Namaku Rey, seseorang yang lahir di era digital tinggi, juga teknologi teratas. Banyak orang dulu beranggapan, kalau dunia akan segera kiamat. Bahkan mereka tak memiliki mimpi sedikit pun. Ternyata salah, walau mungkin benar kiamat akan segera datang, tapi setidaknya kami umat manusia telah bisa mewujudkan mimpi. Hah, mimpi?
Ya, lihatlah kanan kiriku, kau mungkin akan sedikit harus berfikir jika aku menantangmu untuk membedakan mana robot dan mana manusia asli.
Kehidupan kini telah berubah, kawan. Manusia tak lagi terlalu berguna di dunia perindustrian, atau apalah itu. Beberapa dari mereka hanya terduduk manis dengan layar hologram di depannya. Memantau kehidupan para robot yang mereka pekerjakan untuk mengurus segalanya. Oh iya, pernahkah kalian mendengar istilah Cyborg? Aku takkan menertawakan kalau kalian masih agak ragu dengan jawaban yang ada di pikiran. Kumaklumi dengan sangat, manusia dulu memang sangat lucu. Andai aku bisa hidup di era itu.Baiklah, sedikit kujelaskan. Cyborg merupakan panggilan untuk manusia yang memiliki bagian tubuh atau sistem yang telah dimodifikasi dengan susunan sistem robot. Atau anggap saja sebagai manusia setengah robot.
Itu mungkin hal yang mustahil bagi peradaban seabad yang lalu, lalu mulai dipikirkan oleh beberapa ilmuwan di peradaban zaman kakekku, dan itu pun mereka harus menerima kenyataan kalau mereka dianggap gila, setengah tak waras. Namun, inilah kenyataannya. Lihatlah, mereka tak hanya manusia, beberapa bagian adalah robot, dan selebihnya Cyborg. Terlihat memusingkan memang membahasnya. Maka dari itu, aku tak menuntut kalian untuk bisa mengetahui semuanya. Namun, dengan mengikuti sepenggal kisahku, tentu kalian akan lebih mengetahui tentang kehidupan di masa depan. Tenanglah, ini hanya kalimat pembuka. Selebihnya nanti, kalian akan lebih dimanjakan dengan beberapa kisah manusia dengan si robot, atau malah Cyborg. Begitu pula dengan kisahku nanti. Sebagai manusia biasa, aku masih sama dengan kalian. Aku pun mengenal kata cinta. Ternyata perubahan zaman tak juga membuat kita melupakan kata ini. Sebenarnya bukan hanya sepenggal kata, tapi banyak dari kita yang sangat menganggap ini lebih dari kata, bahkan lebih dari apa pun. Cinta, adalah kata yang membuat kita merasakan keindahan yang luar biasa. Sungguh aku sangat beruntung diperijinkan untuk bisa mengenal kata itu. Namun, dibalik itu, aku merasakan sakit yang teramat. Ketika kutahu bahwa Annie, seseorang yang telah menjadi kekasihku selama dua tahun ini, kini telah berubah. Kehalusannya kadang berubah drastis, begitu pun dengan semua tingkah lakunya. Setelah seminggu lalu dia menemuiku untuk terakhir kalinya, ia langsung menghilang begitu saja. Kabarnya, ayahnya telah mengubahnya menjadi seorang Cyborg. Aku sama sekali tak habis pikir, seolah kehilangan separuh nyawa, tubuhku benar-benar lemas. Aku tak bisa melupakannya. Di mana dia sekarang? Entahlah, tapi sesuai janjiku, kan kucari di mana pun itu, kan kukembalikan dia seperti semula, layaknya manusia biasa. Kalian jangan mengkhawatirkanku, apa pun yang akan terjadi selanjutnya, itu semua hanya masalah takdir. Bisa saja semua mimpi yang kusebutkan di atas sirna. Juga bisa saja keadaan berbalik sempurna, hingga aku harus melakukan hal yang sangat tak kuinginkan.Bukankah memang begitu rumus kehidupan? Kita hanya bisa mengikuti semuanya, juga dengan usaha yang selalu kita lakukan. Lihatlah saja nanti, apakah semua akan berjalan lancar seperti harapanku? Namun kupikirkan sendiri, jika semua akan berubah sangat drastis. Maka dari itu, kalian tak usah terlalu memikirkan jalan hidupku.
Karena aku adalah Ren, manusia yang lahir di masa depan. ***Langit hari ini begitu cerah. Warna biru yang khas langit hanya sedikit terlapis awas tipis, yang di tengahnya terpancar panasnya sinar matahari. Memang, di era sekarang suhu bumi meningkat drastis. Itulah salah satu hal yang paling tak kusukai dengan era ini. Aku lebih senang untuk membayangkan hidup enak dengan banyak pohon di mana-mana. Kini tidak, pohon telah dicap sebagai sesuatu yang akan punah nantinya. Huh, sangat membosankan jika harus menbahas itu. Ditambah kondisi tanah yang mulai tidak sehat, dan teknologi terus berkembang, tentu ini membuat suhu bumi meningkat drastis. Namun kuyakin, semua bisa diatasi. Akal manusia selalu lebih hebat dari apa pun. Aku sering berdebat tentang hal ini dengan Annie, kekasihku.Dia selalu menyalahkan kesombonganku saat memamerkan hasil peradaban manusia. Dia akan selalu marah jika mengatakan otak manusia tak ada batasnya. Semua akan bisa teratasi, apalagi hanya masalah sepele untuk menggantikan keadaan pohon.
Aku tersenyum membayangkan wajah cemberutnya, juga saat dia dengan nada kesalnya menjawab jika bumi akan segera hancur tanpa pohon. Entahlah, aku yang terlalu santai, atau dia yang terlalu berpemikiran jauh. Yang kutahu, sekarang aku duduk di taman kota, menunggunya. Sesuai perjanjian tadi malam, persepakatan untuk bertemu di sini terjadi karena jarak yang strategis di antara gedung kerja kami. Juga kecintaannya terhadap tanaman yang selalu membuat ia senang berada di tempat ini, karena terdapat beberapa pohon dan tumbuhan bunga. Di sini juga dilengkapi dengan mainan dan dekorasi peninggalan zaman dulu. Dia sangat menyukai tradisi manusia dulu. "Sayang ...." Aku terlonjak kaget dengan keberadaannya yang tiba-tiba telah duduk di sampingku. Dia tertawa manis, melihat tingkahku. Dengan berbalut dress warna biru dan bando merah yang pernah kuberikan dulu, dia terkesan sangat cantik.Tubuhnya tak terlalu tinggi, juga berperawakan kecil. Dia sangat terlihat menggemaskan seperti anak kecil saja. Padahal usianya sekarang telah menginjak 21 tahun. Berbeda 3 tahun denganku.
Dia hanya menunduk, diam. Seperti biasa, setelah lama tak bertemu, kita akan saling diam untuk pertama kalinya. Sangat berbeda dengan keadaan di room chat ataupun saat melakukan video call.Aku juga masih diam, berada di keadaan gugup untuk menyapanya terlebih dulu. Aku hanya memandangnya sekilas, penampilan yang sangat sederhana. Aku sangat menyayanginya. "Bagaimana pekerjaanmu?" Tanyaku mencairkan suasana.Dia tersenyum kembali, "Semua baik, bagaimana denganmu?""Seperti yang kau ketahui, semua tugasku selalu berjalan dengan lancar."Dia hanya tersenyum kecil. Sangat berbeda dengan biasanya. Ia yang selalu cerewet saat percakapan mulai dibuka, juga ia yang selalu manja di hadapanku, kini hilang semuanya. justru terlihat sedikit pancaran kesedihan di matanya."Kenapa, Annie? Kau menyembunyikan apa, coba katakan," ujarku menenangkan."Terima kasih untuk semuanya, Ren. Aku menyayangimu .... Hiks, terima kasih semuanya yang telah kau lakukan untukku...." Annie kembali menunduk, menutupi air matanya dariku."Katakan dengan benar, ada apa? Kau tak boleh memendamnya sendiri, Annie." Kuelus rambutnya pelan, mencium pucuk kepalanya."Aku harus pulang sekarang, ayah menungguku. Terima kasih waktunya, kau telah bersedia menemuiku di sela kesibukanmu. Aku selalu menyayangimu, Ren." Dengan terburu ia meraih tasnya."Ikut denganku," ucapku pelan, menahan kepergiannya."Tidak, ayah akan marah. Ini pertemuan pribadi hanya aku dan dia. Kau kembali ke kantormu saja. Aku tak apa Ren, aku sudah dewasa, bukan seperti dulu lagi."Aku hanya mengangguk pelan.Bagaimanapun juga kuyakin ada sesuatu yang tak beres di pertemuannya nanti. Aku harus bertindak dengan pintar, walau begitu, aku juga tahu tentang hubungan Annie dengan ayahnya.
Ayahnya pengusaha besar di bidang peralatan dan proyek perlengkapan biologis. Tentu saja, di sana juga dilengkapi dengan perawat, juga dokter yang sudah berpengalaman di bidangnya. Dalam beberapa berita, kini ayah Annie juga sudah membantu ratusan manusia yang hampir menemui ajalnya dengan memberikan sebuah sistem perobotan di saraf atau bagian yang pasien butuhkan. Bahkan dia telah mengubah beberapa manusia menjadi Cyborg yang sempurna. Begitu disayangkan, Annie sangat membenci perusahaan dan pemikiran ayahnya itu. Menurutnya manusia tak bisa disamakan dengan robot. Bahkan beberapa kali juga Annie meminta bantuanku agar bisa kabur dari kejaran sang ayah, yang membutuhkannya sebagai bahan percobaan ilmu barunya. Itulah yang membuatku sedikit bingung dengan sikap Annie barusan, aku yakin pasti ada sesuatu di sana. Aku harus membantunya."Annie, tunggu!" Aku berteriak kencang, memanggil Annie yang kini berada di balik mobilnya. Dia hanya menatapku sekilas, lalu meneruskan perjalanannya, takut aku paham keadaan."Apa yang terjadi dengannya?" Aku meremas rambut, bingung.Ruangan berukuran sekitar 5x5 meter. Terdapat beberapa peralatan yang sudah familier di hidupku. Beberapa peralatan penjalan sistem komputer, juga pengubah susunan struktur tubuh asli manusia dengan beberapa imbuhan sistem komputer. Ruangan ini adalah ruangan khusus yang didesain dengan sangat akurat. Tembok bercat putih kebiruan dengan pelapis keamanan sudah dari awal berdiri dengan tegak.Selain itu, terdapat juga ranjang kecil yang dilengkapi dengan peralatan canggih yang aku pun tak tahu apa namanya. Namun, setahuku di sanalah tempat praktek yang sesungguhnya. Ini ruangan ayahku, ruang utama yang ia gunakan untuk melaksanakan tugasnya. Sebenarnya bukan lagi tugas, karena ia sendiri yang terkadang memaksa orang lain yang justru bertugas padanya.Aku duduk di hadapan ayah, hanya terpisah meja kecil. Ayah memainkan pulpennya dengan lihai, sepertinya ia sedang berpikir."Apakah kau sudah siap, Annie?" Ayah menatapku, memastikan keadaan.
"Kenapa Annie tak bisa dihubungi?" Aku melempar topi sebagai pelampiasan.Setelah kepergian Annie, aku berusaha sekencang mungkin mengejar mobil yang ia gunakan. Namun nihil. Bahkan sampai depan rumahnya pun tak kutemukan keberadaannya di sana. Sepertinya ia langsung menuju ke lain tempat. Kuhubungi beberapa kali ponselnya, tapi selalu tidak aktif. Layar hologram di depanku hanya berkedip pelan, tak ada tanda akan tersambung. Aku mengutuki diri, mengapa aku tadi terlalu lama berpikir hingga kehilangan jejak sejauh itu? Ah bodoh, dasar pengecut!Mencoba beberapa kali kegagalan, akhirnya kuputuskan untuk menanyakan langsung pada ayah Annie. Dia pasti tahu segalanya, terserah nanti akan kudapati jawaban atau tidak, yang terpenting sekarang aku harus mencari peluang. Ya, itulah keajaiban terakhir yang kubutuhkan.Ayah Annie menolak panggilan. Ia justru mengirimkan pesan singkat sebagai gantinya, menanyakan kebutuhanku.Ayah
Hampir semalaman aku tak bisa tidur. Mencari banyak data yang harus kupersiapkan untuk menyelamatkan Annie. Apalagi tentang perkataan Annie pada suratnya agar aku harus menjauhinya, bahkan mencari pengganti pasangan. Sangat aneh. Bagaimana bisa dengan mudah ia mengatakan itu? Sedangkan perjanjian hubungan selalu kami tekankan agar bisa saling menjaga hati.Aku tak pernah menyangka dan aku pun tak akan percaya kalau dia memiliki cinta lain. Semua hanya bohong. Ini karena ulah ayahnya, mungkin saja mereka melakukan perjanjian agar Annie melupakanku dan dijodohkan oleh salah satu orang yang paling dipercayai ayah Annie. Eh, kenapa justru pembahasan perjodohan seperti ini yang kupikirkan?Hahaha, sekarang bukan lagi zaman batu yang mengharuskan cinta melalui perjodohan. Aneh juga, lagian mana mungkin anak sekarang mau dengan mudahnya menerima itu semua. Mereka lebih cenderung berpemikiran keras juga memiliki sikap yang keras untuk kemauannya.
Pukul 04.45Erd dan Pak Edwin telah sampai di kantor pusat. Mereka terlihat sangat lelah. Beberapa pelayan langsung menyuguhkan minuman penenang, pun beberapa makanan ringan. Sangat aneh, bukan? Namun, kami memang telah terbiasa menganggap perusahaan seperti layaknya rumah sendiri."Ren, apakah kau sudah mempelajari berkas yang telah pasukan selatan kirim?" Pak Edwin menanyakan dengan santai."Sepertinya anak kesayangamu itu sedang kongslet, Pak. Dari tadi, ia selalu tertawa sendiri dengan tiba-tiba. Bahkan saat kalian sedang melakukan penyerangan, ia malah tertawa dengan sangat kerasnya. Apakah Dokter Hans telah memiringakan sedikit otaknya ya?" Angel menyerobot jawabanku, padahal aku telah membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Pak Edwin."Hahaha, benarkah begitu Angel? Bisa saja, dia akan menjadi bahan percobaan selanjutnya jika berhasil dijadikan menantunya kelak." Pak Edwin malah ikut membuatku kesal.Aku m
Aku tak tahu dengan keadaan apa yang tengah terjadi saat ini. Tubuhku seakan ditimpa beban sangat berat, apalagi bagian kepala. Seperti ada sesuatu yang akan meledak di dalam kepalaku. Entah sudah berapa hari, aku masih memejamkan mata. Tak tahu dengan keadaan sekitar. Apakah aku masih berada di dunia? Apakah aku masih hidup?Tidak-tidak, aku memang masih hidup. Aku masih sedikit bisa mendengar suara-suara di sekitar. Bisa mengenal waktu pagi, siang, dan malam. Itu juga berkat percakapan orang di sekitarku, juga suara denting jam khas kota kami.Kondisiku saat ini sangat lemah. Jika diukur, mungkin detak jantungku hampir saja menghilang. Sebenarnya apa yang orang-orang pintar ini lakukan pada tubuhku? Apakah mereka sengaja ingin membuatku mati?Ayah? Bukankah terakhir kali aku melihatnya, ia tengah tersenyum padaku? Apakah dia sudah bangga denganku? Apakah dia sudah tak lagi membenciku? Tidak, aku salah. Ayah tak pernah membenciku, hanya
Seminggu, waktu yang kami perlukan untuk mencari data sebanyak-banyaknya seperti apa yang Pak Ed perintahkan. Semua data juga sudah kukirim berkala pada kantor pusat.Besok, pagi-pagi sekali aku memutuskan untuk kembali ke kantor pusat. Erd tadinya tak menyetujui ajakanku, tapi bagaimana lagi, aku selalu ngeyel untuk bisa pulang dengan alasan paling masuk akal yang sudah kurancang jauh-jauh hari.Selama seminggu di wilayah selatan, sepertinya kulitku lebih coklat dari biasanya. Aku yang biasa bekerja dari dalam gedung, kini harus mengikuti intruksi Erd untuk memantau langsung dari lapangan. Lagian, beberapa kali kami mencari kesempatan untuk terjun, semua hanya sia-sia. Tak kutemui apa pun di sana. Cyborg itu memang sangat cerdik. Sepertinya dia tahu kalau saat ini hidupnya tengah diancam oleh para mata-mata.Bahkan tiga hari lalu, aku memutuskan untuk melaju ke wilayah selatan-utara, utara-selatan, hanya demi mencari keberadaan Cyborg it
Sekitar pukul 08.00 aku sudah berada di kantor pusat. Suasana terlihat lebih sepi dari biasanya. Mungkin mereka sudah fokus pada tugasnya masing-masing.Tidak, mengapa bahkan sampai kulewati beberapa koridor pekerja, mereka masih tak terlihat batang hidungnya? Aku melihat ke Erd yang masih dengan tenang berjalan ke depan. Menuju ke lift markas kami.Belum sempat masuk ke lift, seseorang berlari dengan sangat tergopoh, ia membawa perlengkapan senjatanya. Bahkan dia tak menyapaku sama sekali."Apakah kau tak merasakan perbedaan, Erd?""Aku merasakannya, Ren. Mereka sangat aneh. Lalu, apakah ada hari libur untuk kita para pasukan bayangan? Sangat mustahil. Jika pun benar iya, aku akan pulang sekarang juga, aku masih mengantuk, Ren."Aku memikirkan kalimat konyol Erd, tapi dari awal pertama aku di sini bahkan masih bekerja sebagai junior. Aku sama sekali tak pernah merasakan ada libur. Bahkan saat aku harus pulan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku kembali menanyakan hal yang sama."Semalam, kantor kita di serang oleh para makhluk tadi. Bahkan mereka berpasukan lebih banyak dari ini. Juga melakukan penyerangan yang lebih ganas." Salah satu junior memberi tahu."Adakah perintah dari Pak Edwin untuk kalian?" Aku mencoba menanyakan hal lain.Tak ada gunanya kutanyakan di mana posisi semua rekan dan Pak Edwin sekarang. Mereka pasti tengah berada di tempat yang baik dan mungkin saja tengah melakukan penyerangan. Bukannya tak penting, tapi justru dengan menjalankan perintah dengan baik, bekerja sama sebaik mungkin, justru aku bisa menyelamatkan mereka.Entahlah, aneh juga sebenarnya jika Pak Edwin atau rekan lain sama sekali tak memberi kabar sedikit pun. Bahkan tak ada kabar di masyarakat. Mereka sama sekali belum mengetahui hal ini."Sejak penyerangan tadi malam. Atasanku hanya mengatakan kalau kubu junior dibagi dua. Satu untuk
Pintu terbuka otomatis setelah beberapa detik aku berdiri di depannya. Sensor pengenal wajah telah meloloskanku. Ternyata benar, aku adalah Putra Mohkota asli di sini.Tak ada ornamen sedikit pun yang melayakkan bangunan ini disebut istana. Kuperhatikan kanan kiri, terpajang beberapa lukisan 4 dimensi, juga masing-masing memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi.Aku melanjutkan langkah. Barang-barang yang dipajang sangat aneh untukku. Sesuatu yang kukenal di dunia bawah ternyata di sini terdesain lebih rumit. Memang aneh, bahkan bentuk botol saja mereka buat serumit ini. Padahal di bumi asli, botol adalah alat minum yang biasa saja, dan sangat mudah membuatnya.Tak kutemukan seorang pun di sini. Hanya beberapa pajangan benda 4 dimensi, juga hiasan yang sangat aneh. Aku baru mulai menyadari, setelah lama berkeliling dan tak kutemukan seorang pun, termasuk raja di sini.Bangunan ini memiliki konsep 4 dimensi, tent
Aku lebih tertarik menatap penduduk sini yang tak merasakan panas walau menggunakan pakaian tertutup dan berwarna gelap. Juga aku, tak merasa panas sama sekali, walau sedang berada di bawah sinar matahari langsung. Ternyata teknologi di sini memang sangat canggih. Bahkan pakaian saja yang disepelekan di dunia bawah, ternyata di sini justru mendapat perhatian khusus. Mereka menerapkan teknologi yang sangat maju bahkan pada sehelai pakaian.Namun, ternyata aku baru menyadari satu hal. Wanita bahkan walau di dunia mana pun, akan sama. Memiliki sifat foya-foyanya dan sangat menyukai shopping, untuk menenangkan pikirannya. Aku tertawa kecil."Kau baik-baik saja, Tuan?" Cray ternyata sudah ada di sampingku."Aku hanya menertawakan mereka, Cray. Bahkan sifat para wanita akan sama walau berada di dunia mana pun. Lihatlah toko pakaian di sana. Buat apa mereka berdesakan membeli pakaian yang sama persis seperti yang mereka gunakan? Berwarna hitam,
Sehari berada di dunia dimensi baru seperti apa yang dikatakan Cray, aku mulai bisa memahami tentang keadaan dan alasanku tak bisa kembali. Kuputuskan untuk kembali ke kota, melanjutkan perjalanan menuju istana. Cray mengatakan, jika hanya raja yang memperbolehkanku kembali ke dunia bawah, dunia asliku. Maka aku harus segera menemuinya sekarang juga."Langsung bawa saja aku ke sana, Cray. Aku tahu, kau pasti bisa menghilang dan membuka portal di mana-mana, bukan? Tak perlu mengelak lagi, aku sekarang sudah bisa memahami semua permainan ini." Aku menatap ke samping kanan.Sekarang juga, aku bisa memahami di mana letak dan keberadaan Cray. Dengan merasakan dan mempertajam pendengaran, aku bisa mendengar desingan halus Cray, dan tahu di mana posisinya."Apakah sekarang kau juga tahu aku di mana, Tuan?"Aku tertawa, "Jelas, Cray. Kau ada di samping kananku."Desingan Cray bertambah keras, menandakan kalau ia se
Merasa baru pertama kali melihat dapur yang sangat tradisional, membuatku bertambah penasaran dengan seluruh isi rumah. Tak ada kompor di sini, hanya ada tungku dan beberapa kayu bakar yang berserakan.Entah kenapa, tiba-tiba tubuhku merasa merinding. Aku berjalan ke arah rak piring dari kayu yang sudah sedikit rusak. Beberapa piring dari tanah liat, juga keramik tersusun rapi. Sedangkan di sini, gelas menggunakan bahan dari kaca bening yang tergambar motif bebunga di luarnya.Sangat indah, aku menyentuhnya. Dinding di sini hanya separuh, itu juga bukan dari batu bata. Ada anyaman daun kelapa yang digunakan sebagai pembatas, lalu dirancang sedemikian rupa hingga tak mengganggu aktivitas memasak.Tiba-tiba ada sesuatu di kakiku, yang membuatku harus menjerit keras."Aaakkh ... "Aku meloncat ke belakang. Sebuah tikus agak besar berwarna gelap berlari begitu saja, sambil ikut mencicit keras.Aku memandan
Sesuai perintah dari Pak Edwin, malam ini aku segera memaksakan diri untuk beristirahat. Memang tubuhku masih merasakan segar dan belum lelah sama sekali, walaupun sehari ini banyak sekali kegiatan yang harus kulakukan. Demi Pasukan Bayangan, besok aku harus menemani Ren dan Erd menuju Pulau Ujung Selatan.Aku menutupkan mata, mulai mencari dunia lain dalam mimpi. Padahal, semenjak adanya sistem perobotan dalam tubuhku, aku sama sekali tak bisa merasakan mimpi lagi, entah dengan malam ini.Satu ...Dua ...Tiga ...Sayup-sayup kudengar denting jam kuno menggema dan membangunkan tidurku.Perlahan kubuka mata, ada cahaya silau di atas sana. Aku menutupnya lagi. Sejak kapan juga ayah mempunyai jam kuno yang hanya kuketahui berasal dari teknologi dulu? Dia pasti ingin memberiku kejutan. Bukankah aku pernah bercerita padanya, kalau aku menginginkan benda-benda kuno? Aku sangat menyukai kebudayaan du
Terik matahari membuatku membuka mata perlahan. Cukup lama aku tertidur dengan malas di atas hamparan rumput lembut. Kupandang kondisi sekitar, sepertinya Cray sudah tak ada di sini. Aku bingung akan melakukan apa jika dia terus mengawasi dan cerewet seakan dia ibuku saja. Bahkan belum pernah aku dicereweti oleh ibuku.Aku berdiri, mencari jalan keluar yang memungkinkan. Terus berjalan di hamparan rumput, yang diselingi beberapa pohon besar, aku mulai mendengar keributan suara-suara aneh. Sepertinya benar perkataan Cray, kalau wilayah ini bukanlah sekedar hutan biasa tanpa penghuni. Ternyata aku akan memasuki kota yang ia maksud.Tak apa, jika aku mulai memasukinya, itu tandanya aku bisa mencari tahu informasi tentang kehidupan di area sini. Juga dengan apa yang dimaksud dimensi baru yang Cray katakan.Aku memandangi suasana di depan yang yang sangat berbeda. Mereka seakan hidup jauh dari wilayah pepohonan yang baru saja kulewati. Ini
Berada di lorong yang sangat gelap, tak ada sedikit pun cahaya. Aku meraba-rabakan tangan, mencari sesuatu untuk bisa kujadikan pegangan. Ada apa ini? Di mana aku sebenarnya?Bahkan tak ada benda apa pun, aku semakin merasa ragu untuk terus melangkah maju. Napasku mulai sesak, ikut terbawa suasana gelap. Ingin rasanya aku berteriak untuk mengecek keadaan, atau setidaknya siapa tahu ada orang yang memiliki nasib sama denganku, terjebak di tempat ini.Kenapa dari tadi aku tak merasakan apa pun? Bukannya aku sedang tertidur? Kutampar pipi berkali-kali, tapi tetap merasakan sakit. Bahkan ini bukan mimpi. Lalu, di mana aku sekarang?Sangat pelan, tetap kulangkahkan kaki maju. Sambil sesekali bersiap mengatur posisi berjaga diri, jika ada penyerangan secara mendadak. Namun, sejauh ini tak ada apa pun. Bahkan tak kunjung ada cahaya yang bisa membuatku tak merasa pusing seperti ini.Aku terus memegangi pistol dengan tangan kanan. Sedangkan t
"Apakah kita akan menjadikan Annie sebagai penyerang utama? Ini sangat tidak adil. Annie bahkan belum bisa mengendalikan tubuhnya dengan baik. Dia juga tak bisa mengeluarkan kekuatannya. Semua hanya terjadi secara tiba-tiba. Apakah kalian dengan sangat mudahnya mempercayainya? Apakah Pak Edwin juga berpemikiran begitu?" Aku menekankan semua kata. Menatap mereka satu persatu."Bukan begitu, Ren. justru itu kini kita berusaha untuk terus membantu Annie menemukan jati dirinya yang sekarang. Aku sangat paham kekuatannya, dia bisa diandalkan, Ren." Pak Edwin dengan tenang menjawab pertanyaanku.Aku menggelengkan kepala tegas."Tenanglah, Ren. Annie juga berharga buat kita, mana mungkin kita akan membunuhnya dan mengorbankan dirinya seperti apa yang kau pikirkan." Erd menimpali.Aku tak pernah habis pikir dengan cara berpikir mereka. Bahkan mereka menurut apa yang dikatakan Pak Edwin begitu saja, tanpa memikirkan hal lain. Baru kal
Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan bagiku. Bukan lelah tenaga sebenarnya. Bahkan setelah kepulangan dari gedung pribadi Dokter Hans, aku terus berada di markas. Kami tengah merencanakan hal yang sangat penting. Bahkan pasukan tingkat tinggi harus berada di sini untuk terus memberikan pemikirannya. Juga menyelesaikan pekerjaan yang kacau balau.Kami mempersilakan Annie pulang sore tadi. Bagaimanapun juga, kami akan tetap menghormatinya sebagai putri dari Dokter Hans. Memang dia sudah dianggap sebagai Pasukan Bayangan, tapi tidak juga untuk tugas seperti ini. Dia bebas melakukan apa pun, kecuali saat tugasnya tiba, barulah kami memanggilnya. Seperti halnya dengan rencana pemberangkatan ke Pulau Ujung Selatan bersamaku, juga Erd.Jujur sampai saat ini aku masih tak rela jika melihatnya memiliki kekuatan seperti itu. Bukan karena tak rela dengan tubuhnya yang telah tersistem dan menjadi seorang Cyborg, tapi karena dia justru seakan menjadi pelindungku sek