Seorang pria tampan dengan wajah sendu berlutut dihadapan wanita yang melihatnya dengan terluka. Sorot mata keduanya sama, saling rindu, tapi terluka. Pria itu memohon maaf atas semua kesalahan yang telah dilakukannya, meminta maaf dengan segala kerendahan hatinya telah membuat hidup wanita itu hancur berkeping - keping. Wanita itu adalah Alana. Ia hanya bisa diam saat mendengarkan Reynar mengatakan tentang Sinta dan terus memohon maaf padanya. Walaupun ia sangat marah pada Sinta yang telah membuat hidupnya hancur, tapi ia juga bersyukur. Jika bukan karena kejadian malam itu ia tak akan pernah mendapatkan anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan padanya, yaitu kehamilannya.Alana turun dari tempat tidur dengan kesakitan, melihat dirinya yang meringis kesakitan membuat Kenneth refleks berdiri membantunya. "Kamu baik - baik saja, kamu istirahat saja,” ucap Reynar menatap Alana khawatir. Mendengar suara Reynar yang lembut membuat hati Alana menghangat. Ia merindukan suara berat,
Setelah selesai pesta pernikahan Reynar dan Alana yang tertutup. Wildan mengajak Nina duduk berduaan di tepi pantai. Villa Yudi bersebelahan dengan pantai membuat suasana semakin romantis. Mereka menggunakan kesempatan untuk berduaan setelah seminggu tidak bertemu.“Aku merindukanmu, Nina,” ucap Wildan membelai lembut rambut Nina yang panjang. “Aku juga merindukanmu, Wildan,” balas Nina. “Maaf yaa kita baru bisa bertemu sekarang.” “Malah asyik kok Sayang. Jadi berasa kita lagi bulan madu.” “Kamu sangat menggemaskan Nina.” Wildan menarik wajah kekasihnya dan mencium bibirnya. Mereka pun saling berciuman dengan sangat mesra melepaskan semua kerinduan. “Sayang, aku senang deh akhirnya Lana bisa menikah dengan Tuan Rey.” “Iya. Pak Rey akhirnya tau juga pelaku tabrak lari tersebut.” Tiba-tiba suasana romantis Wildan dan Nina berakhir dengan kedatangan Joe membawa sebotol sampanye lengkap dengan tiga gelas di tangannya. “Hayoo, kalian berdua ngapain? Lagi pacaran yaa,” ucap Joe menu
Hari ini Reynar akan kembali ke Jakarta dan sudah memberitahukan pada Alana kalau Venna, Ibunya menyuruhnya untuk segera kembali. Awalnya, Reynar mengajak Alana, tapi istrinya malah menolak dan memilih untuk tetap tinggal di Jakarta. Ia menatap Alana dengan kesal. Kenapa wanita yang sudah menjadi istrinya tak ingin kembali ke Jakarta? “Sayang ikut aku dong, aku 'kan selalu ingin bersamamu, tak ingin berpisah lagi." Reynar membujuk Alana agar ikut dengannya. Alana menatap wajah suaminya yang tampan lalu berkata, “sayang, bukannya aku tak ingin ikut kamu kembali ke Jakarta, tapi aku ingin menenangkan diri dulu sebentar di Bali,” ucapnya mencari alasan. “Menenangkan diri bisa di Jakarta bersama ku, Sayang. Ngapain kamu tetap di Bali? Apa lagi kamu sendirian di sini.” “Tolong kamu mengerti yang sayang, aku juga sama sepertimu tak ingin kita berpisah."Alana tersenyum. Ia mengerti maksudnya Reynar, tapi ada perasaan khawatir dari dalam hatinya kalau kembali ke Jakarta. Di sana ada Reva
Sementara itu, di atas langit sebuah pesawat pribadi dua orang pria saling berbicara dengan serius. Sesekali terdengar suara salah satu pria memekik tak percaya. Mata Reynar menatap layar laptop dengan sangat marah. Ia tidak menyangka kalau ada orang tega menyakiti seorang anak kecil berusia 7 tahun tersebut. "Jadi dia pelakunya?" ucap Reynar dengan mata menyala. “Iya Rey. Laki - laki pelakunya. Walaupun, rekaman cctv ini cukup jauh dan resolusinya sudah dipertajam, tapi tetap gak bisa mendapatkan siapa pria yang membawa Feli.” Yudi mengklik salah satu video. “Nah, yang ini cuman kelihatan bagian kaki aja sama tuh orang memakai jaket kulit deh kayaknya.” Reynar mengepalkan tangannya, ia melihat ada seseorang turun dari mobil jeep hitam menggendong Felicia yang terlihat tanpa tenaga dan meletakkan tubuh anak kecil itu di tengah jalan lalu pergi begitu saja. Ia yakin keponakannya tersebut sudah tak bernyawa saat mobil Alana yang dibawa Sinta melintasinya. Mobil jeep berwarna hitam
Venna mencuri dengar pembicaraan Reva dan Rendi, suaminya. Ia tidak setuju kalau Reynar akan menikah dengan Reva. Cucu mereka sekarang bukan hanya anak dalam kandungan Reva, tapi juga Chester, anak Aira. “Aduh, kenapa si Rey main sex bebas begitu sih,” ucap Venna kesal dan menjauh dari ruang kerja Rendi. Aira memperhatikan raut wajah Venna yang berubah. Ia yakin pasti ada sesuatu yang membuat calon mertuanya tersebut gelisah. Ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya, apakah wanita tadi yang angkuh adalah tunangan Reynar? Tapi kenapa memanggil Venna dengan sebutan tante bukan mama. Sedangkan dirinya sudah disuruh oleh Venna untuk memanggil mama padahal belum resmi menjadi istri Reynar. “Aku harus mencari tau,” ucapnya dengan tatapan menyelidik. Aira sengaja menyuruh Chester untuk mengajak Rendi bermain dan masuk ke dalam ruang kerja Kakeknya tersebut. Dengan polosnya Chester menuruti perkataan Aira dan pergi berlari menuju ruang kerja Rendi yang di sana masih ada Reva. “Kakek.
Reynar dan Yudi sudah tiba di Jakarta. Tanpa membuang - buang waktu lagi langsung menuju ke kantor Yudi. Reynar sudah tidak sabar ada bukti baru apa lagi yang mau ditunjukan Yudi padanya. Ia berharap semoga saja Yudi sudah menemukan bukti - bukti siapa pelaku yang sebenarnya. Namun, ada yang membuat mereka terkejut. Yudi dan Reynar tidak menyangka kalau ada Rendi yang sudah menunggu di sana dengan wajah tak terlihat baik - baik saja. Rendi yang memang sudah menunggu kedatangan Reynar menatap mereka dengan marah. Sebelum ia ke kantor Yudi sudah menyuruh asistennya mencari tahu ke mana Reynar. Rendi ingin memberikan Reynar pelajaran agar tahu mana yang salah dan benar. Menjalin hubungan dengan seorang wanita pembunuh Felicia merupakan kesalahan besar dan tidak boleh terjadi. Yudi tersenyum kaku melihat Rendi yang duduk di sofa kantornya. “Rey, kayaknya Tuan besar Adiwangsa tau kelakuanmu deh,” bisik Yudi. Reynar menganggukan kepalanya, dia memperhatikan raut wajah Rendi, ia yakin Pa
Rendi berada di dalam mobilnya bersama supir pribadinya. Ia sangat marah, kesal, benci telah tertipu dengan semua perkataan Reva. Hatinya terasa sakit karena tidak pernah menyangka kalau Reva telah mengkhianati Anaknya. Selama ini ia mengira kalau Reva adalah korban, tapi ternyata tersangka dengan segala tipu muslihat yang dilakukan .Mobil yang dikendarai supirnya menuju ke rumah keluarga Wijaya, ia melihat rumah tersebut walau sudah pernah ke sana, tapi sekarang berbeda. Ia memperhatikan setiap detail rumah tersebut, banyak kamera cctv dan penjagaan seperti rumahnya. Tapi ia berpikir untuk apa penjagaan ketat yang dilengkapi kamera pengawas kalau menjaga seorang anak kecil berusia 6 tahun saja tidak bisa.“Rumah mewah, harta berlimpah, tapi semua yang ku miliki tak sebanding dengan meninggalnya cucuku," ujarnya dengan menyesal. Ia pun teringat malam - malam terakhir saat bersama Felicia dengan mata berkaca - kaca. "Seandainya Rey tidak segera memberitahukan tentang kelakuan Reva, p
Reynar sangat terkejut melihat bpkb mobil bernama Rendi Adiwangsa dan seorang pria yang ia percayai di foto tersebut, ia sama sekali tak menyangka orang yang sangat ia kenal pelaku dibalik kematian Felicia. "Jadi dia dalang dibalik kematian Feli," ucap Reynar dengan sangat marah. “Rey...." "Kenapa aku begitu bodoh tak menyadari orang yang sudah bertahun - tahun bekerja di keluargaku ternyata pembunuhnya, Rudi, asisten pribadi Papaku sendiri.” “Rey, begini kita tidak pernah tahu siapa kawan dan lawan. Seperti kejadian ini jika bukan aku tak menyadari keanehan dibalik kematian Feli tentu kamu tak akan tahu siapa pelakunya. Aku yakin Rudi tidak bekerja sendiri atau bisa saja ada yang menyuruhnya. Kalau melihat nama pemilik mobil ini Rendi Adiwangsa, aku yakin ini semua ada hubungannya dengan Om Rendi.” “Apa maksudmu? Papaku terlibat? Apa Papaku orang yang menyuruh Rudi membunuh Feli? Itu ga mungkin Yud. Papa sangat menyayangi Feli.” Yudi tidak mampu berkata-kata lagi. Semua t