Di tempat lain di waktu yang sama, Raya memegang erat selimut yang membungkus tubuhnya.
Dia memandang lelaki yang sedang mengenakan pakaiannya di depan cermin sebuah kamar hotel."Kamu sudah berjanji kan? Kamu harus menepatinya."Jason terkekeh mengejek dan memandang Raya dengan pandangan meremehkan."Aku baru satu kali tidur denganmu tapi permintaanmu terlalu banyak. Bukankah itu sangat keterlaluan?" tanya Jason.Wajah Raya terkejut mendengar Jason berkata seperti itu kepadanya. Padahal belum lama Jason mengatakan bahwa dia akan membantunya untuk balas dendam pada Noah jika dia mau menjadi budaknya."Tapi tadi kamu tidak berkata seperti ini kan? Lalu"Setiap kali aku memanggilmu, kamu harus datang kepadaku. Itu syaratnya," kata Jason lalu dia keluar dari kamar hotel.Raya memandang pilu kepergian Jason. Begitu frustrasinya dia sampai menjual tubuhnya pada lelaki gila itu agar bisa membuat Noah menyesal karena tEntah mengapa suasana pagi itu tampak tegang di meja makan keluarga Ivanov. Ivana yang wajahnya terlihat begitu menyebalkan. Dan juga neneknya yang baru saja duduk dan menyiratkan ketidaksukaannya akan sesuatu hari ini.Noah tahu apa arti dari tatapan neneknya kepadanya saat ini. Tapi Noah memilih untuk pura-pura tidak tahu dan meminum air di dalam gelasnya saja."Suamimu tidak ikut sarapan lagi, Ivana?" tanya nyonya tua pada anaknya."Tidak, dia sudah pergi mengurusi pekerjaannya tadi pagi.""Padahal ini hari Minggu," gumam nyonya tua yang makin bertambah buruk perasaannya.Hening.Lalu sarapan pun dimulai, hanya denting sendok dan garpu yang beradu. Dan sesekali suara nenek Noah yang berdeham karena merasa tidak nyaman."Noah," panggil neneknya setelah meletakkan sendoknya di atas meja.Noah menghentikan aktifitasnya lalu memandang ke arah neneknya. Ivana memandang kedua orang itu bergantian, seperti hanya dia
"Nenek, aku sudah datang membawa istriku."Nyonya tua menoleh kemudian berdiri. Dia memandang Valerie dari atas sampai bawah seakan ingin memberikan nilai kepada Valerie."Jadi, siapa namamu?" tanya nenek Noah."Valerie Camila."Nyonya tua mengangguk."Kamu adalah anak dari lelaki yang belum lama ini masuk penjara bukan?"Wajah Valerie memucat. Tapi dia mengangguk."Keluargamu sangat berantakan," desis nyonya tua.Noah terkejut dengan komentar yang dikatakan oleh neneknya.Dia mengenggam tangan Valerie dengan erat berharap dapat menguatkannya."Valerie bukan bagian dari mereka. Dia berbeda," kata Noah menyela yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari nyonya tua."Kamu tau Valerie, bahwa keluarga kami berasal dari keluarga baik baik. Lalu coba pikirkan, bagaimana kalau publik tahu cucu pertamaku menikah dengan perempuan yang memiliki keluarga yang hancur?"Noah dapat merasak
Sudah dua jam Emma gelisah berdiri di depan kamarnya, dia melihat kamar Valerie kosong dan merasa bahwa itu bukanlah hal yang benar. "Dia pergi ke mana? Kenapa pergi lama sekali? Jangan-jangan dia pergi ke salon agar Noah tertarik padanya?" gumam Emma. Dia melihat kamar Valerie, masuk sekali lagi untuk melihat gaun yang sudah dia rusak kemarin. la tersenyum. "Dia tidak akan punya waktu untuk membeli gaun baru lagi, kan?" gumam Emma. "Kamu sedang apa di sana?" tanya Renata. "Tak ada, oh ya, Bu. Valerie ke mana? Kenapa dia tidak terlihat sejak selesai sarapan tadi?" "Entahlah, kulihat tadi dia pergi dengan asistennya. Mungkin mempersiapkan diri untuk datang ke pesta nanti." "Bu, dia tidak akan mencoba menggoda Noah ku, kan?" Renata tertawa mengejek. "Mana mungkin, jika Noah harus
Di ruangan lain, Noah dan Valerie sedang minum teh bersama. Kali ini suasananya tidak secanggung ketika baru kali mereka bertemu. "Kamu bisa menghadapi ayahmu dan adik tirimu, kalau kamu memberitahu bahwa kamu adalah istri Noah?" Meskipun tak yakin, cepat atau lambat dia harus memberitahu mereka. "Saya bisa menghadapi mereka, lagi pula ..." "Lagi pula kami lebih dulu menikah, Nek. Jadi jangan khawatir." "Tapi aku punya syarat untuk kalian," kata nyonya tua dengan tenang setelah meletakkan cangkirnya di atas meja. "Kalian harus tinggal di sini, di rumah ini, dan kuharap kamu bisa mengandung anak Noah secepatnya." Tangan Valerie meremat gaunnya. Noah yang melihatnya tahu bahwa Valerie mungkin belum siap untuk memiliki anak lagi, apalagi mengingat belum lama dia hamil dan kehilangan calon bayinya. No
Di dalam kamar Renata dan Hendrick. "Kamu terlalu membela anakmu!" ujar Renata dengan marah. "Harusnya kamu membela Emma yang sejak kecil sudah bersamamu. Kamu tau betapa dia menyukai Noah sejak masih kecil. Tapi teganya kamu membuatnya harus menyerah." Hendrick sudah cukup pusing dengan kabar pernikahan anaknya yang telah disembunyikan dan dia makin pusing karena Renata sejak tadi masih belum terima dengan kenyataan ini. "Lalu mau kamu bagaimana? Memisahkan mereka berdua? Kamu tidak melihat kalau Noah menyukai Valerie?" "Itu hanya perasaanmu saja! Bisa jadi anakmu menggoda Noah sampai Noah seperti itu! "Sudahlah! Kalau perjodohan batal aku tidak akan datang ke pesta nyonya tua, untuk apa aku ke sana. Aku saja sama sekali tidak dianggap olehnya." Renata keluar membanting pintu kamar, tabiat yang buruk menurun ke anak perempuannya. Kendati
"Tunggu sebentar Noah," kata Valerie, dia melepaskan tautan tangannya pada lengan Noah lalu berlari mengejar ayahnya yang saat ini sedang berlari meninggalkan pesta nyonya tua. "Ayah!" panggil Valerie, dia berusaha berlari mengejar ayahnya dengan gaun panjangnya yang sedikit dia angkat. Hendrick menoleh dan menatap Valerie cemas. "Ada apa, Yah? Kenapa ayah terlihat cemas, apa ada sesuatu yang terjadi?" "Emma... Emma masuk rumah sakit," jawab Hendrick. "Aku akan menjelaskan nanti, kamu sebaiknya fokus dengan pesta nyonya tua dulu." Masuk rumah sakit? Tapi kenapa begitu tiba tiba? Apakah Emma sakit? "Ada apa dengan Emma?" tanya Noah yang sudah ada di samping Valerie. "Dia masuk rumah sakit." Alih alih cemas, Noah hanya menghela napasnya seakan hal itu sudah dia duga sebelumnya.
Satu jam berlalu... Suara langkah dari ujung membuat Renata menoleh. Dia melihat bayangan Noah sedang berjalan ke arah mereka, sendirian. "Semuanya gara gara kamu," desis Renata begitu Noah sampai di hadapan Renata. Matanya menatap kebencian kepada Noah. "Jangan menyalahkan orang lagi, Renata. Emma baik baik saja, jadi cukup. Berhenti menyalahkan orang lain," kata Hendrick. "Harusnya kamu tidak menolak Emma, kamu akan menyesal karena sudah menolak Emma." Noah tak berkata apa-apa, dia rela disalahkan asalkan Valerie tidak dilibatkan dalam masalah ini. "Kamu tidak perlu merasa bersalah Noah, Emma baik baik saja, dan katakan pada Valerie tidak perlu khawatir." Noah mengangguk. Dia melihat kondisi Emma yang terbaring di tempat tidur rumah sakit dengan wajah yang tenang, kondisinya stabil setelah mendapatkan perawatan dari
Pagi itu Emma membuka matanya. Renata lega ketika melihat anaknya akhirnya sadar setelah semalaman dirawat di rumah sakit. "Ibu... aku di mana?" "Di mana lagi, apa kamu mau aku menjawab kalau sekarang kamu sudah ada di neraka?" "Ibu... katakan kalau itu tidak benar. Noah ... Noah tidak menikah dengan Valerie, kan?" Renata sontak berdiri dan bersiap untuk memarahi Emma. Akan tetapi, melihat kondisi anaknya saat ini, Renata mengurungkannya. "Lupakan saja Noah, ibu akan jodohkan kamu dengan lelaki lain yang jauh lebih baik dari Noah!" "Tapi... tapi aku mencintai Noah Bu. Kenapa ibu ingin aku menyerah..." Emma menangis lagi, sampai ayahnya masuk ke kamarnya lalu melihat anaknya dengan frustrasi. "Kalau kamu masih bersikap seperti ini, tak ada pilihan lain. Aku akan mengirim mu ke luar negeri." "Ayah!" teriak Emma.
Ponsel Kevin berdering, Julian mengambil ponselnya dari saku celana milik Kevin."... Ya?""Ini ponsel milik Kevin, kan?" tanya seorang perempuan di ujung telepon."Ya benar, tapi pemilik ponselnya pingsan. Kamu bisa menjemputnya ke sini karena aku tidak mau mengantarnya," kata Julian."Di mana dia? Beri aku alamatnya sekarang."Setelah meminta izin pada Emily, akhirnya Julian memberikan alamat tersebut kepada Karina."Sepertinya yang menelpon adalah kekasihnya," kata Julian usai menutup teleponnya."Biarkan saja dia begitu, kamu mau minum?" tanya Emily. "Oh ya, aku akan mengobati lukamu dulu."Emily membawa Julian masuk ke dalam.Sejak dia putus dengan Kevin, Emily tidak pernah membawa lelaki masuk ke apartemennya. Dan baru kali ini dia mengizinkan pria yang baru dia kenal untuk masuk ke sana.Emily pikir karena Julian adalah sepupu Noah, maka dari itu dia mengizinkannya untuk masuk.
Valerie mengajak Emily untuk makan malam di sebuah restoran mewah dengan pencahayaan lembut dan dekorasi yang elegan. Karena Emily adalah teman Noah, jadi tidak ada salahnya jika dia ingin membangun hubungan yang baik dengan Emily. Apalagi profesinya yang sangat berhubungan dengan pekerjaan Valerie."Maafkan aku, tapi dia memaksa untuk ikut," kata Noah menunjuk Julian dengan matanya."Tak apa-apa, lebih ramai lebih baik, kan?"Mereka berempat pun duduk di sebuah meja bulat yang sudah dipesan oleh Valerie sebelumnya.Julian yang berkarakter mudah akrab dengan orang baru pun tidak kesulitan ketika memulai obrolannya dengan Valerie."Untuk keberhasilan peragaan busana malam ini. Terima kasih karena telah bekerja keras," kata Valerie pada Emily.Emily tersenyum. "Aku hanya melakukan pekerjaanku, dan terima kasih sudah mempercayakannya kepadaku."Mereka berempat pun mulai mengobrol membicarakan masalah pekerjaan dan kehidupan
Valerie duduk di meja kerjanya, ia melihat-lihat desain terbaru untuk pertunjukkan busana yang akan datang.Pintu dibuka oleh sekertarisnya kemudian muncul seorang wanita tinggi yang cantik. Emily masuk dengan senyum yang menawan.Valerie menyambutnya dengan senyum yang ramah. Emily adalah model yang dikenalkan Noah kepadanya. Dia mengatakan bahwa Emily adalah seorang model yang berbakat dan profesional."Selamat datang, saya sangat senang karena Anda bisa bergabung dengan kami untuk pertunjukkan busana ini," kata Valerie.Emily tersenyum. "Mana mungkin saya bisa menolaknya ketika Valerie langsung yang memintanya," Emily terkekeh." Dia jarang meminta bantuan, jadi saya sangat senang bisa membantunya."Valerie menjabat tangan Emily. "Tapi tetap saja, saya ingin mengucapkan terima kasih." Apalagi saat melihat potongan video Emily ketika berada di atas panggung catwalk, dia langsung tertarik pada model tersebut saat pertama kali melihatnya.
"Julian!" teriak Isadora sangat senang saat melihat bayangan sepupunya itu muncul di ambang pintu rumahnya.Dia menghampiri Julian kemudian memeluk lelaki itu."Sekarang kenapa kamu agak berbeda?" tanya Isadora, dia memindai wajah Julian dengan serius."Kenapa? Apa aku bertambah tampan?"Isadora memukul lengan Julian, lelaki itu hanya meringis. Sepupunya itu mencari keberadaan Maxim, tapi siang itu suami Isadora tentu saja sedang bekerja tidak seperti dirinya. Yang keluyuran tidak jelas seperti sekarang."Tiga pria bodoh akhirnya dapat berkumpul lagi," kata Isadora dia mempersilakan Julian masuk."Siapa maksudmu? Havier, Maxim dan Noah?"Isadora mendecakkan lidahnya. "Anakku, jangan sampai kamu mirip dengan pamanmu ini ya. Mama tidak mau kamu mirip dengannya," kata Isadora sambil mengusap perutnya."Kamu tidak ingin punya anak?" tanya Isadora.Julian yang sedang mengambil apel tanpa sengaja menjatuhkan
Noah duduk dengan tidak tenang setelah dia menyuruh River untuk mengobati lukanya.Ada rasa bersalah yang mendalam saat dia tahu bahwa asisten pribadinya itu hampir terbunuh karena perintahnya.Hidup Zack di masa lalu sudah terlalu berat, dan kini dia harus bertemu dengan dirinya yang selalu memberikan tugas berbahaya kepada asistennya tersebut.Suara langkah mendekat, Noah melihat River berjalan ke arahnya."Bagaimana dengan keadaanmu." Noah mendongak, matanya tak bisa berbohong. Dia akan merasa bersalah jika terjadi apa-apa pada Zack."Saya baik-baik saja, Tuan."Hening."Apa ada hal yang menganggu pikiran Anda, Tuan?" River merasa jika Noah sedang memikirkan sesuatu.Noah mengangguk pelan."Aku ingin melepaskan Zack," kata Noah. River terkejut mendengar Noah berkata seperti itu."Apa karena Zack tidak melakukan tugasnya dengan baik? Itu murni bukan kesalahannya, Tuan. Kerjasama kami tidak...
PLAK!Irena menampar wajah Noah. Sontak lelaki itu memandang tajam wajah Irena."Jika bukan karena Felix, aku pasti sangat menderita waktu itu. Aku hamil anak Havier. Aku masih muda saat itu. Aku bisa apa saat ada seseorang yang memberikanku bantuan, meski dia meminta imbalan. Dia mengajakku bekerjasama untuk membalas perbuatan kalian.""Padahal kamu menyukainya, kan? Jangan menyalahkan orang lain atas perbuatanmu sendiri. Kalau saja kamu tidak menggoda Havier, kalau kamu tidak membuat nenekku marah, kamu tidak akan diusir dari rumah itu."Noah melewati Irena begitu saja.Sementara itu perasaan Irena bercampuraduk. Dia khawatir, takut dan juga merasa bersalah karena sudah melakukan hal itu di masa lalu."Tolong kembalikan Theo kepadaku, Noah. Aku sudah melakukan kesalahan karena sudah menyia-nyiakan anakku dengan Havier. Dan sekarang, aku ingin menebusnya.""Kamu bisa menebusnya di penjara nanti." Pintu pun ditutup. Hati
Akhirnya hari yang ditunggu oleh Tatiana tiba juga. Dia pergi ke bandara untuk menjemput anak semata wayangnya.Tatiana menatap layar kedatangan di bandara dengan gelisah, mencari nama Julian.Kegugupan Tatiana berubah menjadi senyum yang merekah saat melihat nama yang dia cari muncul di layar. Dengan cepat ia menuju pintu kedatangan dan menunggu penuh dengan harap.Setelah beberapa saat, pintu itu terbuka dan dari sana muncul seorang pria muda yang wajahnya sedikit berubah."Ada apa dengan anak itu, kenapa dia terlihat agak kurus?" gumam Tatiana cemas. "Apa dia tidak makan teratur "Meskipun anaknya sudah dewasa, tapi ada kelembutan dan kepolosan dari anaknya yang masih terpancar dari matanya."Julian!" panggil Tatiana, langkahnya mendekati pria itu dengan cepat.Julian menoleh ke arah suara itu, matanya memancarkan kebingungan sejenak sebelum akhirnya terpancar kegembiraan dan kelegaan. Dia pun tersenyum dengan lebar.
Ivana siang itu terkejut ketika mendapati Noah masuk ke ruangan di kantornya."Apa yang kamu lakukan di sini? Aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak datang ke sini lagi," kata Ivana dengan sinis.Tanpa berkata apa-apa, Noah memberikan sebuah bukti rekam medis kepada Ivana.Ivana melirik ke arah Noah sebentar lalu mengambil dokumen yang ada di atas meja."Apa maksudmu? Jangan bermain-main denganku. Aku tidak peduli apakah dia sudah punya anak atau belum. Karena hal itu tidak ada urusannya denganku." Ivana melemparkan dokumen itu ke atas meja dengan kasar. Dia kembali ke pekerjaannya."Benarkah? Kamu tidak peduli dengan hal itu?"Ivana mengernyitkan keningnya.la melihat Noah mengeluarkan amplop cokelat dari sakunya dan memberikannya kepada wanita itu."Mungkin ini hadiah kejutan untukmu tahun ini."Noah lalu keluar, dia merasa tidak perlu berdiri di sana sampai Ivana mau membuka amplopnya.Us
Tatiana bersama dengan Becca di rumah sakit selama semalaman. Bahkan dia tertidur di bahu Becca karena sangat mengantuk malam itu.Ponselnya bergetar ketika Julian menelponnya tengah malam. "Bu, aku akan tiba besok pagi. Bisa jemput aku di bandara?""Besok kamu sudah sampai?""Hmm, tapi jangan katakan pada siapapun kalau aku sudah pulang. Ibu saja yang tahu masalah kepulanganku. Ada hal yang harus kuberitahu pada ibu.""Apa? Jangan buat ibu penasaran.""Besok saja. Bagaimana keadaan Havier, apa dia baik-baik saja?""Havier koma."Julian mengembuskan napasnya dengan kasar."Untuk sekarang, ibu jangan bertindak ceroboh. Jangan menyentuh wanita itu, dan jangan membuat masalah.""Wanita siapa? Wanita kuda itu?""Ya dia, dia sangat berbahaya Bu. Masih ingat masalah kasus kematian istri pengusaha itu? Sekarang kasus itu dibuka lagi karena pihak keluarga perempuan menemukan kejanggalan."