Kakak ini semua tidak seperti yang kakak lihat, "Ucap Yansen terbata-bata, namun pria itu dengan sangat lihai memainkan perannya seolah dirinya seperti sedang diperas oleh wanita yang kini meminta ampunan kepada istrinya.
"Sayang jelaskan semuanya padaku, apa yang kalian lakukan disini?" Sentak Elena dengan kemarahan meminta penjelasan walaupun sebenarnya ia sudah mendengar semua yang ingin didengar nya namun ia tetap butuh penjelasan.
"Sayang tenang kan dirimu," ucap pria itu dengan senyum licik yang sedikit mengembang disudut bibirnya dan berusaha menenangkan istrinya. Elena terduduk lemas dengan yansen yang masih menangis dihadapannya.
"Jelaskan! Elena masih menuntut penjelasan dari mereka berdua.
"Kakak, ucap Yansen berat dengan menghela nafasnya panjang ia siap untuk mengatakan semua sejujurnya, tatapan tajam kakak iparnya tidak ia hiraukan lagi."Cukup Yansen jangan membuat drama menyedihkan lagi pria itu sudah membusuk di penjara tidak perlu k
Sinar matahari pagi menerobos melalui cela jendela sinarnya yang hangat dan menyilaukan mata mengusik dua sejoli yang kini sedang dimabuk cinta. "Selamat pagi sayang," seulas senyum manis menghiasi indahnya pagi. Sedangkan mata dengan bulu matanya yang lentik dan terlihat indah itu masih enggan untuk terbuka. "Sayang aku masih lelah," kata wanita itu masih enggan untuk membuka kelopak matanya yang indah. Cup... satu kecupan berhasil mendarat di bibir ranum warna pink muda yang terlihat sangat sensual dan menggoda. "Pergilah sayang, aku lelah!" rengek gadis itu terdengar sangat manja, sedangkan pria yang kini berada disampingnya tersenyum simpul ada kepuasan tersendiri di hatinya. Wanita pujaan hatinya kini kembali terlelap dengan tubuh tanpa sehelai benang napak terlihat polos dan menggoda, sehingga pria itu masih enggan untuk beranjak pergi ia masing senang memeluk dan mereguk kehangatan bersama gadis dalam pelukannya. "Sayang,
I love you,"ucap pria itu membelai rambut istrinya penuh kasih sayang, menunggu jawaban balasan dari wanita yang kini tersenyum lembut padanya."Aku lelah ingin istirahat dulu sayang."Aku akan buat kan teh hangat untuk mu?"Hee em aku tunggu teh ku diruang kerja ku."ucap pria itu sedikit kecewa karena harus mendengar jawaban yang tidak ia ingin dengarkan. Sedangkan gadis itu sudah pergi menuju dapur dengan piyama tipis yang membalut tubuhnya.Saat ini mereka tinggal di apartemen Dirga yang memang tidak memiliki pelayan satupun di rumah itu. Dirga tipe pria yang lebih suka hidup sendiri ia tidak suka dengan adanya pelayan akan menganggu privasi dan kebebasan hidup yang dilakoninya.Shena menuju dapur dan mulai merebus air untuk membuat teh dilihatnya persediaan makanan di kulkas sudah mulai habis tinggal air putih saja yang berderet rapi di dalam kulkas itu. Sedangkan Dirga membersihkan tubuh kedua kalinya dikamar mandi dan segera ke ruang kerja un
Mera sangat senang melihat kedua orang yang selama ini selalu bermusuhan sekarang sudah bersatu. Kedua orang yang juga sangat berarti dalam hidupnya. Kedua kakak yang selama ini tumbuh besar bersamanya selama dari kecil hingga tumbuh menjadi dewasa.Mobil yang ditumpangi Shena dan juga Dirga telah meninggal kan gerbang, kini tinggal Mera dan beberapa pelayan yang selalu setiap menjaganya juga Bi Asih yang sejak kehadiran Amera di rumah itu dialah yang ditugaskan untuk membantu segala keperluan Mera."Itu kakak perempuan nona Muda?" tanya Bi Asih yang penasaran dari tadi dengan kedua tamu yang datang dan membuat majikan cantiknya banyak tertawa yang membuat suasana rumah seakan berwarna karena selama dia berkerja di rumah itu selama puluhan tahun belum ada sekalipun terdengar tawa bahagia di rumah itu. Rumah ini terkadang seperti tak berpenghuni walaupun banyak pelayan tidak ada satu pun diantara mereka yang suka bicara atau bahkan berani bergosip karena bila ketahuan b
Danu hanya bisa menatap punggung anak gadis itu tanpa berani mendekat dan menyapanya, ada rasa takut akan penolakan dan juga beban kesalahan dimasa lalu yang terlalu besar rasa sesak di hati dan itu terasa menyakitkan. Merasa bersalah dan menjadi pria yang paling egois selama ini ia dengan rapat menyembunyikan semua rahasia itu dengan sangat baik hingga tidak ada satu orangpun yang menyadari skandal yang ia buat."Tuan Danu, anda sudah cukup lama berdiri disini marilah kita istirahat dulu agar tubuh tuan kembali fit dan sehat," Sela asisten Danu yang selalu setia mengikuti kemanapun tuannya pergi. Danu menurut saja dengan ucapan asistennya itu, pria paruh baya itu kembali melihat anak gadis yang masih sibuk memetik stroberi di lahannya setelah itu ia berbalik menuju rumah tua yang selama ini menampungnya. Di rumah itu ada seorang wanita bernama Yansen yang sekarang masih berkutat di dapur sibuk menyiapkan makanan untuk para tamu yang saat ini memenuhi rumahnya."Yansen
"Tidak perlu nak, jangan khawatirkan ibu, ibu hanya butuh istirahat sebentar, sekarang ibu masuk kamar dulu," kata Yansen dan meninggalkan putrinya sendiri di ruangan itu. Sedangkan dari luar gerak-gerik mereka sedang diperhatikan oleh seseorang.Seorang pria yang jelasnya adalah orang suruhan Danu yang ditugaskan untuk terus mengawasi gadis yang merupakan putrinya."Apa semua aman?" Tanya Danu setelah orang tersebut masuk dalam ruangannya."Sepertinya nyonya Yansen mulai mempertimbangkan usulan anda Tuan untuk membawa nona muda keluar dari kota ini Tuan." Kata pria itu melaporkan semua yang dilihat dan didengarnya."Baguslah, terus awasi terus mereka berdua." perintah Danu kepada anak buahnya itu. Pria itu pergi keluar untuk melanjutkan tugasnya. Sedangkan Danu kembali duduk dengan cerutu ditangannya ada senyuman kecil di sudut bibir pria paruh baya itu merasa puas bahwa rencananya sebentar lagi akan segera tercapai.***Waktu menunjukkan p
Apartemen Dirga nampak lengang dan sepi sebelum terjadi keributan di Central Group, Dirga sudah berencana untuk segera meninggalkan negara ini. Bahaya sedang mengintainya."Sayang sekarang kita bereskan barang-barang kita sebelum berangkat berbulan madu," ujar Dirga dan sibuk merapikan pakaian dan juga beberapa barang penting yang akan dibawanya."Sayang kok mendadak, aku harus pamit juga ke ayah dan juga Mera," ujar Shena menggerutu."Sayang inikah suprise buat kamu, sebagai kado pernikahan kita. Sedangkan Dirga meninggalkan kopernya yang sudah beres mendekat kepada sang istri menggoda sang istri dengan kecupan di bibir yang membuat pemilik bibir seksi itu merona."Ih nakal," ujar Shena dengan wajah tersipu malu."Besok adalah bulan madu kita sayang jadi bersiaplah," ucap Dirga lembut membisikkan kalimatnya ditelinga sang istri menghembuskan nafasnya perlahan hingga menimbulkan sensasi geli"Ih nakal." ucap Shena dengan mendesah menikmati sensasi i
Shena membuka matanya perlahan setelah sekian lama ia tertidur, dan kepalanya terasa pusing dengan tenggorokan terasa kering. Dilihatnya sekitar kamar yang ia tempati, sebuah tempat asing yang cukup besar dan di dekat kamarnya ada sebuah perapian yang apinya menyala dan menghangatkan seluruh tubuh karena udara di wilayah ini sangat dingin. "Selamat pagi Nona." Sapa seorang perempuan paruh baya yang kini menunduk hormat padanya."Siapa kamu dan dimana suamiku?" Tanya Shena dengan penuh selidik."Saya pelayan disini Nona, saya diperintahkan Tuan Dirga untuk melayani anda," Kata pelayan itu."Dan di mana suamiku?"Tanya Shena lagi masih ingin tahu keberadaan suaminya."Suami anda dalam perjalanan bisnis Nona," kata Jos berbohong. Shena kesal dengan kenyataan yang di hadapinya ia berharap akan menikmati bulan madu ini tapi nyatanya Dirga malah meninggalkan dirinya entah dimana ia sekarang dan belum tahu negara mana yang ia datangi sekarang."Baiklah, Jos tinggalkan
Rumah ini sudah seperti layaknya penjara bagiku tidak ada kebebasan melangkah kemanapun semua penjaga berjas hitam berjaga berdiri tegap didepan pintu kamar membuat risih setiap privasi yang akan aku lakukan, entah ada hal besar apa yang membuat suami dan ayah mertuaku menyewa pengawal begitu banyak seperti ini, terkadang ada rasa khawatir akan hal buruk yang terjadi dan tidak biasanya kedua mertuaku datang dan menginap cukup lama di rumah ini, namun aku tetap senang seenggaknya aku tidak sendiri ketika suamiku harus melakukan perjalanan bisnis keluar negara ada ibu mertua yang setia menuntunku dan mengajarkanku banyak hal baik urusan memasak dan mempersiapkan perlengkapan bayi. Aku bersyukur memiliki kehidupan keluar yang mapan dengan segala fasilitasnya serta mendapatkan bonus mertua yang sangat baik dan juga perhatian dengan anak menantunya. Aku merasa hanya di kamar saja yang cukup nyaman dari pengawasan para mata elang manusia berjas hitam yang kini berdiri tegak di dep