Share

Bab 50

Penulis: Mutiara Sukma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-21 07:03:20

"Kamu sudah bangun?" Tanyanya lembut.

Aku tersenyum. Selama dirawat hanya dia yang menungguku. Bahkan, perawat di sini mengira dia adalah suamiku.

"Penja hat penja hat itu sudah ditangkap polisi. Jika kamu sudah kuat kita akan ke sana untuk memberi kesaksian."

"Insya Allah aku sudah kuat. Tapi, aku ingin menghubungi Ibu dan temanku. Aku tidak memiliki ponsel. Entah di mana jatuhnya Aku tidak tahu."

"Saat ini kamu masih lemah Dinara. Lukamu cukup dalam, bersabarlah dulu. Oh ya, kamu boleh memakai ponselku." Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih itu lalu menyerahkan padaku. Aku menerima tentu saja dengan senang hati.

Aku memilih menghubungi cheryl saja. Entah kenapa aku merasa agak berat menelpon Ibu. Cheryl sangat histeris saat mengetahui jika aku yang menghubunginya. Katanya dia dan Mas Joshua sudah mencari kemana-mana. Polisi juga orang-orang suruhan Mas Joshua telah bekerja maksimal. Hingga mobilku ditemukan di Banten. Ternyata benar mbak Ulya telah menjualnya.

Kini merek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 51

    "Ga usah khawatir. Apapun nanti yang terjadi. Aku akan tetap memilih kamu, Ra." Mata itu menatapku tulus."Apa kamu yakin? Sebaiknya, Mas pulang saja. Biar aku yang masuk.""Apa kamu melarangku bertamu?" Dia mengerlingkan mata. Masih sempat-sempatnya dia santai seperti itu."Bukan begitu, aku hanya takut orang tuamu marah jika aku dekat denganmu.""Mereka belum tau tentang hubungan kita. Aku akan sekalian memberitahukan hari ini." Mas Joshua pun akhirnya turun dari mobil begitu juga denganku. Dia berjalan mendahului. Entah kenapa ada rasa cemas di dalam hati. Saat kami mengucapkan salam, semua mata menatap. Pak Edward dan Bu Harsanti langsung berdiri. Sorot matanya dingin."Pa, Ma ... Papa dan Mama ada apa kesini?" Mas Joshua mendekat. Aku pun mengikuti. Aku menyalami Pak Edward. Namun, saat hendak meraih tangan Bu Harsanti dia berpaling buang muka."Bu, saya sudah jelaskan pada Anda. Tolong anda beri pengertian pada Putri Anda, bahwa apapun yang terjadi dia tak layak dekat dengan p

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-23
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 52

    Aku mengeryitkan kening. Apa soal belanja barang barang? Bukankah aku sudah mengajarinya semuanya. Dan mempercayakan semua pengeluaran dan pemasukan kepada Aulia. Laporannya pun terlihat jujur."Memang ada apa Aulia?"balasku cepat."Nanti saja di toko Mbak.""Baiklah, nanti pulang dari kantor aku segera kesana."Setelah rapi aku meraih tas dan keluar kamar. Rumah sepi, aku memanggil Ibu berkali-kali. Namun tidak ada jawaban. Hingga Aku berangkat ke kantor pun Ibu tidak menampakkan batang hidungnya. Mungkin Ibu sedang ke warung atau ke pasar berbelanja. Walau itu di luar kebiasaannya.Saat aku sampai di kantor semua mata menatapku. Sungguh tidak seperti biasanya."Mbak Dinara, disuruh keruang Pak Edward." Ucap Pak Adi, orang kepercayaan Papa Mas Joshua itu."Baik, Pak. Saya mau menaruh tas dulu." Jawabku. Sedikit aneh memang karena kemarin Pak Edward dibawa ke rumah sakit pakai ambulans. Tapi, aku tak bertanya apa-apa lagi pada Edward. Nanti saja aku cari jawabannya. Sesampainya diruan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-23
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 53

    Aku menatap dua amplop coklat yang ada di hadapanku itu nanar. Harga diriku seakan sedang ditawar. Aku mengulas senyum lalu kembali melayangkan pandangan kepada perempuan dengan dandanan yang mencetak wajah yang punya, makin terlihat angkuh itu. Yang sayangnya dia adalah ibu dari lelaki yang aku cintai."Ini kunci mobil Mas Joshua, Bu. Tolong sampaikan kepadanya ucapan terima kasih saya. Jika, memang Ibu meminta saya untuk pergi dari hidup anak Ibu. Saya mohon suruh dia untuk tidak mencari saya lagi! Satu lagi, semoga dia bersabar mempunyai seorang Ibu tapi tidak memiliki jiwa yang penyayang." Ucapku lirih.Bu Harsanti membulatkan mata, marah. Aku langsung bangkit dan meninggalkannya, tanpa mengambil salah satu dari amplop itu walau itu adalah hakku sebagai mantan karyawan disini. Hatiku patah berserak seiring langkah kaki meninggalkan perusahaan ini. Tenang Dinara, Allah membentangkan seluruh bumi ini untuk manusia-manusia yang mau berusaha. Allah Maha Kaya, jangan takut untuk miskin

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 54

    Setelah beberapa saat menenangkan diri akhirnya aku memutuskan untuk keluar setelah melaksanakan sholat Dzuhur. Rumah sepi, tak ada Ibu. Ah, biarkanlah, aku sudah merasa menjadi anak sebatang kara. Bahkan, tak pantas untuk merasakan cinta.Aku menatap pantulan diriku dikaca. Mata sedikit bengkak. Karena hampir seharian ini menghabiskan waktu untuk menangis. Usai menulis sedikit bedak dan merapikan penampilan aku pun beranjak keluar. Meraih kunci motor yang ada di atas lemari. Aku tersenyum getir. Baru kemarin dia pensiun menjadi besti-ku kemanapun pergi. Kini, terpaksa tenaganya aku pakai kembali.Aku bergegas melangkah, menyalakan motor yang sudah beberapa bulan ini tak pernah kupakai lagi. Walau beberapa kali gagal akhirnya motor itu menyala juga. Aku mengusap keringat yang mengucur di dahi. Seketika bayangan bapak kembali menari-nari dalam benakku. Bapak tidak pernah membiarkan aku kecapekan seperti ini. Apalagi urusan motor yang mogok, pasti Bapak yang turun tangan menyalakannya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 55

    "Mas, kok tau saya disini?" Mas Reyhan tersenyum."Aku tahu semua tentang kamu, Dinara. Sekarang kamu ikut aku. Kamu akan aku rekomendasikan untuk menjadi staff di perusahaan tempat aku bekerja. Aku jamin kamu akan mendapatkan posisi yang istimewa."Aku menatap lelaki itu lekat. Jelas aku sangat paham jika dibalik penawaran itu tentu saja akan ada timbal baliknya."Tidak usah Mas. Aku mau fokus membesarkan usaha peninggalan bapak saja. Lagi aku masih kuliah. Mau menyelesaikan pendidikanku dulu.""Tidak apa-apa, Ra. Kamu kuliah sambil kerja saja seperti di kantornya Pak Joshua. Jangan khawatir soal gaji."Aku tersenyum tipis. "Mohon maaf Mas Reyhan. Saya sangat menghargai kebaikan, Mas. Saat ini saya mau menenangkan diri dulu. Agar kuliah saya juga cepat selesai."Lelaki itu menghela nafas panjang. "Kalau gitu biar aku antar kamu pulang." Dia memegang stang motorku."Sekali lagi terima kasih, Mas. Saya tidak bisa meninggalkan motor ini di sini. Karena ini satu-satunya kendaraan yang a

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 56

    "Ibu tak bisa datang, Ra. Kamu tau sendiri Retna masih belum bisa merawat bayinya." Jawab Ibu ketika aku memintanya datang dalam acara itu. Aku mengangguk lemah lalu tersenyum. Meski hatiku berdarah-darah. Bukankah ibu yang sangat ingin karena aku menjadi seorang sarjana? Andai ada Bapak ...Hari yang kutunggu pun tiba. Semua teman-teman tampak begitu bahagia dengan kedatangan, orang tua, sahabat dan orang terdekatnya. Sementara aku menepi sendiri. Meski kelulusanku mendapatkan nilai yang terbaik.Dengan memesan taksi aku meninggalkan tempat itu. Menatap wajah-wajah ceria mereka di balik mobil yang sedang melaju. Tak lama aku sampai di makam Bapak. Seketika tangisku pecah. Aku mengusap nisan bapak dengan air mata yang membuat kabur penglihatan."Pak, Nara sudah jadi Sarjana. Bapak lihat, anak Bapak akhirnya lulus dengan nilai yang membanggakan. Kenapa Bapak tak menunggu Nara mewujudkan mimpi, Bapak?"Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundakku. Aku menoleh."Selamat, Besti. Kamu jadi s

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 57

    Sudah seminggu sejak kejadian itu. Aku tak begitu memikirkan. Semua kuserahkan pada Allah. Dalam sujud panjang aku memohon Allah memilihkan untukku jalan yang terbaik. "Ra, tunggu aku." Ini pesan yang kesekian yang dikirimkan oleh Mas Joshua. Dia tak lagi memakai nomor yang biasa. Mungkin agar tidak ketahuan oleh Mamanya. Yang sejak hari itu pulang setiap pagi Mas Reyhan selalu datang membujukku untuk mau bekerja di perusahaan yang. Lagi lagi aku menolak."Nduk, kamu mikirin apa lagi sih? Dari pada kamu menghabiskan usiamu di toko lebih baik kamu kerja bareng Reyhan. Sekolah tinggi tinggi tapi hanya untuk menjadi seorang penjaga toko foto copy," sungut Ibu didepan Mas Reyhan. Aku menundukkan kepala. Malu sungguh."Tak apa-apa, Bu. Kerja di toko Itu juga bagus dan yang penting halal. Namun, saya berharap Dinara mau bekerja lagi di kantor. Saya akan jamin dia mendapatkan posisi yang enak."Aku menghirup nafas dalam-dalam. Toko sudah stabil ditangan Aulia. Anak itu juga dapat di percay

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-20
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 58

    Aku tak berani menjawab apa-apa selain mengucapkan terima kasih atas kebaikan Mas Reyhan padaku. Cincin itu aku terima tapi tidak untuk aku pakai.Meski wajah Itu tampak kecewa. Aku tidak bisa berbuat banyak. Bagiku pernikahan merupakan sesuatu yang sakral. Bukan hal remeh yang bisa dipermainkan. Karena itu, bersungguh-sungguh mencari calon pasangan adalah salah satu prinsip hidupku. Kebaikan Mas Reyhan baru kulihat dalam dua bulan ini. Walau dalam syariat cinta itu bisa saja tumbuh setelah pernikahan. Tapi, saat ini aku belum yakin apakah setelah nanti kami terikat akad. Cinta itu akan bersemi dengannya sementara debar itu masih bersemayam untuk lelaki lain.Sejak saat itu Mas Reyhan rajin datang ke rumah. Hal itu dimanfaatkan oleh Mas Damar untuk meminta hal-hal aneh yang membuatku malu. Awalnya memang sebungkus rokok, makin kesini laki-laki tak tau malu itu meminta Mas Reyhan untuk membeli susu, popok dan pakaian bayi untuk anaknya. Darahku mendidih."Mas, kamu punya malu tidak? Ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21

Bab terbaru

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Tamat

    "Ma ..." "Saya bukan Mamamu!"sentaknya lalu masuk tanpa kupersilahkan. Bahunya bahkan sampai menyengol lenganku."Ini rupanya rumah yang dibelikan suamiku untukmu?" Mama mengitari ruang tamu dengan mata menatap lukisan lukisan alam yang sengaja dipajang Mas Yazid."Mana foto pernikahan kalian, kalau benar kamu sudah resmi menikah dengan anakku!" Mata itu kini mengarah tajam padaku."Kami memang tidak memajang foto, Ma. Tapi pernikahan kami tercatat resmi dalam catatan sipil.""Halah, kalian bisa saja membayar calo untuk mendapatkan itu.""Astaghfirullah, buat apa, Ma? Pernikahan tanpa ijab qobul, tidak disaksikan oleh para saksi sama saja batal. Apalagi pernikahan palsu. Itu hanya akan menambah dosa, merugikan diri sendiri. Tinggal berdua dengan pasangan yang belum sah menjadi suami, sama saja dengan berzina!" Suaraku sedikit meninggi. "Halah! sok ngomong dosa. Dalam agama kamu, memisahkan seorang anak dengan ibunya apakah tidak berdosa?" Wajah Bu harsanti memerah. Aku menunduk samb

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 69

    Semua mata menatap ke arah Papa. Aku dan Zahra saling pandang. Sangat jelas jika Zahra tampak sangat kecewa dengan penolakan Papanya.Aku menepuk pundak sahabat sekaligus adik iparku itu pelan. Lalu memeluknya. Ada isak kecil yang terdengar sumbang."Saya tak bisa kalau saya tak diajak ikut ke dalam kebahagiaan yang anak saya dapatkan." Lanjut Papa lantang.Zahra melepas pagutannya dan langsung membalikkan badan menoleh ke arah Papa. Aku pun sama. Yang kulihat sungguh diluar dugaan. Papa meraih tangan Ustadz Hanif."Bantu saya untuk masuk dan mempelajari Islam."Mas Yazid yang berbeda disana bergegas mendekati Papa. Dan langsung memeluknya. Lelaki itu menangis haru. Bagaimana tidak, cukup berat perjuangannya meyakini papa akan kepercayaan barunya ini. Kalau akhirnya harus meninggalkan kedua orang tuanya. Dan kini tanpa diminta ataupun dipaksa. Papa Edward menyatakan ingin masuk Islam.Hari itu juga Papa mengikrarkan keislamannya dengan membaca dua kalimat syahadat. Suara haru menyelim

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 68

    Tak menyangka jika Bu harsanti telah menyiapkan preman-preman itu untuk membuatku menyerah. Itu tidak akan pernah terjadi. Meski nyawa harus kukorbankan. Bagiku pernikahan adalah ikatan suci yang dapat terpisah karena memang sudah tidak ada kecocokan di antara pasangan suami-isteri. Atau salah satunya menyerah dan melepaskan tanggung jawabnya dengan cara baik-baik. Tidak dengan cara seperti ini.Enam orang preman sudah kutaklukkan. Begitulah mereka hanya modal tampang seram dan tubuh besar menganggap remeh seorang perempuan.Tepat saat preman terakhir kujatuhkan. Perutku terasa kram. Aku meringis, menahan sakit. Lalu terduduk dilantai. "Lepas! Lepaskan!" Suara teriakan perempuan di belakang mengejutkanku. Aku menoleh seketika darahku terkesiap. Kini Pak Edward dan Mama Mas Yazid sedang bergelut memperebutkan sebuah stik golf yang ada di tangan Bu Santi. "Sudah cukup, Ma! Cukup! Papa tak pernah mengijinkan Mama sampai sejauh ini!""Iya! Ini kemauan Mama sendiri. Papa terlalu lemah. P

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 67

    POV Yazid "Pulanglah, Josh. Kalau kamu pulang. Mama akan memberikan apa yang kamu mau."Entah dari mana datangnya, Mama sudah berada di samping mobilku."Mama? Mama kok tau josh disini?" Tanyaku agak khawatir. Namun, melihat mama yang memakai kerudung aku jadi ragu. Jangan-jangan Mama sadar setelah setahun ini ditinggalkan anak-anaknya."Josh, kamu sudah mendapatkan jalan kebenaran. Kenapa kamu tidak mengajak Mama?" Mata Mama sendu. Tak ada lagi sinar keangkuhan seperti dulu. Agaknya Mama sudah menyesali semuanya."Maksud Mama?" "Pulanglah Josh. Kita mulai lagi hidup seperti dulu. Mama tak akan memaksa apa yang tidak kamu suka. Kamu bebas memilih jalan hidupmu, Nak." Suara Mama begitu lembut. Menggetarkan hati yang memang selalu merindukannya. Aku mendekat dan memeluk Mama. Mama memelukku erat. Bahunya turun naik menahan isak. Kini aku sebenar yakin jika Mama memang sudah berubah."Joshua akan pulang bersama mama. Tapi, ijinkan Joshua untuk kerumah terlebih dahulu, Ma. Karena mama s

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 66

    Hari ini Zahra memutuskan untuk pulang. "Za, kamu yakin?" Tanyaku lagi. Zahra menatap sejenak lalu menyunggingkan senyum. Perempuan itu masih terus berkaca membetulkan letak kerudungnya. Pembawaannya sangat tenang, berbeda sekali denganku. Aku khawatir, padahal Zahra mau bertemu dengan orang tuanya sendiri. Namun, mereka kan sudah berbeda. Orang tua mana yang rela melihat anak-anaknya berpindah haluan seperti itu."Wajah kamu tegang banget, Ra," cetusnya sambil tertawa kecil."Aku cuma mau bertemu Mama dan Papa, Ra. Bukan kawanan mafia," pungkasnya lagi."Tapi, aku takut, Za.""Kamu tenang aja. Aku tak akan mati karena bertemu mereka kok. Bagaimanapun mereka adalah orang tuaku 'kan, Ra. Yah, semoga saja Kak Yazid ada disana."Aku mengangguk lalu menunduk."Ra, jangan gitu dong. Mana Dinara yang kuat, tegar dan tangguh dulu. Masa kamu melepasku dengan wajah cemberut begitu."Aku masih bergeming. Pikiranku bercabang kemana-mana. Melihat ancaman dan sikap Bu Harsanti waktu itu, masih me

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 65

    "Za, apa Mas Joshua bersamamu?" Tanyaku ketika telepon tersambung."Lho, tumben kamu panggil Kak Yazid, Mas Joshua?" Kekehnya. Aku tersenyum tipis, walau aku tau Zahra tak bisa melihat. Pikiranku sedang tidak enak."Eh, maksudnya Mas Yazid." Ralatku."Enggak, kan tadi ke kajian. Memang belum pulang?" Aku mendesah sambil menatap jam di dinding yang sudah menunjukkan angka sepuluh. Aku telah memberi udzur sampai dua jam atas keterlambatan Mas Yazid. Tapi, laki-laki itu tetap saja belum menampakkan diri."Belum, Ra. Tadi katanya lagi ngobrol sama Ustadz Hanif. Tapi, kok lama banget, ya? Menurut kamu Mas Yazid masih disana ga sih?""Hmm ... Aku juga kurang tau, Ra. Tapi, kan Mas Yazid bukan tipe orang yang suka mengobrol lama. Dan aku yakin Ustadz Hanif pun juga sama."Aku menghela napas panjang. Aku sepemikiran. Tapi, aku tak punya alasan lain untuk membenarkan keterlambatan ini."Apa kamu punya nomor telepon Ustadz Hanif?""Ga lah, Ra. Aku ga kuat menahan hati nanti." Dia cekikikan. Aku

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 65

    Darah mengucur dari perut ibu. Aku berteriak histeris. Mas Damar yang melihat tik*mannya yang salah sasaran berdiri mematung. Ibu mulai rebah tepat saat tanganku memegang tubuhnya.Mas Yazid yang baru datang terpaku melihat keadaan yang mengerikan itu."Mas, hayo bawa Ibu ke rumah sakit!" Pekikku memecah kebuntuan.Dengan sigap Mas Yazid menggendong ibu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Dia tak peduli dengan bajunya yang terkena noda darah. "Aku tak sengaja, sungguh aku tidak ingin memb*nuh ibu."Aku mengabaikan raungan Mas Damar yang terlihat frustasi. Warga yang berdatangan sangat terkejut. Mereka langsung berinisiatif untuk meringkus Mas Damar. Sementara aku dan Mas Yazid segera meluncur ke rumah sakit. Semua berjalan begitu cepat. Maghrib yang syahdu, berubah menjadi sebuah tragedi yang menakutkan. Ternyata ada iblis di dalam hati lelaki itu. "Ibu bertahanlah, Bu." Aku memegang tangan Ibu erat. Tangannya terasa dingin. Air mataku tak henti mengalir. Jalanan yang mulai padat m

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 64

    Suara tangis anak-anak terdengar ramai dari dalam. Bukankah hanya ada Dani--anaknya Retna. Aku terus mengetuk pintu, tak sabar ingin segera masuk. "Sabar, Sayang. Mungkin Ibu lagi di kamar mandi." Mas Yazid menyentuh bahuku."Aku khawatir, Mas." Mas Yazid yang memakai topi dan kaca mata hitam itu merangkul pundakku lalu ikut mengetuk pintu. Beberapa kali mencoba memutar kenopnya, tapi tak bisa sepertinya terkunci dari dalam."Assalamu'alaikum, Bu. Buka pintunya, Bu."Ceklek. Pintu terbuka. Bau busuk langsung menusuk hidung. Tiga anak kecil sedang bertangisan dilantai. Pakaian mereka kumuh. Bahkan, anak yang kukenali seperti Alesha sedang memegang pakaian penuh kotorannya."Astaghfirullah, Mas Damar?" Mataku membola melihat laki-laki dengan wajah kusut itu memegang sebuah pisau. Matanya tajam, menatapku."Kau baru kembali? Puas lihat semua ini?" Bentaknya penuh emosi. "Ada apa, Mas? Kenapa bisa seperti ini?" Mataku liar menatap kekacauan dirumah ini. Ruangan yang dulu selalu rapi dan

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 63

    IBUKU BUKAN BABUMU 42 POV Damar 2 "Maaf, Mas Damar. Alesha dan Fikri kami antar ke sini. Kami pun bukan orang mampu. Kami tak sanggup untuk membiayai mereka. Mamanya Mbak Ulya juga sudah tua. Jadi kami kembalikan kesini." Nuri--saudara Ulya memulai kata. "Tapi, aku ..." "Aku pamit dulu, Mas. Takut ketinggalan, Bis." Perempuan memotong ucapanku lalu bangkit dan menyalami Ibu yang duduk lemas sambil memangku Alesha, di sampingku. "Nur ..." Panggilku. Namun, perempuan itu tak menoleh lagi. "Pa, Fikri lapar. Dari kemarin belum makan." Rengek Fikri. Helaan napas Ibu terdengar jelas. Kini ada 3 anak yang masih kecil-kecil dirumah ini. Astaga! Aku menyugar rambut. Kenapa perempuan yang aku nikahi tidak ada satupun yang beres. "Kasih Fikri makan dulu, Mar. Itu masih ada sisa nasi sama goreng telor dadar. Alesha mungkin juga lapar. Sekalian kamu suapin. Ibu lelah sekali, Mar." "Damar mana bisa, Bu." Aku mengeluh. Selama ini aku tak pernah ikut membantu menjaga anak-anak. Aku tak bi

DMCA.com Protection Status