IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU45. PEMECATAN (BAGIAN A)“Atasan?!” Mama dan Maura memekik bersamaan, dan kemudian mereka langsung saling berpandangan. Mereka terdiam sebentar, sebelum menatap Mas Farhan dengan lekat seolah ingin memastikan ucapan yang baru saja Arga lontarkan.Melihat Mas Farhan yang mengangguk lemah, mereka kompak menutup mulut mereka dengan dramatis sambil menggeleng. Lalu Mama mendekati Arga dan menjabat tangannya dengan hangat dan juga erat, aku mendecih sinis. Mereka terlalu berlebihan jika berurusan dengan sesuatu yang berbau ‘uang’ dan juga ‘jabatan’.“Ya ampun, Pak! Maaf ya, saya tidak mengenali Bapak! Farhan sering cerita kalau atasannya adalah orang yang sangat baik dan juga bijaksana, saya tidak menyangka kalau Bapak semuda ini,” katanya memuji. “Hebat loh!” kata Mama lagi.Aku memutar bola mata dengan bosan, kemudian mengalihkan pandanganku ke arah Arca yang terlihat menyimak adegan drama ini dengan sangat khidmat. Namun set
46. PEMECATAN (BAGIAN B)Mas Farhan hanya bisa diam dan tidak berkutik, tidak menjawab maupun menyanggah, bertindak seperti orang bodoh yang tidak tahu harus melakukan apa dan bagaimana.“Maaf, Pak! Sepertinya itu bukan urusan Bapak. Apakah Bapak tidak menyadari, kalau Bapak terlalu ikut campur pada urusan karyawan Bapak?” tanya Mama dengan ketus.Aku mengira Arga akan marah dan juga emosi karena sudah di dikte sedemikian rupa oleh Mama, tapi dia hanya tersenyum santai dan menatap Mas Farhan dengan tajam.“Apa Pak Farhan tidak memberitahu mereka peraturan perusahaan saya?” tanya Arga pelan.“Peraturan apa, Mas?” tanya Maura ingin tahu.Sama denganku yang juga penasaran akan peraturan itu, karena aku memang sama sekali tidak mengetahui apapun masalah pekerjaan dan perusahaan tempat Mas Farhan bekerja.Aku bahkan tidak tahu kalau Arga adalah atasan Mas Farhan, karena setahuku atasan Mas Farhan adalah Pak Anton. Dan sekarang aku sangat penasaran, peraturan apa yang Arga bicarakan.“Karya
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU47. PERMINTAAN MAS FARHAN (BAGIAN A)"Laporkan saja!" kata Arca tegas. "Biar kapok dia, dan keluarganya itu. Kan, mereka selalu saja membangga-banggakan jabatan Farhan, kalau Farhan dipecat dengan tidak terhormat dar jabatannya sebagai seorang direktur di perusahaan terkenal, apa mereka masih bisa bersikap sombong?" lanjutnya menggebu-gebu.Aku yang hendak membuka mulut, sontak kembali diam dan menutup mulutku dengan rapat. Harus aku akui kalau apa yang Arca ucapkan ada benarnya, tapi … bukankah memelihara dendam itu tidak baik?"Jangan memikirkan hal yang aneh-aneh, Aya. Ini balasan dari Allah untuk mereka!" katanya masih berusaha mempengaruhiku. “Ini sudah garis takdir, kalau kita menanam hal yang buruk maka kita akan memanen sesuatu yang buruk juga!” katanya lagi.Mendengar ucapan Arca, semua orang kini lantas menatapku dengan pandangan ingin tahu, menunggu keputusan yang akan aku berikan pada Mas Farhan. Aku menghela n
48. PERMINTAAN MAS FARHAN (BAGIAN B)"Heh, kan gue bilang 'bisa saja', masih kemungkinan! Lo-lo pada ngapain nyolot, sih?" Arga berujar heran."Btw, kalian kok bisa kenal, sih?" tanya Maura tiba-tiba.Aku yang juga penasaran, sontak memasang telinga baik-baik. Ingin mendengarkan kisah mereka bertiga, kok, bisa kenal sedemikian dekatnya."Kami satu kampus, temen akrab. Makanya pas lulus langsung kerja di perusahaan dia, lumayan ada orang dalem," ujar Mas Putra sambil terbahak.Mas putra ini, walau lebih muda tapi dia pintar. Dia bisa lompat kelas hingga sekelas dengan Mas Bobby, otaknya sangat encer."Wah, hebat!" kata Arca pelan."He'eh, hebat. Mas-masku ini memang hebat!" kataku bangga.Mas Putra langsung berpose keren, dengan mengangkat sebelah alisnya. Aku terbahak karenanya, dan diikuti juga oleh Arca."Eh, kalian makan malam di sini, kan? Bi Surti sudah masak banyak itu," kataku meminta peesetujuan."Oke lah!" Semuanya berujar kompak.Ting!Panggilan masuk ke ponselku, aku langsu
IKRAR UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU49. KUNJUNGAN MAMA DAN TANTE MIRA (BAGIAN A)Aku sedang berbaring di kamar saat ini, menikmati kesendirian yang terasa nyaman. Entah kenapa, sedikit banyak aku mulai mensyukuri perceraianku dengan Mas Farhan.Aku sudah memasukkan gugatan, dan pengacaraku akan mengurus semuanya. InsyaAllah, semuanya akan berjalan lancar karena Mas Farhan pun akan mempermudah semuanya. Dia harus menikahi Maura secepatnya, jadi wajar saja kalau dia juga menginginkan perceraian ini terjadi secepatnya.Sakit? Sudah pasti ada. Tapi sekali lagi aku katakan, entah kenapa aku mensyukuri perceraian ini.Setidaknya aku bisa tenang, dan terlepas dari keluarga toxic seperti keluarga Mas Farhan. Wak Ifah, serta Bi Masyitah juga semakin rajin menelpon untuk sekedar menanyakan keadaanku. Padahal Wak Lukman sempat keceplosan, mereka menelpon karena takut aku akan bunuh diri.Ya Allah, padahal aku sedikitpun tidak memiliki pemikiran seperti itu. Sakit, kecewa,
50. KUNJUNGAN MAMA DAN TANTE MIRA (BAGIAN B)“Lama sekali! Ngapain aja, sih?” tanya Mama dengan ketus.“Lelet banget!” timpal Tante Mira ikut-ikutan.Dia berjalan masuk bersama Maura, tidak lupa sambil menyenggol bahuku dengan sengaja. Aku menghela nafas panjang, dan ikut masuk setelah menutup pintu. Pasti setelahnya hanya akan ada pertengkaran dan adu mulut yang tidak akan ada habisnya.Aku ingin hidup tenang dan juga nyaman, aku tak mau lagi berurusan dengan keluarga mereka. Aku hanya berharap, ini lah yang terakhir kalinya mereka akan ke sini.“Ada apa?” tanyaku langsung setelah bokongku mendarat di sofa empuk milikku.Aku menatap mereka berdua dengan sangat santai dan juga tenang, Mama dan juga Tante Mira terlihat saling berpandangan, seolah tengah melakukan telepati.“Ayolah, atau kita mau tatap-tatapan sampai malam?” tanyaku lagi.“Apa maksud kamu? Kenapa kamu mengancam Farhan?” tanya Mama ketus.“Mengancam apa?” tanyaku tak mengerti.Tante Mira langsung terkekeh ketus, dan dia
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU51. WARISAN AYA? (BAGIAN A)Mama dan Tante Mira kompak membelalakkan matanya, lalu kemudian mereka berpandangan dengan dramatis. Seolah-olah aku baru saja mengatakan kalau besok akan terjadi kiamat dan dunia akan hancur.“Apa maksudmu?” tanya Tante Mira dengan ketus.“Masih belum jelas?” tanyaku balik.“Kamu tahu kan? Bagaimana kerasnya Farhan meniti karir di sana hingga bisa menjadi seorang direktur?” tanya Tante Mira padaku.“Tentu saja aku tahu!” balasku santai. “Aku yang menemaninya merintis karirnya, Tan. Jelas aku tahu, aku yang menemani Mas Farhan dari NOL!” kataku menekankan kata ‘nol’, dan membulatkan jari jemariku hingga menyerupai angka nol.“Kalau kamu tahu, seharusnya kamu tidak memberatkan Farhan. Tutup mulutmu sampai putusan cerai kalian disahkan oleh pengadilan agama!” ujar Tante Mira lagi, yang langsung diangguki oleh Mama dengan sangat semangat.“Untungnya untukku apa, Tan?” tanyaku santai.“Apa maksudmu?”
52. WARISAN AYA? (BAGIAN B)Aku langsung berhenti di tengah tangga dan berbalik menghadap ke arahnya yang ada di bawah sana, dia terlihat sudah bangkit dari duduknya dan menunjukku dengan sangat sadis.Terlihat jelas kemarahan dan juga emosi di wajahnya, namun aku tetap berdiri dan menatapnya dengan sangat tenang dan juga elegan. Walau hati sudah sangat ingin meluapkan emosi, dan mulut ingin meluapkan kata-kata amarah.Aku masih berusaha menahannya, karena jika aku marah maka aku akan kalah. Mereka akan sangat senang, karena berhasil membuat aku emosi.“Keponakan kalian yang tidak layak bersamaku, penghianat memang sangat cocok dengan penggoda, Tan!” kataku mengejek. “Dan sampah, memang tempatnya di tempat sampah!” kataku lagi.Sebelum beranjak ke atas, aku kembali berhenti dan menatap mereka dengan seringai menyebalkan.“Dan untuk masalah yatim piatu, aku memang yatim piatu. Tapi aku bukan orang yang tidak mempunyai apa-apa! Kalian bisa tanyakan pada Maura, warisan apa yang aku terim
Assalamualaikum, hai guys. Terimakasih banyak karena kalian udah baca cerita aku, dan berhubung Sayaka sudah tamat, aku harap kalian mau membaca cerita aku yang lain.1. PILIH KASIH (Membungkam mertua dan ipar secara elegan)Ana harus berjuang untuk menegakkan keadilan bagi suaminya, dilengkapi dengan mertua yang pilih kasih, dan ipar yang julid. 2. Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua LemasPerjuangan Ellena di tengah keluarga toxic suaminya.3. KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU (BARU)Keysa yang seorang dosen, harus menelan pil pahit, saat seorang pebisnis muda yang bernama Risa Andromeda mengaku sebagai selingkuhan suaminya yang seorang Abdi negara dan juga keturunan keraton.Terimakasih semuanya, semoga Allah semakin melimpahkan rezeki dan juga kesehatan untuk kita semua...Bye.. ❤️❤️Aksara Ocean.. ❤️🥰
152. ENDING (Dendam dan Permulaan!) (Bagian C)Wak Lukman dan Paklek Jamal langsung berpandangan, dengan kening yang mengernyit Paklek Jamal beralih menatap Arga. Ayah dari Mas Putra serta Mas Bobby itu kemudian mengangguk kecil."Apakah Nak Arga tahu kalau Aya adalah seorang janda?" tanyanya dengan lembut.Arga langsung mengangguk, "saya tahu, Paklek!" sahutnya dengan mantap."Apakah Nak Arga juga tahu kalau Aya sedang mengandung?" tanya Paklek Jamal lagi.Arga kembali mengangguk, "saya tahu, Paklek!" Lenganku disenggol oleh Arca dan dia tersenyum kecil, "teruslah bahagia setelah ini, Ya!" bisiknya padaku. Aku langsung mengangguk dengan mantap."Baiklah, yang paling penting adalah hal itu. Nak Arga tahu kalau Aya adalah seorang janda dan dia juga tengah mengandung. Jadi tidak akan ada penyesalan di lain hari, karena Nak Arga dari awal sudah tahu kalau akan menikahi janda yang mempunyai anak!" Paklek Jamal tersenyum kecil."Sayaka adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga ini, k
151. ENDING (Dendam dan Permulaan!) (Bagian B)"Bagaimana? Kalian bebas memilih!" tanya Mira sekali lagi. "Tapi ingat! Aku hanya sekali memberikan penawaran, kau harus bangkit, Han! Buktikan pada Sayaka dan juga orang-orang yang sudah merendahkanmu kalau kau juga bisa kembali berada di puncak!" katanya santai.Mata Farhan membola, dia tiba-tiba saja bersemangat. Memikirkan kalau Sayaka, Arga, dan yang lainnya saat ini tengah mengolok-oloknya, membuat Farhan diselimuti amarah.Jika saja Sayaka tidak mengusirnya tadi maka kejadian ini tidak akan terjadi. Mantan istrinya itu benar-benar wanita jahat!"Dan bukankah kalian bilang, Maura berselingkuh? Tidak adakah keinginanmu untuk balas dendam?" tanya Mira lagi. "Laki-laki itu harus dihancurkan, bukankah dia mengambil istrimu?" Lanjutnya sambil mengulum senyum.Gejolak di mata Farhan semakin menggebu, dia menatap Arni dengan pandangan mantap."Aku akan ke Singapura, dan kembali saat sudah berada di puncak!" katanya dengan tegas. "Mama teta
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU150. ENDING (Dendam dan Permulaan!) (Bagian A)~Aksara Ocean~"Bantu kami, Dek! Kakak mohon!" Arni memohon pada Mira, sedangkan wanita yang berstatus sebagai adik tengahnya itu hanya menatap tapi belum mau menanggapi. Dia hanya diam dan mengamati."Tante, aku mohon bantu kami. Hanya Tante lah yang kami punya sekarang ini!" Farhan ikut memohon.Potongan kejadian yang terjadi beberapa saat lalu kembali masuk ke dalam memorinya, dan dia kembali bergidik ngeri membayangkan Maura yang terkapar bersimbah darah, teriakan orang-orang yang ketakutan, dan Tasya yang ditangkap polisi.Farhan dan Arni tidak pernah membayangkan kalau Tasya akan digiring ke kantor polisi segera, mereka kira semuanya akan baik-baik saja dan bisa kabur entah ke mana. Tapi terlambat, karena ternyata di cafe itu ada beberapa polisi yang tengah meminum kopi. Dan mereka segera mengamankan Tasya dan di giting langsung ke kantor, semua orang di sana menjadi sa
149. KECELAKAAN DAN LAMARAN (Bagian C)Aku hanya tersenyum dengan manis dan menanggapi ucapan mereka dengan santai. Kekehan kecil aku berikan saat Mama Arga memelukku dari samping dan bersandar di bahuku.“Mama nggak pernah punya anak perempuan, Arga itu nggak ada manis-manisnya, Ya. Mama harap anak kamu nanti perempuan, ya,” katanya dengan lembut sambil mengusap perutku dengan sayang. “Mama pengen cucu perempuan!” katanya lagi.Ya Allah, aku cukup terharu mendengarnya, beliau menyayangiku dan akan menyayangi anakku juga. Apakah saat ini aku boleh berteriak kesenangan? Memiliki keluarga yang baik dan menyayangiku seperti saat ini adalah impianku dari dulu.“Iya, Papa juga pengen cucu perempuan. Baru anak kedua kalian nanti laki-laki,” kata tuan Widjaja sambil tersenyum singkat. “Tapi sebenarnya apapun yang Allah kasih, kami tetap akan bahagia. Di rumah ini akan ada tawa anak kecil lagi,” katanya dengan lembut.Ya Allah, mereka benar-benar menghargaiku, dan aku sangat bahagia. Demi All
148. KECELAKAAN DAN LAMARAN (Bagian B)“Loh, kok nyolot sih, Mbak? Ini fakta, kami ngeliat langsung kalau Mbak selingkuh!” sahut Tasya dengan santai, adikku itu benar-benar hebat. “Kedok aja mengusir kami, ternyata mau nutupin perselingkuhan kalian, ya? Wah! Wah! Aku nggak nyangka!” ujarnya lagi.“Eh, apa maksud kamu? Jangan fitnah, ya!” seru Maura tidak terima.Aku langsung bergegas mencekal lengannya dan melihat dia dari atas ke bawah, Maura benar-benar sudah berubah. Dia bahkan tidak terlihat takut sedikitpun saat ini, dan malah santai. Padahal dia saat ini tengah ketahuan berselingkuh!“Kamu benar-benar keterlaluan, Ra! Kamu mengkhianati pernikahan kita padahal kita baru saja menikah!” ujarku menahan geram. “Dasar wanita murahan!” kataku dengan ketus.“Hei, Bung! Bukankah itu terlalu kasar?” Lelaki bernama Anton itu ikut campur, dia langsung berdiri di sebelah Maura dan menatapku dengan tajam.“Nggak usah ikut campur kamu, dasar pasangan pezina!” cecarku padanya. “MAS!” Maura mem
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU147. KECELAKAAN DAN LAMARAN (Bagian A)~Aksara Ocean~"Dia siapa?" tanya aku dengan cepat.Gigiku mengatup dengan rapat menahan amarah yang siap memuncak, melihat istriku sendiri Tengah berada di pelukan lelaki lain membuat aku benar-benar muntab.Dan yang lebih parahnya Maura terlihat menikmati pelukan itu setelahnya mereka melakukan cipika-cipiki dengan sangat akrab. Aku sangat membenci bagaimana laki-laki itu terlihat menatap Maura dengan tatapan kekaguman."Dia adalah Mas Anton, Mas!" jawab Tasya dengan nada histeris."Anton? Anton siapa?" tanyaku cepat."Temennya Mbak Maura, kami ketemu sama dia waktu aku dan Mbak Maura pulang tengah malam waktu itu." sahut Tasya pelan. "Dan kemarin Mbak Maura juga keceplosan kalau Mas Anton itu adalah orang yang mengejar cintanya dari dulu!" Lanjutnya lagi.Aku lantas mencengkram bahu Tasya dengan kedua tanganku hingga dia meringis kesakitan, namun aku tidak peduli kepanikan yang aku
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKUBAB 68MAMA ARGA~Aksara Ocean~“Lama amat, sih?” ujar Mas Putra sambil cemberut.Aku hanya tertawa dan mengedipkan mataku padanya, dan dia langsung mencebikkan bibirnya dengan sinis. Hanya lima belas menit, dan dia sudah mengatakan lama. Hmm, laki-laki memang tidak punya stok sabar yang melimpah.Aku melirik sekilas pada makanan yang sudah terhidang di meja, dan Alhamdulillah, masih aman. Makanan milikku tidak berkurang satu potong pun, ternyata Mas Putra menepati janjinya untuk tidak menyentuh makanan yang aku pesan.Makanya aku memberikan senyuman manis untuknya dan mengacungkan kedua jempolku, mengapresiasi dirinya yang sudah bisa menjaga tangan dan mulutnya agar tidak mencomot makananku.“Maaf ya, Mas. Di toilet tadi ngantri,” kataku memberikan penjelasan. “Ngantri, ngantri, ngantri apa? Emangnya di toilet jualan minyak goreng?” tanyanya sewot.Aku langsung tergelak, akan sangat lucu jika ada penjualan minyak goreng d
146. SIAPA LAKI-LAKI ITU? (Bagian C)"Keliatan, kok. Ngapain dia ke sini? Jauh amat dari rumahnya," ujar Mama setelahnya, dia duduk kembali dan menyesap es cendolnya melalui sedotan. "Udah ngusir kita, dia malah enak-enak kongkow di cafe," ujar Mama dengan ketus."Nah, bener ini! Kadang-kadang aku sampai jeran loh, Mas. Nasib Mas buruk banget, dapat istri dua-duanya nggak genah!" sahut Tasya menyetujui Mama. "Yang ketiga ini, cari yang baik dan nggak pelit sama keluarga, Mas." Tasya memberi wejangan lagi."Mbak Aya nggak pelit!" kataku membela diri."Tapi dia pembangkang! Masak suami mau nikah lagi, dia nggak ngizinin!" balasnya masuk akal. "Cari yang penurut dan juga baik!" katanya dengan penuh penekanan."Cerewet amat kamu, Sya! Lagian siapa yang mau cari istri lagi, sih? Mas sama Mbak Maura masih sah, sebagai suami istri!" kataku sambil menggeleng pelan."Udah diusir gini, Mas masih mau sama dia?" tanya Tasya dengan nada mengejek. "Masak nggak punya harga diri, Mas!" Lanjutnya peda