Beyza kesusahan bergerak, tangannya mengikis jarak mereka. Ingin pergi, namun Beyza tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Terpaksa ia diam saja sampai dua tangan Exel melepaskan. Ia melihat kedua bola matanya terpejam. Ingin pergi, takut membangunkannya. Beyza mengamati setiap lekuk wajahnya, tanpa sadar senyum terbit dari dua sudut bibir Beyza.'Kamu sangat tampan Tuan, aku baru menyadari hal ini.' Tanpa sadar Beyza memuji Exel dalam hati.Saat pandangan mata mengedar, Beyza melihat sebuah luka kecil di bagian lehernya. Saat ia memperhatikan baik-baik luka itu adalah luka baru, baru teringat itu adalah bekas gigitan.'Astaga ... Tuan Exel ...' Beyza menutup mulutnya terkejut. 'Apa saat di tempat hiburan malam itu, Anda telah bermain gila bersama seorang wanita?? Aku baru sadar, ternyata Anda sama saja dengan pria lainnya.' Sampai pada akhirnya Beyza pun tanpa sadar tertidur juga dalam pelukan Exel.Saat pagi menjelang ...Aslan berniat mencari Exel ke dalam kamarnya, karena khawatir d
Dari tatapan mata wanita itu seolah terdapat satu pandangan buruk. "Selamat pagi Nona Belinda ..."Mencoba ramah, entah bagaimana nanti tanggapan wanita itu padanya."Cih!! Sok manis. Kita gak selevel ya, kamu jangan anggap aku adalah wanita yang sama derajatnya denganmu!! Kita bagikan langit dan bumi!! Kamu disini hanya pembantu!! Cuma pembantu! Camkan itu gadis kampung!! Gadis yang gak jelas asal-usulnya!" ucap sinis Belinda.Sudah seperti yang di duga, Beyza cukup tahu diri. Dan mereka tidak akan pernah bisa di samakan. Memilih diam tidak membuat hati perkataan Belinda. Memang, yang sebetulnya diucapkannya adalah hal sebenarnya.Saat Belinda berjalan melewatinya, tanpa sengaja bola mata Beyza fokus melihat sesuatu yang janggal. Ya, wanita itu tidak memakai anting seperti biasanya, Ternyata wanita itu hanya memakai anting sebelah. Beyza mengernyitkan kening. Setelah ia memperhatikan dengan seksama, satu anting yang dipakainya sama persis dengan anting yang di bawa.'Astaga ... Jadi
Beberapa langkah kemudian, Aslan menghentikan langkahnya, "Tunggu Belinda!! Jangan pergi kumohon!!"Belinda yang mendengarkan panggilan Aslan, menghentikan langkahnya. Wajahnya yang semula jutek dibuat-buat, kini tersenyum lebar di belakang mereka."Kumohon jangan pergi, Belinda!!" lagi, terdengar pria berkursi roda itu menahan kepergiannya.Kursi roda otomatis itu berjalan mendekatinya, Aslan meraih tangan Exel, dan menciumnya. "Come on baby ... Jangan pergi lagi. Buatlah aku semangat. Bersama denganku demi kesembuhanku, ya ?"Sementara dalam hati Belinda, ingin sekali menghempas tangannya, jijik. Tidak ada kata dalam kamusnya untuk bisa hidup dengan pria cacat seperti dia. 'Aslan ... Kumohon singkirkan tanganmu dariku. Asal kau tahu, aku datang kesini untuk Exel, bukan untuk dirimu, you know ..."Wanita yang mengenakan baju terbuka dengan rok hitam pendek itu melihat kearah Aslan, tampak sekali wajahnya sedih.'Ah ... Segitu cinta matinya kamu sama aku Aslan ... Hingga kamu memelas
'Maafkan aku Beyza, harus menumbalkan kamu dalam masalah yang ku buat!'Exel melihat dua bola mata Beyza penuh dengan air mata, sesaat kemudian ia menyeka agar tidak jatuh membasahi pipinya.Gegas Exel menarik tangan Beyza lalu memeluk erat. Membuat Belinda tidak terima.Beyza seketika bergeming. Bagaimana bisa pria dingin ini memeluknya? Tidak ingin bangga, pasti ada sesuatu di balik semua ini."Cih!!! Kakak Exel, sejak kapan hubungan kalian erat seperti itu?? Jangan sampai kamu terjerumus pada cinta palsu wanita penuh tipu daya ini, Kak!" Aslan mencoba menyadarkan Exel."Maafkan Kakakmu ini Aslan, apa yang kau lihat tadi pagi benar adanya. Aku telah bermain gila tadi malam bersama Beyza."Semua yang berada disana terkejut, namun tidak bagi Aslan yang sudah menyaksikan sendiri wanita itu tidur di atas ranjang dengan berpelukan."Sudahlah ... Kalian tidak perlu menutupinya. Mata dan pikiran ku tidak bodoh untuk mempercayai jika kalian tidak berbuat nista di kamar tadi malam!!" Aslan m
Beyza kembali bertanya, "Untuk apa Anda ajak saya ke tempat ini, Tuan??!""Untuk memilih baju pengantin!!""Hah?!""Cepat!!" "Ba--baik Tuan ..." gegas, langkah kakinya dipercepat untuk sampai di sisi Exel.Mereka berjalan beriringan, Exel hanya fokus saja ke depan tanpa melihat Beyza yang berjalan kesusahan mengimbangi langkahnya."Tuan, kenapa tempat ini sepi sekali bahkan ..." Ekor mata Beyza menelusuri tempat tersebut. "Hampir tidak ada pengunjung?" Exel tidak bersuara. Yang terdengar hanya derap langkahnya saja.Kedua mata Beyza berhenti dan fokus melihat tulisan besar diatas gedung. "Boutique Inara" Yang Beyza tahu, boutique Inara adalah boutique terkenal yang hanya ada satu di kota Berlin. Hanya pria -pria kaya saja yang mampu membeli barang-barang di tempat ini."Besar dan megah, hampir tidak percaya kakiku bisa menginjakkan kaki di tempat ini," kata Beyza merasa tidak yakin dengan apa yang di alami.Seorang wanita dengan postur tubuh tinggi, cantik dengan make up sempurna.
Bola mata Beyza berusaha terbuka, pandangan mata mengedar pandang ke sisi sebuah ruang.Pengap, dan gelap. Baru terasa jika kedua tangan dan kakinya terikat. Ruangan tanpa penerangan."Aku ada di mana?? Siapapun yang mendengar suaraku, tolong!!"Entahlah, suara Beyza apakah bisa menjangkau orang-orang di luar sana atau tidak.Saat ia bergerak, seketika itu juga ia terbatuk-batuk, karena debu yang berterbangan. "Tolong!!" Mencoba melakukan yang Beyza bisa. Tapi tidak ada yang menyahut. Entahlah sekarang ia berada dimana.Baru ingat, saat ia berjalan di luar rumah Exel, seseorang membekap nya dengan sebuah kain. Ia tak sadar setelahnya."Siapa sebenarnya yang melakukan semua ini kepadaku??!" Pertanyaan itu saja yang berputar di kepalanya."Tolong!!" Teriaknya kembali. Ia tidak bisa bergerak leluasa, karena ikatan itu menyakiti kulit tangan dan kakinya.Klek!!Terlihat ruangan yang penuh debu itu, terang. Seorang telah menyalahkan lampu nya. Belum iya lihat wujud dari pelaku yang memba
"Wanita kejam!! Apa mau mu sebenarnya??! Katakan!!" Beyza menatap Belinda dengan tajamIa tidak ingin di nilai rendah oleh wanita semacam itu. Sungguh perbuatannya telah melukai harga diri Beyza. Wajahnya yang dibuat manis mendadak muram, terlihat sedang memainkan drama. "Kamu mau tahu, apa yang aku inginkan sebenarnya, Beyza??!" Dengan menaikkan salah satu alisnya."Hem ... aku mau jujur terhadap kamu ... tapi aku takut jika kau mendengarkan kemauanku, kamu akan kena mental!! Bisa juga kau akan kejang-kejang!! Huu ... takut ..." Tidak segera berterus terang, membuat Beyza tidak sabar melihatnya.Andai kedua tangannya tidak diikat, wanita itu pasti selesai di tangannya. Meski terlihat lemah, jika terus menerus ditindas, Beyza dapat melawan.Beyza memutar bola mata jengah, Belinda kesal melihatnya, ia dapat membaca arti jika ia malu melihat ulahnya."Gerak mata mu bisa membuatku membunuhmu sekarang juga, Beyza!!" Belinda mencengkeram dua pipi dalam satu tangannya, kuat."Argh!! Lepas
Uap panas terlihat masih mengepul dari hot chocolate milik Exel di sebuah cangkir berbahan porselen.Duduk bersilang kaki, menyeruput pelan minuman panas miliknya, sembari menenangkan diri sejenak melupakan kekhawatirannya terhadap Beyza.Yakin, jika orang-orang bayarannya bisa menemukannya segera.Mengangkat pergelangan tangannya, untuk melihat penanda waktu. Jarum jam telah menunjukkan pukul delapan kota Berlin.Mencoba tidak memaksakan diri untuk meluapkan emosi. Ia harus bisa mengontrolnya. Terdengar suara dari kursi roda Aslan bergerak. Ekor mata berpindah melihat ambang pintu, tidak lama kemudian pria itu terlihat.Berhenti di hadapannya, dan ikut bersantai di teras rumah, memandang hamparan halaman rumah yang luas."Masih memikirkan Beyza??" Awal perbincangan tentang wanita itu."Yah. Bagaimana kau bisa tahu??" Ucapan Exel sedikit datar. Ekor mata melihat kesamping. Selanjutnya ia menatap bola mata Exel yang berwarna biru tajam. "Shitt!! Sejak kedekatanmu dengan wanita muraha
Beberapa menit mereka habiskan di dalam cafe. Exel mulai suntuk harus berpura-pura menemani wanita itu. 'Sial. Kapan sih orang itu menyelesaikan tugasnya? Aku sudah tidak tahan lagi,' batin Exel. Selesai makan, ia meletakkan sendok dan pisau di atas plate. Mencoba melihat gawainya belum ada tanda pria suru itu menghubunginya. Beberapa saat kemudian terlihat empat pria bersergam lengkap datang bersama orang suruhan Exel. Exel menaikkan dua sudut bibirnya. "Akhirnya, mereka sampai juga."Ivanna menoleh kebelakang, terdengar suara sedikit mengusik telinganya. Saat mengetahui siapa yang datang, Ivanna gegas berdiri dengan perasan panik.Tidak memberi penjelasan, pria tersebut memborgol dua tangan Ivanna. Wanita itu berusaha melepaskan. "Tunggu!! Kalian mau bawa aku kemana? Kenapa kalian tidak memberiku penjelasan?" Ivanna berusaha melepaskan diri dari pria-pria tersebut. "Jelaskan nanti di kantor polisi, Nona!!!" Salah satu di antara mereka menjawab. Gadis itu melihat ke arah
'Aku akan buat perhitungan. Aku akan gagalkan rencana mereka,' batin Ivanna sambil berjalan, sesekali menatap mereka dengan tatapan bengis.Sementara malam itu Exel mengantarkan Anne pulang. Aisyah memaksa Exel untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, membawa Anne ke rumah ini. Ia harus bisa bertanggung jawab atas anak orang, katanya.Kurang lebih tiga puluh menit mobil Exel akhirnya sampai pada gang rumahnya."Aku mau mampir, boleh gak?" goda Exel."Kau tahu sekarang uda malam banget, kelamaan di rumah kamu sih. Bukannya gak boleh, tapi tahulah aku tidak enakkan sama papa!""I-iya, aku tahu itu. Tapi kamu kan udah izin malam malam di rumahku. Papamu juga ga keberatan. Hih, gak bisa di ajak bercanda!! Ya sudah kamu cepat pulang. Aku tunggu kamu sampai masuk rumah mu!""Terlalu berlebih-lebihan. Lagi pula tinggal nyebrang aja kan? Sana kamu pergi! Terimakasih, ya sudah di antar!" Anne tersipu malu. Ia tidak bisa berlama-lama melihat wajah Exel."Ok!"Beberapa saat kemudian, pria itu
"Exel terserah Mama dan Papa saja.""Alhamdulillah ..."Sementara Anne, "????"'Benarkah yang aku dengar barusan? Terserah mereka? Dalam artian dia setuju dong?! Ah, kacau. Kenapa aku jadi pengen melepaskan senyuman ya. Tahan. Tahan Anne ... Kamu harus bisa menjaga image.'Terlihat pasangan suami isteri tersebut tersenyum bahagia. 'Wah ... Sepertinya aku akan menjadi menantu paling bahagia di keluarga ini.' Anne masih tidak berhenti bicara dalam batinnya.Ia melirik Exel yang duduk dengan tenangnya. Heran, bagaimana bisa ia setenang itu dalam pembahasan masalah masa depannya. Dasar! Pikir Anne. "Mama Aisyah dan Papa Adam akan datang ke rumah Anne besok malam."????Baik Exel maupun Anne terkejut. Mereka saling melihat satu sama lain. Dengan cepat Exel bertanya. "Ma, apa tidak terlalu terburu-buru? Kita bisa bicarakan ini pelan-pelan. Bukan begitu, Anne?!" Exel menatap tajam. Ia harus setuju dengan usulannya."Ya, itu benar. Sepertinya itu terlalu terburu-buru." Anne hanya bisa tersen
Sore itu, Aisyah gegas menyiapkan makan malamnya untuk calon menantu yang di damba sepanjang hari itu. Wajahnya yang berhari-hari terlihat sedih karena tidak dapat bertemu dengan Anne kembali, kini terlihat lebih ceria.Kesehatan Aisyah jauh lebih baik sekarang, semua berkat Anne. Assisten dapurnya membantu kesibukan Aisyah di sana.Dari luar terlihat Anne berjalan masuk, ia mengambil celemek yang tergantung di sebelah pintu dan memakainya. Seperti biasa senyum Aisyah mengembang sempurna."Boleh saya bantu??!" Wajah Anne yang ceria menawarkan diri."Kamu nanti lelah, kamu istirahat saja, Sayang. Kan kamu di rumah ini adalah tamu, jadi lebih baik Anne duduk manis sambil di temani secangkir kopi." Anne tersenyum melihat ucapan ibu Exel ini."Tidak boleh menolak pokoknya, heheh.""Ya sudah silahkan. Bisa masak juga memangnya?""Kalau masak yang mudah sih, bisa Nyonya."Aisyah menatap wajah Anne, lalu mengatakan, "Bisakah kamu panggil saya Mama Aisyah. Ibu rindu dengan Beyza, aku harap k
"Hey!! Kamu kenapa bengong? Aku antar kamu pulang. Biar mobilnya di bawa Supir!" Exel tiba-tiba mengagetkan. "Ah!! Tidak perlu. Kamu datang ke sini saja aku sudah berterima kasih banyak. Jika kamu tidak datang, entahlah nasib kami." Anne berusaha merendahkan diri."Eh, tapi. Kamu harus bayar mahal!!" Lanjutnya.Exel mengerutkan keningnya. "Apa yang kudu aku bayar?!""Itu tadi, kamu meluk aku! Memang aku wanita apaan?" "Sudahlah lupakan. Aku hanya ingin wanita gatal itu segera pergi dari kehidupanku. Maaf ya, gara-gara dia kamu hampir celaka."Kedua masuk dalam mobil Exel. Sementara mobil Anne di kemudian supirnya. Selama di dalam mobil..."Xel, selama aku kenal kamu, ternyata kamu tidak seburuk yang aku kira." Anne memulai percakapan setelah kuda bermesin Exel melaju pelan."Memang kaukira aku dulu sangat buruk menurut pandangan mu?!""Ya, saat kamu menabrak ku dulu, terus kau tidak mau tanggung jawab. Rasanya sesak sekali bisa bertemu dengan orang sepertimu, Xel!""Maaf, memang ak
[Halo, Papa!!] [Papa Gundul mu!!] Terdengar suara tidak asing. Bukan suara Abimanyu. Ia menjauhkan ponselnya dan melihat layar. Pikirnya mengarah ke arah sana, pria dingin itu. "ASTAGA!!" Anne segera menutup mulutnya. 'Aku salah telepon. Tapi udah terlanjur. Tidak ada waktu lagi. Ini emergency banget.' [Halo!! Ada apa? Apa tidak bisa sebentar saja kamu melupakanku, Hem?! Padahal jadwalnya nanti malam kau akan datang ke rumahku. Sekarang sudah menelpon saja. Dasar wanita tukang malu-maluin!] umpat Exel tanpa sensor. [Astaga. Sudah aku tidak ada waktu berdebat. Nanti malam kita lanjutkan debatnya. Xel, aku minta tolong. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, saat ini aku sampai di jalan Permata Indah ——] [Terus?] [Dengarkan dulu kenapa, sih!! Di belakang mobilku ada mobil hitam yang mengikuti ku dari tadi. Aku takut itu penjahat, Xel. Aku tidak mau mati muda gara-gara preman.] [Kenapa harus takut? Lawan saja. Mereka juga manusia. Sama seperti mu!] [Kalau mereka membawa s
Pria itu bergegas keluar sampai di ambang pintu, ia menoleh kembali. Ternyata wanita itu masih memperhatikannya. 'Dasar!!'Dalam batinnya mengatakan dengan percaya diri, 'Aku tidak mengira jika kau putri dari Tuan Abimanyu, Ann. Ah ... apakah Tuhan ingin mendekatkan kita berdua dalam satu hubungan?!' Exel menggeleng kepala. Dan cepat pergi dari ruangan itu.Sementara Anne bergeming entah dalam berapa waktu lamanya. Menatap kepergian Exel, sampai pria itu tidak terlihat lagi punggungnya, masih saja melihat ke arah pintu.Tanpa sadar, Anne masuk dalam dunia perhaluan. Ia membayangkan pria itu telah menjadi kekasihnya. Mereka memadu kasih, duduk di sebuah taman menatap langit yang biru. Exel memegang tangannya pelan sembari di usap penuh cinta. Keduanya saling bertatap muka. Melihat sepasang manik mata yang memiliki arti yang dalam.Sudut bibir mulai mengembang sempurna. Ah, betapa bahagianya hari ini. Memang benar pepatah mengatakan, jika dua insan manusia sedang di landa cinta, maka
Anne mendadak salah tingkah. Sampai mengumpat pada dirinya sendiri. 'Ish!! Anne!! Lihatlah, tidak ada yang special dari wajah pria dingin ini. Kenapa aku jadi salting gini sih?!"Tanpa sadar, Anne memperhatikan wajahnya beberapa saat. Sampai Exel memergokinya. "Eh, ternyata diam-diam mencuri pandang wajahku, ya!? Benar dan tidak salah sih, karena wajahku ini kegantengannya seperti ombak di laut. Kuat dan dapat menghanyutkan. Banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku, Ann."Cih!!Anne tertawa sinis. "Aduh, sudah buang jauh-jauh pembahasan Anda ini. Sesungguhnya, aku sedikit mual. Dan siapa juga yang sedang antri?? Perasaan sejauh ini cuma si Ivanna." Tetap menjaga konsentrasinya menggarap pekerjaan yang berada di berkas file laptopnya."Halah ... kenapa sih jadi wanita sombong banget. Tinggal mengakui saja, apa salahnya!!" Exel menjulur meletakkan tangannya di atas telapak tangan Anne. Wajah wanita itu makin pucat saja dibuatnya."Kamu itu sedang apa?! Begini yang benar itu
Pagi itu, sesuai dengan kesepakatan, Exel datang ke perusahaan besar Abimanyu. Manager Abi telah menunggu kedatangannya. Setelah Exel datang, ia dan beberapa pegawai lain, mendampingi menuju ruangan Anne."Silahkan, Pak Exel. Kami sudah menantikan kedatangan tamu kehormatan seperti Anda kemari." Ia menyapa dengan senyumnya yang mengembang."Anda terlalu membesar-besarkan, Pak. Terimakasih sambutannya." Exel menunduk kepala sebagai salam hormat.Banyak mata nakal terutama pegawai Abi yang ganjen, memperhatikan Exel berjalan melewatinya. "St St!! Siapa itu yang baru lewat? Tampan banget." Salah satunya nyeletuk. "Jangan bicara macam-macam ya, itu rekan kerja Pak Abimanyu!!" "Oh, aduh. Semoga tidak ada yang melaporkan mulutku yang celamitan ini.""Semoga saja.""Tampan sekali sih, duh. Kok aku jadi membayangkan Ibu Anne dan orang ini berjodoh, ya?!" Salah satu dari mereka nyeletuk.Beberapa saat mereka membenarkan. "Ya, kamu benar. Cocok banget. Tampan rupawan dan cantik. Ah ... apal