Plaakk ... !Cap lima jari mendarat di pipi Aldo. Rere menjauh dari sepasang kekasih yang masih berstatus sebagai tunangan itu. Dengan melipat kedua tangan di perut, Rere menyaksikan pertengkaran Celine dan Aldo. Celine menguncang tubuh Aldo dengan kedua tangannya. "Kenapa kamu melakukan ini? Kamu bilang ingin menikahiku. Lalu kenapa kamu menikah dia, huh?!" Celine menunjuk wajah Rere. "Karena Aldo memang lebih membutuhkanku," sahut Rere. "Kamu itu sungguh wanita tidak tahu malu. Kamu sudah tahu Aldo adalah tunanganku!" hardik Celine kepada Rere. "Aku mengantuk mendengar ocehanmu. Tanya saja pada Aldo. Kenapa dia menikahiku?" "Cukup Rere! Kamu yang memberitahu Celine tentang ini, huh?!" tanya Aldo dengan kesal. Rere tersenyum. "Aku hanya memberitahu kebahagianku pada orang lain saja. O, ya, setelah ini aku ingin diadakan resepsi yang mewah. Aku tidak mau tahu. Aku harus menjadi Nyonya Aldo."Rere pergi setelah mengatakan hal itu. Dia akan menunggu suaminya di dalam mobil. Ryan
Rere dan Aldo sudah berada di dalam mobil. Hari ini mereka pulang dan akan langsung menuju ke tempat kediaman orangtua Aldo.Di sana Kenan berada dan tentu hari ini Aldo akan mengatakan kepada orangtuanya. Jika dia sudah menikah dengan Rere. Mobil telah sampai di perkarangan rumah. Keduanya keluar dari mobil. Rere sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putra kecilnya. Rere dan Aldo masuk ke dalam rumah. Terlihat Kenan tengah bermain bersama kakek dan juga neneknya. "Kenan," seru Rere. Kenan menoleh dan langsung bangkit berdiri. "Mom ... Kenan kangen!"Rere langsung mengendong putranya. Dia juga mengecup kedua pipi Kenan. "Mommy juga kangen. Apa Kenan menjadi anak baik selama di sini?""Kenan menjadi anak baik di sini. Mommy tanya saja pada kakek dan nenek," ucapnya. "Ken tidak kangen sama Daddy?" tanya Aldo.Kenan beralih meminta gendong pada Aldo. "Tentu saja Kenan kangen pada Daddy."Aldo membawa putranya duduk di sofa. Begitu juga Rere yang ikut duduk disamping Aldo. "Papa,
Rere serta keluarga barunya tengah berkumpul bersama di ruang keluarga. Aldo tengah bermain bersama Kenan. Malam ini Rere masih menginap di rumah mertuanya. "Kapan kalian akan mengelar resepsi?" tanya Rina. "Secepatnya, Ma," jawab Aldo."Aku maunya bulan ini, Sayang," pinta Rere."Engggak mau pesan gaun pengantin dulu? Buat gaun bisa lama," jelas Aldo. "Pakai yang sudah jadi saja. Gaun yang cantik banyak koq," jawab Rere.Aldo mengedikan bahu. "Terserah kamu saja. Aku akan ikut.""Mama dan Papa akan membantu kalian," sahut Rina.Kenan menguap karena mengantuk. Dia langsung saja menghampiri sang ibu. Kenan langsung merebahkan kepalanya di atas pangkuan Rere. Rere mengusap lembut puncak kepala Kenan. Tidak lama putranya itu tertidur. Aldo memanggil pengasuhnya untuk memindahkan Kenan ke kamarnya sendiri. Malam ini Aldo ingin bersama istrinya. Dia tidak ingin diganggu. Orangtua Aldo juga ikut masuk ke kamar mereka sendiri. "Sayang ... kita ke kamar juga, yuk," ajak Aldo. Rere men
Rere membereskan semua pakaiannya dan Kenan. Hari ini mereka akan pindah ke rumah Aldo. Hanya pakaian serta barang-barang penting saja yang dia bawa. Lainnya Rere tinggalkan. Di rumah Aldo sudah banyak barang yang lebih mewah. Rere terbaring lelah di kasur. "Capek?" tanya Aldo yang baru masuk ke kamar."Kamu kemana saja, sih? Aku capek dari tadi," gerutu Rere. "Tadi aku suruh menyuruh pelayan untuk membantumu, tapi kamunya enggak mau. Bilangnya mau sendirian," jawab Aldo. Aldo duduk disamping Rere. Dia memijit lengan Rere dengan lembut. Rere melepas tangan Aldo dari lengannya. Dia bangkit duduk lalu membelakangi Aldo. "Sayang ... pundak aku yang capek.""Iya ... sini aku pijitin." Aldo memijit kedua bahu Rere dengan lembut. Rere merasa rileks kembali. "Sayang ... kaki aku juga," pinta Rere dengan suara manja. Rere berbaring menelungkup. Aldo menuruti semua keinginan Rere. Dia memijit punggung dan kaki. Aldo merebahkan dirinya disamping sang istri. Dia mulai memainkan rambut pa
Aldo menekan bel rumah Celine. Rumah mewah yang di tempati kekasihnya itu adalah rumah pemberiannya. Tidak lama pintu terbuka. "Aldo!" Celine langsung saja memeluk kekasihnya. Aldo melepas pelukannya dan masuk ke dalam rumah. Dia duduk di sofa dan Celine juga ikut duduk disampingnya. "Aku sudah kangen kamu. Akhirnya kamu mengunjungi diriku juga," ucap Celine dengan mata penuh binar kebahagian."Aku minta putus, Celine," kata Aldo. Celine tersentak dan mundur. "Apa maksudmu, Al?""Kita harus putus. Aku ingin kita putus," ucap Aldo tegas. Celine mengeleng. "Tega kamu, Al. Apakah ini semua rencanamu. Pertama kamu memintaku menjauh. Lalu kedua kamu menikahi wanita itu. Dan sekarang kamu minta putus. Apa itu semua rencanamu yang memang sudah tidak mencintaiku lagi?"Aldo mengembuskan napas kasarnya. Dia juga bingung dengan situasi ini. Salahnya sendiri yang terlalu mudah menuruti permintaan Rere untuk menikah. "Rere mengetahui kita masih berhubungan. Dia marah karena hal itu. Pahami
Rencana resepsi akan digelar. Sesuai permintaan sang istri. Aldo membuat pesta yang meriah. Sebagai pengusaha nomor satu di Kota J. Acara resepsi itu akan diliput oleh media. Hotel tempat berlangsungnya acara sudah dihias dengan seindah mungkin. Gaun pengantin juga sudah siap. Tamu-tamu penting juga sudah diundang. Meski acara resepsi itu dilakukan dengan dadakan, namun acara itu tidak dibuat secara sembarangan. Semua penyelenggara acara didalamnya merupakan orang-orang yang berpengalaman. Tentu saja Aldo tidak ingin membuat sang istri merasa kecewa. Aldo dan Rere sudah berada di dalam kamar hotel. Acara resepsi itu akan diadakan besok malam tepat di hotel tempat mereka menginap sekarang."Aku gugup, Al. Aku sedikit malu akan bertemu dengan beberapa media," ucap Rere. "Jangan malu. Sebagai istri dari seorang Aldo, kamu akan selalu berhubungan dengan media.""Tapi aku takut. Bagaimana kalau aku salah bicara?" tanya Rere."Jangan khawatir. Aku akan selalu bersamamu. Jawab saja sepe
Rasanya kaki Rere ingin patah karena terlalu lama berdiri. Para tamu juga belum pada habis. Aldo memperhatikan istrinya yang berdiri dengan tidak nyaman. "Kamu kenapa?" bisik Aldo. "Kakiku sakit," balas Rere dengan berbisik. "Duduklah dulu," kata Aldo. Aldo membawa Rere untuk duduk. Dia sedikit mengangkat gaun yang dipakai oleh sang istri. Aldo membuka sepatu heel yang dikenakan Rere."Sepatunya dilepas saja, ya?""Terus aku pakai apa?" tanya Rere. "Enggak usah pakai. Sebentar lagi acara selesai. Lagian tidak akan tampak jika kamu tidak memakai sepatu. Gaunnya sangat panjang dan bisa menutupi kakimu yang polos," terang Aldo. Rere menganguk. "Baiklah ...."Aldo melepas sepatu Rere di kaki satunya. Jadilah Rere tidak memakai apa pun. Satu per satu tamu undangan memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai. Suasana ballroom hotel mulai sepi. Tamu undangan yang hadir sudah pulang ke tempatnya masing-masing. Rere dan Aldo duduk di kursi meja makan.Mereka tengah makan malam bersama.
Rere dan Aldo saat ini tengah berada di dalam pesawat pribadi. Aldo membawa sang istri pergi bulan madu ke Budapest, Hungaria. Setelah melewati malam panjang di hotel, Aldo tidak ingin membuang waktu lagi. Besoknya dia membawa sang istri untuk berbulan madu. Selama seminggu Rere dan Aldo akan berada di Budapest. "Sayang ... ayo bangun. Kita sudah sampai," ucap Aldo dengan menguncang tubuh istrinya pelan.Rere mengeliat. Dia meregangkan otot-otot tubuh serta membuka perlahan matanya. "Apa sudah sampai?"Aldo mengangguk. "Sebentar lagi sebenarnya. Kamu cuci wajahmu dulu."Rere mengangguk. "Iya ...."Rere perlahan bangkit dengan siku tangan sebagai penyangga tubuhnya. Dia duduk lalu perlahan bangkit berdiri dari ranjang kasur. Rere melangkah menuju toilet. Dia menghidupkan kran air lalu membasuh wajahnya. Rere menatap wajahnya di cermin.Dia menatap pipinya yang sedikit berisi. Lalu bagian sensitifnya yang terlihat lebih besar. "Apa ini perasaanku saja? Aku sepertinya agak gemukka