459“Maksudmu Gita?” Aira menatap tanpa kedip. Sementara Anyelir hanya memberikan anggukan sebagai jawaban.Aira bangkit, kemudian mendekat dan duduk tepat di samping Anyelir. Meraih tangan sang menantu dan digenggamnya erat.“Anye, dengar! Kamu adalah istrinya Aldo. Kalian menikah sah secara agama dan negara. Aldo adalah suamimu. Lucu rasanya bila seorang suami sedang down, si istri malah menginginkan wanita lain untuk memberi dukungan kepada suaminya.” Aira mengguncang tangan Anyelir. Wanita itu merasa tidak pantas sang menantu berkata demikian.“Mama tidak tahu kenapa saat ini Aldo terpuruk. Ia tidak peduli apa pun lagi dalam hidupnya. Tapi satu yang Mama tahu, ia sedang butuh kehadiran istrinya. Kehadiran orang terdekat dan terpenting dalam hidupnya. Saat melihat kau tidak peduli sama sekali dengan kondisinya, Mama sedih.”“Ma, tapi wanita terpenting dalam hidup Aldo bukan aku. Ada wanita lain yang lebih penting dan bisa membuatnya bahagia.”“Gita?” Aira menyambar cepat.Anyelir d
460Anyelir berjalan pelan memasuki apartemen sederhana yang terasa sangat sepi. Tak tampak tanda-tanda ada kehidupan di dalamnya. Namun, ia yakin jika ini adalah apartemen yang dimaksud Aira. Ia bahkan memegang kartu akses yang didapat dari ibu mertuanya itu.Anyelir menarik napas panjang sebelum melangkahkan kaki memasuki unit yang bahkan lebih kecil dari miliknya. Aira bilang Aldo ada di sini. Di apartemen yang lama tak berpenghuni.Dengan langkah pelan yang tidak menimbulkan suara sama sekali, Anyelir mencari kehidupan di dalam sana walaupun dengan hati bertanya-tanya, apa benar suami tengilnya ada di sana. Kenapa harus mengungsi di tempat ini? Kenapa tidak pulang saja ke rumah orang tuanya? Bukankah di sana lebih nyaman? Bukankah itu yang diharapkan Alexander?Semalaman Anyelir hampir tidak tidur. Memikirkan masa depan pernikahannya dengan Aldo. Semua ucapan Aira terus terngiang. Ia bertanya kepada hatinya sendiri apa yang seharusnya dilakukan. Ia merasa bersalah karena Aldo bena
461“Coba aku lihat, apa benar kau Aldo. Aku meragukan penglihatanku sendiri,” ujar Anyelir lagi seraya membolak-balik wajah merengut itu. Wanita itu terjengkit kaget karena tiba-tiba sebuah tangan besar menangkap dan menarik tangannya hingga tubuh mereka nyaris bertabrakan.Anyelir terhenyak saat mendapati wajah tak bercukur itu hanya beberapa inci saja di depan matanya. Ditatapnya wajah penuh kekecewaan milik Aldo. Meskipun tatapannya dibuat tajam, nyatanya tak dapat menyembunyikan apa yang ada di dalamnya.Aksi saling tatap dalam jarak dekat tak dapat terhindarkan. Untuk beberapa lama mereka hanya saling beradu pandang dengan napas saling menerpa wajah masing-masing. Hingga Anyelir yang memutuskan kontak mata lebih dulu. Wanita itu ingin menjauhkan wajahnya, tetapi cekalan di pergelangan tangan begitu kuat.“Untuk apa kau datang?” Aldo bertanya setengah berbisik. Sapuan napas panasna menerpa wajah Anyelir. Wanita itu berkedip lemah sebelum kembali menarik diri, tetapi lagi-lagi cek
462“Semua laki-laki akan mengatakan hal yang sama saat kedapatan selingkuh.”“Kecuali aku.”“Kau pembohong.”“Aku pemujamu.” Aldo menegaskan tatapan penuh cintanya.Anyelir menggeleng. “Kau pendusta.” “Aku sangat mencintaimu.”Kembali Anyelir menggeleng dengan tatapan nanar. Berbagai perasaan bercampur baur di dalam sana. Aldo membuatnya melayang tinggi. Wanita mana tak bahagia saat mengetahui jika seseorang begitu memujanya.“Aldo, kamu….”“Aku fans beratmu, Anye.” Aldo tak mempedulikan apa pun yang Anyelir katakan. Diraihnya dagu wanita itu. Tatapannya kini bukan lagi sepasang mata di balik kacamata, tetapi bibir ranum yang tampak basah dan bergetar.“Aldo, kau berlebihan.” Anyelir berbisik dengan napas tertahan karena Aldo terus menatap bibirnya.“Tidak, cintaku bahkan masih kurang untukmu.”“Kamu….” Napas Anyelir semakin tertahan karena dagunya semakin diangkat Aldo.“Aku ingin memberikan seluruh dunia untukmu, tetapi sebutir nasi pun belum sanggup kuberikan.”“Aldo….”“Beri aku
463Aldo ingin meraih ponsel Anyelir yang berpendar di dashboard mobil, tetapi wanita itu menahan tangannya seraya menggelengkan kepala. Walaupun heran dan tidak terima, tetapi ia menurut karena ingin tahu apa yang akan dilakukan sang istri.Mereka turun bersamaan. Kemudian berjalan menghampiri Haris yang wajahnya tersenyum semringah. Namun, senyum itu perlahan pudar seiring pandangannya yang tertuju tangan Anyelir dan Aldo yang saling bertaut.Aldo sendiri sudah bersorak dalam hati, ia sudah merasa menang karena sejak turun dari mobil, sang istri langsung mengulurkan tangan dan mereka bergandengan. Mungkin itu maksud Anyelir agar ia tak mengangkat panggilan Haris. Biarlah dosen itu melihat langsung jika mereka dalah sepasang suami istri sungguhan.“Selamat sore, Pak Haris. Anda di sini?” Anyelir langsung menyapa begitu mereka tiba di hadapannya.Pria muda dengan setelan selalu rapi itu mengerjap dan memperbaiki posisi berdirinya. Senyumnya terlihat kosong. Ditatapnya Aldo yang penamp
464Aldo baru saja membabat habis semua bulu yang tumbuh liar di wajahnya. Semenjak Anyelir mengabaikannya, ia memang tak lagi memikirkan apa pun, termasuk mengurus dirinya sendiri. Baginya, Anyelir saat ini adalah hidupnya. Ia tak ingin memedulikan apa pun lagi saat wanita itu mengabaikannya.Kini, semua telah kembali normal. Wanita itu telah kembali ke dalam pelukannya. Walaupun belum bisa memilikinya secara utuh, setidaknya pernikahan mereka memiliki harapan lagi. Tinggal bagaimana ia bisa membuktikan jika dirinya layak untuk Anyelir. Aldo yakin jika saat itu tiba, maka wanita itu akan menyerahkan dirinya dengan sepenuh hati tanpa ia minta.Dengan senandung kecil yang terus keluar dari mulutnya, Aldo membolak-balikkan wajahnya yang kini sudah bersih, di depan cermin. Ia kembali menjadi pemuda tampan yang katanya menjadi selera sang istri. Kedua jari telunjuk dan jempolnya membentuk seperti pistol, menunjuk dirinya sendiri di cermin. Ia sudah sangat siap untuk menembak sang istri de
465Aldo membetulkan selimut yang menutupi tubuh Anyelir. Senyum tersungging sebelum mendaratkan sebuah kecupan di kening wanita yang terpejam. Anyelir kelelahan dan tidak kuat menahan kantuk saat menemani Aldo mengerjakan skripsi di ruang TV.Jam dinding memang sudah menunjukkan pukul 00.25. Dan itu sudah sangat malam untuk menunggui seseorang berkutat dengan layar lipat.Aldo membelai wajah dan menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian pipi wanita itu sebelum kembali mendaratkan kecupan. Sungguh, ia sangat mencintai wanita itu. Wanita yang berjam-jam lalu menemani dan memberinya bimbingan dalam mengerjakan skripsinya. Mereka tidak membuang waktu, setelah selesai makan malam, Anyelir langsung memaksa Aldo mengerjakan pekerjaannya.Sesuatu yang terbayang akan berat menjadi sangat ringan dan menyenangkan. Aldo mengerjakan skripsinya dengan hati berbunga karena ditemani wanita terkasih. Ia bahkan masih on walaupun hari sudah larut. Aldo benar-benar ingin segera menyelesaikan kuliah da
466“Ada yang bisa dibantu?”Anyelir dengan cepat dapat menguasai keadaan. Walaupun awalnya sangat kaget mendapati Gita tengah berdiri di depan ruangannya yang yakin tengah menunggu Aldo, tetapi ia berusaha tenang dan tidak kalap. Bagaimana pun ia seorang dosen yang disegani bahkan ditakuti di sana. Terlebih semua orang tahu jika Aldo adalah suaminya. Lalu kenapa ia harus takut dengan keberadaan Gita di sekitar Aldo?“Ma-af, Bu. A-pa Aldonya ada di sini?” Gita bertanya dengan gugup, tetapi pandangannya mencuri-curi ke belakang tubuh Anyelir. Tentu saja mencari keberadaan Aldo.Anyelir dengan wajah datar seperti yang biasa ia suguhkan kepada semua mahasiswa, mengamati gadis mungil yang dengan berani mencari laki-laki yang notabene suaminya.“Ada yang ingin disampaikan kepada Aldo? Kalau ada, lewat saya saja. Pasti akan saya sampaikan.”Gita menunduk mati kutu mendengar jawaban datar Anyelir. Ia tahu tengah mencari laki-laki beristri, tetapi Aldo adalah sahabatnya. Mereka bahkan sudah d
Extra partKepanikannya semakin menjadi saat nomor Aira tak kunjung diangkat. Sementara Anyelir menjerit-jerit merasakan rasa mulas di perutnya yang seolah diperas.Wanita paruh baya asisten rumah tangga mereka yang melihat kepanikan itu gegas menyuruh Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit. Sebagai wanita yang sudah berpengalaman melahirkan, ia tahu jika Anyelir akan segera melahirkan.Tanpa pikir panjang, Aldo mengangkat tubuh Anyelir yang beratnya sudah mencapai dua kali lipat dari berat normalnya karena kehamilan ini. Terlebih ada dua bayi kembar dalam perutnya. Untunglah rumah mereka kini bukan apartemen bertingkat. Hingga ia dengan mudah mengevakuasi sang istri.Berdua saja, Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit yang sudah mereka tunjuk untuk tempat bersalin. Sang asisten ia minta untuk terus menghubungi kelurganya, dan menyusul ke rumah sakit setelah urusan di rumah selesai.Selama perjalanan, Anyelir terus mencengkeram lengan Aldo karena merasakan mulas tak terkira. Belum lagi sese
Extra part“Kenapa, sayang?” Aldo yang baru memasuki rumah, menatap sang istri yang bibirnya maju.Anyelir tidak menjawab. Ia meraih tangan sang suami dan menciumnya takzim. Walaupun usia Aldo lebih muda, tetapi posisinya tetap kepala keluarga. Anyelir tetap menghormati dan memperlakukan bagaimana seharusnya memperlakukan suami.Aldo menarik tubuh sang istri tetapi dengan hati-hati agar tak mengganggu perut besarnya. Sebuah kecupan mendarat di kening berpoles bedak tipis. Kemudian beralih kedua pipi dan terakhir menghisap bibir majunya dengan gemas hingga si empunya bibir meronta minta dilepaskan.“Kau membuatku sesak napas.” Anyelir mendorong dada Aldo. “Ciuman macam apa itu?” lanjutnya dengan bibir semakin maju, ditambah tangan yang dilipat di dada.“Itu ciuman penawar marah. Juga penawar rasa lelah di kantor.”Anyelir menoleh. Ia tahu Aldo lelah bekerja seharian di kantor tetapi pulang langsung disuguhi sikap manja dan sensitifnya yang semakin menjadi sejak hamil. Namun, ia tak dap
528 “Tetaplah di sisiku sampai salah satu di antara kita menutup mata. Aku bahkan ingin kebersamaan ini berlanjut hingga kehidupan kekal kita kelak. Jangan pernah tinggalkan aku. Terus dampingi dan bantu aku dalam memperbaiki diri agar menjadi suami yang bisa membimbingmu dan anak-anak kita menjalani kehidupan ini dalam koridor yang lurus. Aku ingin menjadi imam dambaanmu, sayang.” Anyelir mendongak. Hatinya trenyuh. Sejak kejadian itu, Aldo memang banyak berubah. Ia membuktikan dirinya layak mendapatkan maaf dan kesempatan kedua. Anyelir sendiri membuktikan memaafkan dengan tidak pernah membahas masalah yang sama. Jika Aldo mulai mellow, meminta maaf dan terindikasi membahas hal sama, Anyelir sendiri yang mengingatkan dan mengajak melupakan semuanya dengan menatap ke depan. Ia sadar dirinya pun bukan manusia tanpa dosa. Ia bahkan bersikap kekanakan dalam menghadapi masalah ini. Saling memaafkan, saling sadar dan terus berbenah diri, itu yang mereka lakukan saat ini. Terlebih sebent
527Semua orang terdiam mendengar ucapan Sandra. Semua orang tahu jika Gita dirawat di RSJ karena saat ditahan sering mengamuk dan beberapa kali mencoba bunuh diri lagi, bahkan bayi dalam kandungannya sampai gugur karena perilakunya sendiri. Gita akhirnya dirawat di RSJ.Keluarga Aldo menganggap semua telah selesai, karena akhirnya Gita dinyatakan bersalah. Semua bukti dan saksi menunjukkan jika Aldo tidak bersalah. Andika dan istrinya kembali ke Kalimantan. Gita tidak menuntut apa pun kepada Andika, mungkin karena melihat kondisi laki-laki itu yang mengenaskan.Justru perseteruan dengan Aldo yang ia pertahankan walaupun pada akhirnya Gita harus merasakan kehidupan di balik jeruji besi dalam kondisi hamil.Publik juga sudah mulai melupakan kasus ini, hingga Aldo dan keluarga bebas bergerak tanpa banyak yang memperhatikan.Semua sudah berjalan normal dan baik-baik saja. Aldo dan Anyelir menjalani pernikahan dengan bahagia. Terlebih mereka akan memiliki anak. Hubungan mereka bahkan sema
526 “Aku mau poliandri, apa kau setuju?” Anyelir menatap serius. Hening. Binar penuh harap di mata Aldo seketika pudar dan meredup. Senyum yang tadi sempat tersungging, raib dalam waktu singkat. Dada pemuda itu mendadak sesak. Diteguknya ludah dengan susah payah karena kerongkongan yang mendadak kemarau. Napasnya tersengal seolah telah berlari puluhan kilo meter. Bibirnya bergetar. “Mana ada seperti itu, sayang?” tanyanya dengan senyum miris. Anyelir tersenyum. “Ada, ini bukan sungguhan. Jadi, aku hanya pura-pura saja.” “Maksudnya?” Mata Aldo memicing. Anyelir menarik napas panjang. “Begini, orang tua Haris menuntutnya untuk segera menikah. Sementara ia belum menemukan wanita yang cocok. Tapi ia menolak jika harus dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Jadi, ia memintaku untuk berpura-pura menjadi….” “Tidak!” Dengan napas yang semakin tersengal dan dada makin sesak, Aldo memotong ucapan Anyelir. “Apa kau sudah gila, sayang?” “Kenapa?” Anyelir memiringkan kepala. Tawan
525“Makanya jangan petakilan. Sudah mau jadi ayah kelakukan masih bocah.” Anyelir berkata ketus seraya melipat tangan di dada. Sementara Aldo terus meringis merasakan sakit di pinggangnya. Terpaksa harus dipijat lagi. Harus menahan lagi sakit yang lebih dari sebelumnya. Namun, di balik itu semua hatinya bahagia tiada tara. Sang istri sudah kembali seperti dulu. Hanya ketus karena kesal. Baginya tak apa diberi wajah ketus seperti itu, daripada harus mendapati wajah dingin yang membuatnya putus asa.Kini, bahkan Anyelir tengah menyuapinya. Ia yang untuk sementara hanya bisa tengkurap dengan kepala hanya bisa mendongak, kesulitan untuk sekadar menyuap. Praktis makan pun harus disuapi. Anyelir geleng-geleng kepala. Ini piring ketiga yang Aldo tandaskan. Pemuda itu seperti kelaparan. Memakan apa pun yang Anyelir suapkan dengan sangat rakus. Bahkan saat piring ketiga tandas pun, lelaki itu masih meminta tambah.“Berapa hari kau tidak makan?” tanya Anyelir heran saat menyuapi dari piring k
524“Sakit ….” Aldo merengek manja dengan wajah menengadah. Tangannya memeluk erat pinggang Anyelir yang pangkuannya ia jadikan bantal.Wajah lelaki itu terlihat berkeringat. Ringisan masih sesekali menghiasi wajahnya. Pemuda itu baru saja berteriak-teriak merasakan sakit akibat pijatan bapak tua penjaga villa.Akibat terlalu bersemangat dan terlampau bahagia karena melihat wanita yang dirindukannya selama ini ada di depan mata, ia berlari hingga tak memperhatikan apa pun lagi. Tangannya menyenggol keranjang buah di atas meja, hingga isinya jatuh ke lantai dan terinjak. Aldo terpeleset karena menginjak buah apel yang jatuh menggelinding, hingga tak terelakkan tubuhnya melayang jatuh. Namun, sebelumnya pinggangnya terbentur tepian meja hingga sakitnya menjadi berlipat-lipat.Beruntunglah bapak penjaga villa bisa memijat urat keseleo. Hingga ia langsung mendapat penanganan.Anyelir yang tengah memasak dibantu istri penjaga villa, kaget karena suara benturan keras. Wanita itu langsung me
524Aldo mengeratkan pelukan demi mendengar nasihat Aira. Kalau boleh memilih, ia ingin pernikahannya lanjut. Tak ingin tercerai berai karena anak yang akan menjadi korban. Kalau boleh ia ingin bertemu Anyelir dulu agar bisa bicara dari hati ke hati. Sayangnya, bahkan di mana keberadaan wanita itu, ia tidak tahu. “Jika Tuhan masih memberimu kesempatan, ingat gunakan sebaik-baiknya. Namun, jika semuanya hanya sampai di sini karena manusia hanya punya keinginan dan usaha, kau tetap harus bisa mengambil hikmahnya, Nak. Mungkin ini takdir kalian. Takdirmu. Jangan menyalahkan Tuhan. Apa yang terjadi sudah digariskan. Jika kalian harus bercerai, itu pasti takdir karena kau sudah berusaha memperbaiki semuanya. Yakin akan ada pelangi setelah hujan, Nak. Jika Tuhan memberi ujian ini, pasti disertai jalan keluar dan hikmah di baliknya.”Aldo hanya diam meresapi setiap kalimat sang ibu. Sungguh, ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan Anyelir. Namun, jika wanita itu tetap memaksa, ia bisa
523“Anye, kamu di mana?” Aldo duduk lesu di lobi hotel. Kepalanya menunduk dalam. Tangannya meremas rambut dengan kuat. Berkali-kali mengembus napas kasar. Beban di dadanya terasa ingin meledak. Setelah menunggu berminggu-minggu dengan setumpuk rindu dan penyesalan, kini hanya mendapati Anyelir yang sudah tidak berada di tempat.Aldo menyandar lemah seraya merogoh ponsel dalam saku. Mencoba keberuntungan. Menghubungi lagi Anyelir. Namun hingga berkali-kali dilakukannya, tetap hanya dijawab operator.Pemuda itu memejam sebelum bangkit dan berjalan keluar. Para pengawal berwajah datar sigap mengiringi.“Putari kota ini, Pak. Siapa tahu aku melihat keberadaan istriku,” titahnya kepada sopir setelah duduk di dalam mobil. Sang sopir hanya mengangguk sebelum menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Mengitari kota Surabaya seperti perintah sang majikan.Hampir seharian Aldo dan rombongan berputar-putar di sana. Semua jalan disusuri bahkan hingga jalan-jalan kecil hanya agar mendapat keber