap saja rasa takut menyergapnya. Tanpa bicara pasangan su
Awalnya Azkio tak yakin akan menjalankan dua bisnis sekaligus. Waralaba papi mertua dan lanjutkan bisnis fashion muslim. Namun, berkat dukungan orang-orang terdekat, terutama istri, ia memutuskan untuk mengurus keduanya. Zivanka dan baby Zi tak pernah absen untuk terus berada di balik kerja keras Azkio. Melangitkan doa menjadi salah satu kekutan Zivanka dalam mendukung suami.Sesungguhnya doa yang segera dikabulkan adalah doa seorang istri kepada suaminya yang tidak berada di tempat yang sama atau saling berjauhan. (HR. Tirmidzi). "Sayang, nanti pulang agak telat, ya!""Oh iya, sekarang hari Jumat."Setiap hari Jumat sore, Azkio ada jadwal mengisi pengajian. Mereka menyebutnya 'Liko'. Jadi sebuah pengajian dengan lingkup kecil. Terdiri dari beberapa kelompok. Kebetulan, ia jadi salah satu murobbinya. Murobbi itu adalah guru, tapi lebih spesifik. Mendidik orang sedemikian rupa agar lebih berakhlak dan berilmu. Tentu dalam kajiannya, sebagai besar ilmu agama yang disampaikan."Eh, lupa
Seminggu pasca kepergian Mala, Zivanka janjian dengan Nia. Mau ikut membantu membereskan barang-barang almarhumah di kontrakannya. Baby Zi tak dibawa, sengaja dititipkan kepada Mira."Masya Allah, ini beneran kamu?" Zivanka mengerjapkan bola mata."Iya, ini gue. Gimana cantik nggak?""Masya Allah, Alhamdulillah, Nia!" Zivanka berseru, lalu memeluk teman yang kini jadi sefrekuensi, berhijab."Doakan ya, moga gue Istiqomah.""Amin."Dalam hati Zivanka berdoa panjang sekali buat Nia. Ia berharap Allah menerima taubat juga mempermudah jalan hijrahnya."Ya udah, kita masuk, yuk!"Mereka lekas melangkah ke dalam kontrakan Mala."Ya ampun, ini berantakan banget." Komentar Zivanka."Iya. Padahal si Mala biasanya rapi banget.""Ini kek bekas orang berantem. Bener nggak, sih?""Hu uh, bener. Pasti pacar si Mala marah-marah saat diminta pertanggungjawaban.""Huh, dasar l*knat!"
MIB-42Hari ini dikejutkan dengan pemberitaan viral tentang pasangan Azkio dan Zivanka. Zivanka tentu panik. Sungguh sangat menyesal jika suami kena imbas lagi akibat kehidupan di masa lalunya."Honey, apa netizen menyalahkan kamu? Kasus apa, hah? Kejelekan ku yang mana?" Zivanka mencecar."Tenang, Sayang.""Gimana aku bisa tenang, jika kamu kenapa-kenapa gegara aku." Air mata sudah merebak mendesak ingin keluar.Azkio lekas memerlihatkan pemberitaan yang viral tersebut. Ia mengulas senyum seraya mencubit gemas pipi istri.Zivanka menyeka air mata cepat. Matanya kian melebar tatkala menonton video demi video di sebuah situs.Ternyata teman yang bertabrakan tak sengaja di Mall tempo hari menjadi awal sumber pemberitaan."Gue salut banget sama ratu joget kita yang kini sudah hijrah. Gue lebih salut lagi sama sosok suaminya karena sudah menerima apa adanya. Terlihat suami Ziva sangat menjaga dan sayang. Gue jadi ir
Azkio kemudian berlalu ke kamar mandi untuk mengguyur diri. Berharap suhu panas akibat gejolak tak tuntas bisa mereda. Sebab, sejatinya bukan hanya Zivanka yang sudah sangat terpancing.Zivanka sendiri memberenggut. Ia mencoba mengingat-ingat apa kesalahannya hari ini? Teringatlah saat tadi terciduk sedang mengintip Arfan. "Honey ...," panggil Zivanka begitu Azkio selesai mandi."Apa?" sahutnya ketus."Maafkan aku," sesalnya yang hendak memeluk."Stop! Saya sudah berwudhu." Azkio gegas mengambil pakaian dari lemari.Zivanka pun urung, tetapi masih tetap mengekor."Honey, dimaafkan nggak?""Saya mau sholat dulu. Kamu nggak sholat?""Ya udah, tunggu dulu! Aku mau wudhu."Sepasang suami istri melaksanakan sholat malam bersama. Sekarang, sudah tak pernah lagi ada drama ketiduran saat menunaikannya. Karena Zivanka sudah terbiasa terbangun sendiri di jam-jam sepertiga malam.Usai sholat hat
MIB 41Meski tak melotot, nyatanya tatapan tajam Azkio selalu berhasil membuat Zivanka tak berkutik. Tidak mau terlibat perang dingin rumah tangga, ketiga anak panti lekas pergi.Tanpa bicara, Azkio menyeret Zivanka masuk ke ruang tamu. Wajah kesalnya diseting seramah mungkin."Assalamualaikum " Azkio mengucapkan salam dengan senyum mengembang sebagai tanda menyambut teman lama."Waalaikumsalam. Ya, Allah ... Kio!" Si tamu berseru. Kemudian mereka saling salaman dan pelukan. "Oya, kenalan ini istri saya.""Arfan." Si tamu mengulurkan tangan."Yuki Kato," balas Zivanka hendak menyambut uluran tangan tersebut, tetapi, Azkio lebih dulu menepisnya."Bukan mahram." "Eh, iya." "Istri kamu ternyata senang bercanda, ya?""Iya, Zivanka emang seperti itu.""Oh, namanya Zivanka. Nama yang bagus," puji Arfan basa-basi.Zivanka sendiri malah tersipu dan kecentilan."Iya, ka
Hari ini hari kelahiran Fatimah. Ia tidak pernah mengadakan perayaan karena memang bukan budaya Islam. Namun, sebagai bentuk cinta dan perhatian, anak panti selalu mengadakan syukuran kecil-kecilan. Mereka akan bekerja sama membuat nasi kuning serta siapkan sebuah kado. Kado kali ini khusus disponsori oleh Azkio dan Zivanka.Maka dari itu, Zivanka hari ini diantarkan ke panti asuhan. Sementara Azkio tetap masuk kerja walau katanya hanya akan sampai dzuhur.Fatimah senang sekali dengan kedatangan baby Zi. Bayi gemoy nan menggemaskan tersebut terus digendongnya. Karena anak sangat anteng juga nyaman bersama sang nenek, Zivanka memutuskan untuk bergabung saja dengan anak panti. Kini semua anak panti sudah akrab dengannya. Terlebih setelah mengetahui perbuatan Lily yang sampai kerjasama dengan Putra. Sejak kejadian itu, mereka kecewa berat dan berhenti mengagumi. Kebaikan Lily sekian lama lenypap oleh keburukan yang beberapa saat. Begitulah manusia. Nila seti
MIB-40Otomatis langkah Azkio dan Zivanka terhenti. Mau tidak mau menoleh juga."Nggak salah, lu emang Zivanka!" seru si pria girang.Zivanka cengar-cengir tak tahu harus menanggapi bagaimana. Sementara dalam hati tak berhenti merutuki."Anda kenal dengan istri saya?" "Oh, kenal banget malah."Azkio sampai mengerutkan kedua ujung alis seraya penuh praduga serta selidik. Kira-kira kenal sejauh mana pria di depannya."Honey, udahlah, yuk kita pergi," ajak Zivanka menarik lengan suaminya.Si pria cukup mengerti kenapa wanita yang diidolakannya selama ini sampai berusaha menghindar. Mungkin takut suami mengira yang tidak-tidak. Akan tetapi, karena sudah terlanjur bertemu, ia tetap tak ingin lewatkan kesempatan untuk menyapa. Bertanya kabar juga termasuk yang paling ingin ditanyakan."Wah, keren lu! Nggak nyangka banget gue bisa ketemu. Pangling sumpah! Cakep." Si pria geleng-geleng kepala saking takjub mel
Dari hari ke hari rutinitas masih sama. Selama 24 jam tidak ada kisah baru. Sebagai ibu rumah tangga yang full di rumah, kadang Zivanka berada di titik jenuh. Azkio tidak pernah melarang ia untuk main keluar, jalan-jalan atau berbelanja. Kebetulan keadaan mereka secara finansial sudah jauh lebih baik. Terlebih Baskara membayar gaji lebih dari seharusnya. Zivanka seolah jadi tergantung kepada suami.Kemanapun selalu ingin ditemani. Jika tidak bisa pergi bersama lebih baik ia membatalkan.Semua kebosanan Zivanka pun dibayar lunas oleh kepulangan suami dari kerjanya. Sapaan hangat, belaian mesra, serta perhatian intens tak pernah absen. Meski bukan berarti mereka tidak pernah bertengkar. Sering malahan. Hal-hal sepele yang selalu jadi pencetusnya. Akan tetapi, pertengkaran mereka hanya sebatas Azkio mendiamkan dan Zivanka mengomel.Selang beberapa menit, keadaan akan kembali mencair. Saling memaafkan juga merindu.Seperti pagi ini, aktifitas dimulai oleh Azkio