"Cepat kembali ke apartemen mu, aku mau tidur" pinta Naveah.
"Naveah, bagaimana kalau mulai minggu depan kita tinggal bersama" ide Lee Kwon. Naveah benar-benar dibuat terkejut berulang kali oleh Lee Kwon.
"Kenapa tiba-tiba sekali,bagaimana dengan?" Naveah tidak melanjutkan perkataanya tapi Lee Kwon paham betul siapa yang dimaksudkan oleh istrinya itu.
"Soal Nari, tidak perlu khawatir dia akan meninggalkan Korea dalam beberapa hari dan dia akan tinggal di Taiwan selama dua bulan" jelas Lee Kwon.
"Apakah tidak lebih baik tinggal terpisah seperti ini saja, kita juga sama-sama lebih menyaman" Naveah menyampaikan pendapatnya.
"Tidak, kita sudah dua tahun menikah dan kita masih belum bisa mengenal satu sama lain dengan baik" Lee Kwon menggelengkan kepala menolak pendapat Naveah.
"Tapi" ucap Naveah.
"Apa yang masih kamu takutkan?" tanya Lee Kwon.
"Aku hanya belum siap untuk tinggal dengan orang asing di apartemen ku" jelas Naveah.
"Mau sampai kapan kita akan menjadi orang asing, aku sudah bilang kita akan belajar untuk memulai kehidupan rumah tangga kita, jangan khawatirkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi" ujar Lee Kwon meyakinkan Naveah.
"Aku merasa tidak enak dengan Nari, biar bagaimana pun kalian saling menicintai" ucap Naveah.
"Naveah kita sudah menikah, Nari dan aku memang saling mencintai dulu, aku pikir pertemuan kami sekarang bukan untuk membuat aku dan dia akan bersama tapi ini adalah suatu kondisi yang akhirnya menyadarkan ku kalau apa yang aku lakukan salah dan membuka mata ku pada mu. Orang yang dengan setia bersama ku tanpa mengeluh dan menuntut sesuatu dari ku yang sebenarnya itu adalah hak mu. Saat bertemu dan mendengar cerita Nari dengan mantan suaminya aku pikir apa yang bergumul dalam hati ku adalah cinta yang pernah aku berikan pada nya. Tapi ternyata aku salah, aku kasihan dengan kondisi nya dan merasa simpati dengan apa yang ia alami karena itulah aku tidak bisa langsung memutus hubungan ku dengan nya. Saat Nari pulang menyelesaikan pekerjaannya aku akan berbicara baik-baik padanya" Lee kwon meyakinkan Naveah.
"Jangan-jangan yang sebenarnya kamu takutkan adalah aku" ucap Lee Kwon.
"Aku kan sudah bilang, aku belum merasa nyaman tinggal satu rumah dengan orang yang belum familiar bagi ku, aku tidak bilang takut pada mu" lirik Naveah.
"Benarkah, kalau begitu aku akan mulai tidur di sini nanti malam" ucap Lee Kwon.
"Kau gila, aku tidak mengizinkan mu" tolak Naveah.
"Berarti kau takut pada ku kan?" tanya Lee Kwon tidak menyerah.
"Terserahlah, di apartemen ini memang ada beberapa kamar tapi belum tentu sudah dibersihkan" Naveah mulai pasrah.
"Kalau masalah itu, tenang saja aku akan tidur di sofa ini untuk malam ini, kau bisa tidur di kamar mu" ide Lee Kwon.
"Kamu benar-benar deh, di sini dingin tahu, aku bisa dimarahi Ibu kalau tahu anak yang disayanginya aku telantarkan"Naveah menolak ide Lee Kwon.
"Aku beri waktu sampai acara tv ini selesai, setelah itu pulanglah ke apartemen mu" Naveah menghadapkan wajahnya pada Lee Kwon yang duduk di atas sofa.
"Benar-benar perempuan yang tidak bisa dipahami dan tidak terkalahkan" Lee Kwon lelah berdebat dengan Naveah.
"Baiklah setelah acara ini aku akan pulang" Lee Kwon menyetujui permintaan Naveah pada nya.
"Bagus, itu nama nya laki-laki sejati" Naveah tersenyum senang.
Saat mereka tengah menikmati acara televisi, hp Naveah berdiring. Panggilan telpon itu berasal dari Dongman. Perempuan itu menggeser layar hp nya dan mengangkat telponnya.
"Kecilkan sedikit volumenya" bisik Naveah pada Lee Kwon.
"Halo, Hyung ada apa malam-malam begini?" tanya Naveah pada Dongman.
"Naveah maaf telat, aku ingin mengucapkan ulang tahun pada mu yang ke-26 tahun. Aku berhadap apa yang ingin kamu raih dapat tercapai dan aku doakan kamu mendapat pacar yang baik" doa Dongman pada Naveah.
Perempuan itu tersenyum mendengar kakak tingkatnya itu masih ingat hari ulang tahunnya bahkan mendoakannya. Lee Kwon yang duduk di sofa mendengar apa yang dikatakan Dongman pada Naveah.
"Terima kasih Hyung atas doa nya dan terima kasih masih ingat dengan hari ulang tahun ku" ucap Naveah.
"Aku ingin membawakan mu kue tapi ini sudah malam, kamu pasti sudah mau tidur" ucap Dongman.
"Ah, Hyung tidak perlu repot-repot" ucap Naveah. Lee Kwon terlihat tidak senang mendengar percakapan antara Dongman dengan Naveah.
"Kalau begitu, apa besok ada waktu?" tanya Dongman.
"Besok, aku belum tahu dengan pasti Hyung, aku perlu menanyakan pada asiten ku besok" Naveah tidak dapat memberi kepastian.
"Baiklah kalau begitu, istirahatlah sekarang. Kalau memang memungkinkan ada waktu kosong jangan lupa untuk hubungi aku ya" pinta Dongman.
"Pasti, Naveah akan memberitahu kalau jadwal Naveah memungkinkan untuk bertemu" kata Naveah.
Mereka berdua pun mengakhiri pembicaraan mereka, di sisi lain Lee Kwon terlihat kesal melihat kedekatan Naveah dan Dongman.
"Aku pikir-pikir kamu selalu dapat bicara baik dengan pria itu tapi saat dengan ku kamu berbicara seolah-olah tidak ingin lama-lama mengobrol dengan ku" ungkit Lee Kwon.
"Makanya jangan menyebalkan" ucap Naveah singkat.
"Aku heran kenapa dia mendoakan mu mendapat pacar, apa dia tidak tahu kalau kamu peremuan yang sudah bersuami?" tanya Lee Kwon.
"Kamu menguping pembicaraan ku dengannya kan?" tanya Naveah balik.
"Aku tidak menguping, dia saja yang suaranya terlalu keras" jelas Lee Kwon.
"Kalau begitu kenapa kamu tidak menutupi telinga mu" ucap Naveah kesal.
Perempuan itu memukul Lee Kwon dengan bantal yang terdapat di sofa.
"Hei, sakit" keluh Lee Kwon.
"Rasakan" Naveah senang melihat Lee Kwon merengek kesakitan.
"Benar-benar deh kalau sama kamu bawaannya pengen marah-marah" canda Lee Kwon. Pria itu mengelus badannya yang mendapat pukulan bantal dari Naveah.
"Naveah duduklah di sini" Lee Kwon menunjuk duduk di dekatnya. Naveah tampak ragu tapi akhirnya mengiyakan permintaan Lee Kwon.
"Ada apa?" tanya Naveah.
"Coba ulurkan tangan jari-jari mu" pinta Lee Kwon. Naveah mengulurkan jari-jari nya pada Lee Kwon.
"Sekarang pejamkan mata mu sebentar" perintah Lee Kwon. Perempuan itu sebenarnya takut tapi tetap mengikuti perintah Lee Kwon.
"Sekarang buka mata mu" perintah Lee Kwon pada Naveah. Perempuan itu tidak menyangka mendapat hadiah ulang tahun lagi dari Lee Kwon.
"Wah, bagus sekali. Terima kasih sudah mengingat ulang tahun ku dan memberi kejutan tidak terduga" ucap Naveah dengan penuh rasa haru dan gembira.
"Kau senang?" tanya Lee Kwon.
"Tentu saja" jawab Naveah singkat.
"Sekarang saatnya aku minta sesuatu dari mu" ucap Lee Kwon tiba-tiba pada Naveah.
"Bukankah uang mu lebih banyak, kamu mau minta apa?" tanya Naveah dengan penuh keraguan.
"Aku tidak memberikan hadiah dengan permintaan yang aneh-aneh dan tidak mungkin akan aku lakukan"ucap Naveah"Menurut mu, aku akan meminta hadiah apa dari mu?" tanya Lee Kwon."Tentu saja aku tidak tahu apa yang ada dipikiran mu sekarang, baiklah sebutkan apa kemauan mu?" Naveah memberi kesempatan Lee Kwon menyampaikan permintaannya.Pria itu duduk di sofa bersebelahan dengan Naveah, perempuan itu memindahkan posisinya agar tidak terlalu dekat dengan Lee Kwon."Jangan duduk terlalu dekat, duduklah agak jauh dari ku"Naveah tidak merasa nyaman."Padahal kamu belum mendengar permintaan ku, baru duduk bersebelahan saja kamu sudah meminta aku duduk menjauh" keluh Lee Kwon."Sudahlah, cepat katakan apa yang kamu mau, jangan berbelit-belit ini sudah malam" jelas Naveah. Laki-laki itu kembali tersenyum mendengar perkataan Naveah."Aku mau kamu jangan sembunyikan identitas mu di depan Dongman atau pria manapun yang dekat dengan mu kalau kamu s
Cekrek cekrek, suara kamera yang tengah mengambil gambar."Bwahaha" suara pria tertawa di kamar Naveah.Perempuan itu mulai membuka matanya perlahan-lahan, dan saat matanya terbuka lebar dia mendapati Lee Kwon yang sudah berada di dalam kamarnya dan berpakain dengan rapi."Hish,siapa yang mengizinkan mu masuk ke sini" Naveah jengkel, perempuan itu duduk di tempat tidurnya dengan rambut yang acak-acakan. Sedangkan Lee Kwon tidak berhenti menertawai Naveah.Pria itu mendekat ke tempat tidur Naveah, "cepat bangun" ucap Lee Kwon sambil mengarahkan tangannya pada Naveah."Aku bisa berdiri sendiri, tidak butuh pertolongan mu" Naveah menguncir rambut nya. Pria itu bukannya jengkel malah tersenyum diperlakukan seperti itu oleh Naveah."Aku benar-benar tertarik dengan orang yang super jutek seperti istriku" ucap Lee Kwon."Stop" teriak Naveah."Ini masih pagi, jangan keluarkan kata-kata aneh mu itu, aku tidak mau mendengarny
Pukul dua belas lebih sepuluh Naveah dan Anneth sudah duduk di meja makan di ruang kerja Naveah. Mereka berdua sudah bersiap untuk makan. Tok-tok pintu ruang kerja Naveah ada yang mengetuk, "siapa" tanya Naveah. "Biar saya saja bu, yang melihat ke sana" ucap Anneth berdiri dari kursi dan menuju pintu. "Apa Ibu ada?" Lee Kwon membawa makan siang untuk Naveah. "Ada pak" Anneth mempersilahkan Lee Kwon masuk. "Anneth cepat ke sini untuk makan" Naveah tidak melihat kalau di belakang sudah berdiri Lee Kwon yang juga membawa makan siang. "Ehem" Lee Kwon berdehem, seketika Naveah menghadap ke belakang karena tidak asing dengan suara yang barusan ia dengar. "Kamu" Naveah tampak terkejut melihat kedatangan Lee Kwon di kantor nya. "Kenapa kau terlihat terkejut seperti itu? apa ada yang salah?" Lee Kwon mendekati Naveah di meja makan. "Tentu, apa yang kamu bawa ini?" tanya Naveah. "Apakah masih harus tanya, je
Tok tok, Anneth mengetok pintu ruangan Naveah, perempuan itu sudah merapikan meja kerjanya dan bersiap untuk pulang. "Bu, saya pulang ya" Anneth pamit pulang pada atasannya yang masih duduk di kursi nya. "Oke, hati-hati di jalan, terima kasih atas kerja sama nya hari ini" Naveah melambaikan tangan pada Anneth. Jam dinding di ruang kerja yang menghadap Naveah sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan perempuan itu masih belum bersiap untuk pulang. Perempuan itu masih membaca laporan mengenai permintaan produk baru yang diminta oleh salah satu customer dengan wajah yang tampak serius. Saking terlalu menikmati membaca laporan, perempuan itu tidak menyadari seseorang sedang duduk di sofa tamu dan mengamatinya. Laki-laki itu membaca majalah bisnis yang ada di atas meja sambil menunggu Naveah menyelesaikan pekerjaannya. Satu jam berdiam di sofa, pria itu berjalan ke arah meja kerja Naveah. "Kamu tidak berencana untuk pulang" suara pria itu mengaget
"Aku senang akhirnya kamu menepati janji untuk mentraktir ku hari ini" ucap Dongman yang tengah menikmati Soegogi Muguk."Benarkah? lain kali aku akan mentraktir Hyung lagi kalau begitu" ucap Naveah dengan senang.Naveah dan Dongman tengah berada di restoran saat jam makan siang. Naveah sengaja mentraktir Dongman setelah dia memperoleh kiriman makan dari Dongman pada hari sebelumnya dan juga karena Hyung nya itu memberi ucapan ulang tahun padanya saat Naveah berulang tahun.Lokasi restoran tidak terlalu jauh dari kantor Naveah, kebetulan sekali Dongman tengah menemui klien yang berada di dekat restoran tersebut. Jadi Naveah sekalian mengajak kakak kelas nya itu untuk bertemu."Aku jarang makan di sini, tapi tempat ini adalah salah satu tempat makan favorit ku dengan Anneth saat kami sedang tidak sibuk bertemu dengan klien" ucap Naveah sembari melahap bulgogi yang ditambahkan kimchi di atas nya."Berarti aku orang yang beruntung karena bisa mendapat
Naveah dan Solmi tengah berbincang di ruang tamu yang ada di ruang kerja Naveah. Solmi belum lama sampai di perusahaan, dia berencana untuk makan siang dengan menantunya dan sudah menyiapkan makanan kesukaan Naveah. Meskipun akhirnya tahu kalau menantunya sudah makan siang di luar Solmi tidak merasa bersedih hati karena memang dia ke perusahaan tanpa memberi tahu menantunya."Ibu dengar Lee Kwon dan kamu sudah setuju untuk menjalankan kemauan kakek" ucap Solmi sambil mengupas apel untuk Naveah."Siapa yang bilang, Lee Kwon? laki-laki itu memang" ucap Naveah kaget mendengar mertuanya tahu soal rencana mereka berdua akan tinggal bersama."Tentu saja, masak Ibu tahu dari kakek mu" Solmi tersenyum pada Naveah."Rencana nya memang seperti itu bu, tapi aku tidak tahu karena kami berdua belum mendiskusikan lagi masalah ini" ucap Naveah tidak bersemangat."Apa lagi yang perlu didiskusikan?" tanya Solmi pada Naveah."Naveah hanya belum siap, banyak h
"Atas nama Korean air beserta kru yang bertugas, kami mengucapkan terima kasih kepada para penumpang yang telah ikut serta dalam penerbangan kali ini. Kami harap anda menikmati perjalanan ini dan sampai jumpa kembali di penerbangan kami selanjutnya" pengumuman yang terdengar di dalam pesawat yang dinaiki oleh Naveah dan Lee Kwon. Naveah dan Lee Kwon menaiki pesawat Korean Air KAL 1231 dari bandar udara Incheon menuju bandar udara internasional Jeju. Pesawat mereka mendarat di bandar udara internasional Jeju sekitar jam 13.50 waktu setempat. Waktu tempuh penerbangan dari Incheon ke Jeju sekitar satu jam sepuluh menit. "Akhirnya sampai juga di Jeju" ucap Naveah sambil menguap. Perempuan itu telah berada di dalam mobil bersama Lee Kwon. Mereka berdua dijemput oleh sopir dari keluarga Lee Kwon menuju ke Grand Hyatt Hotel. "Tutupi mulut mu saat menguap" omel Lee Kwon sambil melihat layar di ponselnya. "Kau ini suka sekali merusak suasana hati k
"Kau yakin tidak ingin aku temani?" tanya Lee Kwon yang masih duduk di kursi di kamar Naveah."Tidak perlu, aku tidak akan lama di sana karena aku sendiri sedang tidak enak badan" jawab Naveah sembari berdandan di meja rias."Baiklah, aku akan ikuti kemauan mu" pria itu bangkit dari kursinya dan mendekat ke meja rias Naveah."Hei, apa yang kamu lakukan!" teriak Naveah kaget melihat Lee Kwon yang menyandarkan kepalanya di pundak Naveah."Kau lihat perempuan yang ada di cermin itu?, aku tidak suka pada nya karena terlihat cantik hari ini. Aku tidak senang dia tidak mengajak aku pergi bersama nya. Aku tidak suka memikirkan saat dia datang ke pesta nanti mata para pria terpesona melihat kecantikannya. Aku harus bagaimana?" Pipi Lee Kwon dan Naveah bersentuhan, gambar mereka berdua terlihat di cermin."Jujur saja melihat mu seperti ini, aku semakin yakin kalau dulu hidup mu pasti tidak jauh-jauh dari perempuan, sayangnya aku tidak seperti mereka" Naveah
"Naveah sudah lama kita tidak berbincang seperti ini" ucap Dongman yang tengah berada di ruang tamu di ruang kerja Naveah. "Benarkah?, mungkin karena Hyung terlalu banyak aktivitas di luar" ucap Naveah sembari meminum teh. "Aku ingat betul kita terakhir berbincang santai saat ulang tahun mu, berarti hampir satu bulan lebih kita tidak bertemu ya" Dongman mengingatkan Naveah. "Apakah ini benar-benar hyung yang aku kenal?, aku tidak menyangka hyung bisa mengingat dengan detail kapan terakhir kali kita bertemu" ucap Naveah heran. "Tidak ada hal yang aku lupakan kalau ada hubungannya dengan diri mu Naveah" ucapan Lee Kwon mengagetkan Naveah. "Sejak kapan orang di depan ku ini belajar menggombali aku seperti ini" gurau Naveah. "Aku tidak tahu, mungkin sejak kita sudah lama tidak bertemu" ucap Dongman santai sembari menatap Naveah yang duduk di depannya. "Haha, dasar!" Naveah tidak kuasa menahan tawa nya. "Habis aku liha
"Kau pikir aku akan diam saja, aku tidak membiarkan perempuan mana pun bisa menggantikan posisi ku di hati mu sayang" ucap Nari sembari menatap foto nya dengan Lee Kwon di layar hp nya. Sudah satu bulan setengah Nari meninggalkan Korea dan tinggal di Taiwan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan itu tidak hanya fokus menyelesaikan pekerjaannya tapi juga tengah menyusun rencana untuk bisa memiliki Lee Kwon. "Aku yakin kemunculan berita ini di Korea akan mengangkat nama mu sebagai wartawan" ucap Nari melalui telpon pada teman sekolahnya dulu yang kini berprofesi sebagai seorang wartawan di salah satu stasiun tv ternama di Korea. "Haha, aku tidak percaya dengan siapa aku bicara sekarang, benarkah kamu Nari teman smp ku dulu" ucap Nana disambungan telpon. Nari terlihat memainkan rambut panjangnya dengan senyuman licik mendengar perkataan dari Nana. Perempuan itu tak mempedulikan opini teman lama nya tentang dirinya yang sekarang.
Nari duduk termenung di kursi nya, perempuan itu mulai meneteskan air mata. Memejamkan matanya, dan mengepalkan tangannya di atas meja kerjanya. Dia menatap layar laptop yang ada di depannya, sebuah foto dari pria yang dicintainya."Kau bilang sibuk, lalu apa ini semua!" teriak Nari di ruang kerjanya. Perempuan itu mendapat laporan dari informannya kalau Lee Kwon menemani Naveah di pulau Jeju. Informannya mengirim foto-foto kebersamaan Naveah dan Lee Kwon."Aku tidak percaya kenapa semua laki-laki sama, tidak hanya mantan suami ku tapi kamu juga seperti itu Lee Kwon" Nari terisak menahan rasa sakit di hati nya. Perempuan itu merasa dipermainkan oleh pria yang ia sangka akan mencintainya dengan sepenuh hati.Suara teriakan dan isak tangis Nari tersengar oleh asisten pribadinya. Asisten pribadi nya yang bernama Young Ae terlihat khawatir dan mondar-mandir di depan ruang kerja Nari.Tok-tok, Young Ae memberanikan diri mengetok pintu ruang kerja Nari. Tidak a
"Lee Kwon, kita ke tempat Ibu dan Kakek kapan?" tanya Naveah yang duduk bersender di tempat tidur sembari memainkan ponselnya."Terserah kamu saja" ucap Lee Kwon dengan suara mengantuk."Kalau begitu sekarang saja" ujar Naveah tiba-tiba.Lee Kwon tidak mengiyakan ide Naveah, pria itu malah mengganti posisi tidurnya membelakangi Naveah."Lee Kwon" panggil Naveah yang masih fokus melihat sesuatu di ponselnya.Pria itu tetap tidak menjawab dan melanjutkan tidurnya, "sia-sia aku mengajak orang ini pergi ke sini kalau hanya dihabiskan untuk tidur saja" ujar Naveah menggelengkan kepalanya melihat Lee Kwon masih tertidur.Naveah yang tidak tahu mau melakukan apa di dalam kamar akhirnya malah mengantuk dan kembali tidur di samping Lee Kwon."Perempuan ini, bisa-bisa nya dia tidur tanpa dosa seperti ini" Lee Kwon menatap Naveah yang tertidur dengan pulas di sampingnya.Pria itu membelai kepala Naveah, menyentuh pipi Naveah dan kemudian
"Apa yang kamu katakan sepertinya ada benar nya, kadang aku juga berpikiran seperti itu untuk menenangkan pikiran ku tapi lagi, pikiran itu akan kembali hinggap di kepala ku di saat-saat tidak terduga, contohnya saat ini. Kenapa aku jadi emosional begini? maaf aku malah curhat dan membuat mu tidak bisa tidur" Naveah mengusap air matanya.Lee Kwon ikut menitihkan air mata mendengar cerita Naveah, pria itu tidak menyangka dibalik ketangguhan yang selalu diperlihatkan oleh Naveah di depan nya, ternyata ada bagian di mana istrinya begitu rapuh dan terluka. Hati Lee Kwon ikut sakit mendengar kehidupan masa lalu Naveah. Pria itu mengusap air mata di pelupuk mata nya tanpa Naveah tahu. Lee Kwon beruntung lampu di kamar sudah dimatikan kalau tidak dia akan malu."Ngomong-ngomong aku baru kali ini melihat mu menangis seperti ini, dan pertama kali juga mendengar kisah hidup mu yang tidak mudah. Lain kali ungkap kan dan ceritakan apa yang kamu alami pada ku. Aku akan setia
"Dia yang selama ini kamu cari?" tanya pak Park pada Hyungshik sembari menyentuh pundak anak laki-laki nya itu. "Iya ayah" jawab Hyungshik sembari melihat Naveah yang ke luar dari ruangan. "Dia sudah menikah, ayah harap perasaan mu pada nya hanya sekedar rasa terima kasih dan tidak lebih dari itu" nasehat pak Park pada anak nya. "Iya aku tahu" ucap Hyungshik dengan nada tidak bersemangat. "Tenanglah, ayah akan mencarikan perempuan yang tidak kalah menarik dari dia untuk mu" pak Park menyemangati Hyungshik. "Tapi ayah, apakah hubungan dia dengan suaminya baik-baik saja" tanya Hyungshik penasaran. "Ayah tidak tahu pasti, dari informasi yang ayah dapatkan suaminya masih menjalin hubungan dengan mantan pacar nya" ucap pak Park. "Sayang sekali" Hyungshik menggelengkan kepala nya. "Dia anak muda yang luar biasa, ayah sangat suka dengan cara berpikir Naveah itulah kenapa ayah mau bekerjasama dengan TF Group" puji pak Park.
"Kau yakin tidak ingin aku temani?" tanya Lee Kwon yang masih duduk di kursi di kamar Naveah."Tidak perlu, aku tidak akan lama di sana karena aku sendiri sedang tidak enak badan" jawab Naveah sembari berdandan di meja rias."Baiklah, aku akan ikuti kemauan mu" pria itu bangkit dari kursinya dan mendekat ke meja rias Naveah."Hei, apa yang kamu lakukan!" teriak Naveah kaget melihat Lee Kwon yang menyandarkan kepalanya di pundak Naveah."Kau lihat perempuan yang ada di cermin itu?, aku tidak suka pada nya karena terlihat cantik hari ini. Aku tidak senang dia tidak mengajak aku pergi bersama nya. Aku tidak suka memikirkan saat dia datang ke pesta nanti mata para pria terpesona melihat kecantikannya. Aku harus bagaimana?" Pipi Lee Kwon dan Naveah bersentuhan, gambar mereka berdua terlihat di cermin."Jujur saja melihat mu seperti ini, aku semakin yakin kalau dulu hidup mu pasti tidak jauh-jauh dari perempuan, sayangnya aku tidak seperti mereka" Naveah
"Atas nama Korean air beserta kru yang bertugas, kami mengucapkan terima kasih kepada para penumpang yang telah ikut serta dalam penerbangan kali ini. Kami harap anda menikmati perjalanan ini dan sampai jumpa kembali di penerbangan kami selanjutnya" pengumuman yang terdengar di dalam pesawat yang dinaiki oleh Naveah dan Lee Kwon. Naveah dan Lee Kwon menaiki pesawat Korean Air KAL 1231 dari bandar udara Incheon menuju bandar udara internasional Jeju. Pesawat mereka mendarat di bandar udara internasional Jeju sekitar jam 13.50 waktu setempat. Waktu tempuh penerbangan dari Incheon ke Jeju sekitar satu jam sepuluh menit. "Akhirnya sampai juga di Jeju" ucap Naveah sambil menguap. Perempuan itu telah berada di dalam mobil bersama Lee Kwon. Mereka berdua dijemput oleh sopir dari keluarga Lee Kwon menuju ke Grand Hyatt Hotel. "Tutupi mulut mu saat menguap" omel Lee Kwon sambil melihat layar di ponselnya. "Kau ini suka sekali merusak suasana hati k
Naveah dan Solmi tengah berbincang di ruang tamu yang ada di ruang kerja Naveah. Solmi belum lama sampai di perusahaan, dia berencana untuk makan siang dengan menantunya dan sudah menyiapkan makanan kesukaan Naveah. Meskipun akhirnya tahu kalau menantunya sudah makan siang di luar Solmi tidak merasa bersedih hati karena memang dia ke perusahaan tanpa memberi tahu menantunya."Ibu dengar Lee Kwon dan kamu sudah setuju untuk menjalankan kemauan kakek" ucap Solmi sambil mengupas apel untuk Naveah."Siapa yang bilang, Lee Kwon? laki-laki itu memang" ucap Naveah kaget mendengar mertuanya tahu soal rencana mereka berdua akan tinggal bersama."Tentu saja, masak Ibu tahu dari kakek mu" Solmi tersenyum pada Naveah."Rencana nya memang seperti itu bu, tapi aku tidak tahu karena kami berdua belum mendiskusikan lagi masalah ini" ucap Naveah tidak bersemangat."Apa lagi yang perlu didiskusikan?" tanya Solmi pada Naveah."Naveah hanya belum siap, banyak h