IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU61. Rencana ingin rujuk! (Bagian A) POV FARHANA—Apa? Apa yang baru saja dikatakan oleh Aya? Dia baru saja mendapatkan warisan saat Nenek meninggal kemarin? Tanah? Sawah? Perhiasan?Kenapa aku bisa tidak mengetahui hal ini? Apa selama ini banyak hal yang masih Aya rahasiakan? Dan apa katanya tadi? Katanya gajiku tidak mampu mencukupi kebutuhan keluargaku? Gajiku? Gajiku yang puluhan juta itu?Tidak mungkin! Aya pasti berbohong! Ya! Dia pasti berbohong, dia ingin aku terkesan dan menyesal karena sudah menceraikannya. Dan dia juga pasti berbohong karena mengatakan kalau uangnya lah yang menutupi kebutuhan rumah tangga dan keluargaku!Karena secara logika, rasanya tidak mungkin gajiku yang amat banyak itu habis sia-sia dan menguap begitu saja. Berapa lah jika hanya untuk kebutuhan rumah, dan juga biaya kuliah Tasya?Toh adikku itu juga tidak neko-neko, tasnya, bajunya, sepatunya, harganya hanya berkisar di angka jutaan atau
62. Rencana ingin rujuk! (Bagian B)Hanya saja, Aya yang keras kepala tidak mau diduakan. Dia tidak bisa menerima Maura sebagai madunya, dan kemudian ego Maura juga tidak terima dihina oleh Aya. Karena kedua hal itulah, akhirnya aku terpaksa harus menceraikan Sayaka.Kalau tidak, aku yakin kalau aku akan menjadi lelaki paling bahagia di dunia ini karena memiliki dua istri seperti Maura dan juga Sayaka. Dan aku bertekad, agar Aya mau kembali rujuk bagaimanapun caranya.Selain karena aku juga masih mencintainya, dan dia juga mencintaiku, aku juga tidak ingin hidup tanpa hartaku. Semuanya akan sesuai rencanaku, aku akan membujuk Aya untuk mau rujuk denganku, dan hidup bahagia bersama Maura dan juga anak kami nanti.Sayaka adalah wanita yang patuh, dan aku yakin dia akan mempertimbangkan permintaan ku nanti. Aku sangat yakin itu.“Wah, urat malu kamu sudah putus ya, Ra? Lupa? Semua harta calon suamimu itu sudah jatuh ke tangan Aya!” sahut Ardca dengan lantang. “Lalu? Yang mana yang kau se
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU63. Harus ikut peraturanku!(Bagian A)POV AUTHORBRAK!Mira menggebrak dashboard mobil dengan sangat kuat, nafasnya memburu dengan sangat cepat. Emosi yang dari tadi di pendamnya seolah ditumpahkannya semua saat ini, semua orang yang ada di dalam mobil langsung terdiam dengan keringat dingin yang mengalir di pelipis masing-masing.“Kau terlalu ceroboh, Tari!” kata Mira dengan geram.“A—Aku, aku hanya ….”“Hanya apa? Hah?” tanya Mira dengan ketus.Dia lalu menoleh ke belakang dan melihat Tari dengan sangat tajam, Farhan yang merasa suasana di dalam mobil ini semakin tidak kondusif pun lantas memberhentikan mobilnya di bahu jalan yang sepi.“Mir, sudah … jangan bertengkar,” kata Arni mengingatkan.“Jangan bertengkar? Hah?” sahut Mira emosi. “Aku bahkan ingin membunuh kalian semua saat ini, asal kalian tahu saja!” kata Mira lagi.Glek!Farhan dan juga yang lain sontak menelan ludah karena mendengar ucapan yang Mira lontarkan,
64. Harus ikut peraturanku! (Bagian B)Farhan langsung mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang sudah berkeringat, dia lalu memindai wajah Maura dan menanyakan hal yang memang mengganjal bagi semua orang.“Kenapa kamu nggak ngasih tahu kami, sih, Ra?” tanya Farhan dengan nada putus asa.Dia putus asa saat memikirkan kalau Sayaka akan menjadi janda yang kaya raya, sangat berbeda dengannya yang malah hidup blangsak. Kehilangan istri, kehilangan harta, kehilangan jabatan, dan yang jelas kehilangan muka di depan khalayak ramai akibat video tadi.Sialan! Farhan memukul stir mobil dengan kuat.“Aku takut kalau Mas bakalan ninggalin aku, karena Aya mendapatkan warisan yang banyak,” ujar Maura dengan amat lirih.Lagi dan lagi Farhan langsung mengusap wajahnya, kali ini lebih kasar, sehingga siapapun bisa melihat kalau dia memang tengah frustasi saat ini.“Dasar bodoh!” Kali ini Tari ikut mencerca keputusan yang diambil oleh Maura, begitu ceroboh dan juga bodoh. Rasa cemburu dan
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU65. Dua Perselingkuhan (Bagian A)POV AUTHORBRAK!Pintu rumah terbuka dengan keras akibat gebrakan tangan Tari, wanita itu terlihat tengah memendam amarah yang sangat besar.Dia berjalan masuk dengan kaki yang menghentak, wajahnya memerah dan nafasnya ikut memburu dengan dada yang naik turun.Dia mendudukkan dirinya di sofa, setelahnya beberapa langkah kaki terdengar ikut memasuki rumah. Maura, Mira, Arni, dan yang terakhir Farhan. Mereka semua langsung duduk di sofa, namun terlihat jelas kalau mereka semua tengah memiliki beban pikiran sendiri."Aku tidak mau!" Lagi-lagi Tari kembali mengucapkan hal yang sama sejak lima belas menit yang lalu, dia sudah memberikan penolakan akan rencana Mira secara berulang-ulang.Dia tidak mau menikah, semua orang sudah tahu hal itu dari dulu. Dan kenapa pula dia harus menikah? Tari merasa, Mira tidak berhak mengaturnya dengan sebegini kejam."Kau harus mau!" kata Mira dengan santai.Dia
66. Dua Perselingkuhan (Bagian B)"Hmm?" gumam Mira, namun nadanya bertanya sehingga Arni bertekad untuk melanjutkan ucapannya.Bagaimanapun juga dia memang harus membicarakan ini, entah saat ini, besok, ataupun lusa, semuanya akan tetap sama."Soal Tasya, gi—gimana kalau …." Suara Arni tertahan di tenggorokan saat melihat Mira yang mendongak dari ponselnya, dan menatap dia dengan tajam."Lanjutkan!" titah Mira dengan tegas.Wanita itu terlihat ingin mendengar kata-kata selanjutnya yang akan diucapkan oleh kakaknya itu, walau Mira bisa menebak sebenarnya ke arah mana pembicaraan ini selanjutnya akan berlabuh."Gimana kalau dia tetap di sini? Kamu tahu, kan? Dia nggak pernah pergi sendirian, apalagi harus tinggal jauh dari aku," kata Arni hati-hati."Lalu?" tanya Mira santai."Ya, itu tadi," kata Arni ragu."Apa?" tanya Mira lagi."Aku harap, Tasya tetap di sini saja," kata Arni lembut. "Hmmm," gumam Mira sambil berpikir. "Tidak bisa!" katanya ketus.Arni langsung menelan ludahnya den
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU67. Barang Bukti (Bagian A)Kang Junet dan juga Bi Surti kompak menoleh ke arahku, wajah mereka tampak sangat terkejut dengan bola mata yang membesar dan juga mulut yang sedikit menganga.“B—bu?” Kang Junet berkata dengan terbata-bata.Begitupun dengan Bi Surti yang langsung meremas tangannya dengan penuh kegelisahan, tapi aku bahkan tidak punya banyak waktu untuk menenangkan mereka kalau keterkejutanku bukanlah suatu amarah, melainkan hanya refleks yang diberikan oleh otakku.“B—Bu, sudah la—lama di situ?” tanya Bi Surti dengan gugup.Aku lantas mengangguk dan berjalan menuju meja makan, dan mendudukkan iri di sana dengan pandangan yang masih gamang. Mencoba mencerna apa yang baru saja aku dengar.“Sudah cukup lama, sampai saya bisa mendengar semua percakapan yang kalian lakukan,” kataku sambil memijat pelipisku yang tiba-tiba pening entah karena apa.Bi Surti dan juga Kang Akim lantas mendekat dan berdiri di dekat aku dud
68. Barang Bukti (Bagian B)“Iya, Bu!” kata Kang Junet tanpa keragu-raguan sama sekali.Ya Allah, darahku mendidih rasanya membayangkan, kalau seluruh rumahku ini sudah terjamah dengan perbuatan kotor Om Rama dan juga serta Tante Tari dan Tasya.Mereka benar-benar keterlaluan, tidak punya akhlak dan mereka tidak lebihnya bagai binatang yang tidak mempunyai urat malu.Membayangkan mereka yang bergelut panas di sudut-sudut rumahku, sukses membuat aku menggeram marah."Maaf, Bu. Kami memang salah karena tidak berani untuk mengungkapkan hal ini," kata Bi Surti pelan."Ada hal lain yang Bibi ketahui?" tanyaku dengan pandangan menyelidik."Ti—tidak, Bu. Saya hanya pernah memergoki mereka berduaan di ruang depan, Pak Rama dan juga Non Tasya. Mereka terlihat sangat mesra, dan juga intim sehingga saya bisa menyimpulkan kalau mereka tengah menjalani hubungan terlarang," jelas Bi Surti lagi."Kami salah, Bu. Kami membiarkan mereka berbuat maksiat, tapi saya mohon jangan pecat kami, Bu," kata Kan