Baik Ron maupun Harsha mendadak pias, keduanya saling melirik dengan canggung. Suasana foodcourt yang ramai seketika itu terasa sunyi, suara-suara berisik di sekitar seakan lenyap. "Mami mau tanya tentang pendapat kalian berdua. Tapi, sebelum itu Mami mau memastikan sesuatu sama Harsha." Brigitta beralih memandang perempuan muda di depannya dengan lekat. "Harsha, Mami ingin memastikan lebih dulu, siapa ayah dari janin yang kamu kandung. Apa dia tahu kalo kamu sedang mengandung benihnya?" Seakan bibir Harsha telah lengket oleh lem berkekuatan super, ia tak sanggup membuka mulut sesenti pun. Keringat dingin mulai membasahi punggung dan tengkuknya. Seandainya tidak hamil, mungkin Harsha akan kabur dan lari sejauh mungkin. "Harsha?" Brigitta memanggilnya sekali lagi karena tatapan Harsha terlihat gelisah. "Apa kekasihmu tahu?" "Dia--""Mi, untuk apa mendesak Harsha dengan pertanyaan privasi seperti itu. Dia pasti risih dan tidak suka urusannya dicampuri oleh orang lain!" Ron menyela
"Ah, benar! Kamu Ron Kyle rupanya!" Perempuan berkacamata itu memekik girang ketika Ron menoleh padanya. Ia menelisik penampilan pria di depannya dengan lekat hingga kemudian tatapannya beralih pada Harsha yang masih berada di dekapan Ron. Merasa sedang diperhatikan, Ron sontak mengurai pelukannya dan berdiri dengan canggung. "Maaf, apa saya mengenal anda?" tanya Ron kemudian dengan bingung. "Sepertinya nggak! Bela nggak pernah membawamu setiap kali kita ada acara! Btw, aku pikir kamu sedang liburan bersama Bela, kemarin dia beralasan nggak bisa dateng ke arisan karena dia bilang kalian sedang liburan!" Perempuan itu terus menyerocos hingga membuat dua alis Ron menyatu. "Tapi rupanya aku malah bertemu denganmu di sini!" sambungnya seraya melirik Harsha dengan tatapan risih. "Sepertinya anda salah orang. Saya bukan Ron Kyle." Ron bergegas menarik lengan Harsha dan menggandengnya masuk ke dalam lift. Bukannya takut perempuan itu akan mengadu pada Bela, Ron hanya tak mau Harsha mer
Sejak Ron menghindar beberapa waktu yang lalu, Harsha mulai menyalahkan dirinya sendiri yang tak pernah bisa mengerti posisi sang suami yang sebelumnya juga memiliki istri selain dirinya. Harsha juga menyalahkan Ron atas kejadian-kejadian buruk yang menimpanya. "Apa Tuan marah karena ucapanku ketika terakhir kali kita bertemu?" Harsha memberanikan diri menatap netra Ron yang selalu teduh di saat dia sedang dalam emosi rendah.Ron berpikir sejenak, ada dua hal yang membuat Ron kesal pada Harsha waktu itu. Saat Harsha menyalahkan dirinya atas kematian ibunya dan saat Harsha berkata akan pergi setelah bayi mereka lahir. "Kenapa memangnya?" Ron balik bertanya dengan kepo. "Kamu menyesal?" Harsha menggeleng, tapi ketika bola mata Ron tiba-tiba membesar, lantas ia buru-buru mengangguk. "Aku minta maaf. Aku nggak bermaksud menyalahkan Tuan atas kematian ibuku. Waktu itu aku sedang kesal saja, makanya aku melampiaskannya sama Tuan." "Ohhh ..." Ron mengangguk paham, "jadi kamu cuma menja
Semuanya berlangsung sangat cepat, setelah menerima telepon yang mengabarkan jika mertuanya tengah kritis di rumah sakit, Ron segera menelepon Vick agar kembali dan mengantarnya ke kota. Selama di perjalanan, Ron gelisah dan berulang kali menghela napas panjang setiap kali teringat pada istrinya yang entah berada di mana sekarang. Ron tak sempat bertanya pada William, apakah Bela juga berapa di rumah sakit dan mengapa bukan Bela saja yang menghubunginya? "Lebih dipercepat lagi, Vick. Aku tidak mau kita terlambat sampai di sana!" perintah Ron tegas ketika Vick seakan-akan membuang waktu di jalanan dengan menyetir bak siput. Sekretaris itu hanya mengangguk, kakinya lantas menginjak pedal gas lebih dalam dan kecepatan pun bertambah dengan stabil. Ron sudah pernah terlambat ketika ibunya Harsha sudah terbujur kaku ketika ia tiba. Dan, kali ini ia tidak mau kejadian buruk itu terulang. Tiba di rumah sakit, Ron langsung melompat turun setelah mobil berhenti di lobi. Ia berlari kencang
Selayaknya pasangan yang sedang berbulan madu, baik Bela maupun Victor tak sekalipun melepas genggaman atau berciuman di manapun mereka berada. Di pulau private ini, tak akan ada yang mengenali mereka berdua. Hanya tiga pasangan yang diperbolehkan bermalam di tiga villa yang sangat ekslusif dan private. Victor pun sudah memastikan jika tamu lain yang berkunjung ke pulau ini bukan berasal dari Indonesia, melainkan dari Mexico dan Jepang. "Apa menurutmu kita perlu liburan seperti ini setiap bulan?" tanya Victor ketika mereka berdua tengah makan siang di balkon vila, menikmati pemandangan ombak pantai yang sesekali menghempas karang. "Aku tidak yakin. Tapi, tidak ada salahnya di coba." Bela mengusap jemarinya yang baru saja menyentuh buah anggur, mulutnya sibuk mengunyah sementara Victor terus saja menatapnya. "Oke. Bulan depan kita akan ke Swiss. Carilah alasan yang lebih logis karena kita akan bepergian selama seminggu.""Are you kidding? Bagaimana caranya aku meminta ijin pada Ron
Ketakutan terbesar yang akan selalu ia sesali seumur hidup akhirnya benar-benar terjadi pada Bela. Ketika ia siuman, dan mendapati Ron serta Victor menundukkan kepala tanpa menjawab pertanyaan tentang kondisi papanya, akhirnya membuat raungan tangis wanita itu terdengar. Ethan Zurishmo dinyatakan meninggal tepat setelah putrinya menginjakkan kaki di rumah sakit. Bela dibimbing menuju ruang jenazah setelah ia cukup tenang dan berhenti menangis. Ron mendorong kursi roda istrinya, tanpa sekalipun membuka mulut. Di belakangnya, Victor turut menemani dan sesekali memberi kekuatan pada sepasang suami istri itu. "Papaaaa!" tangis Bela setelah melihat jenazah sang ayah yang telah ditutupi oleh selembar kain putih. "Papa maafin Bela. Papa bangun!" jeritnya pilu seraya memeluk tubuh kaku itu.Namun, sekeras apapun Bela berteriak, sepilu apapun dia meraung, Ethan Zurishmo tak akan pernah bangun dan menatapnya lagi. Salah satu orang yang menjadi penguat Bela untuk menguasai harta Ron Kyle suda
"Aku mengenal Victor jauh sebelum aku mengenalmu. Kami berteman sejak sama-sama kuliah S2 di Amerika."Ron menyimak setiap kata yang keluar dari bibir istrinya dengan jantung berdebar. Ada sekelumit rasa cemburu yang tetiba menyergapnya. Rupanya, Ron tidak benar-benar mengenal istri yang telah membersamainya selama sembilan tahun ini. Ada banyak ruang kosong di kehidupan Bela, yang tidak bisa Ron masuki. "Hubungan kami dekat, bahkan terbilang sangat dekat sebagai teman.""Dan, selama ini kamu tidak pernah memberitahuku tentang cerita ini? Kamu sengaja membuatku terlihat bodoh? Bahkan, kamu bilang hubungan kalian lebih dari sekedar teman dekat! Kalian pergi berdua, dan aku tidak tahu berapa banyak waktu yang pernah kamu habiskan waktu bersama Mr. Simon!" Ron mulai geram dengan pengakuan istrinya. Bela hanya bergeming dan tak berani membalas tatapan sang suami yang tertuju tajam padanya. Jemarinya gemetaran di bawah selimut, Bela mati kutu sekarang. "Apa dugaanku benar jika kalian
Di kamar bercat putih dengan seprai berwarna pink dan lampu gantung kristal minimalis di tengahnya, Harsha baru saja naik ke tempat tidur ketika ponselnya tiba-tiba berdering di meja nakas. Melihat nama seseorang yang ia nanti-nantikan itu muncul di layar, Harsha buru-buru mengangkat telepon itu tanpa menunggunya berdering lebih lama lagi. Dan, ketika Ron mengatakan akan datang menemuinya, rasa kantuk yang sesaat lalu mendera tiba-tiba saja raib entah ke mana. Harsha memutuskan untuk turun dari ranjang dan berjalan cepat menuju meja rias mungilnya. Padahal, tanpa terburu-buru pun, Ron tak akan datang secepat itu. Harsha terlalu bahagia sampai-sampai ingin tampil cantik dan wangi di depan suaminya. Menanti detik demi detik kedatangan Ron Kyle, tak ayal membuat Harsha merasa mual dan grogi. Dadanya berdegup kencang, sesekali napasnya tertahan sebelum akhirnya terhembus dengan panjang. Beginikah rasanya jatuh cinta? Bahkan belum melihat wajahnya saja, rasanya sudah seperti mau pingsan