Home / Pernikahan / IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU / Bab 44. Menjadi Calon Pelakor

Share

Bab 44. Menjadi Calon Pelakor

Author: Ananda Zhia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Astaga, kenapa istrimu bisa kemari, Pak? Bapak menjebak saya? Bapak mau saya digerebek dan dilaporkan ke polisi? Tega bener Bapak!" seru Tita dengan mata berkaca-kaca.

"Aku belum gila, Tita! Aku tidak memanggilnya kesini. Entah kenapa mendadak istriku kemari."

Pak Suryo pun terlihat panik. Sedangkan Tita segera membetulkan bajunya yang masih amburadul. Ketukan di pintu berubah menjadi gedoran.

"Mas! Kamu ngapain sih di dalam? Ada siapa? Kamu mencurigakan sekali! Buka pintunya, Mas!"

Suryo memandang Tita yang juga memucat. Bayangan Tita tentang dia yang diseret dan dijambak tergambar jelas dalam kepalanya.

"Pak, saya harus bagaimana?"

Suryo berpikir cepat. "Kamu harus keluar lewat jendela. Sekarang!"

Suryo membuka jendela di ruangannya. Jendela kaca besar dengan bingkai kayu. Jendela itu tanpa teralis.

Tita mendelik. "Apa Bapak tega menyuruh saya untuk melalui jendela ini? Kenapa saya jadi seperti kucing?" protes Tita.

"Woy, Mas Suryo! Kalau kamu tidak mau membukakan pintu, akan k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sartika Gultom
lanjut Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    Bab 45. Akal Bulus Tita

    "Bagas, persiapkan dirimu untuk bertemu dengan pelakor cantik seperti aku!"Tita masuk ke dalam restoran Bagas lalu mengamati ruangan. Restoran Bagas cukup besar, namun didekorasi sederhana, sehingga warga menengah ke bawah bisa makan tanpa rasa malu dan warga menengah ke atas bisa datang tanpa rasa risih. "Permisi, silakan ini daftar menunya," sapa seorang pramusaji dengan ramah seraya menyodorkan kertas menu. Tita tersenyum sekilas dan mulai membaca satu per satu menu yang ada. "Mbak, apa pemilik restoran ini bernama Pak Bagas?" pancing Tita. "Iya Mbak, ada apa?""Oh, enggak apa-apa. Sepertinya saya kenal."Tita terus menatap lembar menu tersebut dan menuliskan menu yang diinginkannya. Lelah bercinta, membuatnya ingin melahap banyak makanan."Baiklah, ini menu yang saya pesan." Tita menyerahkan kertas menu yang telah bertuliskan pesanannya pada pramusaji. Pramusaji itu tersenyum dan pamit meninggalkan Tita. Perempuan itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang sedang di

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    Bab 46. Senjata Makan Tuan

    Tita menoleh dan tangannya mulai basah serta gemetaran mendengar kata-kata Bagas. "Kenapa kamu diam saja, Bu? Kalau hal ini adalah fitnah, saya tidak akan tinggal diam lo. Restoran saya ini merupakan peninggalan almarhum Ayah saya. Jadi saya tidak akan membiarkan ada orang yang merusak nama baik restoran ini!" tukas Bagas tegas. 'Baiklah. Kita coba cara ini. Siapa tahu bisa mendapat nomor telepon Bagas,' bisik hati Tita. "Saya memilih untuk melihat CCTV saja," sahut Tita tegas. "Baiklah. Saya minta satu orang karyawan saya dan satu orang pengunjung lain secara sukarela ikut ke ruangan saya sebagai saksi. Bagaimana? Siapa yang mau?"Beberapa pengunjung yang benar-benar penasaran akhirnya mengangkat tangannya dan menawarkan diri untuk menjadi saksi cctv. Akhirnya Bagas mempersilahkan Tita untuk memilih saksi diantara para pengunjung restoran. Akhirnya lima orang menuju ke ruangan Bagas dan mulai menyaksikan cctv yang menayangkan bagian ruang makan untuk para pengunjung.Dan sepert

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    Bab 47. Noda Lipstik di Baju Bagas

    "Astaga!" sahut Eva dan Slamet berbarengan. "Kamu kok mau digrepe-grepe sama pak Suryo? Nanti dilabrak istrinya loh! Istrinya galak, Tit!""Iya nih mbak Tita, kenapa sih kok mau-maunya sama pak Suryo. Udah bau tanah tuh!" timpal Slamet. Tita mendelik dan berkacak pinggang mendengar perkataan kedua saudaranya. "Kalian ya? Tidak pernah mendukungku?! Apa kalian tahu susahnya merayu pak Suryo agar menghapus bunga 30%?"Slamet dan Eva berpandangan. Wajah mereka mendadak bersinar. "Jadi Mbak bisa menghapus bunganya?"Tita dengan bangga membusungkan dan menepuk dadanya. "Tentu saja! Bukan Tita namanya kalau gagal membuat si tua Suryo bertekuk lutut!" tukas Tita dengan hidung kembang kempis. "Wah, kalau gitu aku salut banget, Dek! Lanjutkan deh. Trus kalau kamu jadi sugar baby-nya pak Suryo berarti kamu dibayar dong?!" tanya Eva dengan rasa iri. "Iyalah. Mana mau aku ditiduri gratis sama dia! Nggak lah, eman-eman bodi seksi aku."Eva manggut-manggut. "Kamu berarti enggak usah ke pasar l

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    Bab 48. Rencana Yana

    "Ini kan baju mas Bagas, Mbok? Bagaimana mungkin ada bekas lipstik di sini?" tanya Yana heran. Dia merasa bahwa itu bukan lipstik nya. Karena dia tidak pernah membeli lipstik warna merah marun. "Iya itu milik Pak Bagas. Saya sebenarnya sudah menemukan tanda lipstik itu beberapa hari yang lalu," tukas Mbok Nem lirih. "Tapi saya tidak merasa membeli lipstik warna merah tuh, Mbok. Ini lipstik milik siapa ya?" tanya Yana lirih. "Nah, itu dia masalahnya Bu. Beberapa hari yang lalu saat saya lihat bekas-bekas lipstik ini di tempat cuci baju, awalnya saya kira itu bekas lipstik Ibu. Karena kan saya tahu Ibu dan Pak Bagas sangat mesra. Tapi lama-kelamaan saya menemukan hal yang aneh.""Hal yang aneh seperti apa Mbok? Apa mbok pernah tahu mas Bagas selingkuh?" tanya Yana dengan hati berdebar. Dia sungguh tidak siap kalau menerima kenyataan bahwa Bagas telah bermain api di belakangnya. "Saya seperti nya menemukan siapa yang melakukan hal ini."Yana mengerutkan keningnya. "Siapa, Mbok?" ta

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    49. Ke Swalayan Bersama

    Yana lalu mengganti bajunya dan sengaja memakai make up tipis dan fresh. Setelah berulangkali mematut diri di depan cermin, akhirnya Yana keluar dari dalam kamarnya. Mata Bagas membelalak saat tahu Yana begitu cantik dan membuat pangling. "Sayang, kamu tahu bedanya kamu dengan ayam goreng nggak?" tanya Bagas seraya menatap istrinya tanpa berkedip. Yana menyinggung kan senyum pada sang suami. "Nggak tahu. Emang apa bedanya aku dan ayam goreng, Mas?" tanya Yana dengan manja. Dia merengkuh dan menggelendot manja di lengan sang suami, membuat Mama Bagas berdehem. "Cie, yang lagi jatuh cinta. Dunia milik berdua ya? Yang lain pasti ngontrak!" seru Mama Bagas. Tapi tak urung juga Mama Bagas merasa bahagia karena anaknya bisa tersenyum kembali setelah kehilangan mantan istrinya pasca melahirkan anak kembarnya. "Wah, ada Mama juga. Ada Ani dan mbok Nem. Bikin aku malu saja."Bagas menggaruk-garuk lehernya yang tidak gatal. "Jadi apa tadi bedanya ayam goreng dengan Yana, Bagas?" tanya Ma

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    Bab 50. Memasang cctv

    Yana memasuki toko cctv dengan perasaan takjub. Berbagai jenis dan ukuran cctv telah tersedia di dalam toko tersebut. "Selamat pagi, Bu. Ada yang bisa dibantu?" tanya salah seorang pramuniaga toko ramah. Yana tersenyum dan melihat ke seluruh penjuru toko. "Saya mencari cctv simpel yang bisa terhubung dengan ponsel secara langsung ada nggak? Sekalian cctv berbentuk mungil atau barang yang tidak akan mencurigakan jika diberikan pada orang lain.""Wah, ada banyak Bu. Mari ikut saya. Ada cctv bentuk pena, lampu, bentuk kancing, bentuk mata boneka untuk gantungan kunci, cctv biasa. Terserah Ibu ingin memilih yang mana?" Yana mengikuti langkah pramuniaga itu dan memasuki toko lebih jauh lagi. Setelah puas bertanya, akhirnya Yana memilih tiga cctv berbentuk lampu dan dua cctv berbentuk mata yang terpasang pada boneka ikan kecil yang lucu. Setelah membayar, Yana pun segera pulang dan memasang semua cctvnya. Satu lampu dipasang di ruang cuci. Satu lampu di teras, dan satu lampu di kamar

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    51. Bertindak

    Yana menghela nafas panjang dan menahan diri untuk segera melabrak Ani. Bagaimana pun Ani sudah berjasa untuk merawat anak-anaknya. Yana melirik jam yang menempel di tembok kamar. "Masih jam tiga. Jadi hal itu yang sering dilakukan Ani saat semua orang sedang terlelap tidur?" bisik hati Yana tidak percaya. Dia terus memandang ke arah ponselnya. Tampak Ani kembali menciumi dan memeluk baju kotor Bagas dengan segenap perasaan. Hati Yana seperti teremas lagi. "Ya Allah, apa Ani kujadikan madu saja ya? Bukankah mas Bagas tidak bisa memiliki anak dengan ku?" bisik hati Yana bingung. "Tapi Ani juga masih punya suami di kampung. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku tidak bisa marah dengan kelakuan Ani? Apa karena aku merasa aku tidak sempurna dan tidak bisa memberikan mas Bagas anak sehingga aku cuma bisa pasrah saja?"Berbagai pikiran berkecamuk di dalam pikiran Yana. Tapi Ani juga tidak pernah terang-terangan menggoda Bagas. Dia hanya mencium dan memeluk baju Bagas. Yana termangu

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    52. Memecat Calon Pelakor

    "Pagi semua, ayo sarapan bersama. Wah, sudah wangi semua cucu Nenek. Ayo sini. Semua absen sun Nenek ya."Mama Bagas menciumi satu persatu cucunya yang sedang bermain di lantai di ruang makan. Yana dan Ani yang sedang menunggui ketiga anak kecil tersebut tersenyum saat melihat ketiga anak kecil yang kegelian karena perut mereka menjadi sasaran cium oleh nenek mereka. "Ma, sudah mandi?" tanya Bagas yang baru datang lalu meraih punggung tangan mamanya. "Udah dong. Kamu ada-ada aja sih nanyanya. Masa cantik dan wangi gini belum mandi?"Bagas tertawa. "Kalau begitu, ayo kita sarapan bersama.""Yuk."Yana melihat ke arah Mama dan Bagas bergantian. "Tunggu. Ada hal serius yang ingin Yana bicarakan," tukas Yana sambil berdiri. Mama Bagas mengerut kan keningnya. "Ada apa? Sepertinya serius sekali?" tanya Mama Bagas."Iya Ma. Ini hal serius. Karena ada perempuan lain yang mencintai Mas Bagas," sahut Yana. Wajah Ani memucat. Tapi dia berusaha untuk bersikap sewajarnya.Mbok Nem dan Yu Na

Latest chapter

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    71. Ending

    Tita berdiri sambil menyeringai di depan restoran milik Bagas. Kondisi restoran Bagas yang menurun dari bulan ke bulan menyebabkan dia harus memberhentikan beberapa karyawan termasuk satpam yang biasanya berjaga di pintu keluar.Tita segera menyalakan korek api dan melemparkannya ke arah restoran milik Bagas. Api menjalar dengan cepat membakar bagian depan restoran Bagas. Tita dengan rasa puas pun masuk lagi ke dalam mobilnya. "Mampus kamu, Yana. Aku baru bisa mati dengan tenang kalau kalian bangkrut. Aku tidak peduli lagi jika aku harus ditangkap polisi setelah ini. Yang penting aku bisa melihatmu apes," tukas Tita sambil melaju ke arah rumah sakit. ***Bagas terjaga dari tidur saat mendengar dering ponselnya berbunyi nyaring. Tanpa melihat nama penelepon, Bagas mendekatkan benda itu ke telinga."Halo.""Halo, Pak. Restoran Bapak kebakaran!"Mata Bagas langsung terbelalak. "Hah, tidak mungkin! Kamu siapa, jangan mengajak bercanda saya!""Demi Tuhan, Pak. Saya Doni, pemilik fotoko

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    70. Positif HIV

    Tiiin!"Aaarghhh!"Slamet menjerit saat motor itu menabraknya. Lelaki itu terjatuh dan mengerang kesakitan. Sementara itu, pengendara motor yang menabraknya juga terjatuh. "Aaargh, tolong!"Slamet berteriak kesakitan sementara pengendara motor yang ikut terjatuh, sudah tidak sadarkan diri. Darah bercucuran dari kepala pengendara motor tersebut. Beberapa orang yang mendengar suara tabrakan motor dan suara erangan Slamet mengerumuninya. "Astaga, Slamet! Tulang kamu sampai terlihat!" jerit Tita kaget seraya menuding siku Slamet. "Aduh Mbak, sakit banget! Rasanya kayak mau mati! Bawa aku ke rumah sakit atau panggil ambulance mbak!!!" seru Slamet di tengah erangan kesakitan nya. "O-oke. Baiklah. Kamu tenang dulu. Aku akan segera menelepon ambulance."Slamet dan kedua kakak nya terkejut saat mendengar dokter mengatakan vonis yang begitu meruntuhkan hatinya. "Bapak mengalami patah tulang luar. Jadi harus operasi hari ini. Masalah utamanya adalah Bapak mengalami positif HIV."Slamet me

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    69. Rencana Slamet

    "Wah, mbak Eva berubah banyak ya sejak aku pergi!" seru Slamet sambil menenteng mobilnya. "Iya dong. Aku udah perawatan salon dan ke klub fitness. Bodiku sudah mulai oke. Aku tinggal cari mangsa," tukas Eva yakin. Tita dengan santainya memakan apel di depannya. "Aku juga semakin intens dengan pak Suryo. Tidak ada lagi keinginan ku untuk merayu Bagas lagi. Aku sudah menemukan sumber uang dan aku tidak ingin kehilangan nya.""Wah, bagus deh kalau begitu. Gimana kalau Mbak Eva juga dikenalkan pada teman-teman pak Suryo? Kali aja ada yang berminat?" usul Slamet."Nantilah. Baru dua minggu juga perawatan nya. Belum maksimal nih.""Ngomong-ngomong kamu apa kabar? Gila bener kamu udah nggak pulang dua minggu."Slamet hanya nyengir saja. Lalu menunjukkan layar ponsel nya. Kedua kakaknya mendelik. "Seratus juta? Gila, Met. Kita bisa bikin kafe mungil lalu dengan perlahan-lahan kita perluas kafenya," tukas Tita dengan mata berbinar. "Yah, itu dia. Awalnya arisan brondong nya hanya seminggu

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    68. Arisan Brondong

    Slamet baru saja menuntaskan hasratnya pada Sasa, saat mendadak ponsel Sasa berbunyi nyaring. Dengan setengah hati, Sasa meraih ponselnya. Sesaat setelah bercakap-cakap, Sasa mengakhiri panggilan dan memeluk erat tubuh Slamet. "Ada apa nih? Kamu kok kelihatan nya seneng banget, Yang?" tanya Slamet penasaran. Dibelainya rambut Sasa dan diciumnya kening Sasa dengan lembut. "Aku berhasil, Yang. Bisnisku deal!" tukas Salsa bangga dan bahagia."Hm, syukurlah kalau begitu. Kamu itu sebenarnya kerja apa sih?" tanya Slamet akhirnya. Sasa menatap wajah Slamet dengan serius. "Bisnis ku banyak. Apa benar kamu ingin tahu? Tapi ada syaratnya."Slamet mengerutkan keningnya. "Pakai syarat segala. Emang bisnis apa sih?" tanya Slamet. Rasa penasaran kini berbalut rasa curiga.'Jangan-jangan Sasa bisnis organ manusia atau narkoba? Dia kan kayak enggak kekurangan uang?' tanya Slamet dalam hati. Sasa menyeringai. "Jadi kuberitahu pekerjaan ku, tapi jika kamu menjauh, aku akan membunuhmu. Kalau ka

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    67. Pekerjaan Haram

    "Oke. Deal!"Tanpa berpikir panjang, Slamet mengiyakan ajakan Sasa. Sasa tersenyum penuh kemenangan. "Baiklah. Tapi aku juga ingin meminta tolong padamu."Slamet mengernyitkan dahinya. "Menolong apa? Aku nggak punya uang untuk menolong mu, Sa."Sasa tertawa. "Bukan uang yang kupinta. Tapi kesediaan kamu untuk keperkenalkan pada teman-teman ku.""Hm, oke. Tidak masalah kalau kamu butuh pencitraan, Sa. Aku bersedia diperkenalkan pada teman-teman kamu."Sasa pun mengangguk dan menggenggam telapak tangan Slamet. Ada senyum aneh terukir di bibir Sasa. "Apa kita harus melakukannya sekarang?" tanya Slamet saat mereka sudah berada di kamar hotel. Sasa mendekat ke arah Slamet tanpa ragu. Bahkan perempuan itu mulai membuka kaos hitam yang dikenakan Slamet. "Apa kamu tidak ingin melakukan nya? Saya sudah mengamati kamu di tempat fitnes beberapa minggu. Dan sekarang baru berani mengajakmu check in," tukas Sasa sambil berbisik di telinga Slamet.Slamet menelan ludah. Hatinya penuh keraguan, ta

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    66. Tawaran Menggiurkan

    "Ada apa, Dek?" tanya Ani panik. Takut terjadi sesuatu pada adik-adik di panti asuhan nya. Adik-adik dari panti asuhannya terengah-engah di hadapan Ani. "Ada apa, Dek? Apa ada yang terluka?" tanya Ani sekali lagi. Adik-adik pantinya menggeleng. "Justru tidak Mbak, kami membawa berita bagus. Tapi kami takut Mbak ini tidak dapat melakukan nya."Ani mengerutkan keningnya. "Ada apa sih?""Tujuh puluh lima bungkus keripik debog pisang abis, Mbak!"Mata Ani berbinar mendengarnya. "Wah benarkah? Alhamdulillah dong!""Bahkan ada yang pesan lagi. Ini sudah ada yang pesan sekitar 200 bungkus. Dan minta selesai dalam waktu dua hari."Ani mendelik tapi senyumnya terkembang. Bahagia walau kaget."Wah, kalau begitu kalian harus membantu Mbak dong!""Tentu saja, Mbak. Apapun akan kami lakukan demi kemajuan panti asuhan kita. Apalagi kalau nanti kita punya toko sendiri. Kita bisa memperkerjakan anak-anak yang sudah lulus SMA. Seperti aku, misalnya," sahut salah seorang adik panti asuhan Ani. Ani

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    65. Ide Baru

    Yana terdiam sambil meraih keripik pare lalu mencicipi nya. "Baik, ada dua hal yang harus saya sampaikan. Kabar bagus dan kabar buruk."Ani mendelik dan menatap wajah Yana dengan tegang. "Itu keripik homemade. Jadi tanpa bahan pengawet, Bu. Aman insyallah."Yana mengangguk. "Iya saya tahu. Makanya saya ingin menyampaikan kabar baik dan kabar buruk. Mana yang ingin kamu dengar dulu?""Kabar buruk dulu saja, Bu."Yana menghela nafas. "Secara pengemasan masih kurang rapi dan karena bahan alami, maka kamu perlu alat peniris minyak atau spinner agar keripik kamu tidak tengik alias bisa awet dalam waktu lama."Ani mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lalu kabar baiknya apa, Bu?""Rasanya enak, renyah, bumbunya pas. Saya suka dan saya setuju kalau mengadakan konsinyasi dengan kamu."Mata Ani berbinar. "Benarkah? Benar. Tapi dengan syarat kamu benahi kemasannya dan belilah spinner dulu untuk meniriskan minyak. Kalau kamu perlu modal, bilang saja. Bayar setiap bulan tanpa bunga."Ani menggeleng

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    64. Ide Ani

    Slamet tercengang dan memandangi Ani yang merentangkan kedua tangannya menghadang lelaki itu. "Menyingkirlah kamu! Kamu itu tidak penting bagi saya! Kamu tidak usah kepo dengan urusan pribadi rumah tangga saya!""Tidak! Saya tidak akan pernah mengijinkan Bapak untuk membuat Bu Yana sedih lagi!"Ani merengsek maju dan merebut Fajar dari tangan Slamet. Tubuh Ani yang tinggi besar dan gempal membuat posisinya dan Slamet seri.Sementara itu Yana bergegas berteriak di depan gerbang rumah nya menarik perhatian seluruh tetangga."Tolong! Tolong saya! Fajar hendak dibawa bapaknya!" seru Yana. Beberapa tetangga menghambur masuk ke dalam rumah. Beberapa orang pria langsung memegangi tangan Slamet. Slamet mendelik saat melihat anaknya yang tengah menangis berhasil berpindah tangan pada Ani. "Sial*n kalian semua! Ini urusan pribadi rumah tangga kami. Apa salah kalau saya ingin membawa anak saya pulang ke rumah saya?" tanya Slamet sambil memandang semua orang yang berkumpul di halaman depan r

  • IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU    63. Sidang Pertama

    Ani menatap ke arah pengacaranya dengan ragu. Pengacaranya berdiri dan menganggukkan kepalanya lalu berjalan terlebih dahulu ke dalam ruang sidang.Pengacaranya dengan langkah pasti menuju ke salah satu tempat duduk lalu Ani mengikuti. Tangan Ani berkeringat dingin dan memandang empat orang hakim dengan satu panitera di dalam ruangan sidang. Pengadilan itu menatap Ani. "Sudahlah, Bu. Jangan cerai saja. Kembali saja pada suami dan kasihan anak," tukas salah seorang dari hakim yang duduk di tengah. Ani menatap ke arah hakim dengan wajah serius lalu menjawab seperti yang diajarkan oleh pengacara Yana. "Maaf, Pak Hakim. Saya tidak kuat dengan temperamennya yang kasar dan tidak memberikan nafkah selama beberapa tahun pernikahan kami. Bahkan dia sering menyiksa saya dan anak saya. Saya sungguh tidak kuat hidup dengan suami seperti itu," tukas Ani dengan mantap. Hakim melihat berkas lembar yang telah ada di mejanya dengan teliti. Lalu memandang ke arah pengacara yang duduk di sebelah An

DMCA.com Protection Status