Share

6. Bertemu dengan Ika

Author: Ria Wijaya
last update Last Updated: 2023-07-23 15:02:59

"Mbak, aku mau pulang dulu, dan aku mau minta tolong ke Mbak ya, tolong jangan kasih tahu siapa pun soal ini," ujarku memohon kepada Mbak Yuyun, sebab selain malu, aku juga perlu melihat bukti secara langsung, apakah Mas Rohman benar-benar selingkuh?

"Iya, kamu tenang aja. Aku juga nggak berani cerita sama orang-orang, soalnya iya kalau ini beneran si Ika, nanti kalau salah, kan aku yang dituduh menyebarkan fitnah. Emm ... Kamu yang sabar ya, Nell, dan kamu juga harus pikir baik-baik masalah ini."

Aku hanya mengangguk, lalu kemudian aku berpamitan pulang. Di saat aku memasukkan sepeda motorku ke garasi, kulihat rumah masih sepi, sepertinya Mas Rohman belum pulang, dan Ibu sudah pergi entah ke mana.

Aku hendak masuk ke dalam kamar, namun kudengar ada suara sepeda motor Mas Rohman yang baru saja tiba.

Tanpa mengulur waktu, aku pun langsung pergi ke depan, dan membuka pintu rumah.

"Lho, Nella. Kamu kok sudah ada di rumah?" tanya Mas Rohman kaget.

"Kamu habis dari mana, Mas?" tanyaku balik tanpa menghiraukan pertanyaan Mas Rohman.

"Aku habis nganterin Ika ke Pasar. Oh ya, ini uang ongkos tadi," sahutnya seraya menyerahkan uang yang ia ambil dari kantong jaketnya.

Sejenak aku tertegun ketika menerima uang pemberian Mas Rohman, aku tidak menyangka kalau Mas Rohman akan berkata jujur, padahal kalau jawaban dia sampai berbohong, aku pasti akan langsung menuduhnya selingkuh dengan Ika.

"Mas, kamu kok jadi deket sama Ika? Sampai mau disuruh dia nganter ke pasar pagi-pagi begini?" tanyaku yang mencoba memancing jawaban Mas Rohman, memangnya seberapa dekat mereka berdua?

"Ya sebenarnya sedikit terpaksa, sebab subuh tadi dia tiba-tiba datang ke sini, terus minta tolong, masa iya aku tolak, kan nggak enak?"

"Tapi, kenapa dia langsung minta tolong ke kamu, Mas? Kamu kan juga bukan tukang ojek."

"Ya nggak tahu, mungkin karena kemarin aku mau nganter dia ke mall, dan tadi dia juga lagi butuh tukang ojek, tapi karena nggak ada, jadi dia minta tolong ke aku. Sudahlah, kamu jangan mikir aneh-aneh, aku dan dia nggak ada hubungan apa-apa," sahut Mas Rohman yang kemudian langsung pergi ke kamar.

Aku hanya bisa menghela napas mendengar jawaban Mas Rohman, meski jawaban Mas Rohman masuk akal, namun hatiku tetap tidak tenang.

Sepertinya aku harus tanya langsung ke Ika, jangan-jangan dia memang berniat ingin menggoda Mas Rohman.

Lalu tanpa mengulur waktu lagi, aku pun segera mengerjakan semua pekerjaan rumah ku, lalu setelah selesai nanti, aku akan pergi ke rumahnya Ika.

***

Setelah semua pekerjaanku selesai, aku pamit ke Mas Rohman dengan alasan mau pergi ke toko. Namun, aku tidak mengatakan kepada dia, bahwa aku akan pergi ke toko yang berada di depan rumahnya Ika.

Toko di gang sebelah ini memang lebih besar dari toko tetanggaku, jadi hal yang sangat wajar jika warga kami sering datang kemari kalau barang yang kami cari tidak ada di toko tetangga kami.

Sambil berbelanja, aku pun juga menyempatkan diri untuk melirik rumahnya Ika, dan untungnya saja pintu rumahnya terbuka, jadi aku bisa mampir setelah belanja di toko ini.

Setelah berbelanja, sesuai dengan niatan awal ku, aku pun langsung pergi ke rumahnya Ika.

Ada perasaan sedikit ragu saat aku sampai di teras rumahnya, namun demi ketenangan hatiku sendiri, aku harus nekat mengetuk pintu rumah ini.

"Assalamualaikum," ujarku memberi salam seraya mengetuk pintu yang sebenarnya sudah terbuka itu.

"Wa'alaikumsalam, eh Mbak Nella, silakan masuk, Mbak," sahutnya ramah. Namun, sangat membuatku terkejut, sebab ini adalah pertemuan pertama kami, namun ia seolah-olah sudah lama mengenalku.

"Habis belanja ya, Mbak?" tanyanya basa-basi seraya melirik kantong belanjaan ku.

"Eh, Iya. Oh ya, maaf ya kalau kedatanganku ke sini mengganggu kamu," ujarku sedikit tidak enak, sebab sepertinya dia sedang memasak, terlihat dengan celemek yang menempel di tubuhnya.

"Oh, nggak kok, Mbak. Mbak santai saja, ngomong-ngomong ada apa ya Mbak? Tumben Mbak main ke mari?"

Aku tersenyum canggung. " Emm ... sebelumnya aku minta maaf ya, Ka. Bukannya aku bermaksud gimana-gimana, tapi jujur aku hanya penasaran, tadi kenapa kamu minta tolong suamiku untuk mengantarmu ke pasar?"

"Oh ... itu, hahaha ... Mbak pasti curiga denganku kan? Tapi, nggak apa-apa kok, aku sudah biasa," sahutnya yang masih bisa tertawa.

Sedangkan aku tentu bingung, dan pastinya juga semakin merasa tidak enak dengan Ika, sebab kalau diperhatikan lagi, sepertinya Ika bukan tipe orang yang seperti dibicarakan oleh orang-orang selama ini.

Penampilan Ika memang bukan seperti wanita lugu, namun ketika berbicara dengannya, dia tidak terlihat seperti janda-janda gatal yang digambarkan oleh orang-orang selama ini.

"Eh, enggak kok, aku hanya--"

"Udahlah Mbak, nggak apa-apa kalau Mbak mau percaya dengan perkataan orang-orang di luaran sana. Tapi, kalau untuk suami Mbak, saya berani bersumpah Mbak, saya tidak berniat mendekati suami Mbak. Tapi, justru saya ingin membantu Mbak."

"Membantuku? Membantu apa? Apa maksudmu?" tanyaku bingung.

"Maaf ya, Mbak. Untuk saat ini aku belum mau memberikan alasan, kenapa dan apa yang aku bantu untuk Mbak. Tapi, pesanku, tolong setelah ini Mbak buka mata Mbak, dan telinga Mbak lebar-lebar, karena aku kasihan melihat Mbak."

"Memangnya ada apa sih, Ka? Tolong beri tahu aku," ujarku penasaran.

"Sekali lagi aku minta maaf, Mbak. Aku beneran tidak enak dan bingung gimana cara nyampeinnya ke Mbak, yang jelas tolong ingat-ingat pesanku tadi ya?"

Huh, aku hanya bisa menghela napas mendengar jawaban Ika. Ingin sekali rasanya memaksa Ika untuk bicara, tapi rasanya percuma, sebab Ika benar-benar terlihat tidak enak untuk menyampaikan apa yang sedang ia simpan saat ini.

Pokoknya jika dilihat, ekspresi Ika sama seperti Mbak Yuyun waktu itu, yang hanya menyuruhku untuk waspada. Namun, jika wanita yang harus aku waspadai ternyata bukanlah Ika, lalu siapa wanita itu?

Karena tidak mendapat jawaban yang aku inginkan, dan justru aku malah dibuat penasaran dengan perkataan Ika, aku pun memutuskan untuk berpamitan pulang.

Dan, di dalam perjalanan pun aku masih memikirkan hal ini, sebenarnya ada apa sih ini? Dan, kalau benar Mas Rohman memang selingkuh, lalu dia selingkuh dengan siapa?

Ah, sudahlah. Semakin dipikirkan maka semakin membuatku pusing saja, lebih baik aku tidur aja sekarang, pikirku ketika membuka pintu rumah.

Namun, aku terkejut saat membuka pintu, sebab bertepatan dengan itu aku melihat Ibuku keluar dari kamarku.

"Ibu, ada apa?" tanyaku bingung.

"Nggak ada apa-apa, cuma ngomelin suamimu aja," sahutnya yang kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Hah, ngomelin Mas Rohman?

Berarti Mas Rohman ada di dalam kamar?

Lalu kesalahan apa yang diperbuat suamiku, hingga Ibuku sampai masuk ke kamarku hanya untuk mengomeli suamiku?

Related chapters

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    7. Pil Kontrasepsi Di Kamar Ibuku

    "Nella, Ibumu terlalu cerewet, kalau begini terus lama-lama aku nggak betah tinggal di sini," gerutu Mas Rohman ketika aku baru saja masuk kamar."Yang sabar ya, Mas. Kalau kita pindah dari sini, kan kasihan Ibu sendirian," sahutku yang masih merasa berat jika harus meninggalkan ibuku sendirian, sebab kalau ada apa-apa kan susah jika tidak ada sosok laki-laki di rumah, terutama pas ada atap bocor, atau masalah lain yang hanya bisa dikerjakan oleh laki-laki.Oleh karena itu aku mengajak Mas Rohman tetap tinggal di sini, walaupun setiap harinya Ibuku selalu menyindir Mas Rohman."Hah, ya sudah lah! Kalau begitu aku mau mancing aja, di rumah hanya nambah pikiran jadi semakin sumpek!" Kini giliran aku yang hanya bisa menghela napas panjang, ketika melihat Mas Rohman pergi begitu saja. Padahal kalau kamu mau mencari pekerjaan tetap, Mas. Tidak akan ada keributan seperti ini di setiap harinya.Setelah membereskan barang belanjaanku tadi, aku pun langsung menuju dapur untuk makan siang, di

    Last Updated : 2023-07-31
  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    8. Ada Yang Aneh

    Semenjak aku menemukan pil kontrasepsi di kamar Ibuku, kini pikiranku setiap hari semakin tidak tenang, aku takut jika Ibuku berbuat hal yang melewati batas dan melanggar hukum.Padahal masalah Mas Rohman saja belum usai, tapi kini sudah ketambahan masalah Ibuku sendiri."Hei, Mbak. Lagi ngelamunin apa?" tanya Ika yang mengagetkanku."Eh, Ika. Nggak kok, aku nggak lagi ngelamun, cuma liat ibu-ibu itu aja," kilah ku seraya menunjuk seorang ibu-ibu bertumbuh tambun dan menggunakan riasan menor yang sedang asyik berbelanja di toko seberang jalan."Ooo ... Oh iya, Mbak. Aku mau beli tomat seperempat, cabai merah juga seperempat, dan terongnya dua ikat."Aku mengangguk seraya tersenyum, lalu kemudian aku mulai menimbang cabai dan tomat pesanan Ika. Namun, tanganku yang sedang mengambil tomat refleks berhenti saat Ika mengatakan, "Mbak, maaf ya, tadi aku minta tolong ke Mas Rohman lagi untuk nganterin aku ke pasar, nggak apa-apa kan?""Nggak apa-apa kok," sahutku seraya tersenyum, namun h

    Last Updated : 2023-09-04
  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    9. Pindah

    Karena kian hari sikap Ibuku semakin menjadi-jadi, akhirnya hari ini juga aku mengajak Mas Rohman pindah ke rumah kontrakan yang sudah sejak dua hari yang lalu aku mencarinya dengan bantuan adikku juga.Rumah kontrakan tersebut tidak jauh dari kos-kosan tempat adikku tinggal, lebih tepatnya bersebelahan, karena pemilik kos-kosan tersebut dengan rumah kontrakan kami pemiliknya sama, yaitu Bu Ajeng namanya.Aku sengaja memilih rumah kontrakan Bu Ajeng karena harga sewanya murah, juga tempatnya yang tidak jauh dari pasar tempat aku berjualan."Mbak, kenapa milih ngontrak sih, Mbak? Bukannya sudah enak ya tinggal bersama Ibu, Mbak kan jadinya nggak perlu keluarin uang buat sewa," ujar adikku seraya membantuku masak di dapur, sebab rencananya hari ini aku akan membuat nasi kotak sebagai acara syukuran kecil-kecilan atas kepindahanku yang akan aku bagikan ke tetangga yang ada di sekitar sini."Nggak apa-apa, Mbak cuma ingin mandiri saja," kilah ku."Halah, jangan bohong. Pasti ada apa-apa,

    Last Updated : 2023-09-17
  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    10. Informasi Baru

    Jika ada yang bertanya, adakah di dunia ini orang yang tidak bekerja, namun dia bisa mendapatkan uang? Akan tetapi, bukan hasil minta ke orang lain lho ya? Jawabannya tentu ada, dan orang itu adalah suamiku sendiri. Jangankan orang lain, aku sendiri bahkan heran, bagaimana suamiku bisa mendapatkan uang-uang itu? Padahal ia tidak pernah bekerja satu hari pun, dan ia juga tidak punya keluarga sama sekali untuk dimintai uang. Lalu dari siapa uang-uang tersebut?Awalnya aku sempat percaya bahwa Mas Rohman mendapatkan uang dari ia bekerja sebagai tukang ojek yang mengantar para karyawan pabrik yang tinggal di dekat-dekat sini. Namun, ternyata itu semuanya bohong, sebab Mas Rohman tidak pernah keluar dari rumah, dan aku mendapatkan informasi tersebut dari Bu Ajeng. Aku mempercayai kata-kata Bu Ajeng, karena dia orang yang baik dan jujur.Setelah mendapat informasi tersebut, hampir dua Minggu ini aku tidak bisa tidur, karena aku takut jika uang-uang itu ternyata hasil dari hutang, entah ke

    Last Updated : 2023-09-17
  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    11. Penggerebekan

    Keesokan harinya."Mbak Nel, mukanya kok kayak zombie gitu, semalam nggak tidur ya?" tanya Mas Anton bercanda sembari membantuku menurunkan barang-barang dagangan ku."Hehe ... iya, Mas. Kelihatan banget ya?""Ealah, beneran nggak tidur tow, kalau begitu kenapa maksain jualan, Mbak? Seharusnya Mbak istirahat dulu, takutnya nanti kenapa-napa," sahut Mas Anton yang terlihat khawatir."Enggak ah, Mas. Justru kalau nggak jualan nanti jadi tambah stress, hehe ....""Ho oh, Mbak. Memang bener, orang kalau sudah biasa bekerja, terus nggak kerja sehari aja, rasanya memang seperti ada yang kurang gitu.""Iya, Mas. Udah semuanya, Mas. Makasih ya, Mas.""Sama-sama, Mbak."Setelah kepergian Mas Anton, Mbah Marni dan Bu Yanti juga menanyakan hal yang sama padaku, dan meskipun aku tidak pernah bercerita soal rumah tanggaku pada mereka, namun mereka seolah sudah mengerti bahwa aku dan suamiku sedang tidak baik-baik saja. Mereka bisa mengetahui kondisi rumah tanggaku, sebab mereka juga pernah mendenga

    Last Updated : 2023-09-18
  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    12. Talak

    Lalu tidak lama kemudian satu persatu warga mulai berdatangan karena mendengar suara teriakan Pak Roni tadi, berbeda dengan aku yang masih berdiri di ambang pintu dapur karena tidak berani melihat keadaan Ibuku dan suamiku saat ini.Namun, tidak lama kemudian Bu Ajeng datang menghampiriku seraya mengatakan, "Nell, ayo, cepat kamu lihat mereka, dan kamu harus segera putuskan hukuman apa yang pantas untuk mereka." Sembari memapahku, aku hanya bisa mengikuti langkah kaki Bu Ajeng, sebab pikiranku benar-benar kosong saat ini, yang ada hanya perasaan takut melihat mereka karena ini sudah pasti akan membuat hatiku terlampau sakit.Dan, benar saja, aku hancur ketika melihat suamiku dan Ibuku sendiri yang berada di atas ranjang dengan menggunakan selimut yang sama untuk menutupi tubuh polos mereka.Pandanganku mengabur karena air mata yang mulai berdesakan meminta keluar, namun di sana aku dapat melihat wajah malu suamiku, dan juga tangis Ibuku.Aku tidak bisa berkata-kata, begitu juga deng

    Last Updated : 2023-09-19
  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    13. Tempat Tinggal Baru

    Author Pov.Setelah menghabiskan waktu selama lima belas menit dengan mengandarai motor, Winda dan Wati akhirnya tiba di rumah mereka.Namun, saat mereka berdua hendak masuk rumah, tidak lama kemudian Rohman yang menaiki motornya sendiri ikut menyusul mereka."Heh, kamu ngapain ikut ke sini?!" ketus Winda yang kini semakin benci dengan Rohman, sebab gara-gara mantan kakak iparnya ini juga, ia harus menanggung malu di hadapan banyak orang yang tinggal di area kos-kosannya."Lha, memangnya kalau nggak pulang ke sini, aku harus ke mana?" sahut Rohman santai seraya mengedipkan sebelah matanya ke arah Wati.Winda yang melihat kelakuan Rohman, ia semakin muak dengan lelaki yang ada di hadapannya ini."Ibu! Aku nggak mau tahu, pokoknya cepat usir dia dari sini, Bu! Dan, jangan pernah lagi Ibu berhubungan dengan dia!" teriak Winda seraya menuding wajah Rohman."Winda, tenanglah! Jangan ribut seperti ini, nanti tetangga pada denger," sahut Wati yang kemudian menyeret Winda masuk ke dalam rumah

    Last Updated : 2023-09-21
  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    14. Dilamar

    Satu tahun kemudian..."Nella, nanti malam kita jalan ya?" ajak Sugeng yang berdiri di samping pagar, sedangkan Nella baru saja pulang dari pasar."Nella mengangguk, membuat Sugeng tersenyum senang, lalu kemudian ia berpamitan, "Kalau begitu Mas pergi kerja dulu.""Iya, hati-hati," sahut Nella seraya melambaikan tangannya. Nella menggelengkan kepalanya seraya tertawa ketika melihat Sugeng pergi dengan wajah semringah layaknya seorang bocah yang baru kasmaran."Astaga, padahal kita sudah tua, tapi kenapa pas pacaran seperti ini jadi seperti bocah lagi ya?" gumam Nella yang heran pada dirinya sendiri.Ya, Nella dan Sugeng akhirnya resmi pacaran dari dua Minggu yang lalu. Setelah mereka mengerti cerita hidup masing-masing, dan Sugeng yang juga gencar mendekati Nella, akhirnya membuat hati Nella menjadi luluh dan mau menerima cintanya Sugeng.Sugeng ternyata seorang duda tanpa anak, istrinya sudah lama meninggal, yang lebih tepatnya Sugeng sudah menjadi duda sejak lima tahun yang lalu.B

    Last Updated : 2023-09-22

Latest chapter

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    35. Yoella Anggraini

    Satu Minggu kemudian...."Sayang, memang kamu tidak apa-apa kalau aku tinggal pergi?" tanya Yoga yang sudah ke sekian kalinya, Yoga hendak pergi keluar kota untuk perjalanan bisnis, namun ia tidak tenang jika meninggalkan istrinya yang sudah dekat dengan HPL."Nggak apa-apa, Mas. Kan masih ada tiga hari lagi, sedangkan kamu besok sudah pulang.""Iya, tapi kata orang-orang melahirkan itu bisa kurang atau lebih dari HPL, terus jika tiba-tiba besok kamu melahirkan, dan tidak ada aku di rumah, lantas bagaimana?""Sayang, di rumah kan ada pelayan, dan sebentar lagi Ayah dan Ibu juga pulang, jadi kamu nggak usah khawatir lagi, cukup doakan aku dan anak kita selamat dan lancar lahirannya."Yoga memeluk Nella, ia benar-benar merasa berat meninggalkan Nella, namun ia juga tidak bisa mengabaikan pekerjaannya yang ada di luar kota."Baiklah, kalau begitu aku mau telepon Ibu dulu, aku mau memastikan kalau Ibu dan Ayah nanti sudah ada di rumah ketika aku sudah berangkat."Setelah menelepon ibunya,

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    34. Menjadi Kesayangan Keluarga

    Satu tahun kemudian....Tidak ada yang bisa dilakukan Nella kecuali hanya makan dan tidur, sebab Yoga dan mertuanya melarangnya melakukan pekerjaan rumah, walaupun hanya sekedar merapikan tempat tidurnya saja."Mas, aku bosan. Aku bolehkan hanya menyiram bunga saja?""Nggak! Kasian dedek bayinya kalau kamu panas-panasan di luar.""Lha terus apa bedanya dengan kita jalan-jalan pagi di setiap hari Minggu, kan aku juga terkena sinar matahari.""Ya beda dong, Sayang ... kalau matahari pagi kan sehat, nah ini jam sepuluh kamu ingin panas-panasan di luar."Nella mencebikkan bibirnya kesal, ia diam-diam tidak bisa melakukan pekerjaan rumah jika ada suami dan mertuanya di rumah. Apalagi semenjak Nella hamil, ia sudah seperti tawanan yang harus diawasi setiap hari."Kalau begitu aku harus ngapain dong? Aku bosan kalau hanya luntang-lantung tak jelas di rumah.""Kamu kan bisa pergi jalan-jalan, belanja, atau apapun, asalkan harus diikuti pengawal.""Huh! Ternyata rasanya jadi istri CEO itu kehi

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    33. Bertemu Dengan Calon Mertua

    Setelah disuguhi banyaknya hal yang mengejutkan, namun kejutan untuk Nella tidak hanya sampai di sini saja, Nella benar-benar akan dibuat syok setengah mati hari ini."Kita sudah sampai," ujar Yoga dengan wajah yang tampak bahagia. Yoga sangat senang karena akhirnya ia bisa membawa calon istrinya ke rumah."Lho, kita di mana? Ini kan bukan hotel?" tanya Nella bingung."Rumah mertuamu," sahut Yoga santai."Hah?" Nella semakin panik ketika pintu mobil di sampingnya dibuka Yoga, lalu kemudian Yoga mengulurkan tangannya."Lho, tapi ... Mas, kenapa ke rumahmu sih? Aku kan--"Yoga mengguncangkan tangannya lagi karena Nella tidak segera menyambut uluran tangannya.Sedangkan Nella yang tidak bisa kabur dari sini, ia pun dengan terpaksa menerima uluran tangan Yoga."Lho Mas, bukankah kesepakatan kita itu kamu harus bertanya dulu ke orang tuamu, tapi ini kenapa aku sudah diajak ke rumahmu?" Nella semakin panik ketika langkah mereka sudah hampir sampai di teras rumah Yoga, ia bahkan mengeluarka

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    32. Manusia atau Tokoh Novel?

    Nella hampir tidak bisa tidur karena masih memikirkan siapa Yoga sebenarnya, sebab Yoga tidak mau menjawabnya dan berjanji akan memberitahukan semua tentangnya besok.Hingga akhirnya pagi-pagi sekali Nella sudah siap, begitu juga dengan Yoga yang memang sudah tidak sabar lagi mengungkapkan jati dirinya pada calon istrinya tersebut.Ya, meskipun Nella belum menjawab mau menikah dengannya, akan tetapi Yoga merasa sangat yakin bahwa Nella mau menjadi istrinya.Namun, jika Nella tetap menolak menikah dengannya, maka ia akan menggunakan cara yang sedikit menyebalkan agar Nella mau menikah dengannya."Sudah siap?"Nella yang baru saja membuka pintu sontak terperanjat ketika melihat Yoga yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya."Sudah," sahut Nella sedikit canggung, dan Yoga pun juga merasakan bahwa sikap Nella kini menjadi terlihat berhati-hati padanya."Huh, sialan! Jika saja housekeeper itu tidak membocorkan identitas ku, maka Nella tidak akan berubah seperti ini hingga aku memberi kej

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    31. Bukan Lelaki Biasa

    Sedangkan di tempat lain, saat ini Nella dan Yoga sedang dalam perjalanan menuju Jakarta, Yoga mengatakan bahwa mereka akan menemui teman dokternya untuk membicarakan masalah bisnis baru mereka."Nanti aku tinggalnya di mana ya? Kan kalau tinggal di hotel pasti mahal," batin Nella seraya memandang ke luar jendela, ia tengah memikirkan akan menginap di mana, sebab Yoga nanti pastinya akan tinggal di rumahnya, dan Nella tidak mungkin akan menginap di rumah Yoga.Di saat Nella tengah melamun, tiba-tiba saja pundaknya terasa berat, saat ia menoleh ke kanan, Nella langsung dapat mencium rambut Yoga yang harum.Nella hanya bisa diam ketika melihat Yoga yang tertidur pulas menyandarkan kepalanya ke bahunya, ia tidak mungkin membangunkan Yoga karena merasa kasihan, sebab perjalanan mereka memang terlalu jauh untuk ditempuh menggunakan jalur darat.Untungnya saja bus yang mereka tumpangi terbilang bagus, dan bus yang mereka tumpangi ini memang khusus untuk perjalanan langsung ke Jakarta, jadi

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    Karma

    Winda yang terlalu mencintai Sugeng dan tidak percaya bahwa ia sudah diceraikan, akhirnya dengan penuh kenekatan ia berangkat sendiri ke kota Malang, dengan hanya berbekal alamat yang diberikan oleh salah satu teman Sugeng yang berada di kampung mereka, kini akhirnya Winda sampai juga di depan rumah alamat tersebut.Dengan perasaan sedikit ragu Winda mulai mengetuk pintu rumah tersebut, akan tetapi ia terkejut ketika melihat yang membukakan pintu adalah seorang wanita cantik yang Winda perkirakan seumuran dengannya."Maaf, Mbak nya mau cari siapa ya?" tanya wanita itu ketika melihat sosok asing di hadapannya."Oh, maaf ini apa benar dengan rumahnya Mas Sugeng?"Belum sempat wanita itu menjawab, dari arah belakang wanita tersebut terdengar suara lelaki yang Winda kenal."Sayang, siapa tamunya?"Jantung Winda berdebar keras ketika mendengar suara laki-laki yang dirindukannya selama beberapa bulan ini, akan tetapi ia hampir limbung ketika melihat sosok lelaki itu dengan nyata.Sugeng ben

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    29. Diusir

    Beberapa bulan kemudian....Karena bisnis jualan online ternyata menjanjikan, maka dari itu kini Nella juga ingin menambah produk baru untuk jualannya, namun untuk yang ini ia ingin namanya sendiri menjadi merek dagang barang tersebut."Mas Yoga, setelah tahu rasanya jualan online, entah mengapa lama-kelamaan aku jadi ingin punya merek dagang sendiri gitu. Tapi, aku bingung, kira-kira aku cocoknya produksi apa ya?" ujar Nella, saat ini mereka berdua sedang duduk di bangku pantai setelah melakukan pemotretan.Yoga terlihat berpikir sejenak, lalu kemudian ia menjawab, "Bagaimana kalau skincare? Kebetulan aku punya seorang teman yang jadi dokter kulit, dan istrinya itu seorang dokter kecantikan. Jadi mereka berdua itu ingin memproduksi skincare, tapi sedang terkendala modal. Jadi, bagaimana kalau kita bekerja sama dengan mereka saja?""Hah, skincare? Tapi, itu kan modalnya nggak sedikit, Mas. Lalu aku berkontribusi apa untuk kerja sama ini? Aku kan juga nggak punya modal sebanyak itu.""

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    28. Jadi Foto Model

    "Mbak, make up nya tolong jangan tebal-tebal ya? Aku nggak suka, hehe ....""Aduh, Mbak Nella ini ada-ada saja, Mbak tanpa makeup aja udah cantik, jadi ngapain harus tebal-tebal, Mbak? Mbak tenang aja, ini aku kasih tipis kok, jadi biar kelihatan natural."Nella mengangguk. Nella sebenarnya tidak menyangka jika hanya melakukan foto untuk model produk saja harus dandan seperti ini, padahal di FB saja banyak orang yang langsung foto dengan produk mereka tanpa perlu repot berdandan seperti ini."Mbak Mei, memangnya ini nggak berlebihan ya? Kenapa harus pakai blus on dan tetek bengek lainnya ini? Bukannya hanya memakai bedak dan lipstik saja sudah cukup?" tanya Nella pada fotografer yang sedang duduk tidak jauh darinya."Nggak berlebihan kok, Mbak Nell. Mbak sih belum lihat para selebgram memamerkan foto mereka, nah Mas Yoga ini maunya Mbak agar bisa terlihat seperti mereka, jadi biar sedikit lebih berkelas gitu dalam mempromosikan dagangan Mbak nantinya."Nella mengangguk. "Tapi, ini ka

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    27. Kehancuran Winda Part 2

    Keesokan harinya....Winda dengan perlahan mulai membuka matanya saat mendengar suara seorang wanita yang sedang mengerang kesakitan. Ia sempat terkejut ketika melihat ranjang pasien di sampingnya telah ditempati seseorang."Oh iya, sekarang kan aku masih di rumah Bu bidan," batin Winda yang kemudian teringat dengan kejadian semalam."Bu Winda sudah bangun?" tanya Bu bidan yang baru saja masuk dan hendak memeriksa pasien di sebelah Winda.Winda mengangguk lemah, lalu kemudian bidan tersebut mengatakan, "Baiklah kalau begitu tunggu sebentar ya Bu, setelah saya memeriksa Mbak ini, nanti saya akan periksa Bu Winda."Lagi-lagi Winda hanya mengangguk, lalu setelah gorden yang berada di tengah mereka ditarik bidan tersebut, Winda kemudian mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh, pantas saja suaminya sudah tidak kelihatan di sini, sebab mungkin saja Sugeng saat ini sudah berangkat bekerja.Winda tidak mempermasalahkan Sugeng yang tetap pergi bekerj

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status