Mike kembali ke kantornya setelah makan siang bersama dengan Hana. Entah kenapa ketika memasuki ruangannya suasana dingin kembali menyelimutinya. Suasana yang sangat berbeda ketika bersama Hana.
Bersama dengan Hana membuat Mike mengenal banyak rasa. Membuat dirinya mengenal banyak warna kehidupan.
Sejak ditinggal ayahnya, Mike menjadi tulang punggung keluarga. Mengurus perusahaan besar ayahnya yang mempunyai cabang dimana-mana. Menjadi pimpinan tertinggi sejak muda membuat Mike membangun sosok dirinya sebagai sosok dingin dan tak berperasaan. Itu yang membuat para pengusaha lain segan untuk berurusan dengan seorang Mike Handerson. Si pengusaha muda berdarah dingin, begitulah julukannya.
Hampir setiap hari yang dilakukan Mike hanya kerja, kerja, dan kerja. Tidak ada waktu buat yang lainnya. Mike bukan tipe Bad boy atau Playboy yang suka mempermainkan wanita. Sungguh, hidupnya hanya untuk bekerja dan juga mengabdi pada ibu dan adik kesayanganya. Jika dirinya butuh pelampiasan, dirinya hanya akan datang pada wanita bayaran yang mampu memuaskan hasratnya.
Sekitar empat tahun yang lalu saat dirinya sedang sibuk-sibuknya mengurus salah satu anak perusahaannya yang jatuh terpuruk, Mike melupakan tugasnya sebagai kakak yang harus selalu mengawasi adik perempuan kesayangannya.
Lita yang sejak dulu selalu bercerita tentang kehidupannya entah kenapa sedikit tertutup. Ahh mungkin Lita sudah dewasa dan sudah mulai malu menceritakan kehidupannya, pikir Mike kala itu. Dan akhirnya Mike lengah. Mike tidak tahu menahu tentang hubungan adiknya tersebut dengan seorang lelaki bernama Revano Putera yang membuat hidup adiknya itu hancur bahkan berakhir tragis.
Kematian Lita Tiga tahun yang lalu benar-benar sangat membuat Mike terpukul. Ibunya sampai jatuh sakit berbulan-bulan. Sedangkan Mike sendiri hanyut dalam penyesalan karena tidak bisa mengawasi bahkan menjaga adik semata wayangnya tersebut.
Sedikit pulih dari keterpurukannya, Mike mengerahkan beberapa orang anak buahnya untuk menyelidiki semua tentang adiknya sebelum atau sesudah kematiannya. Penyelidikan itu berujung dengan keluarnya sebuah nama, Revano Putera. Nama yang cukup asing di telinganya.
Mike mulai mengatur berbagai macam rencana supaya lelaki yang bernama Revano itu mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya. Hingga Mike akhirnya mendapat titik terang ketika mendapati kenyataan jika Revano juga memiliki seorang adik perempuan, sama dengan dirinya.
‘Jika aku kehilangan adikku, kenapa dia tidak?’ Pikir Mike saat itu.
Mike tidak akan membunuh adik Revan begitu saja, tentu saja itu akan merugikannya dan juga membuat penderitaan Revan tak seberapa. Mike ingin Revan juga merasakan apa yang Mike Rasakan saat itu. Mike ingin Revan menyaksikan bagaimana adiknya depresi karena hamil dan dicampakan lelaki yang dicintainya hingga membuatnya ingin mati bunuh diri. Sungguh, Mike sangat ingin menyaksikan Revan seperti itu.
Hati Mike benar-benar menghitam. Penuh dengan amarah dan dendam membara. Dia tidak sabar menunggu hari itu. Hari dimana dia mencampakan seorang gadis polos hanya karena kesalahan kakaknya. Mampukah dirinya melakukan hal sekeji itu?
Mike memijit pelipisnya saat rasa pusing sedikit menghampirinya. Pusing karena sikap Hana yang semakin hari entah kenapa semakin membuat Mike gila.
Hana gadis polos yang benar-benar polos. Tidak pandai berciuman, tidak mengerti istilah-istilah seks, Dan selalu memerah karena malu hanya karena pandangan atau sentuhan kecilnya.
Mike menyandarkan kepalanya di sandaran kursinya, menghela napas panjang dan mulai memejamkan mata. Ya Tuhan, kenapa semuanya mulai berat seperti ini?
***
Mike terbangun dalam tidur lelapnya ketika merasakan seseorang yang berada dalam pelukannya sedang terisak. Menangiskah orang ini? tanya Mike dalam hati yang saat ini sudah terjaga sepenuhnya dari tidurnya.
“Hana, ada apa sayang? Apa yang kamu lakukan?” tanya Mike yang kini sudah mengguncang-ngguncangkan tubuh Hana yang masih terlihat memejamkan matanya.
Hana masih saja tidak bereaksi, bahkan Mike merasakan tangis Hana semakin terlihat jelas. Air matanya jatuh bagaikan gerimis di malam hari, isakannya terdengar seperti rintihan kesakitan. Ada apa dengan wanita ini? pikir Mike.
“Hana, bangunlah. Apa yang terjadi?” tanya Mike yang kini sudah mulai khawatir dengan keadaan Hana yang sudah berkeringat dingin. Mike mulai mendudukkan hana, menggoncang-nggoncangkan tubuhnya dan menepuk-nepuk pipinya.
Sedikit demi sedikit mata Hana terbuka mendapati sosok Mike di hadapannya dengan wajah khawatirnya. Beberapa kali Hana mengedipkan matanya lalu kemudian membuat Mike terkejut dengan tiba-tiba memeluk tubuh Mike sangat erat.
“Jangan tinggalkan aku, kumohon Mike.” Hana berkata sambil terisak.
“Apa yang kamu bicarakan Hana?”
Hana melepaskan pelukannya dan menatap Mike dengan matanya yang masih penuh dengan airmata.
“Mike, aku bermimpi aneh.”
“Apa yang kamu impikan, sayang?”
“Kamu berubah jadi jahat, kamu meninggalkanku, dan aku, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Mike.” Hana kembali memeluk tubuh Mike, dan kembali menangis.
“Sssshhhtt... Berhentilah menangis, itu hanya mimpi sayang.” kata Mike yang kini sudah membelai lembut rambut Hana.
“Mimpi itu terlihat sangat nyata, Mike.” Hana berkata dengan lirih.
Mike lalu melepaskan pelukan Hana, menangkup kedua pipi Hana dengan tangannya, menghapus beberapa bulir airmata yang jatuh di sana.
“Hana, dengar. aku tidak akan meninggalkanmu. Aku masih disini bersamamu. Itu hanya mimpi.” kata Mike penuh dengan penekanan.
Hana sendiri juga tidak mengerti kenapa dirinya begitu emosional hanya karena mimpi. “Kamu janji Mike?”
“Yes. Im promise.” kata Mike sambil memeluk kembali tubuh Hana.
“Mike, apa kamu benar-benar mencintaiku?” tanya Hana sedikit pelan. Namun bisa membuat tubuh Mike kaku dan tegang.
Mike diam membatu, membuat Hana melepaskan pelukannya dan menatap ekspresi Mike dengan seksama. Raut wajah Mike terlihat menegang, rahangnya mengeras seperti sedang menahan sesuatu.
“Mike? apa kamu mendengarku?” pertanyaan Hana membuat Mike sadar kembali.
Mike kembali menatap Hana dengan tatapan hangatnya.
“Yes Sweety, I Love you. Aku sangat dan sangat mencintaimu, Sweety.”
“Really?” tanya Hana masih sedikit ragu. Entah kenapa akhir-akhir ini keraguan sering menghampiri perasaannya.
Mike Tersenyum.
“Really Sweety.” jawab Mike yang sudah memeluk tubuh Hana lagi.
“Mike...”
“Hemm?”
“Kiss me, please.”
Mike lalu melepaskan pelukannya, menatap Hana dengan tatapan anehnya. Ini baru pertama kalinya Hana meminta Mike untuk menciumnya. Mike masih menatap Hana yang kini sudah memejamkan matanya, pasrah dengan apa yang akan dilakukan Mike.
Mike menelan ludahnya dengan susah payah. Astaga, bukankah ini hanya ciuman. Mereka sudah melakukannya berkali-kali, bahkan mereka juga sudah bercinta hampir setiap hari. Namun entah kenapa saat ini kegugupan melanda diri Mike.
Ada suatu rasa yang Mike tidak tahu itu apa yang membuat diri Mike seakan-akan ingin memiliki diri Hana seutuhnya, tanpa penghalang apapun, tanpa tujuan apapun. Bolehkah Mike melakukannya saat ini? Melupakan semua dendamnya hanya sedetik saja saat mencium Hana?
Dan ciuman itupun terjadi, ciuman yang sangat manis berbeda dari biasanya, membuat keduanya seakan-akan terbang ke awan, membunuh semua keraguan dalam diri Hana akan sosok Mike. Membuat Mike semakin sadar jika dirinya tidak boleh bermain-main lagi. Dirinya harus segera menjalankan tugasnya dan mengeksekusi semuanya, sebelum semuanya terlambat dan dirinya ikut hancur karena rencana yang dibuatnya sendiri.
-TBC-
Hana terbangun di pagi hari dengan perut yang mual seperti di aduk-aduk. Berlari ke kamar mandi dan mencoba memuntahkan semuanyaa, tapi nihil, dia hanya mual dan tidak bisa memuntahkan apapun. Ahhh ada apa dengan dirinya?Mike yang mendengar suara Hana segara bangun dan bergegas ke kamar mandi, di mana Hana berada saat ini.“Kenapa, Sayang?”“Aku hanya mual.”Mike menegang seutuhnya. “Apa kamu, kamu hamil?”Kali ini giliran Hana yang menegang seutuhnya, Hamil? kenapa tidak terpikirkan hal tersebut dalam otaknya? raut wajahnya kini berubah menjadi raut bahagia.“Astaga Mike, aku bahkan tidak berpikir sampai situ. Ya mungkin saja aku hamil, ayo kita membeli alat test kehamilan.” kata Hana dengan semangat dan meninggalkan Mike yang saat ini masih diam membatu.Hamil? Itu, itu berarti waktunya bersama Hana tidak lama lagi. Tapi bukankah itu bagus? Kenapa dirinya merasa ada yang salah disini?
Dara meremas tangannya dengan gelisah. Ini sudah jam setengah sepuluh malam, tapi Revan masih saja menunggu kedatangan Hana dengan wajah santainya.“Uumm maaf Mas, ini sudah malam, tidak enak dengan tetangga.”“Tidak enak kenapa?”Dara tidak bisa menjawab, bagaimana mungkin dia bisa menjawab ketika dirinya gugup karena sorot mata tajam dari lelaki yang duduk di hadapannya itu?“Kita, uumm, laki-laki dan perempuan, umm.. tanpa status, dan-”“Bilang saja aku kakakmu.”Entah kenapa setelah perkataan Revan yang terkesan santai itu, Dara menjadi sedikit kesal.“Kamu bukan kakakku, Mas, dan ini sudah jam sepuluh malam, silahkan pulang.” kata Dara yang sudah tidak dapat membendung kekecewaannya lagi.“Hei, ada apa denganmu?”“Aku tidak apa-apa, pulanglah.” Kata Dara masih dengan sedikit keketusannya.“Aku ingin menunggu Hana.”
Hana kini sudah berada di dalam sebuah restoran Itali, tempat biasa ia makan siang dengan Mike. Astaga, wajahnya merona-rona bahagia saat membayangkan bagaimana ekspresi Mike saat tahu jika dirinya kini sedang hamil anak lelaki tersebut. Bayi ini akan menyatukan mereka, dan Hana tahu bahwa Mike benar-benar sangat mengharapkan bayi tersebut.Tak lama, Hana melihat sosok tinggi tegap itu datang menghampirinya, sosok yang amat sangat tampan dengan mata coklatnya. Tanpa sungkan Mike langsung memeluk Hana yang sudah berdiri dan tanpa malu lagi dia mendaratkan ciumannya pada bibir Hana.Mike lalu duduk di hadapan Hana.“Umm, maaf, aku yang memesankanmu makan siang.” Kata Hana kemudian ketika seorang pelayan mengantarkan pesanan Hana.“Tidak apa sayang, kamu tahu seleraku.” jawab Mike dengan lembut. “Lalu, sekarang ada apa? Aku tahu kamu tidak hanya mengajakku makan siang saja, bukan?” tanya Mike sambil menyantap pasta yang be
Hana tidak bisa menghentikan tangisnya, tangis tanpa suara. Hana tidak ingin Mike, lelaki brengsek itu mengetahui jika dirinya masih menangisi diri Mike.Tadi malam, Hana kembali ke rumah kontrakannya bersama Dara. Berkali-kali Dara menanyakan apa yang terjadi, tapi sekalipun Hana tidak menjawabnya. Hana masih sibuk menangisi nasibnya. Kenapa Mike tega melakukan hal ini padanya? Meninggalkannya disaat dirinya membutuhkan sosok Mike sebagai ayah dari bayi yang dikandungnya. Bagaimana Hana menghadapi semua ini? Menghadapi orang tuanya? Menghadapi Revan, kakaknya?Akhirnya Hana bisa tertidur karena lelah menangis. Paginya lagi-lagi Hana terbangun karena mual hebat. hingga membangunkan Dara. Dara sempat mengajak Hana ke rumah sakit tapi tentu saja Hana menolaknya. Hana belum ingin memberitahukan keadaannya pada siapapun juga termasuk Dara, sahabatnya sendiri.Hari ini niat Hana adalah ke kantor pagi-pagi dan menenggelaman Diri dengan tumpukan berkas-berkas periklana
Hana masih saja tak berhenti menangis. Dara bahkan sudah membelikan coklat, ice cream dan lain sebagainya agar Hana lebih baik lagi, namun ternyata tidak ada gunanya. Hana masih saja menangis.“Hana, ceritakan padaku apa yang terjadi padamu.” Sekali lagi Dara membujuk Hana.Hana hanya menggelengkan kepalanya. Tentu saja Hana belum berani bercerita jika dirinya saat ini sedang putus hubungan dengan Mike dalam Keadaan hamil.“Hana, jika kamu tidak bercerita, aku akan pulang dan tidak mau lagi berteman denganmu. Please Hana. Beri tahu aku apa yang terjadi padamu.”Hana lalu memeluk Dara dan tangisnya semakin pecah. “Aku dan Mike sudah berakhir Dara. Kami sudah berakhir.” Akhirnya Hana buka suara.“Apa? Kenapa bisa?”“Kupikir dia sudah memiliki wanita lain, Dara.”“Apa wanita itu orang luar? Maksudku dia orang asing?”Hana seketika melepaskan pelukanny
Jam setengah tujuh malam Hana baru sampai di rumah kontrakannya. Dara benar-benar khawatir dengan keadaan Hana, hampir saja Dara keluar mencari Hana karena tak kunjung pulang. Belum lagi Revan yang tadi sempat meneleponnya karena ingin menemui Hana lagi. Ahh lelaki itu benar-benar membuat Dara pusing.“Mas Revan menelepon lagi. Dia akan ke sini.” kata Dara sambil membuatkan Hana segelas susu hangat untuk ibu hamil.“Sejak kapan kalian dekat?”“Dekat? kami tidak dekat, Hana.” Kali ini Dara sudah duduk di hadapan Hana sambil memberikan susu tersebut.“Mas Revan jarang dekat dengan wanita setahuku, tapi dia sering meneleponmu.”“Dia meneleponku karena ingin tahu keadaanmu, kamu pikir dia harus menelepon siapa selain aku?”“Tapi wajahmu memerah setiap kali kita membicarakan tentang kakakku itu.” Kali ini Hana berbicara dengan nada menggoda.“Hahahaha kamu pikir
Mike menuntun Hana masuk ke dalam mobilnya. Hujan masih saja belum reda, tubuh yang basah kuyub membuat Hawa dingin seakan-akan menusuk hingga ke tulang. Gemeletuk gigi membuat Mike menatap ke arah Hana. Wajah pucat itu.. bibir biru itu.. Sial!! Dia kedinginan.Mike meraih jasnya yang berada di jok belakang. Dengan sedikit kesal Mike melempar jas tersebut ke arah Hana."Pakai ini." katanya sedingin mungkin.Bukan, Mike bukan kesal terhadap Hana, tapi kesal dengan dirinya sendiri yang selalu memperhatikan Hana, yang tidak tega dengan keadan Hana yang menyedihkan. Ada apa dengannya?Dengan tangan gemetar menahan rasa dingin yang merayapi sekujur tubuhnya, Hana mencoba mengenakan jas tersebut. Tapi tidak bisa. tanganya terlalu gemetar, tubuhnya terlalu lemas karena kedinginan.Akhirnya Mikelah yang memakaikan jas tersebut lengkap dengan umpatan khasnya dalam hati. Mike lalu menyalakan penghangat di mobilnya. Kemudian ia mulai menjalankan mobilnya menu
Mike mengemudikan mobilnya tanpa banyak bicara. Pikirannya masih kacau. Bagaimana mungkin Hana bisa begitu mempengaruhinya hingga hampir saja dirinya jatuh kedalam pesona Hana kembali? Dilihatnya wanita yang duduk di kursi sebelahnya. Wanita itu sedang tertidur pulas dengan wajah pucatnya.Pucat? Tunggu dulu. Mike memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, di rabanya kening Hana. Sial! Wanita ini demam. Mungkin karena kehujanan kemarin malam. Dan astaga, apa wanita ini sudah makan teratur hari ini?“Hana bangun.” Mike mengguncang bahu Hana.Hana sedikit terkejut mendapati Mike yang sudah sangat dekat dengannya. “Apa kita sudah sampai?”“Kamu demam, aku akan membawamu ke rumah sakit.” kata Mike dengan dingin.“Tidak perlu Mike, kamu hanya perlu mengantarku pulang. Aku bisa ke dokter sendiri.” kata Hana yang langsung menunduk saat mendapat tatapan tajam dari Mike.“Kamu sudah tahu bagaimana
DARA POVDia Aneh! Dia berubah, apa yang terjadi dengannya?Saat ini dia sedang menciumku, melumat bibirku penuh nafsu. Bahkan akupun tak sadar jika saat ini aku ikut berendam di dalam bathub dengannya dalam dengan berpakaian lengkap dan dengan posisi duduk di atas pangkuannya.Dia mengerang, mendesah, dan akupun sama, kami menikmati ciuman ini, ciuman pertama kami. Lalu dengan terengah-engah dia melepaskan ciuman ini. Rasanya sesak, karena aku sulit bernapas, napasku terputus-putus, begitupun napasnya.Aku menunduk malu. Apa yang terjadi dengannya sehingga dia menciumku? apa juga yang terjadi denganku sehingga aku bersedia diciumnya olehnya? ini akan mempersulitku, aku tak akan bisa melupakannya jika dia memperlakukanku seperti ini.Dia mengangkat daguku, lalu menciumku kembali, tak ada kata di antara kami, dia hanya melumat bibirku tanpa ampun, menghisapnya penuh nafsu, lidahnya menari-nari d
REVAN POVHari ini berlangsung membosankan untukku. Rapat menjadi berantakan karena aku tidak konsentrasi pada rapat tersebut. Entah apa yang ada dalam otakku aku tak tahu, yang pasti aku selalu mendengar tangisnya dalam telingaku. Ini sedikit gila, aku tidak pernah mengalami hal yang seperti ini. Apa tadi pagi aku sedikit keterlaluan?Aku hanya tidak suka dia menghindariku. Bekerja tanpa meminta ijin denganku. Aku tak suka itu. Apalagi setelah tahu dia bekerja hanya untuk dekat dengan lelaki itu, lelaki yang katanya adalah kekasihnya. Apa dia sudah gila? Apa dia terlalu bodoh? Dia sudah memiliki suami dan baru beberapa hari yang lalu mengucapkan kata cinta, tapi hari ini dia berkata jika dia memiliki kekasih. Sial!Akhirnya aku mengatakan kata-kata itu. Kata-kata yang lagi-lagi membuatnya menangis. ‘Baik, pergilah. Berbahagialah dengan dia, dengan begitu kita bisa cepat-cepat berpisah.’ Dan aku
DARA POVTadi malam aku tidur sendiri. Tidak tahu kenapa Mas Revan tidak kembali ke kamar, mungkin kini dia sudah mulai jengah denganku, dengan keberadaanku, dan sepertinya aku memang harus lebih menghindarinya.Ku langkahkan kakiku menuju ke dapur, membantu para pelayan menyiapkan sarapan. Mereka baik terhadapku, jadi tentu saja aku harus baik terhadap mereka. Tiba-tiba ibu menepuk pundakku dari belakang, membuatku sedikit terkejut.“Revan ada di ruang kerjanya, kamu tak membuatkan kopi untuknya?”“Emm, aku akan membuatkannya, Bu, tapi tolong ibu yang mengantarkan saja, ya?”“Kenapa seperti itu?”“Kumohon Bu, aku, aku hanya-”“Hanya apa?” Suara dingin itu mengejutkanku. Dan aku melihatnya sedang berdiri tegap dengan tangan di lipat di dada. Tatapannya tajam seakan-akan bisa menggoresku.Aku menelan ludah dengan susah payah, tenggorokanku
-Revan POV-Hujan di sore ini tidak menyurutkan niatku untuk menemuinya. Tidak lupa aku membelikannya seikat bunga mawar merah untuknya, melambangkan perasaan cintaku yang masih membara untuknya. Sang penjual bunga bahkan hafal dengan bunga pesananku. Delapan tangkai bunga mawar merah yang di ikat menjadi satu. Kenapa delapan? aku sendiri juga tidak tahu. Aku hanya sedikit mengingat perkataannya, jika angka delapan melambangkan angka keabadian, angka yang tidak ada titik putusnya seperti angka-angka yang lain.Dan aku berharap cintaku padanya juga seperti angka delapan, yang abadi dan tak akan pernah putus.Dengan mengenakan payung hitam dan juga setelan hitam, seperti biasa aku menghadapnya dengan tenang. Menghadap batu nisannya....Aku tidak mempedulikan hujan yang sedikit membasahi bajuku. Aku tidak mempedulikan orang yang melihatku dan b
-Dara POV-Aku berjalan dengan langkah gontai di atas trotoar, pikiranku kacau, tangisku pecah. Ya tuhan... Aku benar-benar tersakiti. Satu hal lagi yang membuatku kecewa, dia tidak mengejarku. tentu saja, apa aku penting buatnya? Apa aku berarti untuknya? Tidak, sama sekali tidak.Akupun akhirnya terduduk di tepi trotoar, menangis tersedu-sedu seperti orang gila. Ya, aku memang gila, gila karena cinta.“Hei. Apa kamu baik-baik saja?” Suara itu membuatku mengangkat kepala dan mendapati seorang yang tengah menunduk memperhatikanku. Dia seorang lelaki yang bagiku cukup tampan, mengenakan sebuah seragam kerja yang ternyata itu adalah seragam salah satu pelayan di restoran cepat saji di sini.Aku hanya mengangguk pasrah, bagaimanapun juga aku tidak ingin menceritakan kisah menyedihkanku kepada orang asing.“Apa kamu butuh tumpangan?” tanyanya kemudian.“Tidak, aku baik-b
-Dara POV-Tak ada sesuatu yang harus ku sesalkan tentang hidupku. Hidup yang kini kujalani adalah pilihanku. Aku adalah seorang wanita berusia 27 tahun yang kini berusaha menjadi istri yang baik untuk suamiku, lelaki yang sudah bertahun-tahun lamanya kucintai. Lelaki yang sangat kukagumi sejak aku masih kecil.Aku Andhara Carollina, biasa di panggil Dara. Seorang wanita biasa yang tidak cantik dan tidak memiliki kelebihan apapun. Aku hanya memiliki sebuah kesetiaan. Ya, hanya kesetiaan, karena hingga usiaku menginjak angka dua puluh tujuh, aku hanya mencintai seorang lelaki. Lelaki itu tak lain adalah suamiku sendiri, Revano Putera, Mas Revan.Kisahku bermula saat ada sebuah keluarga yang pindah rumah menjadi tetanggaku. Saat itu usiaku baru beranjak 10 tahun. Ibu sangat senang karena memiliki tetangga baru hingga hampir setiap hari kami selalu berkumpul bersama walau hanya sekedar ngobrol atau bermain.Keluarga itu memiliki seo
Gaun putih nan indah itu berjuntai-juntai dengan cantiknya. Kaki-kaki jenjang itu terlihat begitu anggun melangkah di antara turunan anak tangga, membuat setiap mata yang berada di ruangan ini tertuju padanya. Tidak terkecuali kakakku, Mas Revan.Ia menatap dengan tatapan terpana, istri yang baru tadi pagi resmi ia nikahi, sahabatku, Dara. Ya, dia tampak begitu mempesona dari sini. Dara sangat cantik dan baik tentunya, Mas Revan pantas mendapatkannya.Aku merasakan sebuah lengan melingkari pinggangku dari belakang. Itu Mike, suami yang telah menikahiku beberapa bulan yang lalu. Ayah dari jagoan kecilku yang bernama Osvaldo Handerson.Dia mengecup lembut pundakku yang terbuka karena gaun yang sedang kukenakan. “Dara cantik.” bisiknya. “Tapi kamu lebih cantik bagiku.” lanjutnya lagi.Aku tersenyum mendengar perkataannya. Ahhh lelaki ini benar-benar perayu ulung. “Aku tidak akan termakan rayuanmu lagi.” kataku sambil malu-
Mike melepaskan pagutannya pada bibir Hana. Menatap Hana penuh dengan kelembutan, mengusap lembut pipi Hana dengan ibu jarinya.“Aku mencintaimu, Sayang. Sungguh sangat mencintaimu.” ucap Mike lagi dengan ketulusan. Lalu memeluk Hana kembali dan mengecup lembut puncak kepala Hana.Tidak ada sesuatu yang membahagiakan untuk Mike selain melihat Hananya kembai, memaafkannya, dan mau menerimanya kembali. Tentu saja ini tidak akan terjadi tanpa bantuan Revan dan Carry.“Baguslah, jika kalian sudah baikan, akhirnya aku tak jadi menunda pernikahanku yang di percepat.” ucap Carry tepat di belakang Mike.Carry berdiri dengan seorang pria yang sangat tampan dengan mata birunya. Hana mengernyit, apa itu Billy, kekasih Carry? Lalu kenapa dia di sini? Bukankah Mike dan Carry akan ke Bali untuk menikah?“Carry, maaf, aku tidak bermaksud-” ucap Hana sedikit tak enak karena bagaimanapun juga ia yang telah membuat pernikahan Carr
Hari ini Hana berencana untuk belanja kebutuhan bayinya, membeli beberapa susu hamil dan juga beberapa pakaian bayi bersama Dara. Keadaan Hana sudah mulai membaik, kandungannya yang kini menginjak usia tujuh bulan membuatnya sedikit kelelahan karena berat badannya. Tentang Mike, Hana sama sekali tidak menghiraukannya lagi. Beberapa kali Mike menghampirinya tapi tentu saja Hana tidak menghiraukannya, Hana bahkan menjawab pertanyaan Mike dengan sangat ketus. Ia tidak ingin berurusan kembali dengan sosok bermata cokelat tersebut. Tentang Revan, kakaknya, Hana juga masih bersikap dingin padanya. Terlepas dari rasa kasihan Hana untuk kakaknya tersebut karena kehilangan wanita yang di cintainya, Hana membenci Revan karena kakaknya itu menjadi lelaki terbodoh dan terberengsek yang pernah ia temui. “Hana, apa ini bagus?” Dara yang sejak tadi memilih-milih sepatu bayi, akhirnya angkat bicara setelah menemukan sepatu yang menurutnya lucu. Sepatu berwarna pink