Kedatangan Zee di cafe langsung disambut oleh Erland yang duduk di kursi kesayangannya, Zee tersenyum ke arah Erland dengan melangkah ke arahnya sedangkan Erland sendiri belum menyadari kehadiran Zee.
“Sudah lama, mas?.”
Erland menatap Zee yang tersenyum ke arahnya “jangan tersenyum seperti itu karena membuat aku semakin terpesona denganmu” Zee memutar kedua matanya malas membuat Erland tertawa melihat reaksi Zee “bukunya bagaimana?.”
“Mereka suka banget” Erland tersenyum ketika melihat wajah bahagia Zee “lalu temanmu yang lain mana?.”
“Irfan masih ada di sana membantu mereka belajar sedangkan dua lagi biasa pacaran” Erland mengangguk “bagaimana pekerjaan?.”
“Apa itu penting?” Zee menggelengkan kepala “sudah masuk sana kasihan pegawai kamu itu kesusahan.”
Zee menganggap Erland sebagai seorang kakak meski berkali – kali mengatakan perasaannya tetap tidak membuat Zee jatuh dalam pesonanya karena bagaimana pun Zee memiliki kekasih yang meski dirinya tidak yakin bagaimana perasaan mereka masing – masing. Zee melakukan tugasnya sedangkan Erland masih sibuk dengan pekerjaannya, Zee terkadang heran bagaimana bisa Erland dan Boy lebih menyukai bekerja di cafenya dibandingkan berada di kantor.
Zee mengalihkan pandangan ke arah lain seketika dirinya membeku melihat seorang pria menatap kearahnya tajam seolah saling mengenal dan juga telah melakukan kesalahan, Zee mencoba mengingat pria tersebut tapi tidak mendapatkan apa – apa karena pada dasarnya tidak mengenal atau mungkin rekan dari masa lalu saat dirinya kecil tapi melihat pria itu jelas bukan orang yang seusia dengan dirinya atau pun Lucas dan Leo.
“Melamun apa?” Zee menatap sumber suara yang ternyata Romeo “kejutan.”
Zee berlari untuk memeluk Romeo karena cukup lama mereka tidak bertemu karena sibuk dengan kegiatannya, Romeo sendiri baru saja masuk ke perusahaan untuk mengejar cita – citanya menjadi pengacara. Zee selalu mendukung semua kegiatan Romeo karena baginya itu untuk masa depannya dan tidak ingin Romeo gagal mencapai apa yang dirinya cita – citakan. Zee menatap Romeo penuh cinta yang langsung dibalas dengan ciuman lembut dari Romeo membuat Zee mengalungkan tangannya pada leher Romeo, mereka berdua melupakan keberadaan saat ini bahkan Zee tidak menyadari ada dua pria yang menatap dengan cara berbeda.
“Bagaimana keadaanmu?” Zee menatap Romeo yang tampak berbeda dari sebelumnya “apa kabar semua?.”
“Baik dan merindukanmu tapi sayangnya kamu sibuk terus” Zee cemberut mendengar perkataan Romeo “ada yang ingin aku bicarakan” Zee menatap Romeo bingung “hubungan kita sepertinya harus diakhiri” Romeo memegang tangan Zee “kamu tahu jika orang tuaku tidak menyetujui hubungan kita jadi sepertinya kita lebih baik berpisah.”
Zee melepaskan genggaman tangan dari Romeo “sampaikan salam untuk mereka dan mengenai hubungan kita mungkin lebih baik seperti apa yang kamu katakan” Zee menatap Romeo lembut “semoga kamu sukses dengan pekerjaan baru ini.”
Zee berdiri meninggalkan Romeo setelah mengatakan hal tersebut dan berjalan ke ruangannya untuk menenangkan diri, Zee hanya diam meratapi apa yang terjadi pada hubungannya. Romeo mengatakan hal sebenarnya hanya saja bukan itu alasan utama karena sepertinya kehadiran wanita lain yang menjadi penyebab semuanya, Zee bukan tidak tahu hanya saja tidak ingin membahas hal itu pada Romeo dan membiarkan semuanya mungkin karena Zee tidak mencintai Romeo.
“Mas” Zee terkejut Erland masuk ke dalam ruangannya “ada yang bisa dibantu?.”
Erland langsung menarik Zee dalam pelukan “kamu gak papa?” membelai rambut Zee pelan membuat Zee tersenyum atas semua yang Erland lakukan “lupakan pria macam itu karena masih banyak yang lebih baik dari dia.”
“Termasuk mas?” Zee melepaskan pelukan dengan memberikan tatapan menggoda “makasih sudah menenangkan diriku dan aku gak papa karena aku tahu alasan sebenarnya ya semoga dia bahagia.”
Zee melangkah menjauh dari Erland dengan kembali ke tempatnya sedangkan Erland sendiri memutuskan untuk kembali ke tempatnya di luar, memberikan ruang pada Zee untuk berpikir dan memikirkan semuanya. Zee memutuskan mengerjakan pekerjaannya yang tertunda karena kehadiran Romeo dan tidak peduli dengan sekitar, bahkan ketika Yusron datang untuk membicarakan keadaan dapur.
“Kalau ada masalah jangan dibawa ke tempat kerja kaya bukan kamu aja” sindiran Yusron mampu membuat Zee mengalihkan pandangan dan dibalas dengan senyuman oleh Yusron “ada pelanggan yang komplain mengenai menu barusan masalah rasa yang katanya asin padahal sudah kami tes ulang tidak ada yang asin, bisa kamu bantu tangani?.”
Zee mengikuti Yusron untuk bertemu dengan pelanggan yang komplain, Erland menatap Zee bersama Yusron bergantian dan Zee memberi kode untuk tetap di tempat. Zee terkejut dengan kenyataan di mana Yusron membawanya ke tempat pria yang tadi menatap dirinya tajam dan kali ini tatapan mereka bertemu membuat Zee harus bisa mengendalikan emosinya, beberapa kali menarik dan menghembuskan nafas perlahan sebelum berada di hadapan pria tersebut.
“Maafkan atas pelayanan kami yang membuat bapak merasa tidak nyaman,” ucap Zee sopan sambil membungkuk.
Pria tersebut tersenyum sinis “makanan asin disajikan apa seperti ini kualitas makanan di tempat ini?” menatap Zee tajam.
“Kami akan mengganti dengan lebih baik jadi...”
“Tidak usah sudah cukup dengan makanan yang berkali – kali dan hasilnya sama” potong pria tersebut “saya punya cara mengganti masalah ini yaitu kamu yang memasak di apartemen saya.”
“Lebih baik saya saja karena saya adalah koki di tempat ini” bela Yusron membuat pria tersebut menatap malas “atau anda tidak perlu membayar?.”
“Saya rasa ini permasalahan cafe dengan anda jadi tidak seharusnya saya menjadi tukang masak di tempat anda” Zee menatap pria dihadapannya tajam “sebenarnya apa yang anda inginkan?.”
Pria tersebut berdiri dengan tatapan penuh emosi membuat Zee sempat mundur ke belakang yang untungnya langsung dipegang oleh Yusron, pria tersebut melangkah mendekat ke arah Zee yang membuat dirinya membeku sedangkan Yusron sendiri tidak tahu harus berbuat apa tentang masalah ini.
“Suatu saat kamu akan berada di apartemenku dan aku pastikan akan menyambutmu dengan senyum lebar,” bisik pria itu membuat bulu kuduk Zee berdiri “Billy namaku dan kita bertemu kembali.”
Zee masih diam membeku mendengar kata – kata pria tersebut karena bagaimana mungkin mereka bertemu, tapi kata – katanya bertemu kembali di mana mereka pernah bertemu. Zee sama sekali tidak merasa bertemu dengan pria tersebut yang bernama Billy ya Billy namanya, tapi di mana mereka pernah bertemu lantas kesalahan apa yang pernah dirinya perbuat pada pria bernama Billy tersebut.
“Bilang sama pelayan membersihkan meja ini” Zee melangkah kembali ke ruangannya untuk menenangkan diri.
Langkah Zee terhenti dengan Erland memegang tangannya membuat pandangan mereka bertemu dan Zee hanya bisa memberikan senyuman terbaik agar Erland tidak curiga dengan dirinya dan meyakinkan bahwa dirinya baik – baik saja. Zee mencoba mengingat pria bernama Billy tersebut di dalam ruangannya tapi sayangnya tidak ada satu pun ingatan yang masuk dalam kepalanya, Zee menyerah untuk mengingat pria tersebut dengan memilih melakukan pekerjaaan lain.
“Rasanya aku perlu menenangkan diri di suatu tempat malam ini.”
Zee mengajak Indah menghabiskan waktu di pub tapi langsung ditolak yang membuat dirinya berakhir dengan pergi seorang diri, berada di pub bukan hal pertama untuk Zee meski sebelumnya pernah tapi tidak pernah seorang diri tapi saat ini dirinya membutuhkan sedikit hiburan atas apa yang baru saja terjadi dengan Romeo dan juga pria yang tadi komplain atas apa yang dilakukan oleh Yusron.“Kita bertemu lagi gadis kecil” Zee menatap pria yang ada disampingnya di mana pria yang sama tadi di cafe “sudah aku bilang jika kamu akan memasakkan sesuatu di apartemen milikku tidak sekarang tapi nanti.”Zee tersenyum sinis “jangan bermimpi.”“Billy” Zee menatap bingung “namaku Billy” Zee akhirnya mengangguk ketika mengetahui nama pria itu.“Billy jadi apa mau kamu?” Zee menatap malas “aku tidak mau membuang waktu untuk hal tidak penting.”Billy menarik Zee dengan mengangkat dagunya
Zee berada di dalam kamar dengan ketakutan tersendiri, untungnya saat dirinya masuk di dalam rumah orang tuanya tidak berada di tempat sehingga bisa masuk ke dalam kamar tanpa ada yang curiga. Zee merutuki kebodohannya yang bisa masuk dalam jebakan pria bernama Billy, bagaimana mungkin dirinya bisa melakukan itu bahkan terjebak dalam situasi tidak mengenakkan, bahkan Zee dapat melihat tanda – tanda bahwa mereka telah melakukan hubungan terlihat jelas pada tubuhnya di mana Billy meninggalkan jejak pada tubuh polosnya ini ditambah pada bagian bawah miliknya terasa sakit saat dirinya melangkah yang langsung diobati dengan berendam di air hangat.“Pulang jam berapa?” Tania menatap Zee yang akan duduk “mami gak lihat kamu pulang.”Zee memberikan tatapan menggoda ke Tania “gimana mami bisa tahu orang asyik mulu sama papi” seketika wajah Tania memerah membuat Zee tersenyum melihatnya “abang dan yang lain ke mana?” ketika m
Billy merasa salah ketika melamar wanita tersebut karena tidak ada cinta diantara mereka tapi sudut hati kecilnya meyakini ini adalah cara dirinya untuk membalaskan dendam pada apa yang mereka lakukan pada ibunya dahulu, Billy tidak memikirkan apa pun selain menikahi wanita itu yang sudah menjadi candu bagi dirinya setelah semuanya.“Ayah di sini?” menatap Bima yang sedang berbicara dengan orang kepercayaannya Rahud.“Kalau begitu nanti dibicarakan lagi” sambil menepuk bahu Rahud pelan melangkah kearah Billy “apa kabar kamu, nak?” memeluk Billy pelan sambil menepuk punggungnya pelan “bunda dan adik kamu kangen.”Billy melangkah ke ruangannya “ayah tidak lupa kan jika aku memiliki ibu jadi bagaimana bisa aku harus dekat dengan bunda meski selama ini bunda yang merawatku, tapi rasanya beda tapi sampaikan salam untuk mereka semua.”Bima mengangguk pelan “lantas kamu bagaimana?” Billy men
Billy menatap Tyas yang berada di ranjangnya setelah sesi panas mereka berdua hingga tengah malam, selama melakukan bersama Tyas tadi dalam benak Billy adalah Zee dan dirinya tidak berhenti membayangkan wanita satu itu. Kejadian pertama yang dirinya alami selama ini karena saat bersama Tyas di mana Billy selalu terpuaskan, Billy menatap jendela di luar kamarnya memikirkan banyak hal termasuk perkataan Bima.Billy mengepalkan tangannya mengingat semua yang telah dirinya lakukan, bayangan Zee seakan tidak berhenti dari pikirannya entah apa yang terjadi. Rencana – rencana agar bisa masuk ke mereka semakin cepat dan dirinya tidak sabar untuk melihat bagaimana keluarga tersebut hancur seperti apa yang pernah dilakukan pada ibunya. Sebuah tangan berada di perutnya menandakan bahwa ada yang memeluknya dari belakang, Billy membalikkan badan mendapati Tyas berada dihadapannya tanpa menggunakan sehelai pakaian membuat Billy ingin melakukannya kembali.“Kamu sel
Zee tersenyum dengan kedatangan Irfan yang diikuti Boy dibelakangnya, mereka saling berkenalan satu dengan yang lain. Boy meminta Zee berada disampingnya dengan meletakkan tangan di pinggang Zee yang sedikit merasa tidak nyaman, Billy yang melihat pemandangan tersebut seakan tidak terima atas apa yang dilakukan Boy. Rahud yang menyadari suasana hati Billy tidak enak langsung mengambil alih dengan bertanya mengenai konsep mereka lalu makanan yang disajikan serta dekor yang bagaimana diharapkan dan langsung dicatat semuanya oleh Rahud, Billy sendiri memberikan tatapan tidak suka pada Boy yang tampak perhatian dengan Zee. “Kita sudah sepakat mengenai harga dengan Om Bima” Boy menatap Rahud tegas “mengenai biaya akan ditanggung oleh beliau.” “Anda berkata tidak masuk akal” Billy menatap tajam pada Boy “gak mungkin ayahku membiayai acara ini.” Boy tersenyum “bukan keseluruhan karena biaya acara ini berasal dari H&D Group dan beberapa perusahaan lain tapi
Zee memeluk Endi seketika yang langsung membuat Billy membelalakkan matanya melihat pemandangan yang ada dihadapannya, tanpa sepengetahuan Zee di mana Billy masih berada di cafe dengan berpindah tempat sedikit tersembunyi agar bisa melihat apa yang Zee lakukan. Zee menarik Endi ke salah satu sudut tempat di mana mereka biasa menghabiskan waktu saling bertukar cerita yang tidak luput dari pengamatan Billy, Zee menceritakan semua rencana dari mereka untuk acara sosial tersebut yang dibantu oleh Bima.“Ayah memang gak nanggung – nanggung kalau bantu” Zee mengangguk “tapi aku masih suka gak enak kalau minta bantuan sama dia secara bagaimana pun kita gak ada hubungan darah tapi perhatiannya luar biasa melebihi orang tua sendiri, kadang aku iri sama kakak aku Billy yang mendapatkan perhatian lebih dari ibu dibandingkan aku.”“Billy” Zee menggulang perkataan Endi yang mengangguk “kenapa gak pernah dekat sama kita?” Endi me
Zee tidak menghiraukan pesan yang Billy kirim karena bagi dirinya tidak penting, perlakuan Billy saat itu masih teringat jelas dan sedikit membuat Zee ketakutan untuk bertemu dengannya sendiri seperti permintaan pria itu. Suara ketukan pintu kamar membuat Zee dengan malas membukanya di mana mendapat Tania berdiri dengan senyum manisnya membuat Zee dengan malas melangkah ke dalam yang menandakan ada hal penting dibicarakan.“Erland gimana?” Zee menatap bingung pada Tania “perkembangan sama Erland?.”“Mas Erland baik memang kenapa?” menatap Tania curiga “kalau mami mau minta aku kaya abang sama Anggi maka jawabannya adalah gak karena Mas Erland hanya sampai sebatas kakak gak lebih.”Tania mencibir “mami dulu ke papi juga begitu tapi nyatanya lihat sekarang gimana papi kamu sampai punya anak enam yang satu meninggal, sedangkan sama istri pertamanya tiga aja jadi bisa dilihat gimana papi ke mami” Zee memuta
Zee terbangun karena ketukan di pintu kamarnya yang masih terlalu pagi dirinya bangun dengan langkah malas membuka pintu di mana berdiri Leo, Zee mengernyitkan dahinya melihat ekspresi wajah Leo yang tampak menahan emosi. Leo menarik Zee masuk ke dalam kamar mandi dan menyuruhnya untuk cuci muka dan sikat gigi, Zee hanya mengikuti apa yang Leo minta dan saat keluar Leo sudah memberikan pakaian casual yang semakin membuat Zee bertanya – tanya tapi tetap mengikuti permintaan Leo.“Setelah ini jangan terkejut dengan apa yang kamu lihat” Leo menatap penuh harap yang hanya bisa Zee angguki meski tidak paham.Leo menggenggam tanganku untuk keluar kamar dengan menuju ke ruang tamu, seketika tubuh Zee kaku dengan menghentikan langkah membuat Leo menatapnya lalu meletakkan tangannya di pundak Zee dan menatap matanya seakan mengatakan bahwa dirinya berada di dekatnya. Zee duduk dihadapan kedua orang tuanya dan juga ada Bima disamping papinya, Leo mengambil dudu
Menatap keluarga kecil dimana Zee baru melahirkan anak mereka beberapa bulan lalu, Zee sedang menyusui putra pertama mereka yang bernama Althan dengan menggunakan botol karena mereka kedatangan dua orang tidak penting yaitu Leo dan Endi. Mereka berdua memutuskan untuk membeli rumah yang tidak jauh dari orang tua Zee, Billy sudah mengubah panggilan pada Bima dengan sebutan mas.“Kalau suka itu bilang bukan diam aja” Billy menatap Zee dan Endi bergantian “adik kamu ini suka sama Tere.”“Tere” Zee mengangguk “kamu pedofil?”Bantal melayang mengenai wajah Billy dimana pelakunya adalah Endi sedangkan Leo dan Zee tertawa melihat apa yang Endi lakukan.“Udah lewat tujuh belas tahun dan jarak kita nggak jauh – jauh amat.”“Wajah Tere keliatan anak kecil jadi tetap aja kamu pedofil” Leo memberikan kata – kata godaan membuat Endi menatap tajam.“Tapi memang orang
Billy menatap gudukan tanah yang ada dihadapannya dimana sebagai tempat terakhir wanita yang melahirkannya, tidak ada dalam bayangannya jika Mili akan berlalu begitu cepat bahkan depan kedua matanya. Billy berada di pemakaman bersama Wijaya, Bima, Endi dan Tian serta Pandu. Billy sendiri belum bicara panjang lebar pada Wijaya mengenai masalahnya bahkan beberapa kali mantan suami Tyas ingin bertemu dengannya belum juga bisa terlaksana sama sekali.Proses pemakaman berlangsung cepat dimana Endi benar – benar mengurus semuanya bersama dengan Leo dan Rifat, Billy sendiri menghabiskan waktu dengan memeluk Zee di ranjang sambil membelai perutnya dan mengucapkan banyak kata syukur pada Tuhan.“Ayo kita pulang” tepukan pelan di bahu membuat Billy beranjak meninggalkan tempat Mili terakhir.Perjalanan ke rumah dengan menggunakan satu mobil karena mereka memang malas untuk menggunakan mobil masing – masing, Pandu yang menyetir di depan dengan Tian
Rencana berubah total dimana langsung membawa Mili ke rumah sakit dan orang – orangnya langsung diamankan oleh polisi, Billy memandang Mili yang banyak mengeluarkan darah pada kepalanya. Dokter yang datang mengatakan jika peluru tidak terlalu dalam masuknya tapi bukan jaminan jika akan selamat, Billy hanya terdiam disamping Mili sambil menatap penuh dengan kesedihan.“Kamu harus ikhlas jika sesuatu terjadi pada dia.”Billy mengangguk pelan mendengar perkataan dari Bima, menatap ruang operasi yang baru saja tadi dimasuki Mili. Billy terdiam dengan menundukkan kepalanya dimana tidak menyangka sama sekali jika sang ibu yang dicintainya akan berbuat sejauh ini, perasaan bersalah memenuhi dirinya dimana tidak bisa mencegah semuanya.“Tyas sudah meninggal.”Billy menatap Bima dengan tidak percaya “apa benar Tyas dibunuh?”“Menurut keterangan mereka ya tapi bukan salah satu dari kami atau orang yang menjaga
Perkataan Billy membuat Mili terkejut namun seketika tertawa, Billy menatap sang ibu dengan tatapan yang tidak mempercayai semuanya dan saat menatap Bima dimana tampak biasa saja dengan apa yang Mili lakukan.“Kamu nggak akan setega itu melakukannya pada ibu kamu sendiri” menatap santai pada Billy “kamu hebat bisa membuat dia bersandiwara seperti ini” mengalihkan pandangan pada Bima dengan tatapan mengejek.“Terserah, sekarang apa yang akan kamu lakukan padaku?”“Jebakan murahan” sindir Mili menatap remeh pada Bima “kamu nggak lupa kan siapa orang tuaku?”“Kamu sendiri tidak lupa bukan siapa mertuaku dan peran mertuaku pada orang tuamu?”“Tutup mulutmu saat mengatakan hal itu, kalau bukan karena pria itu orang tuaku akan tetap hidup sampai saat ini.”“Kamu yang membuat masalah dengannya jadi apa harus diam?” Bima memandang Mili dengan sedikit wasp
Semua menatap tidak percaya dengan apa yang Rifat katakan, Zee yang mendengar itu seketika menjadi pucat dan takut hal buruk terjadi. Sentuhan di tangannya membuat Zee menatap sang sumber dimana memberikan senyuman yang sangat menenangkan, memilih untuk diam dengan menarik serta menghembuskan nafas secara perlahan.Pihak rumah sakit sudah diberitahukan untuk tidak ada yang masuk ke dalam ruangan kecuali dengan panggilan salah satu diantara mereka, jika sampai pihak rumah sakit masuk tanpa panggilan Wijaya akan menuntut secara hukum. Zee tahu jika saat ini sangat aman bersama dengan keluarganya, memilih duduk dekat Tania dengan memeluknya erat diimbangi dengan sentuhan pada rambutnya.“Maafkan aku, mi.”“Nggak perlu minta maaf karena meski kamu nggak melakukan ini pasti suatu saat akan terjadi” belaian lembut di rambut membuat Zee lamgsung mengantuk “alasan kita setuju dengan semua rencana kamu adalah menyelamatkan Billy dimana
Semua Mata memandang pintu yang terbuka dimana tampak Tari dan Via beserta yang lain masuk ke dalam ruangan Zee membuat mereka saling memandang satu sama lain, mereka mengelilingi Zee dengan memberikan pelukan singkat secara bergantian.“Tama kamu sama mama di ruangan mami dan papi temani Rey. Papa akan disini sama Tari dan Jimmy” menatap Tama yang mengangguk pelan “Mbak Via mau di sini atau tempat papi?”“Bagaimana kalau semua berkumpul di tempat Anggi?” mereka semua menatap Zee “atau berkumpul dalam satu tempat jadi biarkan penjaga ada di tempat masing – masing, strategi mengalihkan perhatian.”Semua saling menatap satu sama lain seakan apa yang dikatakan Zee adalah benar adanya, akan lebih baik jika mereka berada dalam satu ruangan yang sama sehingga mudah untuk menghentikan gerakan mereka semua.“Keadaan siapa yang sudah jauh lebih baik?” Tian menatap Leo yang mengangkat bahu.&l
Pelukan Wijaya membuat Zee menangis keras ditambah tepukan pelan pada punggungnya semakin air matanya keluar deras, perasaan bersalah menghampiri dirinya saat memutuskan menikah dengan Billy. Pria yang membenci dirinya dan dengan sengaja menjebak untuk hubungan lebih dalam sebelum menikah, masuk ke dalam jebakan hingga membuat Zee tanpa sadar mencintai pria tersebut meski beberapa kali menolaknya.“Cinta nggak bisa memilih pada siapa seperti papi ke mami, meski usia papi tidak muda lagi saat bertemu mami tetap saja mami kamu bisa mencintai papi sedalam ini begitu juga sebaliknya” menghapus air mata Zee yang berada di pipi “sekarang tinggal lihat bagaimana Billy bersikap, hati kamu sama seperti mami hanya saja tetap harus mendapatkan pelajaran.”Zee mengangguk pelan “bagaimana dengan Anggi?”“Pastinya keguguran tapi tenang saja papi yakin pasti nanti akan dapat bayi kembar sama seperti Via” mereka berdua saling mema
Kedua orang beda jenis kelamin tersebut masih diam membisu dan tidak ada tanda – tanda membuka suara sama sekali, melihat merek berdua membuat semua lelah termasuk Boy dan Gerald.“Bawa mereka ke kantor polisi dan kalian harus hati – hati karena apa yang kita hadapi sangat licik” Boy menatap pengawal dengan datar “nanti aku akan menyusul setelah membuat laporan pada pihak rumah sakit bersama satpam.”“Aku yang akan menemani mereka” Boy menatap Gerald dan hanya mengangguk pelan.Zee hanya diam saat melihat mereka semua keluar dari ruangan, tanpa menyadari Boy melangkah kearah dirinya dengan memegang kepalanya yang membuat Zee terkejut.“Aku nggak papa tapi tidak dengan Leo” mengarahkan pandangan ke arah Leo yang penuh luka di lengan.“Penjaga yang kuat sekali pun nggak mengubah semuanya” menatap lesu pada Zee “bagaimana dengan Billy?”Zee mengangkat bahu &ldqu
Leo membiarkan Zee menangis sepuasnya, satu hal yang mereka rahasiakan dari Billy adalah kehamilan dimana bayi mereka baik – baik saja meski harus dipantau lebih dalam karena bisa saja Zee akan melahirkan di bulan berikutnya jika memang tidak memungkinkan, bahkan yang membuat Zee bingung adalah Billy yang tidak merasakan perutnya yang masih membesar saat tadi mereka berdekatan.“Sudah lebih baik?” mengangguk pelan “lantas apa rencanamu?”“Aku sudah pernah bilang ke Endi, kamu, Mas Boy dan Mas Gerald” menatap Leo malas “aku hanya ingin tahu sejauh mana Billy melangkah, bukan aku meminta dia memilih hanya saja apa yang ibunya lakukan sudah masuk dalam tindak kriminal.”“Apa pun itu pasti kami dukung.”“Mami dimana kok nggak terlihat?”“Mami pulang karena Anggi lagi rewel.”“Hamil muda ya begitu nanti kamu juga akan sama merasakan, bagaimana sama itu