"Baik kakek, kami akan segera ke sana" Lee Kwon mengakhiri telpon dari kakeknya.
Setelah menerima telp Lee Kwon tidak masuk ke dalam apartemennya melainkan turun ke lantai 10 untuk bertemu dengan Naveah. Ting-tong, ting-tong suara bel berbunyi di apartemen Naveah, Naveah bergegas melihat siapa tamu yang berkunjung ke apartemennya melalui layar monitor di dekat pintu.
“Kenapa lagi sih ini” Naveah menggerutu dalam hati. Naveah pun membukakan pintu untuk Lee Kwon.
“Ada apa?, Kenapa tiba-tiba datang kes sini?" tanya Naveah pada Lee kwon dengan sewot.
“Aku tidak ada waktu untuk menjelaskannya sekarang, ayo ikut aku” ajak Lee Kwon sambil menggandeng tangan Naveah.
“Sebentar, jangan seperti ini jelaskan dulu kita mau kemana, kamu tidak lihat aku hanya memakai kaos dan celana ¾ seperti ini?"Naveah menghentikan langkah Lee Kwon.
“Ah, maaf aku benar-benar buru-buru, kalau begitu kamu bisa berganti pakaian dulu kita akan ke rumah kakek sekarang” jelas Lee Kwon.
Naveah melepaskan gandengan tangan Lee Kwon dan bergegas masuk ke dalam untuk berganti pakaian, sedangkan Lee Kwon untuk pertama kalinya masuk ke apartemen Naveah dan menunggu istrinya itu berganti pakaian. Sekitar lima menit Naveah turun ke lantai bawah dengan kondisi yang lebih rapi dengan rambut yang terikat dan tanpa make up yang mencolok.
“Ayo kita berangkat’ ajak Naveah pada Lee Kwon.
Lee Kwon yang menyetir mobil dan Naveah duduk di sebelah Lee Kwon. Naveah tidak mengajak bicara Lee Kwon sepanjang perjalanan, dia hanya diam dan sesekali membuka hp untuk membalas pesan dan mengangkat tlp dari rekan bisnis ataupun anak buahnya. Karena banyaknya aktifitas dan belum istirahat Naveah akhirnya tertidur di dalam mobil, di depan rumah kakek Naveah juga belum bangun. Lee Kwon akhirnya menunggu Naveah bangun dari pada harus membangunkan Naveah dari tidurnya yang nyenyak. Tiga puluh menit kemudian Naveah bangun dari tidurnya, betapa kagetnya dia melihat Lee Kwon yang memperhatikannya.
“Kenapa,ada yang lucu?, aku capek tahu, hari ini belum istirahat, sudah siap-siap tidur malah mengajak ku keluar” gerutu Naveah. Lee Kwon mendengarkan ocehan Naveah sambil geleng-geleng kepala dan tersenyum.
“Ayo kita masuk, kakek sudah menunggu kita di dalam” kata Lee Kwon.
“Hai tuan muda,sebenarnya ada masalah apa ini?, kenapa tiba-tiba sekali?" tanya Naveah penasaran dengan suara pelan.
“Nanti kita akan tahu jawabannya, ayo kita masuk saja” jawab Lee Kwon dengan singkat.
Naveah dan Lee kwon masuk ke dalam rumah kakek, mereka berdua duduk di ruang keluarga setelah memberi salam dan dipersilahkan duduk. Kakek sudah menunggu mereka di ruang keluarga sejak kakek menelpon Lee Kwon satu jam yang lalu.
“Naveah, Lee Kwon kalian adalah generasi penerus keluarga ini,kalian harus benar dalam menjaga sikap. Kakek dengar dan dapat laporan kalau Lee Kwon kembali menemui mantan kekasihnya, benar atau tidak Naveah?" tanya kakek. Naveah terkaget dengan pertanyaan kakek, bahkan dia tidak menyangka kenapa berita seperti ini bisa cepat sampai ke telinga kakek padahal kan dia tidak laporan atau memberitahu siapa pun.
”Ehmm, kakek kalau untuk masalah itu sebenarnya karena beberapa hari ini sibuk, tidak maksud saya karena hampir setiap hari saya sibuk saya tidak pernah menanggapi informasi yang bagi saya kurang penting. Kami berdua sudah sama-sama dewasa jadi saya tidak perlu mengawasi Lee Kwon 24 jam penuh, saya percaya dengan apa yang dilakukan Lee Kwon di luar” jelas Naveah.
"Kakek tidak ingin menerima laporan atau informasi seperti ini kedepannya, oleh karena nya kakek meminta kalian tinggal di rumah yang sudah kakek belikan sebagai hadiah penikahan kalian waktu itu" pinta kakek pada mereka berdua.
Naveah merasa tidak dapat menyanggupi permintaan kakek untuk tinggal satu atap dengan Lee Kwon, bagaimana tidak mereka berdua pasti akan bertengkar setiap hari karena sama-sama tidak bisa mengalah. Naveah berpandangan dengan Lee kwon berharap Lee kwon tidak diam dan mengiyakan permintaan kakek begitu saja.
“Kakek sejak awal menikah, kami sudah sepakat untuk hidup dengan damai, toh meskipun kami tidak satu atap hubungan kami tetap terjalin dengan baik. Kakek kan tahu kami berdua sangat sibuk, jadi meskipun tinggal satu rumah pun kami pasti akan tetap sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Kakek percaya saja informasi seperti itu tidak akan pernah kakek terima lagi kedepannya, tapi kami mohon jangan memaksa kami untuk tinggal bersama kakek” ucap Lee Kwon mencoba memberi alasan.
“Umur kakek sudah semakin tua, kamu adalah cucu satu-satunya yang kakek miliki, kakek hanya berharap sebelum kakek meninggal kakek dapat melihat keturunan kalian lahir. Kakek pikir dua tahun bukan lah waktu yang singkat untuk kalian saling mengenal, kalian sudah saling mengenal meskipun toh kalian tidak setiap hari bertemu. Melihat Naveah yang sekarang kakek semakin yakin kalau keputusan kakek menikahkan kalian berdua bukanlah hal yang salah. Naveah perempuan yang bertanggung jawab, penyanyang, mandiri bahkan sama sekali tidak merepotkan hidup mu Lee Kwon. Cobalah kalian berdua untuk hidup saling berdampingan, cobalah untuk mulai membuka hati kalian masing-masing. Pernikahan kalian kakek harapkan akan bahagia bukan malah membuat kalian berjauhan dan saling tidak peduli satu-sama lain. Begini saja kalau kalian masih memaksa untuk tidak mau pindah ke rumah baru kalian bisa tinggal di salah satu apartemen kalian. Tapi kakek akan tetap memantau kehidupan kalian dari tempat ini” kata kakek menasehati Lee Kwon dan Naveah.
Mendengar perkataan kakek Lee Kwon dan Naveah merasa bersalah dan juga sedih karena mereka sepertinya tidak bisa mengabulkan permintaan kakek untuk memiliki cicit karena Lee Kwon sudah mempunyai Nari di dalam hatinya. Tapi bukan berarti mereka berdua tidak dapat mengabulkan permintaan kakek untuk tinggal bersama. Setelah berdiskusi agak lama Naveah dan Lee Kwon setuju untuk tinggal bersama di salah satu apartemen mereka jadi paling tidak hal itu dapat menyenangkan hati kakek.
"Baik kakek, sepulang dari sini kami akan mencoba untuk tinggal bersama" Lee Kwon dan Naveah mengiyakan permintaan kakeknya.
Pulang dari rumah kakek, Lee Kwon mulai membuka pembicaraan mengenai Nari, Lee Kwon sendiri tidak ingin menyembunyikan apapun dari Navaeh karena memang dalam hatinya Nari adalah satu-satunya perempuan yang ia cintai saat ini. Sedangkan bagi Lee Kwon, ia sudah menganggap Naveah sebagai adik sendiri yang memang juga ia harus jaga.
“Aku berterima kasih selama dua tahun kita menikah kamu menghormati dan menghargai kehidupan pribadiku, kamu juga tidak pernah memaksaku untuk mencintaimu Naveah, aku peduli dengan mu karena bagaimanapun kita sudah menikah, kita memang tidak membuat perjanjian pernikahan dan hanya sepakat untuk tidak mencampuri kehidupan masing-masing dan itupun tidak pernah kamu langgar. Aku yakin suatu hari nanti kamu pasti akan bertemu dengan pria yang benar-benar mencintai mu dan jika saat itu tiba kamu jangan ragu untuk meminta cerai dari ku.Aku sadar tidak dapat memberimu cinta tapi aku masih bisa menyayangimu sebagai adik Naveah”kata Lee Kwon.
“Kekasih mu sudah kembali kan? Kalau begitu jangan menunggu aku bertemu dengan pria yang aku cintai, ceraikan saja aku saat kamu sudah siap, aku menikah memang dari awal bukan untuk mengejar cinta mu tapi aku sangat menghormati dan menghargai makna dari sebuah pernikahan, aku selama ini tidak membuka hati pada siapa pun karena aku sadar pernikahan adalah sesuatu yang suci jadi aku tidak ingin menodai kesucian pernikahan ini dengan menjalin hubungan dengan pria lain. Jadi aku minta padamu jaga perilaku mu di luar toh jika kamu memang mencintainya lebih baik ceraikan saja aku, karena itu akan lebih baik untuk aku dan kamu. Tidak usah mengasihani aku karena tidak ada yang perlu dikasihani di sini, pertimbangkan apa yang aku katakan ini baik-baik” ucap Naveah dengan tegas pada Lee Kwon dengan tegas.
Lee Kwon mendengarkan dengan seksama setiap kalimat yang keluar dari mulut Naveah, dirinya hanya tidak menyangka kalau Naveah memiliki pemikiran yang berbeda dengan dirinya mengenai pernikahan, bahkan selama ini dirinya begitu liciknya masih mencintai perempuan lain di hatinya dan bahkan menemui perempuan yang dicintainya lagi saat Lee kwon masih terikat pernikahan dengan Naveah. Lee Kwon semakin bersalah pada Naveah karena dirinya selama ini tidak dapat mengenal Naveah dengan baik.
“Mungkin inilah alasan kenapa Ibu dan Kakek sangat menyayangimu Naveah” ucap Lee Kwon pada Naveah secara tiba-tiba.
Di tengah perbincangan keduanya menuju apartemen HP Naveah berbunyi, keduanya terdiam saat Naveah mengangkat telpon dari Dongman.
“Halo, iya Hyung" sapa Naveah. Dongman menyampaikan kalau dirinya tadi berencana untuk ke apartemen Naveah, namun karena tidak ada yang membuka pintu, Dongman kembali ke apartemennya sendiri.
“Owh maaf sekali hyung, aku masih di luar sekarang, mungkin besok kita bisa bertemu kembali” kata Naveah. Naveah pun menyudahi perbincangannya dengan Dongman setelah membuat janji untuk bertemu besok.
Jam menunjukan pukul sembilan pagi, Naveah masih tertidur pulas di kamarnya. Tirai jendela masih tertutup rapat sehingga cahaya yang biasanya masuk melewati kaca-kaca jendela tidak bisa masuk karena terhalang oleh tirai cendela. Sabtu pagi biasanya Naveah sudah produktif menjalankan aktivitas dengan olahraga seperti jogging di taman dekat apartemen ataupun belajar memasak tapi karena kesibukan rapat sampai malam membuat Naveah memilih untuk tidur.Kamar Naveah berada di lantai dua apartemen, di dalam kamarnya terdapat beberapa ruangan seperti ruang membaca, kamar mandi, dan juga ruang ganti. Ruang baca adalah tempat favorit Naveah setelah balkon. Naveah sering menghabiskan waktunya dengan membaca buku kisah orang-orang sukses, buku investasi, buku mengelola keuangan ataupun novel ringan yang tidak terlalu berat untuk dibaca saat libur. Paling tidak dalam satu tahun Naveah bisa membaca 12-15 judul buku.Terlahir dengan keterbatasan finansial membuat Na
Selesai sarapan Naveah meminta izin Ibunya untuk mandi sebelum mereka pergi belanja. Naveah beranjak naik ke lantai dua menuju kamar nya. Saat mengecek Hp yang sedang di cash dia melihat ada panggilan masuk dari Dongman. Naveah pun menelpon Dongman balik, tut tut menunggu panggilan Naveah dijawab oleh Dongman. Tidak lama kemudian Dongman mengangkat telpon Naveh."Naveah, apa kamu masih tidur?" tanya Dongman."Tidak Hyung, aku barusan dari lantai bawah jadi tidak dengar kalau hp ku berbunyi" kata Naveah. Dongman sebenarnya ingin mengajak Naveah ke luar untuk makan dan bertemu dengan teman-teman sekolahnya nanti malam, Dongman sedikit ragu perempuan menerima ajakannya untuk pergi atau tidak."Ada yang bisa aku bantu hyung" kata Naveah memecah keheningan."Sebenarnya aku mau mengajak mu untuk pergi bersama nanti malam kalau tidak keberatan" ucap Dongman."Pergi kemana Hyung, berdua atau banyak orang?" tanya Naveah balik."Ki
"Aku baru tahu ternyata perempuan itu adalah seorang penulis" gumam Naveah dalam hati.Solmi terlihat tidak senang melihat acara yang tengah berlangsung di lantai dua, apalagi kalau berjumpa dengan Nari.Biarpun mereka pernah dekat dulu tapi saat perempuan itu meninggalkan anaknya untuk menikah dengan pria lain ia begitu membencinya. Tapi dia bersyukur karena dia bisa memperoleh menantu sebaik Naveah sekarang."Sayang kita langsung saja ke toko buku yang ingin kamu kunjungi" Solmi mengajak Naveah agar tidak fokus pada pameran yang tengah berlangsung di tengah-tengah lantai dua.Solmi yakin kalau Naveah tahu hubungan antara Lee Kown dan putranya meskipun menantunya itu tidak pernah bertanya langsung pada nya."Baik Ibu" Naveah menggengam tangan Ibu nya ke toko buku yang ia maksud.Naveah tengah memilih buku yang berada di rak-rak buku di toko tersebut. Sedangkan Solmi menunggu putrinya itu sambil duduk membaca buku di tempat yang telah di
"Kamu menginap di sini saja hari ini, lagian besok kan hari minggu" pinta Solmi."Ibu, lain kali ya" ucap Naveah dengan berat hati menolak permintaan mertuanya.Setelah mengantar mertuanya pulang ke rumah, Naveah pergi menemui temannya yang bernama Seohyun. Seohyun tinggal di sebuah apartemen yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mertuanya. Perjalanan dari rumah Solmi ke apartemen Seohyun membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit saja.Tok Tok, Naveah mengetuk pintu apartemen Seohyun. Perempuan itu mencoba menghubungi temannya karena pintunya tidak dibuka-buka."Aku sudah di depan" ucap Naveah pada Seohyun melalui telpon."Oke, aku baru selesai mandi tadi, sorry ya" jelas Seohyun.Lima menit kemudian Seohyun pergi membukakan pintu untuk Naveah."Lama sekali" perempuan itu memeluk Seohyun yang mengenakan baju tidur berwarna navy."Ya, kamu ini kenapa coba?" Seohyun kaget dengan kelakuan Naveah yang tidak b
"Naveah cepat bangun, kamu tidak dengar hp mu terus berbunyi dari tadi. Suami mu menelpon terus kamu tidak berniat untuk segera mengangkatnya telinga ku sudah tidak kuat mendengar nada dering di ponsel mu yang berbunyi terus dari tadi" ucap Seohyun.Naveah masih belum membuka matanya, perempuan itu terlihat kelelahan. "Jam berapa sekarang" tanya Naveah dengan mata masih terpejam."Jam sebelas" ucap Seohyun.Naveah pun seketika terbangun mendengar perkataan dari sahabatnya itu. "Beraninya kamu berbohong" Naveah marah setelah melihat jam dinding di depannya yang masih menunjukkan pukul sepuluh siang."Makanya cepat bangun dan angkat telpon dari suami mu itu"ucap Seohyun."Ada apa" Naveah mengangkat telpon dari Lee Kwon."Kamu baru bangun?, ada dimana sekarang, biar aku jemput" ucap Lee Kwon."Telingaku sepertinya salah dengar karena nyawaku belum seratus persen kembali" ucap Naveah."Halo, kamu dengar suara ku kan?" tanya L
"Mari kita akhiri ini baik-baik" Naveah memberi senyum termanis dihadapan suaminya yang tengah duduk di sofa yang menghadap ke televisi.Pria itu tiba-tiba berdiri, menjabat tangan istrinya dan kemudian memeluk erat Naveah. Perempuan itu kaget dan bingung karena tiba-tiba Lee Kwon memeluk dirinya, padahal selama menikah Lee Kwon tidak pernah berani memeluk Naveah."Kamu gila, berani nya kamu" Naveah mencoba mengeluarkan dirinya dari pelukan Lee Kwon. Semakin berontak, semakin erat Lee Kwon memeluk Naveah."Selamat ulang tahun istri ku" bisik Lee Kwon di telinga Naveah. Perempuan itu terdiam tidak bisa berkata-kata, dia mengira hari ini adalah hari dimana dia bisa bebas dari penikahannya tanpa dia duga Lee Kwon memberi kejutan untuk dirinya.Naveah dan Lee Kwon berpelukan cukup lama, namun Naveah tidak membalas memeluk Lee Kwon, perempuan itu diam terpaku dan tiba-tiba jantungnya berdebar begitu cepat. Lee Kwon perlahan-lahan melepas pelukannya pada Naveah
"Cepat kembali ke apartemen mu, aku mau tidur" pinta Naveah."Naveah, bagaimana kalau mulai minggu depan kita tinggal bersama" ide Lee Kwon. Naveah benar-benar dibuat terkejut berulang kali oleh Lee Kwon."Kenapa tiba-tiba sekali,bagaimana dengan?" Naveah tidak melanjutkan perkataanya tapi Lee Kwon paham betul siapa yang dimaksudkan oleh istrinya itu."Soal Nari, tidak perlu khawatir dia akan meninggalkan Korea dalam beberapa hari dan dia akan tinggal di Taiwan selama dua bulan" jelas Lee Kwon."Apakah tidak lebih baik tinggal terpisah seperti ini saja, kita juga sama-sama lebih menyaman" Naveah menyampaikan pendapatnya."Tidak, kita sudah dua tahun menikah dan kita masih belum bisa mengenal satu sama lain dengan baik" Lee Kwon menggelengkan kepala menolak pendapat Naveah."Tapi" ucap Naveah."Apa yang masih kamu takutkan?" tanya Lee Kwon."Aku hanya belum siap untuk tinggal dengan orang asing di apartemen ku" jelas Naveah.
"Aku tidak memberikan hadiah dengan permintaan yang aneh-aneh dan tidak mungkin akan aku lakukan"ucap Naveah"Menurut mu, aku akan meminta hadiah apa dari mu?" tanya Lee Kwon."Tentu saja aku tidak tahu apa yang ada dipikiran mu sekarang, baiklah sebutkan apa kemauan mu?" Naveah memberi kesempatan Lee Kwon menyampaikan permintaannya.Pria itu duduk di sofa bersebelahan dengan Naveah, perempuan itu memindahkan posisinya agar tidak terlalu dekat dengan Lee Kwon."Jangan duduk terlalu dekat, duduklah agak jauh dari ku"Naveah tidak merasa nyaman."Padahal kamu belum mendengar permintaan ku, baru duduk bersebelahan saja kamu sudah meminta aku duduk menjauh" keluh Lee Kwon."Sudahlah, cepat katakan apa yang kamu mau, jangan berbelit-belit ini sudah malam" jelas Naveah. Laki-laki itu kembali tersenyum mendengar perkataan Naveah."Aku mau kamu jangan sembunyikan identitas mu di depan Dongman atau pria manapun yang dekat dengan mu kalau kamu s
"Naveah sudah lama kita tidak berbincang seperti ini" ucap Dongman yang tengah berada di ruang tamu di ruang kerja Naveah. "Benarkah?, mungkin karena Hyung terlalu banyak aktivitas di luar" ucap Naveah sembari meminum teh. "Aku ingat betul kita terakhir berbincang santai saat ulang tahun mu, berarti hampir satu bulan lebih kita tidak bertemu ya" Dongman mengingatkan Naveah. "Apakah ini benar-benar hyung yang aku kenal?, aku tidak menyangka hyung bisa mengingat dengan detail kapan terakhir kali kita bertemu" ucap Naveah heran. "Tidak ada hal yang aku lupakan kalau ada hubungannya dengan diri mu Naveah" ucapan Lee Kwon mengagetkan Naveah. "Sejak kapan orang di depan ku ini belajar menggombali aku seperti ini" gurau Naveah. "Aku tidak tahu, mungkin sejak kita sudah lama tidak bertemu" ucap Dongman santai sembari menatap Naveah yang duduk di depannya. "Haha, dasar!" Naveah tidak kuasa menahan tawa nya. "Habis aku liha
"Kau pikir aku akan diam saja, aku tidak membiarkan perempuan mana pun bisa menggantikan posisi ku di hati mu sayang" ucap Nari sembari menatap foto nya dengan Lee Kwon di layar hp nya. Sudah satu bulan setengah Nari meninggalkan Korea dan tinggal di Taiwan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan itu tidak hanya fokus menyelesaikan pekerjaannya tapi juga tengah menyusun rencana untuk bisa memiliki Lee Kwon. "Aku yakin kemunculan berita ini di Korea akan mengangkat nama mu sebagai wartawan" ucap Nari melalui telpon pada teman sekolahnya dulu yang kini berprofesi sebagai seorang wartawan di salah satu stasiun tv ternama di Korea. "Haha, aku tidak percaya dengan siapa aku bicara sekarang, benarkah kamu Nari teman smp ku dulu" ucap Nana disambungan telpon. Nari terlihat memainkan rambut panjangnya dengan senyuman licik mendengar perkataan dari Nana. Perempuan itu tak mempedulikan opini teman lama nya tentang dirinya yang sekarang.
Nari duduk termenung di kursi nya, perempuan itu mulai meneteskan air mata. Memejamkan matanya, dan mengepalkan tangannya di atas meja kerjanya. Dia menatap layar laptop yang ada di depannya, sebuah foto dari pria yang dicintainya."Kau bilang sibuk, lalu apa ini semua!" teriak Nari di ruang kerjanya. Perempuan itu mendapat laporan dari informannya kalau Lee Kwon menemani Naveah di pulau Jeju. Informannya mengirim foto-foto kebersamaan Naveah dan Lee Kwon."Aku tidak percaya kenapa semua laki-laki sama, tidak hanya mantan suami ku tapi kamu juga seperti itu Lee Kwon" Nari terisak menahan rasa sakit di hati nya. Perempuan itu merasa dipermainkan oleh pria yang ia sangka akan mencintainya dengan sepenuh hati.Suara teriakan dan isak tangis Nari tersengar oleh asisten pribadinya. Asisten pribadi nya yang bernama Young Ae terlihat khawatir dan mondar-mandir di depan ruang kerja Nari.Tok-tok, Young Ae memberanikan diri mengetok pintu ruang kerja Nari. Tidak a
"Lee Kwon, kita ke tempat Ibu dan Kakek kapan?" tanya Naveah yang duduk bersender di tempat tidur sembari memainkan ponselnya."Terserah kamu saja" ucap Lee Kwon dengan suara mengantuk."Kalau begitu sekarang saja" ujar Naveah tiba-tiba.Lee Kwon tidak mengiyakan ide Naveah, pria itu malah mengganti posisi tidurnya membelakangi Naveah."Lee Kwon" panggil Naveah yang masih fokus melihat sesuatu di ponselnya.Pria itu tetap tidak menjawab dan melanjutkan tidurnya, "sia-sia aku mengajak orang ini pergi ke sini kalau hanya dihabiskan untuk tidur saja" ujar Naveah menggelengkan kepalanya melihat Lee Kwon masih tertidur.Naveah yang tidak tahu mau melakukan apa di dalam kamar akhirnya malah mengantuk dan kembali tidur di samping Lee Kwon."Perempuan ini, bisa-bisa nya dia tidur tanpa dosa seperti ini" Lee Kwon menatap Naveah yang tertidur dengan pulas di sampingnya.Pria itu membelai kepala Naveah, menyentuh pipi Naveah dan kemudian
"Apa yang kamu katakan sepertinya ada benar nya, kadang aku juga berpikiran seperti itu untuk menenangkan pikiran ku tapi lagi, pikiran itu akan kembali hinggap di kepala ku di saat-saat tidak terduga, contohnya saat ini. Kenapa aku jadi emosional begini? maaf aku malah curhat dan membuat mu tidak bisa tidur" Naveah mengusap air matanya.Lee Kwon ikut menitihkan air mata mendengar cerita Naveah, pria itu tidak menyangka dibalik ketangguhan yang selalu diperlihatkan oleh Naveah di depan nya, ternyata ada bagian di mana istrinya begitu rapuh dan terluka. Hati Lee Kwon ikut sakit mendengar kehidupan masa lalu Naveah. Pria itu mengusap air mata di pelupuk mata nya tanpa Naveah tahu. Lee Kwon beruntung lampu di kamar sudah dimatikan kalau tidak dia akan malu."Ngomong-ngomong aku baru kali ini melihat mu menangis seperti ini, dan pertama kali juga mendengar kisah hidup mu yang tidak mudah. Lain kali ungkap kan dan ceritakan apa yang kamu alami pada ku. Aku akan setia
"Dia yang selama ini kamu cari?" tanya pak Park pada Hyungshik sembari menyentuh pundak anak laki-laki nya itu. "Iya ayah" jawab Hyungshik sembari melihat Naveah yang ke luar dari ruangan. "Dia sudah menikah, ayah harap perasaan mu pada nya hanya sekedar rasa terima kasih dan tidak lebih dari itu" nasehat pak Park pada anak nya. "Iya aku tahu" ucap Hyungshik dengan nada tidak bersemangat. "Tenanglah, ayah akan mencarikan perempuan yang tidak kalah menarik dari dia untuk mu" pak Park menyemangati Hyungshik. "Tapi ayah, apakah hubungan dia dengan suaminya baik-baik saja" tanya Hyungshik penasaran. "Ayah tidak tahu pasti, dari informasi yang ayah dapatkan suaminya masih menjalin hubungan dengan mantan pacar nya" ucap pak Park. "Sayang sekali" Hyungshik menggelengkan kepala nya. "Dia anak muda yang luar biasa, ayah sangat suka dengan cara berpikir Naveah itulah kenapa ayah mau bekerjasama dengan TF Group" puji pak Park.
"Kau yakin tidak ingin aku temani?" tanya Lee Kwon yang masih duduk di kursi di kamar Naveah."Tidak perlu, aku tidak akan lama di sana karena aku sendiri sedang tidak enak badan" jawab Naveah sembari berdandan di meja rias."Baiklah, aku akan ikuti kemauan mu" pria itu bangkit dari kursinya dan mendekat ke meja rias Naveah."Hei, apa yang kamu lakukan!" teriak Naveah kaget melihat Lee Kwon yang menyandarkan kepalanya di pundak Naveah."Kau lihat perempuan yang ada di cermin itu?, aku tidak suka pada nya karena terlihat cantik hari ini. Aku tidak senang dia tidak mengajak aku pergi bersama nya. Aku tidak suka memikirkan saat dia datang ke pesta nanti mata para pria terpesona melihat kecantikannya. Aku harus bagaimana?" Pipi Lee Kwon dan Naveah bersentuhan, gambar mereka berdua terlihat di cermin."Jujur saja melihat mu seperti ini, aku semakin yakin kalau dulu hidup mu pasti tidak jauh-jauh dari perempuan, sayangnya aku tidak seperti mereka" Naveah
"Atas nama Korean air beserta kru yang bertugas, kami mengucapkan terima kasih kepada para penumpang yang telah ikut serta dalam penerbangan kali ini. Kami harap anda menikmati perjalanan ini dan sampai jumpa kembali di penerbangan kami selanjutnya" pengumuman yang terdengar di dalam pesawat yang dinaiki oleh Naveah dan Lee Kwon. Naveah dan Lee Kwon menaiki pesawat Korean Air KAL 1231 dari bandar udara Incheon menuju bandar udara internasional Jeju. Pesawat mereka mendarat di bandar udara internasional Jeju sekitar jam 13.50 waktu setempat. Waktu tempuh penerbangan dari Incheon ke Jeju sekitar satu jam sepuluh menit. "Akhirnya sampai juga di Jeju" ucap Naveah sambil menguap. Perempuan itu telah berada di dalam mobil bersama Lee Kwon. Mereka berdua dijemput oleh sopir dari keluarga Lee Kwon menuju ke Grand Hyatt Hotel. "Tutupi mulut mu saat menguap" omel Lee Kwon sambil melihat layar di ponselnya. "Kau ini suka sekali merusak suasana hati k
Naveah dan Solmi tengah berbincang di ruang tamu yang ada di ruang kerja Naveah. Solmi belum lama sampai di perusahaan, dia berencana untuk makan siang dengan menantunya dan sudah menyiapkan makanan kesukaan Naveah. Meskipun akhirnya tahu kalau menantunya sudah makan siang di luar Solmi tidak merasa bersedih hati karena memang dia ke perusahaan tanpa memberi tahu menantunya."Ibu dengar Lee Kwon dan kamu sudah setuju untuk menjalankan kemauan kakek" ucap Solmi sambil mengupas apel untuk Naveah."Siapa yang bilang, Lee Kwon? laki-laki itu memang" ucap Naveah kaget mendengar mertuanya tahu soal rencana mereka berdua akan tinggal bersama."Tentu saja, masak Ibu tahu dari kakek mu" Solmi tersenyum pada Naveah."Rencana nya memang seperti itu bu, tapi aku tidak tahu karena kami berdua belum mendiskusikan lagi masalah ini" ucap Naveah tidak bersemangat."Apa lagi yang perlu didiskusikan?" tanya Solmi pada Naveah."Naveah hanya belum siap, banyak h