Sebuah taxi berhenti di depan pagar rumahnya yang bercat putih. Sepasang kaki berbalut celana jins yang mengenakan sepatu kets turun dari taxi itu menyusul Marcia yang berbalik, berjalan masuk ke rumahnya setelah merapikan alat penyiram tersebut. “Akhirnya aku menemukanmu” suara seseorang yang familiar membuat Marcia menghentikan langkah di depan pintu rumahnya.Tubuh Marcia membeku di tempatnya. Langkah kakinya yang sedang menapaki teras terhenti. Perlahan, Marcia membalikkan badannya ke arah suara yang familier tersebut dan di sanalah berdiri seorang pria, tampan dengan senyum menawannya yang selalu membuat wanita klepek-klepek.Penampilannya sangat kasual, kaos putih longgar, celana jins dan sepatu kets dengan koper kecil di sebelahnya, membuat penampilan Killian menjadi lebih muda beberapa tahun. Apalagi dengan rambut hitamnya yang berantakan dan rahang tegasnya yang mulai di tumbuhi bulu-bulu halus karena belum bercukur sejak kemarin membuat pria itu semakin menawan tanpa haru
“Aku merindukanmu Darl”Deg!Jantung Marcia yang sudah mulai tenang tiba-tiba mulai berdebar tidak karuan. Semakin lama debarannya semakin kencang sampai ia pikir sudah terdengar oleh Killian karena jarak mereka sedikit dekat.Perlahan pipi Marcia merona dan wajahnya memanas. Tidak ingin Killian tau kalau wajahnya sudah merona, segera di palingkannya wajahnya ke arah lain. Sekalian menjaga debaran jantungnya agar lebih tenang.‘Hufff…tenang Cia…tenang…Ini cuma Kak Lian. Dia udah biasa bilang rindu sama kamu. Jangan baper deh! Ingett kamu tuh masih cinta sama Keenan!’ omel Marcia pada dirinya sendiri dalam hati. Tiba-tiba tangannya di genggam dengan hangat oleh Killian. Membuat Marcia tersentak kaget dan refleks melepaskan tangannya dari genggaman Killian yang tidak di lepaskan pria itu."Lepas" Marcia berusaha melepaskan tangannya yang masih di genggam dengan erat. "Please Darl, listen to me." Mohon Killian semakin erat menggenggam tangan Marcia. Mendengar nada permohonan dalam su
Marcia terdiam. Sungguh jantungnya berdebar sangat kencang sekarang. Apalagi saat Killian menggenggam tangannya seperti ini. 'Duh, jangan tatap aku seperti itu Kak Lian... 'DegDeg Deg"A-aku... "DdrrttttDdrrttttBunyi getaran ponsel menginterupsi suasana intim pasangan itu. Membuat Killian kesal sekaligus jengkel moment mesranya di ganggu."Damn!" umpat Killian tanpa bisa menahan dirinya.Dengan kesal, Killian berdiri dari posisi bersimpuhnya di hadapan Marcia. Tangan besarnya yang tadi menggenggam tangan gadisnya harus rela terlepas untuk meraih ponselnya yang sedang menjerit di atas meja makan.Marcia langsung menyelipkan rambut nakalnya yang terlepas dari sanggulan asalnya dan membetulkan posisi duduknya menghadap ke arah meja makan dan tidak duduk menyamping lagi. Dengan ekor matanya di liriknya Killian yang sedang meraih ponselnya sambil berusaha tidak terlalu kentara mengamati pria itu dan sesekali mengipasi wajahnya yang masih memanas karena tatapan maut Killian sesaat l
Marcia membelalakkan matanya karena terkejut.Karena tidak merasakan penolakan dari Marcia, Killian mulai menggerakkan bibirnya. Di hisapnya bibir atas nan sexy itu dan mengigit bibir bawahnya pelan.Saat merasakan Marcia terkesiap karena kaget, Killian langsung menginvasi mulut Marcia. Lidahnya menerobos masuk mengabsen seluruh isi di dalam mulut gadisnya dan menciumnya dengan lembut penuh damba. Membuat jantung Marcia semakin berdebar tidak karuan.Tangan gadis itu bergetar dan lututnya sudah mulai lemas, ciuman Killian benar-benar memabukkan.Meskipun ini bukan ciuman pertamanya, tapi bagi Marcia ciuman Killian kali ini begitu lembut, dalam dan penuh cinta membuat Marcia merasa begitu di cintai dan di hargai sebagai seorang wanita. Sangat intim.Killian benar-benar memperlakukan Marcia dengan lembut. Perlahan tangan Marcia yang menempel di dada bidang Killian mulai meremas kerah mantel pria itu.Dia butuh pegangan.Kepalanya sudah mulai pusing. Ciuman Killian membuat Marcia ke
Begitu pesawat yang di tumpanginya mendarat di Jakarta, Killian langsung sibuk meeting untuk membahas kegiatan promosi untuk resort di Lombok. Kekuatan promosi Phoenix Corporation sudah tidak perlu diragukan lagi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa apapun yang di tangani dan berada di bawah naungan Phoenix Corporation sudah pasti dijamin kualitasnya dan kesuksesannya. Untuk itulah Killian sampai terjun langsung untuk memantau kegiatan promosi untuk resort di Lombok. Dia tidak mau ada celah sekecil apapun untuk saingan bisnisnya merusak proyek akbarnya. Selain nama baik Tjahyadinata yang menjadi taruhannya, kompetensinya dan kualitas promosi yang mumpuni akan mempengaruhi kesuksesan proyeknya kali ini. “Siapa brand ambassadornya kali ini?” Killian baru saja selesai meeting dengan para manager cabang. Melangkah dengan tergesa kearah ruangannya. Dia sangat lelah dan matanya sudah lima watt, kepalanya sudah luar biasa pening. Sejak kembali dari Annecy, Killian bekerja bagai kuda non
Sejak Killian kembali ke Jakarta untuk menangani launching resort di Lombok milik Phoenix Corporation, sejak itu pula Marcia tidak pernah mendengar kabar pria itu lagi.Pria yang katanya mencintainya itu sama sekali tidak memberi kabar apapun termasuk tidak mengirimkan pesan atau video call. Marcia kesal sekali kepada Killian.‘Katanya cinta! Katanya sayang! Tapi sejak sampai di Jakarta sama sekali nggak telpon ataupun kirim pesan. Ahh dasar tukang bohong!’ batin Marcia kesal sampai bantal dan guling yang tidak bersalah menjadi sasarannya malam itu.Ingin hubungi duluan tapi gengsi dan malu. Masih kesal setelah melempar bantal dan gulingnya ke lantai, Marcia bergegas ke dapur mengambil minuman.Setelah marah-marah jadi haus.Sambil meminum air dalam botol, gadis itu tersedak sendiri saat menyadari dia sudah marah-marah tidak jelas.“Uhuk uhuk uhuk” Marcia terbatuk-batuk dan menyeka air yang menetes di bibirnya.‘Astaga aku kenapa sih? Ngapain juga harus marah-marah 'gak jelas gini cu
“Kak Lian” bisik Marcia pelanKemudian gadis itu berjalan perlahan menghampiri Killian. Menatapnya dengan takjub seakan tidak percaya bahwa Killian memang sedang berdiri di hadapannya.Tiba-tiba Killian merasakan pipinya di tusuk pelan.Dua kali.Dan tiba-tiba “Aduuhh”Killian berteriak kesakitan karena Marcia mencubit pipinya gemas."Darling, what are you doing?! " Keluh Killian sambil mengusap pipi kirinya yang di cubit Marcia."It hurts Darl! " Killian cemberut pipinya jadi korban. Marcia langsung cengar cengir tidak merasa bersalah"Hehehe, maaf Kak Lian. Kirain tadi cuma bayangan aja" Marcia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal"Huh, awas kau ya. Mau Kak Lian hukum kamu disini hem?! " Dengan gerakan cepat Killian langsung mengamit pinggang Marcia. Membuat gadis itu kaget dan terlambat menghindar. "Ahhh, Kakak. Lepas. Malu!" Marcia berusaha melepaskan diri tapi Killian semakin mempererat pelukannya. Kemudian tanpa Marcia duga Killian tiba-tiba memeluknya. "I miss you Darling.
Hari itu Marcia tampil sangat cantik dan anggun. Membuat Killian yang sedang berdiri menantinya di altar tidak bisa mengedipkan matanya sedikitpun.Dadanya berdebar-debar menahan bahagia yang membuncah membuat tangannya gemetar dan basah karena terlalu gugup.Di dampingi oleh ayah angkatnya, Thomas. Di sepanjang langkahnya Marcia berjalan menuju altar ke tempat di mana Killian sudah berdiri menunggunya di sana, sekelebat memory percakapan antara Marcia dan Ellena mulai melintas.Flashback"Kenapa semuanya pada kesini? " Tanya Marcia polos. Masih takjub dengan kehadiran keluarganya, sahabat-sahabatnya dan Killian. Gadis itu bahkan tidak sadar Killian sedang menggenggam tangannya dan sesekali mengecupnya.Bahkan di hadapan kedua orang tua mereka. "Tentu saja karena dua hari lagi akan ada acara istimewa disini Sayang" Kata Ellena tersenyum bahagia"Acara apa Bu? ""Pernikahan kalian""A-APA? "“Uhum, kamu sudah dengar tadi.” Jawab Ellena dan membetulkan anak rambut nakal ke balik telin