IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU65. Dua Perselingkuhan (Bagian A)POV AUTHORBRAK!Pintu rumah terbuka dengan keras akibat gebrakan tangan Tari, wanita itu terlihat tengah memendam amarah yang sangat besar.Dia berjalan masuk dengan kaki yang menghentak, wajahnya memerah dan nafasnya ikut memburu dengan dada yang naik turun.Dia mendudukkan dirinya di sofa, setelahnya beberapa langkah kaki terdengar ikut memasuki rumah. Maura, Mira, Arni, dan yang terakhir Farhan. Mereka semua langsung duduk di sofa, namun terlihat jelas kalau mereka semua tengah memiliki beban pikiran sendiri."Aku tidak mau!" Lagi-lagi Tari kembali mengucapkan hal yang sama sejak lima belas menit yang lalu, dia sudah memberikan penolakan akan rencana Mira secara berulang-ulang.Dia tidak mau menikah, semua orang sudah tahu hal itu dari dulu. Dan kenapa pula dia harus menikah? Tari merasa, Mira tidak berhak mengaturnya dengan sebegini kejam."Kau harus mau!" kata Mira dengan santai.Dia
66. Dua Perselingkuhan (Bagian B)"Hmm?" gumam Mira, namun nadanya bertanya sehingga Arni bertekad untuk melanjutkan ucapannya.Bagaimanapun juga dia memang harus membicarakan ini, entah saat ini, besok, ataupun lusa, semuanya akan tetap sama."Soal Tasya, gi—gimana kalau …." Suara Arni tertahan di tenggorokan saat melihat Mira yang mendongak dari ponselnya, dan menatap dia dengan tajam."Lanjutkan!" titah Mira dengan tegas.Wanita itu terlihat ingin mendengar kata-kata selanjutnya yang akan diucapkan oleh kakaknya itu, walau Mira bisa menebak sebenarnya ke arah mana pembicaraan ini selanjutnya akan berlabuh."Gimana kalau dia tetap di sini? Kamu tahu, kan? Dia nggak pernah pergi sendirian, apalagi harus tinggal jauh dari aku," kata Arni hati-hati."Lalu?" tanya Mira santai."Ya, itu tadi," kata Arni ragu."Apa?" tanya Mira lagi."Aku harap, Tasya tetap di sini saja," kata Arni lembut. "Hmmm," gumam Mira sambil berpikir. "Tidak bisa!" katanya ketus.Arni langsung menelan ludahnya den
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU67. Barang Bukti (Bagian A)Kang Junet dan juga Bi Surti kompak menoleh ke arahku, wajah mereka tampak sangat terkejut dengan bola mata yang membesar dan juga mulut yang sedikit menganga.“B—bu?” Kang Junet berkata dengan terbata-bata.Begitupun dengan Bi Surti yang langsung meremas tangannya dengan penuh kegelisahan, tapi aku bahkan tidak punya banyak waktu untuk menenangkan mereka kalau keterkejutanku bukanlah suatu amarah, melainkan hanya refleks yang diberikan oleh otakku.“B—Bu, sudah la—lama di situ?” tanya Bi Surti dengan gugup.Aku lantas mengangguk dan berjalan menuju meja makan, dan mendudukkan iri di sana dengan pandangan yang masih gamang. Mencoba mencerna apa yang baru saja aku dengar.“Sudah cukup lama, sampai saya bisa mendengar semua percakapan yang kalian lakukan,” kataku sambil memijat pelipisku yang tiba-tiba pening entah karena apa.Bi Surti dan juga Kang Akim lantas mendekat dan berdiri di dekat aku dud
68. Barang Bukti (Bagian B)“Iya, Bu!” kata Kang Junet tanpa keragu-raguan sama sekali.Ya Allah, darahku mendidih rasanya membayangkan, kalau seluruh rumahku ini sudah terjamah dengan perbuatan kotor Om Rama dan juga serta Tante Tari dan Tasya.Mereka benar-benar keterlaluan, tidak punya akhlak dan mereka tidak lebihnya bagai binatang yang tidak mempunyai urat malu.Membayangkan mereka yang bergelut panas di sudut-sudut rumahku, sukses membuat aku menggeram marah."Maaf, Bu. Kami memang salah karena tidak berani untuk mengungkapkan hal ini," kata Bi Surti pelan."Ada hal lain yang Bibi ketahui?" tanyaku dengan pandangan menyelidik."Ti—tidak, Bu. Saya hanya pernah memergoki mereka berduaan di ruang depan, Pak Rama dan juga Non Tasya. Mereka terlihat sangat mesra, dan juga intim sehingga saya bisa menyimpulkan kalau mereka tengah menjalani hubungan terlarang," jelas Bi Surti lagi."Kami salah, Bu. Kami membiarkan mereka berbuat maksiat, tapi saya mohon jangan pecat kami, Bu," kata Kan
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU69. Pengaruh Jahat Arni (Bagian A)“A—apa maksud kamu sih, Yang?” tanya Rama dengan tergagap.“Ya, kamu aneh aja, Mas. Aku itu pengen yang terbaik buat adik dan juga keponakanku, salah ya kalau aku mau Tari nikah?” tanya Mira balik. “Heran aku tuh, kamu kayak lagi nyembunyiin sesuatu, deh,” kata Mira lagi.Wanita yang masih sangat cantik itu menatap lelaki yang bergelar sebagai suaminya itu dengan pandangan menyelidik, mengawasi gerak-gerik lelaki itu dengan ketat.“Ngomong deh, sama aku, memangnya kenapa Tari nggak boleh nikah sama orang lain?” Mira kembali menodong Rama dengan pertanyaan yang tajam.“Bu—bukan gitu loh, Yang. Cuma maksud aku, ya biarin aja dia yang nyari laki-laki buat pendamping hidup dia. Kita nggak usah ikut campur,” kata Rama menjelaskan.Lelaki itu mencoba sangat keras untuk terlihat wajar dan juga baik baik saja, walau di dalam hatinya dia ketakutan setengah mati tapi tidak mungkin dia menunjukkan it
70. Pengaruh Jahat Arni (Bagian B)Arni dan Maura kompak menghela nafas dengan berat dan juga panjang, mereka tidak menyangka kalau perceraian Farhan dengan Aya membuat hidup mereka menderita. “Jadi? Gimana dong, Mas?” tanya Maura panik. “Mana aku hamil lagi, memangnya kamu mau kalau anak kita hidup kekurangan?” tanyanya dengan mimik sedih.Kali ini Farhan yang menghela nafas lelah, dia mengusap wajahnya dengan tangan dan menyugar rambutnya ke belakang. Lelah dan berat sekali rasanya, mungkin ini lah keadaan terberat yang Farhan hadapi selama dia hidup.“Kamu sih, nyuruh aku cerai sama Aya!” sahut Farhan sewot, dia mengungkit kejadian di saat Maura menyuruhnya untuk menceraikan Aya.“Hah? Kok aku sih?” tanya Maura tidak terima. “Kamu lah yang salah, Mas. Kenapa pula buat perjanjian begitu!” lanjutnya lagi semakin sewot.“Kalau kamu mau sabar, seenggaknya aku bisa mengubah isi surat itu atau bahkan menghancurkannya sekalian!”jawab Farhan dengan geram. “Lagian kan dari awal aku bilang,
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU71. Fitnah yang sangat kejam (Bagian A)POV SAYAKAAku memandang lelaki itu dengan pandangan aneh, dia berdiri di samping mobilnya dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Rambutnya disisir rapi ke belakang, dan penampilannya sangat necis dengan jas dan juga sepatu yang tentunya terlihat sangat mahal.Dia tersenyum padaku dan melambaikan tangannya dengan senyum kecil, seperti biasa dia terlihat sangat ceria dan juga penuh dengan energi positif.Hahh ….Aku menghela nafas dengan panjang dan berjalan menyebrangi halaman rumahku, baju gamis yang aku pakai berkibar ditiup angin dan jilbab panjangku juga mengalami hal yang sama.Kenapa akhir-akhir ini terlalu berangin, sih? Apa sudah mau memasuki musim kemarau, ya? Aku berkelana dengan pikiranku sendiri, sampai mataku tertaut dengan mata lelaki itu.Dia menatapku dengan senyum tulus yang terlihat sangat tampan. Eh? Apa? Aku menggelengkan kepalaku, sepertinya ikatan ra
72. Fitnah yang sangat kejam (Bagian B)TINNNNNNNNN!Suara klakson mobil yang berada di belakang kami menggila, hingga menenggelamkan suara Arga. Dia bergegas menginjak pedal gas, dan meninggalkan suara klakson yang mulai bersahut-sahutan itu.Ya Allah, padahal sedikit lagi aku bisa tahu, siapa wanita yang sangat beruntung itu. Jika bukan Arca lalu siapa?Dan kenapa dia selalu menelpon Arca? Apa wanita itu adalah orang yang Arca kenal? Aku hampir mati karena penasaran.“Hei, aku tidak mendengar siapa wanita itu. Kamu mau mengulang namanya?” tanyaku sambil menatap Arga dengan penuh harap. Dia yang tadinya melihat ke depan, langsung menoleh ke arahku dengan pandangan terkejut. “Kamu tadi nggak denger?” tanyanya memastikan.“Iya, jadi bisa kamu ulang?” tanyaku penuh harap.“Sorry, mungkin lain kali,” katanya sambil terkekeh.Entah kenapa dia terlihat sangat lega, dan aku semakin curiga. Aku harus bertanya pada Arca, bagaimana bisa sahabatku itu tidak mau memberitahu aku rahasia sebesar