"Aku hanya inginkan dia," jawab Cantaka sambil senyum-senyum. Ia punya rencana dalam hatinya. Rencana tentang sesuatu yang besar. "Hihihihi." Bocah itu tertawa sendiri.
"Buat apa kamu seorang wanita? Apakah buat Bapakmu?" tanya Suganda curiga. Ia menatap wajah cengengesan itu, menelisik matanya yang bulat jernih.
Wajah tanpa dosa itu menatap ke arah Suganda. Sepertinya keinginan bocah itu tidak bisa ditawar lagi. Cantaka ingin secepatnya membawa perempuan yang masih tak sadarkan diri itu. Entah apa yang Suganda lakukan hingga gadis itu lama tak sadar-sadar.
"Aku perlu saja, Paman," jawabnya.
"Tidak ... itu perempuan perawan buat persembahan kepada Iblis Tengkorak, untuk menjalankan ritual setiap malam bulan purnama dan itu nanti malam, sudah ... minggirlah! Aku sudah terlambat!" hardik Suganda. Rupanya ia lupa kemampuan kanuragan Cantaka.
"Tidak, Paman, aku tetap inginkan Bibi itu," kata Cantaka ngeyel. Rupanya ia sudah terlanjur suka dengan peremp
"Namaku ... namaku Supiyah, Kang," kata gadis itu. Ia menundukkan kepalanya, pipinya masih menyemburatkan warna merah muda. Faruq kian gemas melihatnya, ingin rasanya ia mencubit pipi ranum itu. Sementara Cantaka bersila setengah membungkuk, garuk-garuk kepala melihat tingkah Faruq. "Mengapa kau sampai diculik oleh anak buah Iblis Tengkorak?" tanya Wisaka. "Aku sedang mencuci di sungai sendirian, tiba-tiba ada kerikil yang terlempar ke arah leherku, selanjutnya aku tidak ingat apa-apa lagi," jawab Supiyah. Galuh dan Onet hanya duduk sambil memandangi mereka. Wisaka mengangguk-angguk tanda mengerti. "Sekarang kamu istirahat, besok biar Kang Faruq mengantarmu pulang," ujar Wisaka. "iyy-- iyya," tukas Faruq. Nampak sekali ia gugup, entah apa yang ada di pikirannya? Faruq memandang Supiyah malu-malu. Gadis itu juga melirik dengan sudut matanya. Hati mereka jedak-jeduk dihantam palu asmara. "Nyai, ayo kita duduk di dep
Pandangan Iblis Tengkorak berubah, kemarahannya yang meledak-ledak berubah seketika. Seperti saat cuaca panas tiba-tiba mendung menyejukkan alam.Nampak mulut Iblis Tengkorak komat-kamit merapalkan ajian mantra pemikat. Tentu itu adalah hal yang paling dibenci oleh Iprit betina itu. Terus terang dirinya tidak mampu menolaknya. Iblis betina itu akan dengan mudah terbuai cumbu rayu Iprit laki-laki, Iblis Tengkorak.'Sialan, mantranya sudah bekerja, apa yang harus kulakukan, kalau aku menolak dengan kasar, pasti tak segan dia melumpuhkanku,' batin Cempaka palsu. Tangannya tetap tersembunyi memegang sesuatu.Cempaka diam saja saat Iblis Tengkorak menatapnya dengan lekat. Dirinya yang cantik tentu saja sangat memikat hati pria mana pun. Apalagi Cempaka adalah kembang desa yang sedang mekar-mekarnya."Kau masih berhutang kepadaku, Cempaka," kata Iblis Tengkorak. Ia menghampiri Cempaka k
"Apa yang salah dengan ritualku selama ini, apa karena kegagalan di malam puncak ini, semua berakhir begini?!" Iblis Tengkorak berteriak-teriak. Entah siapa yang ia tuju, dirinya sangat murka dengan malam ini."Sudahlah A'mir, yang harus dipikirkan bagaimana kita berubah lagi menjadi manusia!" kata Iprit betina marah. Dirinya juga sama hatinya begitu dongkol. Cempaka yang cantik kini berubah menjadi binatang menjijikkan dengan mata semerah biji saga. Apa kesalahan sesungguhnya?Mereka berdua yang telah berubah menjadi bentuk Iprit sesungguhnya terdiam untuk beberapa saat. Mencobamencari kesalahan dalam melakukan ritual masing-masing. Sejak kegagalan-kegagalan di desa, mereka mulai merasa kehidupan untuk mencapai keabadian tidak lagi terasa mudah."Apa karena kau sedang datang bulan, maka persembahan malam ini jadi ternoda?" tanya Iprit laki-laki."Entahlah," jawab Iprit betina datar. Sesungguhnya hatinya kebat-kebit takut ketahuan telah berb
Bab 78Muka Faruq pucat pasi, badannya gemetar. Ia takut warga telah salah paham kepadanya. Dikira penculik yang membawa lari Supiyah."Jangan coba-coba kau melarikan diri!" teriak warga.Faruq kebingungan, ia melihat kiri-kanan sudah penuh oleh warga yang datang membawa amarah. Bahkan di antaranya ada yang membawa senjata tajam."Aku bukan penculiknya!" teriak Faruq. Sungguh kalau bisa ia ingin menjadi semut saat itu juga. Berlari menjauh menerobos mereka."Alah ... tidak usah menyangkal lagi, ayo kita hajar dia!" Warga sudah tidak sabar untuk segera mengeksekusi Faruq yang mereka kira sebagai penculik Supiyah.Tiba-tiba Supiyah memegang tangan Faruq. Ia berdiri di hadapan Faruq menjadi tameng pemuda tersebut."Siapa berani menyentuhnya, hadapi dulu aku!" kata Supiyah keras.Tentu saja warga terperangah melihat kenekatan gadis manis itu. Mereka mundur, tidak berani mendekat. Supiyah adalah anak dari kepala desa kampung i
Supiyah memancing Faruq dengan serangan-serangan liar yang membuat Faruq terlena. Pemuda ting-ting itu tentu saja kewalahan. Untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya ia bergumul dengan seorang gadis yang begitu lihai dalam percintaan."Kang," desah gadis ayu itu."Ya, ada apa?" jawab Faruq. Sesungguhnya ia mengerti, perempuan itu ingin kehangatan yang lebih seru lagi."Aku inginkan dirimu," bisik Supiyah.Nah, betul dugaan Faruq, calon istrinya sudah tidak sabar ingin mencumbu dan mencicipi tubuhnya. Namun, Faruq harus tetap menjaga kewarasannya. Dirinya tidak boleh tergoda untuk melakukan hubungan badan sebelum ijab kabul."Mengapa diam saja, Kang?" Perempuan itu heran, Faruq tidak seperti yang ia inginkan."Begini tidak cukup, Nyai?" Faruq balik bertanya."Aku inginkan lebih lagi, Kang," jawab Supiyah."Baiklah, ayo," ujar Faruq. Tangan pemuda itu mulai bergerilya. Menjamah semua tempat di tubuh wanita itu. Menja
Merasa terjebak, Faruq berubah parasnya. Makanya dari tadi ia merasa heran mengapa wanita itu tidak mempan oleh hipnotis yang ia rapal."Kau ... bukan seorang gadis!" tuduh Faruq."Aku gadis atau janda, bukan urusanmu!" teriak Supiyah."Berani-beraninya kau membentak calon suamimu!""Kau ... kau calon suamiku?" tanya gadisitu. "Kang Faruq tidak pernah berlaku kurang ajar," imbuhnya sambil menunjuk.'Kurang ajar!" Faruq bersiap melayangkan tamparan ke muka Supiyah."Tolong!" Supiyah menjerit sekuat tenaga sebelum tamparan keras itu mampir di pipinya.Faruq terperangah, ia tidak menyangka kalau perempuan itu akan menjerit. Faruq bersiap mengambil langkah seribu, dua jarinya dimasukkan ke dalam mulutnya."Witwiiiw!" Suitan keras melengking membelah kesunyian. Ia seperti mengirimkan kode kepada seseorang, kemudian Faruq melesat dan hilang di kegelapan malam.Di lain tempat, Faruq masih berusaha mempersemb
Cempaka begitu terpukul atas apa yang menimpa dirinya. Suaranya berubah seperti nenek-nenek, serak dan dalam. Kerut-kerut nampak jelas di wajahnya yang jelek."Aku harus mencari korban malam ini juga, tidak boleh gagal," katanya.Untuk sekilas ia kembali memandang bulan yang bersinar terang seperti mengejeknya. 'Bulan saja terlihat cantik, mengapa aku harus jelek,' begitu pikirnya.Tidak terima dengan nasibnya yang akan berubah kalau tidak mendapatkan tumbal malam ini, secepatnya ia melesat turun gunung lagi berniat mencari mangsa."Tak ada rotan akar pun jadi, tak bercinta dengan pengantin, dengan orang tak waras juga jadilah, asalkan dia perjaka," sumpahnya.Berkejaran dengan waktu Cempaka mencoba merapalkan ajian pelet. Dirinya harus nampak cantik malam ini. Mematut diri sambil duduk di atas pohon tinggi, ia melihat aktivitas sekitar.Dari kejauhan ia melihat seorang pemuda berjalan terseok-seok. Tangannya bergerak ke sana-sini, mul
"Ih ... kok hamil sih," jawab Supiyah sambil cemberut."Tadi kau bilang, berbadan dua, artinya ya hamil," jelas Faruq."Bukan, berbadan dua itu, aku dan kamu ... hihihi," kata Supiyah sambil tertawa kecil."Itu namanya berdua, bukan berbadan dua," tukas Faruq sambil ikut tertawa.Selanjutnya mereka mengobrol untuk semakin mendekatkan diri. Faruq mendengar cerita istrinya dengan mata terpejam. Seperti mendengar dongeng laksana dinina bobokan, tidak sadar ia malah tertidur.Mendengar dengkuran suaminya, Supiyah berhenti bercerita. Mulutnya manyun karena kesal."Kok tidur sih? Ini kan malam pertama, malah ngorok," kata Supiyah kesal.Akhirnya wanita yang gagal mengakhiri masa gadisnya itu menyusul suaminya berbaring, terlelap dengan hati kecewa.Keesokan harinya Wisaka dan Cantaka alias Jaka, berpamitan kepada Faruq dan keluarga istrinya. Faruq menangis sedih, Onet melompat ke pundak lelaki itu."Apakah kau mau tinggal deng