"Kamu menginap di sini saja hari ini, lagian besok kan hari minggu" pinta Solmi.
"Ibu, lain kali ya" ucap Naveah dengan berat hati menolak permintaan mertuanya.
Setelah mengantar mertuanya pulang ke rumah, Naveah pergi menemui temannya yang bernama Seohyun. Seohyun tinggal di sebuah apartemen yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mertuanya. Perjalanan dari rumah Solmi ke apartemen Seohyun membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit saja.
Tok Tok, Naveah mengetuk pintu apartemen Seohyun. Perempuan itu mencoba menghubungi temannya karena pintunya tidak dibuka-buka.
"Aku sudah di depan" ucap Naveah pada Seohyun melalui telpon.
"Oke, aku baru selesai mandi tadi, sorry ya" jelas Seohyun.
Lima menit kemudian Seohyun pergi membukakan pintu untuk Naveah.
"Lama sekali" perempuan itu memeluk Seohyun yang mengenakan baju tidur berwarna navy.
"Ya, kamu ini kenapa coba?" Seohyun kaget dengan kelakuan Naveah yang tidak biasanya itu.
"Tidak ada" Naveah mengelak pertanyaan Seohyun.
"Duduk di sana" Seohyun menunjuk sofa yang berada di ruang tengah apartemennya.
"Kau kasar sekali sih pada ku" gerutu Naveah.
"Baru sadar" ucap Seohyun sambil memberikan botol minuman pada Naveah. Perempuan itu tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu.
"Kamu tadi berangkat dari rumah?" tanya Seohyun.
"Tidak, kebetulan aku mengantar Ibu mertua jadi sekalian ke sini karena searah" Naveah sambil meminum air dalam botol.
"Jadi kalau tidak searah kamu tidak akan main ke sini" Seohyun terlihat sewot.
"Tidaklah sudah pasti aku akan ke sini, ngomong-ngomong kamu tidak ikut acara reuni SMA?" tanya Naveah.
"Aku tadi ikut karena diajak Lee Tae Oh, kamu masih ingatkan siapa dia?" tanya Seohyun.
"Atlet basket kan" ucap Naveah singkat.
"Wah tumben sekali ingatan mu bagus, biasanya yang kamu ingat hanya Dongman kan" celetuk Seohyun.
"Aku tadi tidak melihatnya diacara itu, dengar-dengarkan dia sudah kembali dari Korea" ucap Seohyun.
"Iya, dia sudah kembali dari Korea, aku kira dia bakalan datang" ujar Naveah.
"Tunggu, aku baru sadar bagaimana kamu tahu kalau dia sudah di Korea" Seohyun mulai kepo pada sahabatnya itu.
"Kami sudah beberapa kali bertemu sejak ia pulang, tadi siang dia mengajak ku untuk hadir di acara itu tapi aku menolaknya" kata Naveah menjelaskan pada sahabatnya itu.
"Kamu gila, bisa-bisa nya kamu menolak ajakannya" Seohyun terdengar tidak mempercayai ucapan Naveh.
"Aku ada janji dengan Ibu mertua jadi mau bagaimana lagi" ucap Naveah.
"Padahal kalian begitu serasi, sama-sama pintar, sama-sama pekerja keras, tapi kenapa kamu malah menikahi pria yang tidak mencintai mu itu?" Seohyun kesal dengan keputusan Naveah.
"Tidak tahu, aku tidak ingin berkomomentar. Pria itu cerdas dan anak orang kaya pasti ada banyak perempuan yang baik untuknya" ucap Naveah.
"Kamu sudah memberi tahunya kalau sudah menikah?" tanya Seohyun.
"Buat apa aku memberitahu nya, lagian tidak mendekati ku kok, dia hanya rekan kerja ku sekarang" ucap Naveah dengan polos.
"Kamu benar-benar bodoh untuk masalah seperti ini" kata Seohyun.
"Coba pikirkan sekarang, dia pulang ke Korea dan beberapa kali menemui mu bahkan hari ini mengajak mu datang ke acara yang sama, apalagi kalau tidak disebut dia sedang mendekati mu sekarang" jelas Seohyun panjang lebar pada Naveah.
"Begitukah, sepertinya tidak seperti itu, pikiran mu terlalu berlebihan kawan" Naveah menepuk pundak Seohyun.
"Sudahlah aku mengantuk jangan bahas itu, aku ingin memejamkan mata ku sekarang" pikiran Naveah masih melayang ke kejadian tadi siang.
Di tempat lain, Lee Kwon masih menjaga Nari di apartemen perempuan itu. Setelah diperiksa oleh dokter pribadinya perempuan itu beristirahat di tempat tidur nya. Sedangkan Lee Kwon berada di ruang tamu Nari. Pria itu tampak memikirkan sesuatu dan sesekali memeriksa layar ponselnya.
"Kemana perempuan itu pergi" gumam Lee Kwon yang tidak menemukan keberadaan Naveah setelah kejadian tadi siang.
"Ibu, apa Naveah bersama Ibu sekarang" tulis pesan Lee kwon pada Ibu nya.
"Tidak ada, tidak usah cari dia dan pikirkan diri mu sendiri" balas pesan Solmi secara singkat pada putranya itu.
"Aku sudah dua kali mendatangi apartemen peremuan itu, tadi tidak ada tanda-tanda dia ada dia apartemennya" pikir Lee Kwon.
"Naveah, kamu di mana sekarang, aku jemput ya?" Lee Kwon mengirimkan pesan pada Naveah. Sayang sekali pesan itu sama sekali tidak dibaca karena perempuan itu sudah tidur.
"Anak malang, aku harap kamu bahagia" Seohyun menyelimuti Naveah yang sudah tertidur. Perempuan itu tahu pasti ada yang terjadi pada sahabatnya itu.
Seohyun menemani Naveah dan tertidur di sebelah sahabatnya itu.
"Kemana perempuan itu, kenapa tidak membalas pesan ku sama sekali" Lee Kwon mulai kesal.
"Sayang" panggil Nari yang tiba-tiba mengagetkan Lee Kwon yang masih kesal dengan Naveah.
"Ada apa, apa yang sakit?" tanya Lee Kwon dengan penuh perhatian.
"Tidur di sini saja jangan kemana-mana, aku masih takut" pinta Nari.
"Baiklah aku di sini, sekarang tidurlah lagi, semuanya akan baik-baik saja besok" Lee Kwon menenangkan Nari.
Malam itu biar pun Lee Kwon di tempat Nari tapi pikiran pria itu masih teringat pada Naveah. Wajah perempuan yang membiarkan dirinya pergi untuk menolong orang yang dicintainya.
"Hati mu sebenarnya terbuat dari apa Naveah" tanya Lee Kwon dalam hatinya.
Pagi itu Lee Kwon masih tertidur di apartemen Nari, pria itu tidur di sebuah kursi yang berada di dalam kamar Nari.
"Jam berapa ini?" pria itu membuka matanya.
"Masih jam sembilan sayang tidurlah lagi, aku tahu tadi malam kamu sulit tidur karena memikirkan kondisi ku" Nari masih tertidur di ranjang nya.
"Benarkah masih jam sembilan" pria itu berdiri dan meregangkan badannya.
"Mau aku buatkan sarapan apa?" tanya Lee Kwon pada Nari.
"Terserah kamu saja, sebelum itu aku mau membicarakan sesuatu pada mu" suara Nari terdengar serius.
Pria itu mendekati Nari dan duduk di sebelahnya, "apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Lee Kwon.
"Sayang sepertinya aku harus meninggalkan mu selama dua bulan ke depan" ucap Nari.
"Mau kemana?" tanya Lee Kwon.
"Aku ada kontrak pekerjaan di Taiwan, tapi tenanglah setelah itu akan selamanya kembali ke sini, tidak apa kan?" Nari memegang tangan Lee Kwon minta izin.
"Tapi kan kamu masih sakit sekarang, apa tidak bisa ditunda?" Lee Kwon memegangi tangan Nari balik.
"Aku baik-baik saja luka di kaki ku juga kan segera sembuh, tidak perlu khawatir" Nari menenangkan kekasihnya itu.
"Baiklah kalau itu mau mu, tapi di sana kamu akan ditemani siapa?" Lee Kwon mengelus pipi Nari.
"Aku akan tinggal di sana dengan asisten dan juga tim jadi tidak perlu khawatir"jelas Nari.
Lee Kwon paham kalau Nari adalah perempuan yang mandiri dan tidak bisa berdiam diri, itulah kenapa ia mengizinkan perempuan itu untuk menyelesaikan pekerjaannya di Taiwan meskipun mereka akhirnya berjauhan.
"Kunjungi aku sesering mungkin ya" pinta Nari sambil tersenyum pada Lee Kwon.
"Naveah cepat bangun, kamu tidak dengar hp mu terus berbunyi dari tadi. Suami mu menelpon terus kamu tidak berniat untuk segera mengangkatnya telinga ku sudah tidak kuat mendengar nada dering di ponsel mu yang berbunyi terus dari tadi" ucap Seohyun.Naveah masih belum membuka matanya, perempuan itu terlihat kelelahan. "Jam berapa sekarang" tanya Naveah dengan mata masih terpejam."Jam sebelas" ucap Seohyun.Naveah pun seketika terbangun mendengar perkataan dari sahabatnya itu. "Beraninya kamu berbohong" Naveah marah setelah melihat jam dinding di depannya yang masih menunjukkan pukul sepuluh siang."Makanya cepat bangun dan angkat telpon dari suami mu itu"ucap Seohyun."Ada apa" Naveah mengangkat telpon dari Lee Kwon."Kamu baru bangun?, ada dimana sekarang, biar aku jemput" ucap Lee Kwon."Telingaku sepertinya salah dengar karena nyawaku belum seratus persen kembali" ucap Naveah."Halo, kamu dengar suara ku kan?" tanya L
"Mari kita akhiri ini baik-baik" Naveah memberi senyum termanis dihadapan suaminya yang tengah duduk di sofa yang menghadap ke televisi.Pria itu tiba-tiba berdiri, menjabat tangan istrinya dan kemudian memeluk erat Naveah. Perempuan itu kaget dan bingung karena tiba-tiba Lee Kwon memeluk dirinya, padahal selama menikah Lee Kwon tidak pernah berani memeluk Naveah."Kamu gila, berani nya kamu" Naveah mencoba mengeluarkan dirinya dari pelukan Lee Kwon. Semakin berontak, semakin erat Lee Kwon memeluk Naveah."Selamat ulang tahun istri ku" bisik Lee Kwon di telinga Naveah. Perempuan itu terdiam tidak bisa berkata-kata, dia mengira hari ini adalah hari dimana dia bisa bebas dari penikahannya tanpa dia duga Lee Kwon memberi kejutan untuk dirinya.Naveah dan Lee Kwon berpelukan cukup lama, namun Naveah tidak membalas memeluk Lee Kwon, perempuan itu diam terpaku dan tiba-tiba jantungnya berdebar begitu cepat. Lee Kwon perlahan-lahan melepas pelukannya pada Naveah
"Cepat kembali ke apartemen mu, aku mau tidur" pinta Naveah."Naveah, bagaimana kalau mulai minggu depan kita tinggal bersama" ide Lee Kwon. Naveah benar-benar dibuat terkejut berulang kali oleh Lee Kwon."Kenapa tiba-tiba sekali,bagaimana dengan?" Naveah tidak melanjutkan perkataanya tapi Lee Kwon paham betul siapa yang dimaksudkan oleh istrinya itu."Soal Nari, tidak perlu khawatir dia akan meninggalkan Korea dalam beberapa hari dan dia akan tinggal di Taiwan selama dua bulan" jelas Lee Kwon."Apakah tidak lebih baik tinggal terpisah seperti ini saja, kita juga sama-sama lebih menyaman" Naveah menyampaikan pendapatnya."Tidak, kita sudah dua tahun menikah dan kita masih belum bisa mengenal satu sama lain dengan baik" Lee Kwon menggelengkan kepala menolak pendapat Naveah."Tapi" ucap Naveah."Apa yang masih kamu takutkan?" tanya Lee Kwon."Aku hanya belum siap untuk tinggal dengan orang asing di apartemen ku" jelas Naveah.
"Aku tidak memberikan hadiah dengan permintaan yang aneh-aneh dan tidak mungkin akan aku lakukan"ucap Naveah"Menurut mu, aku akan meminta hadiah apa dari mu?" tanya Lee Kwon."Tentu saja aku tidak tahu apa yang ada dipikiran mu sekarang, baiklah sebutkan apa kemauan mu?" Naveah memberi kesempatan Lee Kwon menyampaikan permintaannya.Pria itu duduk di sofa bersebelahan dengan Naveah, perempuan itu memindahkan posisinya agar tidak terlalu dekat dengan Lee Kwon."Jangan duduk terlalu dekat, duduklah agak jauh dari ku"Naveah tidak merasa nyaman."Padahal kamu belum mendengar permintaan ku, baru duduk bersebelahan saja kamu sudah meminta aku duduk menjauh" keluh Lee Kwon."Sudahlah, cepat katakan apa yang kamu mau, jangan berbelit-belit ini sudah malam" jelas Naveah. Laki-laki itu kembali tersenyum mendengar perkataan Naveah."Aku mau kamu jangan sembunyikan identitas mu di depan Dongman atau pria manapun yang dekat dengan mu kalau kamu s
Cekrek cekrek, suara kamera yang tengah mengambil gambar."Bwahaha" suara pria tertawa di kamar Naveah.Perempuan itu mulai membuka matanya perlahan-lahan, dan saat matanya terbuka lebar dia mendapati Lee Kwon yang sudah berada di dalam kamarnya dan berpakain dengan rapi."Hish,siapa yang mengizinkan mu masuk ke sini" Naveah jengkel, perempuan itu duduk di tempat tidurnya dengan rambut yang acak-acakan. Sedangkan Lee Kwon tidak berhenti menertawai Naveah.Pria itu mendekat ke tempat tidur Naveah, "cepat bangun" ucap Lee Kwon sambil mengarahkan tangannya pada Naveah."Aku bisa berdiri sendiri, tidak butuh pertolongan mu" Naveah menguncir rambut nya. Pria itu bukannya jengkel malah tersenyum diperlakukan seperti itu oleh Naveah."Aku benar-benar tertarik dengan orang yang super jutek seperti istriku" ucap Lee Kwon."Stop" teriak Naveah."Ini masih pagi, jangan keluarkan kata-kata aneh mu itu, aku tidak mau mendengarny
Pukul dua belas lebih sepuluh Naveah dan Anneth sudah duduk di meja makan di ruang kerja Naveah. Mereka berdua sudah bersiap untuk makan. Tok-tok pintu ruang kerja Naveah ada yang mengetuk, "siapa" tanya Naveah. "Biar saya saja bu, yang melihat ke sana" ucap Anneth berdiri dari kursi dan menuju pintu. "Apa Ibu ada?" Lee Kwon membawa makan siang untuk Naveah. "Ada pak" Anneth mempersilahkan Lee Kwon masuk. "Anneth cepat ke sini untuk makan" Naveah tidak melihat kalau di belakang sudah berdiri Lee Kwon yang juga membawa makan siang. "Ehem" Lee Kwon berdehem, seketika Naveah menghadap ke belakang karena tidak asing dengan suara yang barusan ia dengar. "Kamu" Naveah tampak terkejut melihat kedatangan Lee Kwon di kantor nya. "Kenapa kau terlihat terkejut seperti itu? apa ada yang salah?" Lee Kwon mendekati Naveah di meja makan. "Tentu, apa yang kamu bawa ini?" tanya Naveah. "Apakah masih harus tanya, je
Tok tok, Anneth mengetok pintu ruangan Naveah, perempuan itu sudah merapikan meja kerjanya dan bersiap untuk pulang. "Bu, saya pulang ya" Anneth pamit pulang pada atasannya yang masih duduk di kursi nya. "Oke, hati-hati di jalan, terima kasih atas kerja sama nya hari ini" Naveah melambaikan tangan pada Anneth. Jam dinding di ruang kerja yang menghadap Naveah sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan perempuan itu masih belum bersiap untuk pulang. Perempuan itu masih membaca laporan mengenai permintaan produk baru yang diminta oleh salah satu customer dengan wajah yang tampak serius. Saking terlalu menikmati membaca laporan, perempuan itu tidak menyadari seseorang sedang duduk di sofa tamu dan mengamatinya. Laki-laki itu membaca majalah bisnis yang ada di atas meja sambil menunggu Naveah menyelesaikan pekerjaannya. Satu jam berdiam di sofa, pria itu berjalan ke arah meja kerja Naveah. "Kamu tidak berencana untuk pulang" suara pria itu mengaget
"Aku senang akhirnya kamu menepati janji untuk mentraktir ku hari ini" ucap Dongman yang tengah menikmati Soegogi Muguk."Benarkah? lain kali aku akan mentraktir Hyung lagi kalau begitu" ucap Naveah dengan senang.Naveah dan Dongman tengah berada di restoran saat jam makan siang. Naveah sengaja mentraktir Dongman setelah dia memperoleh kiriman makan dari Dongman pada hari sebelumnya dan juga karena Hyung nya itu memberi ucapan ulang tahun padanya saat Naveah berulang tahun.Lokasi restoran tidak terlalu jauh dari kantor Naveah, kebetulan sekali Dongman tengah menemui klien yang berada di dekat restoran tersebut. Jadi Naveah sekalian mengajak kakak kelas nya itu untuk bertemu."Aku jarang makan di sini, tapi tempat ini adalah salah satu tempat makan favorit ku dengan Anneth saat kami sedang tidak sibuk bertemu dengan klien" ucap Naveah sembari melahap bulgogi yang ditambahkan kimchi di atas nya."Berarti aku orang yang beruntung karena bisa mendapat
"Naveah sudah lama kita tidak berbincang seperti ini" ucap Dongman yang tengah berada di ruang tamu di ruang kerja Naveah. "Benarkah?, mungkin karena Hyung terlalu banyak aktivitas di luar" ucap Naveah sembari meminum teh. "Aku ingat betul kita terakhir berbincang santai saat ulang tahun mu, berarti hampir satu bulan lebih kita tidak bertemu ya" Dongman mengingatkan Naveah. "Apakah ini benar-benar hyung yang aku kenal?, aku tidak menyangka hyung bisa mengingat dengan detail kapan terakhir kali kita bertemu" ucap Naveah heran. "Tidak ada hal yang aku lupakan kalau ada hubungannya dengan diri mu Naveah" ucapan Lee Kwon mengagetkan Naveah. "Sejak kapan orang di depan ku ini belajar menggombali aku seperti ini" gurau Naveah. "Aku tidak tahu, mungkin sejak kita sudah lama tidak bertemu" ucap Dongman santai sembari menatap Naveah yang duduk di depannya. "Haha, dasar!" Naveah tidak kuasa menahan tawa nya. "Habis aku liha
"Kau pikir aku akan diam saja, aku tidak membiarkan perempuan mana pun bisa menggantikan posisi ku di hati mu sayang" ucap Nari sembari menatap foto nya dengan Lee Kwon di layar hp nya. Sudah satu bulan setengah Nari meninggalkan Korea dan tinggal di Taiwan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan itu tidak hanya fokus menyelesaikan pekerjaannya tapi juga tengah menyusun rencana untuk bisa memiliki Lee Kwon. "Aku yakin kemunculan berita ini di Korea akan mengangkat nama mu sebagai wartawan" ucap Nari melalui telpon pada teman sekolahnya dulu yang kini berprofesi sebagai seorang wartawan di salah satu stasiun tv ternama di Korea. "Haha, aku tidak percaya dengan siapa aku bicara sekarang, benarkah kamu Nari teman smp ku dulu" ucap Nana disambungan telpon. Nari terlihat memainkan rambut panjangnya dengan senyuman licik mendengar perkataan dari Nana. Perempuan itu tak mempedulikan opini teman lama nya tentang dirinya yang sekarang.
Nari duduk termenung di kursi nya, perempuan itu mulai meneteskan air mata. Memejamkan matanya, dan mengepalkan tangannya di atas meja kerjanya. Dia menatap layar laptop yang ada di depannya, sebuah foto dari pria yang dicintainya."Kau bilang sibuk, lalu apa ini semua!" teriak Nari di ruang kerjanya. Perempuan itu mendapat laporan dari informannya kalau Lee Kwon menemani Naveah di pulau Jeju. Informannya mengirim foto-foto kebersamaan Naveah dan Lee Kwon."Aku tidak percaya kenapa semua laki-laki sama, tidak hanya mantan suami ku tapi kamu juga seperti itu Lee Kwon" Nari terisak menahan rasa sakit di hati nya. Perempuan itu merasa dipermainkan oleh pria yang ia sangka akan mencintainya dengan sepenuh hati.Suara teriakan dan isak tangis Nari tersengar oleh asisten pribadinya. Asisten pribadi nya yang bernama Young Ae terlihat khawatir dan mondar-mandir di depan ruang kerja Nari.Tok-tok, Young Ae memberanikan diri mengetok pintu ruang kerja Nari. Tidak a
"Lee Kwon, kita ke tempat Ibu dan Kakek kapan?" tanya Naveah yang duduk bersender di tempat tidur sembari memainkan ponselnya."Terserah kamu saja" ucap Lee Kwon dengan suara mengantuk."Kalau begitu sekarang saja" ujar Naveah tiba-tiba.Lee Kwon tidak mengiyakan ide Naveah, pria itu malah mengganti posisi tidurnya membelakangi Naveah."Lee Kwon" panggil Naveah yang masih fokus melihat sesuatu di ponselnya.Pria itu tetap tidak menjawab dan melanjutkan tidurnya, "sia-sia aku mengajak orang ini pergi ke sini kalau hanya dihabiskan untuk tidur saja" ujar Naveah menggelengkan kepalanya melihat Lee Kwon masih tertidur.Naveah yang tidak tahu mau melakukan apa di dalam kamar akhirnya malah mengantuk dan kembali tidur di samping Lee Kwon."Perempuan ini, bisa-bisa nya dia tidur tanpa dosa seperti ini" Lee Kwon menatap Naveah yang tertidur dengan pulas di sampingnya.Pria itu membelai kepala Naveah, menyentuh pipi Naveah dan kemudian
"Apa yang kamu katakan sepertinya ada benar nya, kadang aku juga berpikiran seperti itu untuk menenangkan pikiran ku tapi lagi, pikiran itu akan kembali hinggap di kepala ku di saat-saat tidak terduga, contohnya saat ini. Kenapa aku jadi emosional begini? maaf aku malah curhat dan membuat mu tidak bisa tidur" Naveah mengusap air matanya.Lee Kwon ikut menitihkan air mata mendengar cerita Naveah, pria itu tidak menyangka dibalik ketangguhan yang selalu diperlihatkan oleh Naveah di depan nya, ternyata ada bagian di mana istrinya begitu rapuh dan terluka. Hati Lee Kwon ikut sakit mendengar kehidupan masa lalu Naveah. Pria itu mengusap air mata di pelupuk mata nya tanpa Naveah tahu. Lee Kwon beruntung lampu di kamar sudah dimatikan kalau tidak dia akan malu."Ngomong-ngomong aku baru kali ini melihat mu menangis seperti ini, dan pertama kali juga mendengar kisah hidup mu yang tidak mudah. Lain kali ungkap kan dan ceritakan apa yang kamu alami pada ku. Aku akan setia
"Dia yang selama ini kamu cari?" tanya pak Park pada Hyungshik sembari menyentuh pundak anak laki-laki nya itu. "Iya ayah" jawab Hyungshik sembari melihat Naveah yang ke luar dari ruangan. "Dia sudah menikah, ayah harap perasaan mu pada nya hanya sekedar rasa terima kasih dan tidak lebih dari itu" nasehat pak Park pada anak nya. "Iya aku tahu" ucap Hyungshik dengan nada tidak bersemangat. "Tenanglah, ayah akan mencarikan perempuan yang tidak kalah menarik dari dia untuk mu" pak Park menyemangati Hyungshik. "Tapi ayah, apakah hubungan dia dengan suaminya baik-baik saja" tanya Hyungshik penasaran. "Ayah tidak tahu pasti, dari informasi yang ayah dapatkan suaminya masih menjalin hubungan dengan mantan pacar nya" ucap pak Park. "Sayang sekali" Hyungshik menggelengkan kepala nya. "Dia anak muda yang luar biasa, ayah sangat suka dengan cara berpikir Naveah itulah kenapa ayah mau bekerjasama dengan TF Group" puji pak Park.
"Kau yakin tidak ingin aku temani?" tanya Lee Kwon yang masih duduk di kursi di kamar Naveah."Tidak perlu, aku tidak akan lama di sana karena aku sendiri sedang tidak enak badan" jawab Naveah sembari berdandan di meja rias."Baiklah, aku akan ikuti kemauan mu" pria itu bangkit dari kursinya dan mendekat ke meja rias Naveah."Hei, apa yang kamu lakukan!" teriak Naveah kaget melihat Lee Kwon yang menyandarkan kepalanya di pundak Naveah."Kau lihat perempuan yang ada di cermin itu?, aku tidak suka pada nya karena terlihat cantik hari ini. Aku tidak senang dia tidak mengajak aku pergi bersama nya. Aku tidak suka memikirkan saat dia datang ke pesta nanti mata para pria terpesona melihat kecantikannya. Aku harus bagaimana?" Pipi Lee Kwon dan Naveah bersentuhan, gambar mereka berdua terlihat di cermin."Jujur saja melihat mu seperti ini, aku semakin yakin kalau dulu hidup mu pasti tidak jauh-jauh dari perempuan, sayangnya aku tidak seperti mereka" Naveah
"Atas nama Korean air beserta kru yang bertugas, kami mengucapkan terima kasih kepada para penumpang yang telah ikut serta dalam penerbangan kali ini. Kami harap anda menikmati perjalanan ini dan sampai jumpa kembali di penerbangan kami selanjutnya" pengumuman yang terdengar di dalam pesawat yang dinaiki oleh Naveah dan Lee Kwon. Naveah dan Lee Kwon menaiki pesawat Korean Air KAL 1231 dari bandar udara Incheon menuju bandar udara internasional Jeju. Pesawat mereka mendarat di bandar udara internasional Jeju sekitar jam 13.50 waktu setempat. Waktu tempuh penerbangan dari Incheon ke Jeju sekitar satu jam sepuluh menit. "Akhirnya sampai juga di Jeju" ucap Naveah sambil menguap. Perempuan itu telah berada di dalam mobil bersama Lee Kwon. Mereka berdua dijemput oleh sopir dari keluarga Lee Kwon menuju ke Grand Hyatt Hotel. "Tutupi mulut mu saat menguap" omel Lee Kwon sambil melihat layar di ponselnya. "Kau ini suka sekali merusak suasana hati k
Naveah dan Solmi tengah berbincang di ruang tamu yang ada di ruang kerja Naveah. Solmi belum lama sampai di perusahaan, dia berencana untuk makan siang dengan menantunya dan sudah menyiapkan makanan kesukaan Naveah. Meskipun akhirnya tahu kalau menantunya sudah makan siang di luar Solmi tidak merasa bersedih hati karena memang dia ke perusahaan tanpa memberi tahu menantunya."Ibu dengar Lee Kwon dan kamu sudah setuju untuk menjalankan kemauan kakek" ucap Solmi sambil mengupas apel untuk Naveah."Siapa yang bilang, Lee Kwon? laki-laki itu memang" ucap Naveah kaget mendengar mertuanya tahu soal rencana mereka berdua akan tinggal bersama."Tentu saja, masak Ibu tahu dari kakek mu" Solmi tersenyum pada Naveah."Rencana nya memang seperti itu bu, tapi aku tidak tahu karena kami berdua belum mendiskusikan lagi masalah ini" ucap Naveah tidak bersemangat."Apa lagi yang perlu didiskusikan?" tanya Solmi pada Naveah."Naveah hanya belum siap, banyak h