466“Ada yang bisa dibantu?”Anyelir dengan cepat dapat menguasai keadaan. Walaupun awalnya sangat kaget mendapati Gita tengah berdiri di depan ruangannya yang yakin tengah menunggu Aldo, tetapi ia berusaha tenang dan tidak kalap. Bagaimana pun ia seorang dosen yang disegani bahkan ditakuti di sana. Terlebih semua orang tahu jika Aldo adalah suaminya. Lalu kenapa ia harus takut dengan keberadaan Gita di sekitar Aldo?“Ma-af, Bu. A-pa Aldonya ada di sini?” Gita bertanya dengan gugup, tetapi pandangannya mencuri-curi ke belakang tubuh Anyelir. Tentu saja mencari keberadaan Aldo.Anyelir dengan wajah datar seperti yang biasa ia suguhkan kepada semua mahasiswa, mengamati gadis mungil yang dengan berani mencari laki-laki yang notabene suaminya.“Ada yang ingin disampaikan kepada Aldo? Kalau ada, lewat saya saja. Pasti akan saya sampaikan.”Gita menunduk mati kutu mendengar jawaban datar Anyelir. Ia tahu tengah mencari laki-laki beristri, tetapi Aldo adalah sahabatnya. Mereka bahkan sudah d
467Setengah berlari Aldo menyusul Anyelir ke ruangan khusus yang akan menjadi ruang sidang skripsinya. Ia tak ingin membayangkan dulu bagaimana rupa Anyelir saat ini setelah insiden pelukan tiba-tiba Gita di koridor tadi. Aldo hanya berdoa semoga sang istri tidak rusak moodnya. Karena bila Anyelir murka, niscaya hari ini akan menjadi hari yang sangat buruk untuknya.Bagaimana bisa ia fokus untuk menghadapi sidang ini bila melihat wajah Anyelir saja sudah membuatnya ingin menghilang dari muka bumi.Dengan terengah, Aldo memasuki ruangan di mana Anyelir berdiri di samping pintu dengan wajah datar. Pemuda itu memasang wajah mengiba sebelum refleks memeluk tubuh sang wanita. Aldo takut, sangat takut jika sang istri marah dan itu akan membuatnya tidak fokus hingga berujung kegagalan dirinya.Aldo masih memeluk tubuh Anyelir dengan sangat erat, saat wanita itu berusaha melerai pelukannya. Beberapa orang yang terdiri dari tim penguji sudah tiba di sana. Mereka rata-rata dosen dengan prestra
468“Ma, aku berhasil. Anakmu berhasil. Aku sudah buktikan bisa. Tolong katakan pada suami Mama, jika pernikahanku ini tidak menjadi penghalang. Buktinya aku bisa melakukannya.”Aldo sejak tadi bicara di telepon dengan penuh semangat dan berapi-api. Kebahagiaan dan rasa bangga atas dirinya sendiri membuatnya semakin cerewet seperti seorang perempuan. Wajahnya berseri-seri, hatinya dipenuhi taman bunga. Entah sudah berapa banyak ciuman ia hadiahkan untuk sang istri sebagai ucapan terima kasih. Karena berkat Anyelirlah semua bisa terwujud.Dua minggu yang akan datang adalah hari wisudanya. Tidak sabar Aldo mengabarkan kepada dunia jika ia bisa menyelesaikan kuliah walaupun sembari mengambil keputusan menikah.“Sampaikan salam dan ucapan terima kasih Mama untuk istrimu, Sayang. Mama bangga sama kamu, Mama juga bangga dengan menantu Mama.” Terdengar sahutan Aira di seberang dengan suara yang sarat kebahagiaan pula.Aldo mengangguk yang padahal sang ibu tidak akan melihatnya.“Mama harus m
469Aldo urung membuka pintu karena terlalu kaget dengan lampu mobil yang tiba-tiba menyala di depan mereka. Ia menajamkan pandangan yang terhalang kap mobil untuk mengamati mobil yang parkir di depan mobil mereka, saat ponselnya tiba-tiba berdering.Anyelir yang ikut cemas menahan tangan Aldo agar tidak keluar. Sungguh ia takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa mereka.Aldo menepuk punggung tangan Anyelir walaupun tangannya sendiri gemetar dan berkeringat. Ia ingin meraih ponsel di dashboard mobil saat suara hantaman keras bersamaan dengan berhamburannya kaca mobil membuat keduanya terperanjat.Anyelir menjerit seraya menutup telinganya dengan kedua tangan. Sementara Aldo langsung sigap menghadapi apa yang akan terjadi setelah kaca depan mobil hancur berantakan karena hantaman keras dari luar.Seseorang dengan penutup wajah menunjuk Aldo dengan menggunakan tongkat kayu yang baru saja digunakan menghancurkan kaca mobil.“Serahkan semua barang berharga milik kalian!” teriaknya dengan
470Anyelir menunduk tajam dengan mata basah. Tangannya tak lepas menggenggam tangan Aldo. Sejak tadi Alexander terus mengomel tanpa henti. Semua orang yang berada dalam ruangan tak ada yang berani meyahut. Termasuk Aira.“Lihatlah, bagaimana kalau orang-orangku tidak datang? Kau pasti tinggal nama. Kalian terlalu ceroboh. Hanya mengedepankan rasa senang.” Dengan berjalan ke sana ke mari, pria yang masih gagah di usia tidak lagi muda itu meluapkan kekesalannya.Aldo yang berbaring dengan kondisi tubuh babak-belur hanya bisa berkedip lemah seraya terus menggenggam tangan sang istri yang duduk menunduk di samping ranjang pasien. Kini mereka telah berada di rumah sakit terdekat dari lokasi kejadian perampokan.“Lagi pula, untuk apa jauh-jauh melakukan perjalanan malam tanpa mengecek kondisi kendaraan dulu? Di dalam kota ada banyak restoran yang bisa kau pilih. Tidakkah istrimu yang dosen mengingatkan akan hal yang mudharat itu? Seharusnya ia yang lebih dewasa bisa mengedepankan logika da
471Selama pernikahan, baru kali ini Aldo melihat Anyelir menangis. Baru kali ini melihat air mata sang istri tumpah, dan tumpahnya di pundaknya pula. Namun, satu yang mebuatnya tersenyum, air mata itu bukan air mata kesedihan. Melainkan air mata kebahagiaan dan keharuan.Tangan Aldo membelai kepala tertutup hijab yang masih menyuruk di pundaknya. Ia biarkan Anyelir menangis di sana entah sampai berapa lama hingga pundak telanjangnya benar-benar basah dan tangis itu perlahan mereda.Aldo bangga bisa membuat sang istri hingga menangis haru seperti itu. Ia berjanji seumur hidup hanya ingin membuat Anyelir menangis bahagia. Ia juga berjanji tidak akan membuat wanita itu mengeluarkan air mata kesedihan.Aira yeng melihat adegan mengharukan itu ikut meneteskan air mata. Ia bangga sang putra bungsu bisa menjalankan perannya dengan baik. Menyelesaikan kuliah dengan cepat dan bisa memberi nafkah istrinya dengan hasil jerih payahnya sendiri tanpa diduga.Aira sangat tahu jika Aldo sejak kecil
472“Kopimu.”Anyelir meletakkan cangkir yang masih mengepulkan asap di atas meja. Kemudian duduk lesehan di samping pemuda yang sibuk dengan pensil dan kertas-kertas.Setelah karyanya laku dijual, Aldo lebih mendalami hobinya dalam bercorat-coret. Sejak pulang dari rumah sakit, ia langsung menyeriusi hobi yang bisa menjadi pekerjaan itu.Diabaikan Anyelir beberapa waktu lalu ternyata membawa dampak baik untuk skilnya. Dalam keadaan terpuruk dan hati yang gundah, karya yang ia hasilkan menjadi sangat hidup. Mempunyai rasa dan nilai seni yang tinggi. Dan kini, ia bertekad lebih mengembangkannya lagi agar lebih menghasilkan.Dengan hanya menggunakan kaus tanpa lengan dan celana pendek, sudah berjam-jam Aldo duduk menekuri pekerjaannya. Anyelir bahkan sering merasa diabaikan apalagi saat hari libur seperti ini. Sang suami menjadi jarang lagi menggoda dan menempelinya. Terlebih karena kondisi Aldo belum benar-benar pulih.Anyelir tersenyum nakal melihat Aldo sangat fokus dengan kertas di
473Aldo mengerjap. Anyelir sangat agresif. Sepertinya benar sang istri tengah menginginknnya sekarang. Lihatlah ia bukan hanya melahap bibir Aldo, tangannya juga sibuk bergerilya di balik kaus si pemuda. Aldo yang awalnya diam saja karena tak menyangka dengan aksi sang istri, lama-lama terhanyut juga. Ia mencoba mengimbangi Anyelir yang tengah menguasainya. Tangannya juga sibuk mencari kepemilikan dirinya di balik dress sang istri. Saat sebuah lenguhan lolos dari mulut Anyelir, jiwa kelelakiannya meronta. Ia seorang lelaki, seorang suami. Tentu tak ingin terlihat payah di mata sang istri. Karenanya, dengan tak lagi mengingat jika tubuhnya belum benar-benar pulih, ia gegas membalikkan posisi. Didorongnya tubuh yang menguasainya itu hingga keadaan berbalik. Anyelir di bawah, dan ia yang berkuasa. “Kau membangunkan singa tidur, hem?” ujarnya gemas seraya melepas dan melempar kausnya ke sembarang arah. Kemudian balas memberikan serangan panas di tubuh sang istri yang tertawa kesenanga
Extra partKepanikannya semakin menjadi saat nomor Aira tak kunjung diangkat. Sementara Anyelir menjerit-jerit merasakan rasa mulas di perutnya yang seolah diperas.Wanita paruh baya asisten rumah tangga mereka yang melihat kepanikan itu gegas menyuruh Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit. Sebagai wanita yang sudah berpengalaman melahirkan, ia tahu jika Anyelir akan segera melahirkan.Tanpa pikir panjang, Aldo mengangkat tubuh Anyelir yang beratnya sudah mencapai dua kali lipat dari berat normalnya karena kehamilan ini. Terlebih ada dua bayi kembar dalam perutnya. Untunglah rumah mereka kini bukan apartemen bertingkat. Hingga ia dengan mudah mengevakuasi sang istri.Berdua saja, Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit yang sudah mereka tunjuk untuk tempat bersalin. Sang asisten ia minta untuk terus menghubungi kelurganya, dan menyusul ke rumah sakit setelah urusan di rumah selesai.Selama perjalanan, Anyelir terus mencengkeram lengan Aldo karena merasakan mulas tak terkira. Belum lagi sese
Extra part“Kenapa, sayang?” Aldo yang baru memasuki rumah, menatap sang istri yang bibirnya maju.Anyelir tidak menjawab. Ia meraih tangan sang suami dan menciumnya takzim. Walaupun usia Aldo lebih muda, tetapi posisinya tetap kepala keluarga. Anyelir tetap menghormati dan memperlakukan bagaimana seharusnya memperlakukan suami.Aldo menarik tubuh sang istri tetapi dengan hati-hati agar tak mengganggu perut besarnya. Sebuah kecupan mendarat di kening berpoles bedak tipis. Kemudian beralih kedua pipi dan terakhir menghisap bibir majunya dengan gemas hingga si empunya bibir meronta minta dilepaskan.“Kau membuatku sesak napas.” Anyelir mendorong dada Aldo. “Ciuman macam apa itu?” lanjutnya dengan bibir semakin maju, ditambah tangan yang dilipat di dada.“Itu ciuman penawar marah. Juga penawar rasa lelah di kantor.”Anyelir menoleh. Ia tahu Aldo lelah bekerja seharian di kantor tetapi pulang langsung disuguhi sikap manja dan sensitifnya yang semakin menjadi sejak hamil. Namun, ia tak dap
528 “Tetaplah di sisiku sampai salah satu di antara kita menutup mata. Aku bahkan ingin kebersamaan ini berlanjut hingga kehidupan kekal kita kelak. Jangan pernah tinggalkan aku. Terus dampingi dan bantu aku dalam memperbaiki diri agar menjadi suami yang bisa membimbingmu dan anak-anak kita menjalani kehidupan ini dalam koridor yang lurus. Aku ingin menjadi imam dambaanmu, sayang.” Anyelir mendongak. Hatinya trenyuh. Sejak kejadian itu, Aldo memang banyak berubah. Ia membuktikan dirinya layak mendapatkan maaf dan kesempatan kedua. Anyelir sendiri membuktikan memaafkan dengan tidak pernah membahas masalah yang sama. Jika Aldo mulai mellow, meminta maaf dan terindikasi membahas hal sama, Anyelir sendiri yang mengingatkan dan mengajak melupakan semuanya dengan menatap ke depan. Ia sadar dirinya pun bukan manusia tanpa dosa. Ia bahkan bersikap kekanakan dalam menghadapi masalah ini. Saling memaafkan, saling sadar dan terus berbenah diri, itu yang mereka lakukan saat ini. Terlebih sebent
527Semua orang terdiam mendengar ucapan Sandra. Semua orang tahu jika Gita dirawat di RSJ karena saat ditahan sering mengamuk dan beberapa kali mencoba bunuh diri lagi, bahkan bayi dalam kandungannya sampai gugur karena perilakunya sendiri. Gita akhirnya dirawat di RSJ.Keluarga Aldo menganggap semua telah selesai, karena akhirnya Gita dinyatakan bersalah. Semua bukti dan saksi menunjukkan jika Aldo tidak bersalah. Andika dan istrinya kembali ke Kalimantan. Gita tidak menuntut apa pun kepada Andika, mungkin karena melihat kondisi laki-laki itu yang mengenaskan.Justru perseteruan dengan Aldo yang ia pertahankan walaupun pada akhirnya Gita harus merasakan kehidupan di balik jeruji besi dalam kondisi hamil.Publik juga sudah mulai melupakan kasus ini, hingga Aldo dan keluarga bebas bergerak tanpa banyak yang memperhatikan.Semua sudah berjalan normal dan baik-baik saja. Aldo dan Anyelir menjalani pernikahan dengan bahagia. Terlebih mereka akan memiliki anak. Hubungan mereka bahkan sema
526 “Aku mau poliandri, apa kau setuju?” Anyelir menatap serius. Hening. Binar penuh harap di mata Aldo seketika pudar dan meredup. Senyum yang tadi sempat tersungging, raib dalam waktu singkat. Dada pemuda itu mendadak sesak. Diteguknya ludah dengan susah payah karena kerongkongan yang mendadak kemarau. Napasnya tersengal seolah telah berlari puluhan kilo meter. Bibirnya bergetar. “Mana ada seperti itu, sayang?” tanyanya dengan senyum miris. Anyelir tersenyum. “Ada, ini bukan sungguhan. Jadi, aku hanya pura-pura saja.” “Maksudnya?” Mata Aldo memicing. Anyelir menarik napas panjang. “Begini, orang tua Haris menuntutnya untuk segera menikah. Sementara ia belum menemukan wanita yang cocok. Tapi ia menolak jika harus dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Jadi, ia memintaku untuk berpura-pura menjadi….” “Tidak!” Dengan napas yang semakin tersengal dan dada makin sesak, Aldo memotong ucapan Anyelir. “Apa kau sudah gila, sayang?” “Kenapa?” Anyelir memiringkan kepala. Tawan
525“Makanya jangan petakilan. Sudah mau jadi ayah kelakukan masih bocah.” Anyelir berkata ketus seraya melipat tangan di dada. Sementara Aldo terus meringis merasakan sakit di pinggangnya. Terpaksa harus dipijat lagi. Harus menahan lagi sakit yang lebih dari sebelumnya. Namun, di balik itu semua hatinya bahagia tiada tara. Sang istri sudah kembali seperti dulu. Hanya ketus karena kesal. Baginya tak apa diberi wajah ketus seperti itu, daripada harus mendapati wajah dingin yang membuatnya putus asa.Kini, bahkan Anyelir tengah menyuapinya. Ia yang untuk sementara hanya bisa tengkurap dengan kepala hanya bisa mendongak, kesulitan untuk sekadar menyuap. Praktis makan pun harus disuapi. Anyelir geleng-geleng kepala. Ini piring ketiga yang Aldo tandaskan. Pemuda itu seperti kelaparan. Memakan apa pun yang Anyelir suapkan dengan sangat rakus. Bahkan saat piring ketiga tandas pun, lelaki itu masih meminta tambah.“Berapa hari kau tidak makan?” tanya Anyelir heran saat menyuapi dari piring k
524“Sakit ….” Aldo merengek manja dengan wajah menengadah. Tangannya memeluk erat pinggang Anyelir yang pangkuannya ia jadikan bantal.Wajah lelaki itu terlihat berkeringat. Ringisan masih sesekali menghiasi wajahnya. Pemuda itu baru saja berteriak-teriak merasakan sakit akibat pijatan bapak tua penjaga villa.Akibat terlalu bersemangat dan terlampau bahagia karena melihat wanita yang dirindukannya selama ini ada di depan mata, ia berlari hingga tak memperhatikan apa pun lagi. Tangannya menyenggol keranjang buah di atas meja, hingga isinya jatuh ke lantai dan terinjak. Aldo terpeleset karena menginjak buah apel yang jatuh menggelinding, hingga tak terelakkan tubuhnya melayang jatuh. Namun, sebelumnya pinggangnya terbentur tepian meja hingga sakitnya menjadi berlipat-lipat.Beruntunglah bapak penjaga villa bisa memijat urat keseleo. Hingga ia langsung mendapat penanganan.Anyelir yang tengah memasak dibantu istri penjaga villa, kaget karena suara benturan keras. Wanita itu langsung me
524Aldo mengeratkan pelukan demi mendengar nasihat Aira. Kalau boleh memilih, ia ingin pernikahannya lanjut. Tak ingin tercerai berai karena anak yang akan menjadi korban. Kalau boleh ia ingin bertemu Anyelir dulu agar bisa bicara dari hati ke hati. Sayangnya, bahkan di mana keberadaan wanita itu, ia tidak tahu. “Jika Tuhan masih memberimu kesempatan, ingat gunakan sebaik-baiknya. Namun, jika semuanya hanya sampai di sini karena manusia hanya punya keinginan dan usaha, kau tetap harus bisa mengambil hikmahnya, Nak. Mungkin ini takdir kalian. Takdirmu. Jangan menyalahkan Tuhan. Apa yang terjadi sudah digariskan. Jika kalian harus bercerai, itu pasti takdir karena kau sudah berusaha memperbaiki semuanya. Yakin akan ada pelangi setelah hujan, Nak. Jika Tuhan memberi ujian ini, pasti disertai jalan keluar dan hikmah di baliknya.”Aldo hanya diam meresapi setiap kalimat sang ibu. Sungguh, ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan Anyelir. Namun, jika wanita itu tetap memaksa, ia bisa
523“Anye, kamu di mana?” Aldo duduk lesu di lobi hotel. Kepalanya menunduk dalam. Tangannya meremas rambut dengan kuat. Berkali-kali mengembus napas kasar. Beban di dadanya terasa ingin meledak. Setelah menunggu berminggu-minggu dengan setumpuk rindu dan penyesalan, kini hanya mendapati Anyelir yang sudah tidak berada di tempat.Aldo menyandar lemah seraya merogoh ponsel dalam saku. Mencoba keberuntungan. Menghubungi lagi Anyelir. Namun hingga berkali-kali dilakukannya, tetap hanya dijawab operator.Pemuda itu memejam sebelum bangkit dan berjalan keluar. Para pengawal berwajah datar sigap mengiringi.“Putari kota ini, Pak. Siapa tahu aku melihat keberadaan istriku,” titahnya kepada sopir setelah duduk di dalam mobil. Sang sopir hanya mengangguk sebelum menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Mengitari kota Surabaya seperti perintah sang majikan.Hampir seharian Aldo dan rombongan berputar-putar di sana. Semua jalan disusuri bahkan hingga jalan-jalan kecil hanya agar mendapat keber