Billy merasa salah ketika melamar wanita tersebut karena tidak ada cinta diantara mereka tapi sudut hati kecilnya meyakini ini adalah cara dirinya untuk membalaskan dendam pada apa yang mereka lakukan pada ibunya dahulu, Billy tidak memikirkan apa pun selain menikahi wanita itu yang sudah menjadi candu bagi dirinya setelah semuanya.
“Ayah di sini?” menatap Bima yang sedang berbicara dengan orang kepercayaannya Rahud.
“Kalau begitu nanti dibicarakan lagi” sambil menepuk bahu Rahud pelan melangkah kearah Billy “apa kabar kamu, nak?” memeluk Billy pelan sambil menepuk punggungnya pelan “bunda dan adik kamu kangen.”
Billy melangkah ke ruangannya “ayah tidak lupa kan jika aku memiliki ibu jadi bagaimana bisa aku harus dekat dengan bunda meski selama ini bunda yang merawatku, tapi rasanya beda tapi sampaikan salam untuk mereka semua.”
Bima mengangguk pelan “lantas kamu bagaimana?” Billy menatap bingung “pekerjaan kamu ayah dengar dari Rahud kamu sering tidak di tempat padahal tidak ada pekerjaan berarti” Billy menatap malas pada apa yang Bima dengar “ibumu tidak menginginkan sesuatu kan?.”
Billy membeku mendengar pertanyaan Bima lalu menggelengkan kepala setelah menenangkan diri “memang kenapa?.”
“Jangan pernah melakukan apa yang ibu kamu pinta karena ayah yakin suatu saat kamu akan sangat menyesalinya” Billy menatap tidak percaya atas apa yang Bima katakan “kamu pernah menjadi bagian dari Zee di mana kamu dan Endi terutama kamu yang selalu melindungi Zee dalam keadaan apa pun.”
“Ayah sangat peduli dengan mereka tapi tidak pernah peduli denganku” Billy menatap sinis pada Bima.
Bima menghembuskan nafas panjang “ayah mengatakan ini bukan karena peduli dengan mereka tapi tidak ingin kamu melakukan kesalahan yang sama seperti yang pernah ayah lakukan dahulu, penyesalan akan selalu datang terlambat.”
Billy terdiam mendengar perkataan Bima lalu tersenyum simpul “apa ayah tidak menyesal meninggalkan ibu?” Billy menatap tajam pada Bima yang tampak santai “ayah tidak tahu bagaimana oenderitaan aku selama ini yang harus menahan diri melihat bagaimana bahagianya kalian bahkan Endi sekali pun mendapatkan kebahagiaan dari keluarga lain dibandingkan aku” Billy menghembuskan nafas panjang masih dengan menatap Bima “aku hanya ingin dia merasakan apa yang aku rasakan dahulu.”
Bima menghembuskan nafas panjang “ayah tidak akan melakukan pembelaan apa pun itu bentuknya karena bagi kamu ayah selalu salah, satu hal yang kamu tidak tahu bagaimana cerita sebenarnya terjadi dan ayah akan menceritakan semua jika kamu sudah sadar” Bima menatap Billy dengan tatapan penuh kesedihan “ayah ke sini ingin bicara mengenai perusahaan kamu ini sejauh mana karena sebenarnya ayah sudah menyiapkan kamu dan Endi untuk menggantikan posisi ayah nantinya karena Azka maupun Dona tidak ada yang tertarik.”
Billy menatap kepergian Bima dengan berbagai perasaan terutama perasaan rindu akan perhatian dan kasih sayangnya, meski Bima serta sang istri Via memperhatikan dirinya seperti kedua anak kembarnya tetap merasakan perasaan iri pada mereka berdua. Billy menggenggam tangannya hingga menyebabkan perubahan warna pada kulitnya karena mendengarkan perkataan Bima, Billy menjadi semakin yakin jika Bima lebih berpihak kepada mereka dibandingkan dirinya seketika dirinya yakin dengan keputusannya untuk membalaskan dendam sang ibu.
“Om Bima memang hebat pantas perusahaan di Singapore berkembang sangat pesat” Rahud membawa kertas berisi laporan yang Billy yakini adalah keuangan “Om Bima memberikan klien besar pada kita tahu siapa?” Billy mengangkat alisnya “cafe kecil milik putri H&D Group akan mengadakan acara amal dan mencari orang untuk mengurus persiapan....”
“Aku yang akan menjadi kepalanya” potong Bima membuat Rahud membelalakkan matanya “aku yang akan mengurus semuanya dan siapkan tim terbaik.”
Rahud mengangguk dan meninggalkan ruangan Billy tanpa Rahud sadari Billy tersenyum lebar mendengar proyek yang dibawa oleh sang ayah yang berarti semakin mendekatkan dirinya dengan rencana yang telah dibuat, memudahkan semua rencananya setelah menodai maka langkah selanjutnya adalah mendekati wanita itu hingga mereka menikah. Billy tersenyum simpul membayangkan pernikahan macam apa yang akan diberikan pada wanita yang telah dirinya nodai, mengingat wanita itu seketika Billy mengingat bagaimana rasa setiap lekuk dari tubuhnya bahkan rasa bibirnya masih terbayang dalam otak Billy seakan melupakan Tyas yang selama ini menemani dirinya.
“Sayang” suara wanita membuyarkan lamunan Billy yang seketika membuat Billy tersenyum senang karena terlepas dari bayangan tersebut “kangen” langsung duduk di pangkuan Billy dengan saling berhadapan “pintunya sudah dikunci tadi aku bilang Rahud agar jangan diganggu.”
“Makin pintar kamu” Billy menarik dagu Tyas dan mencium bibirnya lembut “anak – anak?.”
“Sekolah sampai nanti sore dan pulangnya ke rumah orang tua Burhan.”
Billy mengangkat alisnya “kamu gak ikut?.”
Tyas menggelengkan kepala “lebih baik memuaskanmu daripada bersama mereka” Billy mengangkat alisnya mendengar perkataan Tyas “mereka gak membutuhkan aku yang dibutuhkan hanya Burhan dan cucunya.”
Billy tersenyum “kamu butuh uang Burhan.”
Tyas menggerakkan pinggulnya “bagaimana jika pulang melakukan olahraga ranjang” berbisik di telinga Billy membuat milik Billy tegang “lihat dia merindukan rumahnya” sambil membelai milik Billy dari luar.
“Bagaimana jika bermain sebentar di sini lalu kita lanjut pulang?” usul Billy meremas bukit kembar milik Tyas “sudah basah?” memberikan tatapan menggoda pada Tyas yang tersenyum malu.
Billy mengangkat Tyas dan bukan hal yang mengejutkan jika saat ini tidak menggunakan pakaian dalamnya, alasan Tyas adalah agar memudahkan Billy memasukinya. Billy yang dari tadi membayangkan Zee dengan kedatangan Tyas mampu membuat dirinya untuk memuaskan diri meski tidak dengan Zee, saat memasuki Tyas bayangan Zee berputar di kepalanya membuat Billy semangat untuk menggerakkan miliknya di dalam Tyas dan tidak lama kemudian mereka berdua mencapai klimaks secara bersamaan. Billy dapat melihat wajah puas Tyas ketika mendapatkan klimaks dari dirinya, Billy mengeluarkan miliknya dengan mengangkat Tyas dan dapat dirinya lihat bagaimana cairan itu keluar dari sela – sela bagian bawah kaki Tyas.
“Bersihkan diri sebelum keluar kita melanjutkan babak selanjutnya.” Billy menatap Tyas setelah selesai membersihkan diri “aku tunggu.”
Tyas adalah wanita yang memiliki usia hampir tujuh tahun lebih tua dari Billy, mereka bertemu saat kuliah di mana Tyas adalah asisten dosen sedangkan Billy adalah murid baru. Kisah mereka terjadi secara tidak sengaja di mana saat itu Tyas harus berhubungan jarak jauh dengan kekasihnya, terlalu mencintai sang kekasih hingga Tyas baru menyadari jika dirinya dijodohkan oleh anak dari salah satu sahabat orang tuanya yang membuat Tyas menyetujui hal itu. Hubungan mereka berjalan baik dengan Billy yang masih ada disamping Tyas saat itu, mengenai bagaimana mereka berdua menjadi saling membutuhkan di ranjang tidak lain dan tidak bukan karena saling menginginkan satu sama lain. Tyas membantu Billy agar tidak sembarangan dengan wanita lain dan Billy membantu Tyas agar bisa merasakan bagaimana nikmatnya kegiatan di ranjang yang selama ini membosankan bagi dirinya.
Billy menatap Tyas yang berada di ranjangnya setelah sesi panas mereka berdua hingga tengah malam, selama melakukan bersama Tyas tadi dalam benak Billy adalah Zee dan dirinya tidak berhenti membayangkan wanita satu itu. Kejadian pertama yang dirinya alami selama ini karena saat bersama Tyas di mana Billy selalu terpuaskan, Billy menatap jendela di luar kamarnya memikirkan banyak hal termasuk perkataan Bima.Billy mengepalkan tangannya mengingat semua yang telah dirinya lakukan, bayangan Zee seakan tidak berhenti dari pikirannya entah apa yang terjadi. Rencana – rencana agar bisa masuk ke mereka semakin cepat dan dirinya tidak sabar untuk melihat bagaimana keluarga tersebut hancur seperti apa yang pernah dilakukan pada ibunya. Sebuah tangan berada di perutnya menandakan bahwa ada yang memeluknya dari belakang, Billy membalikkan badan mendapati Tyas berada dihadapannya tanpa menggunakan sehelai pakaian membuat Billy ingin melakukannya kembali.“Kamu sel
Zee tersenyum dengan kedatangan Irfan yang diikuti Boy dibelakangnya, mereka saling berkenalan satu dengan yang lain. Boy meminta Zee berada disampingnya dengan meletakkan tangan di pinggang Zee yang sedikit merasa tidak nyaman, Billy yang melihat pemandangan tersebut seakan tidak terima atas apa yang dilakukan Boy. Rahud yang menyadari suasana hati Billy tidak enak langsung mengambil alih dengan bertanya mengenai konsep mereka lalu makanan yang disajikan serta dekor yang bagaimana diharapkan dan langsung dicatat semuanya oleh Rahud, Billy sendiri memberikan tatapan tidak suka pada Boy yang tampak perhatian dengan Zee. “Kita sudah sepakat mengenai harga dengan Om Bima” Boy menatap Rahud tegas “mengenai biaya akan ditanggung oleh beliau.” “Anda berkata tidak masuk akal” Billy menatap tajam pada Boy “gak mungkin ayahku membiayai acara ini.” Boy tersenyum “bukan keseluruhan karena biaya acara ini berasal dari H&D Group dan beberapa perusahaan lain tapi
Zee memeluk Endi seketika yang langsung membuat Billy membelalakkan matanya melihat pemandangan yang ada dihadapannya, tanpa sepengetahuan Zee di mana Billy masih berada di cafe dengan berpindah tempat sedikit tersembunyi agar bisa melihat apa yang Zee lakukan. Zee menarik Endi ke salah satu sudut tempat di mana mereka biasa menghabiskan waktu saling bertukar cerita yang tidak luput dari pengamatan Billy, Zee menceritakan semua rencana dari mereka untuk acara sosial tersebut yang dibantu oleh Bima.“Ayah memang gak nanggung – nanggung kalau bantu” Zee mengangguk “tapi aku masih suka gak enak kalau minta bantuan sama dia secara bagaimana pun kita gak ada hubungan darah tapi perhatiannya luar biasa melebihi orang tua sendiri, kadang aku iri sama kakak aku Billy yang mendapatkan perhatian lebih dari ibu dibandingkan aku.”“Billy” Zee menggulang perkataan Endi yang mengangguk “kenapa gak pernah dekat sama kita?” Endi me
Zee tidak menghiraukan pesan yang Billy kirim karena bagi dirinya tidak penting, perlakuan Billy saat itu masih teringat jelas dan sedikit membuat Zee ketakutan untuk bertemu dengannya sendiri seperti permintaan pria itu. Suara ketukan pintu kamar membuat Zee dengan malas membukanya di mana mendapat Tania berdiri dengan senyum manisnya membuat Zee dengan malas melangkah ke dalam yang menandakan ada hal penting dibicarakan.“Erland gimana?” Zee menatap bingung pada Tania “perkembangan sama Erland?.”“Mas Erland baik memang kenapa?” menatap Tania curiga “kalau mami mau minta aku kaya abang sama Anggi maka jawabannya adalah gak karena Mas Erland hanya sampai sebatas kakak gak lebih.”Tania mencibir “mami dulu ke papi juga begitu tapi nyatanya lihat sekarang gimana papi kamu sampai punya anak enam yang satu meninggal, sedangkan sama istri pertamanya tiga aja jadi bisa dilihat gimana papi ke mami” Zee memuta
Zee terbangun karena ketukan di pintu kamarnya yang masih terlalu pagi dirinya bangun dengan langkah malas membuka pintu di mana berdiri Leo, Zee mengernyitkan dahinya melihat ekspresi wajah Leo yang tampak menahan emosi. Leo menarik Zee masuk ke dalam kamar mandi dan menyuruhnya untuk cuci muka dan sikat gigi, Zee hanya mengikuti apa yang Leo minta dan saat keluar Leo sudah memberikan pakaian casual yang semakin membuat Zee bertanya – tanya tapi tetap mengikuti permintaan Leo.“Setelah ini jangan terkejut dengan apa yang kamu lihat” Leo menatap penuh harap yang hanya bisa Zee angguki meski tidak paham.Leo menggenggam tanganku untuk keluar kamar dengan menuju ke ruang tamu, seketika tubuh Zee kaku dengan menghentikan langkah membuat Leo menatapnya lalu meletakkan tangannya di pundak Zee dan menatap matanya seakan mengatakan bahwa dirinya berada di dekatnya. Zee duduk dihadapan kedua orang tuanya dan juga ada Bima disamping papinya, Leo mengambil dudu
Zee terdiam selama perjalanan di dalam mobil Billy selain karena malas tapi alasan lain adalah tidak tahu apa maksud serta tujuan Billy melakukan ini, pembicaraan macam bagaimana yang akan membuat mereka berdua terlibat dalam pembicaraan seperti orang normal pada umumnya. Zee menatap sekitar di mana Billy masuk ke dalam gedung yang berarti adalah apartemen entah tinggal sendiri atau bersama ibunya, Zee seketika keringat dingin jika langsung bertemu dengan ibu dari Billy. Billy turun terlebih dahulu meski sebelumnya memberi kode pada Zee untuk turun juga bersama dirinya, Zee mencoba menenangkan diri sebelum keluar dari mobil Billy.“Aku gak akan memasukkan kamu di apartemen jadi kita di sini” Zee hanya mengangguk tanpa berniat untuk menanggapi sama sekali.Billy memesan beberapa menu yang membuat Zee melakukan hal yang sama, setelahnya tidak ada pembicaraan dan sepertinya sibuk dengan pemikiran masing – masing. Zee menatap tempat makan mereka yang tamp
Zee merutuki kebodohannya karena mengatakan hal tersebut dihadapan Billy yang saat ini menatapnya penuh dengan tatapan ingin menyantapnya, Zee menelan salivanya kasar melihat reaksi Billy. Kejadian malam itu saat dirinya tidak sadarkan diri dan saat ini Billy menatapnya seperti ini seketika membuat Zee ketakutan, Billy yang melihat reaksi Zee hanya tersenyum simpul.“Aku akan mengikuti kata – kata kamu tapi kamu harus siap sedia ketika membutuhkan pelampiasan” Billy membelai wajah Zee yang tampak pucat “kali ini aku akan menikmati semuanya dan melakukan secara perlahan.”Billy menarik kepala Zee untuk mendekat dengan dirinya yang langsung menciumnya perlahan menikmati sentuhan bibir mereka berdua, Zee yang semula diam akhirnya membalas ciuman Billy dengan mengikuti langkah yang Billy lakukan dan melihat hal ini Billy tersenyum lembut ditambah Zee mengalungkan tangannya di leher Billy sehingga ciuman mereka semakin dalam yang seketika membu
Zee memikirkan perkataan Bima dan Rifat yang memintanya untuk menjauh dari Billy, perlahan tangannya bergerak di perut dengan sedikit takut jika ada kehidupan lain di dalam yang merupakan darah daging Billy dan dirinya. Zee berharap bahwa apa yang dirinya takutkan tidak akan terjadi, suara ponsel membuat Zee mengalihkan pandangan di mana nama Erland keluar di layar. Orang terdekat tidak tahu seberapa jauh hubungan Zee dan Erland yang selama ini mereka sembunyikan di mana mereka saling memberikan kekuatan ketika menghadapi masalah, Zee sangat tahu jika Erland menyukai dirinya dan hebatnya Erland tidak pernah memaksa apa pun ketika mereka bersama termasuk hubungan ranjang.Zee keluar dari unitnya untuk bertemu dengan Erland di rumahnya dengan menggunakan kendaraan online, selama perjalanan Zee meyakinkan diri bahwa ini adalah yang terbaik keputusannya saat nanti bersama Billy. Erland membuka pintu dengan wajah bingung ketika memasukkan Zee ke dalam rumahnya dan langsung memberi
Menatap keluarga kecil dimana Zee baru melahirkan anak mereka beberapa bulan lalu, Zee sedang menyusui putra pertama mereka yang bernama Althan dengan menggunakan botol karena mereka kedatangan dua orang tidak penting yaitu Leo dan Endi. Mereka berdua memutuskan untuk membeli rumah yang tidak jauh dari orang tua Zee, Billy sudah mengubah panggilan pada Bima dengan sebutan mas.“Kalau suka itu bilang bukan diam aja” Billy menatap Zee dan Endi bergantian “adik kamu ini suka sama Tere.”“Tere” Zee mengangguk “kamu pedofil?”Bantal melayang mengenai wajah Billy dimana pelakunya adalah Endi sedangkan Leo dan Zee tertawa melihat apa yang Endi lakukan.“Udah lewat tujuh belas tahun dan jarak kita nggak jauh – jauh amat.”“Wajah Tere keliatan anak kecil jadi tetap aja kamu pedofil” Leo memberikan kata – kata godaan membuat Endi menatap tajam.“Tapi memang orang
Billy menatap gudukan tanah yang ada dihadapannya dimana sebagai tempat terakhir wanita yang melahirkannya, tidak ada dalam bayangannya jika Mili akan berlalu begitu cepat bahkan depan kedua matanya. Billy berada di pemakaman bersama Wijaya, Bima, Endi dan Tian serta Pandu. Billy sendiri belum bicara panjang lebar pada Wijaya mengenai masalahnya bahkan beberapa kali mantan suami Tyas ingin bertemu dengannya belum juga bisa terlaksana sama sekali.Proses pemakaman berlangsung cepat dimana Endi benar – benar mengurus semuanya bersama dengan Leo dan Rifat, Billy sendiri menghabiskan waktu dengan memeluk Zee di ranjang sambil membelai perutnya dan mengucapkan banyak kata syukur pada Tuhan.“Ayo kita pulang” tepukan pelan di bahu membuat Billy beranjak meninggalkan tempat Mili terakhir.Perjalanan ke rumah dengan menggunakan satu mobil karena mereka memang malas untuk menggunakan mobil masing – masing, Pandu yang menyetir di depan dengan Tian
Rencana berubah total dimana langsung membawa Mili ke rumah sakit dan orang – orangnya langsung diamankan oleh polisi, Billy memandang Mili yang banyak mengeluarkan darah pada kepalanya. Dokter yang datang mengatakan jika peluru tidak terlalu dalam masuknya tapi bukan jaminan jika akan selamat, Billy hanya terdiam disamping Mili sambil menatap penuh dengan kesedihan.“Kamu harus ikhlas jika sesuatu terjadi pada dia.”Billy mengangguk pelan mendengar perkataan dari Bima, menatap ruang operasi yang baru saja tadi dimasuki Mili. Billy terdiam dengan menundukkan kepalanya dimana tidak menyangka sama sekali jika sang ibu yang dicintainya akan berbuat sejauh ini, perasaan bersalah memenuhi dirinya dimana tidak bisa mencegah semuanya.“Tyas sudah meninggal.”Billy menatap Bima dengan tidak percaya “apa benar Tyas dibunuh?”“Menurut keterangan mereka ya tapi bukan salah satu dari kami atau orang yang menjaga
Perkataan Billy membuat Mili terkejut namun seketika tertawa, Billy menatap sang ibu dengan tatapan yang tidak mempercayai semuanya dan saat menatap Bima dimana tampak biasa saja dengan apa yang Mili lakukan.“Kamu nggak akan setega itu melakukannya pada ibu kamu sendiri” menatap santai pada Billy “kamu hebat bisa membuat dia bersandiwara seperti ini” mengalihkan pandangan pada Bima dengan tatapan mengejek.“Terserah, sekarang apa yang akan kamu lakukan padaku?”“Jebakan murahan” sindir Mili menatap remeh pada Bima “kamu nggak lupa kan siapa orang tuaku?”“Kamu sendiri tidak lupa bukan siapa mertuaku dan peran mertuaku pada orang tuamu?”“Tutup mulutmu saat mengatakan hal itu, kalau bukan karena pria itu orang tuaku akan tetap hidup sampai saat ini.”“Kamu yang membuat masalah dengannya jadi apa harus diam?” Bima memandang Mili dengan sedikit wasp
Semua menatap tidak percaya dengan apa yang Rifat katakan, Zee yang mendengar itu seketika menjadi pucat dan takut hal buruk terjadi. Sentuhan di tangannya membuat Zee menatap sang sumber dimana memberikan senyuman yang sangat menenangkan, memilih untuk diam dengan menarik serta menghembuskan nafas secara perlahan.Pihak rumah sakit sudah diberitahukan untuk tidak ada yang masuk ke dalam ruangan kecuali dengan panggilan salah satu diantara mereka, jika sampai pihak rumah sakit masuk tanpa panggilan Wijaya akan menuntut secara hukum. Zee tahu jika saat ini sangat aman bersama dengan keluarganya, memilih duduk dekat Tania dengan memeluknya erat diimbangi dengan sentuhan pada rambutnya.“Maafkan aku, mi.”“Nggak perlu minta maaf karena meski kamu nggak melakukan ini pasti suatu saat akan terjadi” belaian lembut di rambut membuat Zee lamgsung mengantuk “alasan kita setuju dengan semua rencana kamu adalah menyelamatkan Billy dimana
Semua Mata memandang pintu yang terbuka dimana tampak Tari dan Via beserta yang lain masuk ke dalam ruangan Zee membuat mereka saling memandang satu sama lain, mereka mengelilingi Zee dengan memberikan pelukan singkat secara bergantian.“Tama kamu sama mama di ruangan mami dan papi temani Rey. Papa akan disini sama Tari dan Jimmy” menatap Tama yang mengangguk pelan “Mbak Via mau di sini atau tempat papi?”“Bagaimana kalau semua berkumpul di tempat Anggi?” mereka semua menatap Zee “atau berkumpul dalam satu tempat jadi biarkan penjaga ada di tempat masing – masing, strategi mengalihkan perhatian.”Semua saling menatap satu sama lain seakan apa yang dikatakan Zee adalah benar adanya, akan lebih baik jika mereka berada dalam satu ruangan yang sama sehingga mudah untuk menghentikan gerakan mereka semua.“Keadaan siapa yang sudah jauh lebih baik?” Tian menatap Leo yang mengangkat bahu.&l
Pelukan Wijaya membuat Zee menangis keras ditambah tepukan pelan pada punggungnya semakin air matanya keluar deras, perasaan bersalah menghampiri dirinya saat memutuskan menikah dengan Billy. Pria yang membenci dirinya dan dengan sengaja menjebak untuk hubungan lebih dalam sebelum menikah, masuk ke dalam jebakan hingga membuat Zee tanpa sadar mencintai pria tersebut meski beberapa kali menolaknya.“Cinta nggak bisa memilih pada siapa seperti papi ke mami, meski usia papi tidak muda lagi saat bertemu mami tetap saja mami kamu bisa mencintai papi sedalam ini begitu juga sebaliknya” menghapus air mata Zee yang berada di pipi “sekarang tinggal lihat bagaimana Billy bersikap, hati kamu sama seperti mami hanya saja tetap harus mendapatkan pelajaran.”Zee mengangguk pelan “bagaimana dengan Anggi?”“Pastinya keguguran tapi tenang saja papi yakin pasti nanti akan dapat bayi kembar sama seperti Via” mereka berdua saling mema
Kedua orang beda jenis kelamin tersebut masih diam membisu dan tidak ada tanda – tanda membuka suara sama sekali, melihat merek berdua membuat semua lelah termasuk Boy dan Gerald.“Bawa mereka ke kantor polisi dan kalian harus hati – hati karena apa yang kita hadapi sangat licik” Boy menatap pengawal dengan datar “nanti aku akan menyusul setelah membuat laporan pada pihak rumah sakit bersama satpam.”“Aku yang akan menemani mereka” Boy menatap Gerald dan hanya mengangguk pelan.Zee hanya diam saat melihat mereka semua keluar dari ruangan, tanpa menyadari Boy melangkah kearah dirinya dengan memegang kepalanya yang membuat Zee terkejut.“Aku nggak papa tapi tidak dengan Leo” mengarahkan pandangan ke arah Leo yang penuh luka di lengan.“Penjaga yang kuat sekali pun nggak mengubah semuanya” menatap lesu pada Zee “bagaimana dengan Billy?”Zee mengangkat bahu &ldqu
Leo membiarkan Zee menangis sepuasnya, satu hal yang mereka rahasiakan dari Billy adalah kehamilan dimana bayi mereka baik – baik saja meski harus dipantau lebih dalam karena bisa saja Zee akan melahirkan di bulan berikutnya jika memang tidak memungkinkan, bahkan yang membuat Zee bingung adalah Billy yang tidak merasakan perutnya yang masih membesar saat tadi mereka berdekatan.“Sudah lebih baik?” mengangguk pelan “lantas apa rencanamu?”“Aku sudah pernah bilang ke Endi, kamu, Mas Boy dan Mas Gerald” menatap Leo malas “aku hanya ingin tahu sejauh mana Billy melangkah, bukan aku meminta dia memilih hanya saja apa yang ibunya lakukan sudah masuk dalam tindak kriminal.”“Apa pun itu pasti kami dukung.”“Mami dimana kok nggak terlihat?”“Mami pulang karena Anggi lagi rewel.”“Hamil muda ya begitu nanti kamu juga akan sama merasakan, bagaimana sama itu