Share

Konyol

Penulis: Selay Rahmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Malam ini gerimis masih membasahi sebagian wilayah Jakarta. Hanya orang-orang yang memiliki kepentingan mendadak, yang rela keluar rumah dan diguyur gerimis. Bukan masalah gerimis yang akan membasahi pakaian ataupun kendaraan namun angin pada malam itu berhembus dengan agak ganas. Mungkin di daerah terdekat dari Jakarta mengalami hujan deras hingga dampak anginnya sampai di Jakarta. Jalan-jalan beraspal, atap-atap bangunan, halaman toko, dan halaman kantor milik perusahaan Reno pun tak luput daru guyuran gerimis lebat atau yang lebih pantas disebut hujan.

Kembali ke kantornya, Reno mengajak Rayna mengerjakan pekerjaan yang harus ia selesaikan malam itu. Rayna yang sudah merasakan tulang-tulang dan persendiannya protes ingin diistirahatkan, tetap menurut pada atasannya.

Meskipun mereka telah saling mengenal layaknya hubungan teman, Rayna selalu menghormati Reno sebagai atasannya yang baik. Ia yakin kalau Reno tidak akan berbuat aneh-aneh padanya. Lagipula, untuk apa bosnya berbuat aneh pada seorang gadis miskin?

Rayna merupakan gadis yang cerdas. Ia mampu mengerjakan tugas-tugas kantor dengan cepat. Itulah alasan yang membuat sang atasan merekrut dirinya. Pengalaman kerja Rayna pada perusahaan sebelumnya itu jarang dimiliki oleh orang lain.

Lembar demi lembar dibaca ulang oleh Reno. Lembaran laporan dan proposal itu adalah hasil kerja Rayna dalam waktu yang singkat, kurang dari dua jam. Kemampuan Rayna mengoperasikan komputer juga tak dapat diragukan.

Berdua dengan sekretaris secantik Rayna menambah semangat Reno dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Ada banyak tugas yang harus diselesaikan oleh seorang wakil presdir. Dia membagi pekerjaan itu dengan Rayna. Kemampuan Rayna dan Reno hampir sama. Keduanya sama-sama cekatan dan cerdas. Namun berdasarkan hasil kerja, Rayna lebih mumpuni daripada Reno.

Manik mata Reno menatap Rayna saat gadis itu sedang mengerjakan tugas-tugas kantor. Tersirat jelas lelah di wajah Rayna yang berusaha ia sembunyikan. Berkali-kali Rayna meluruskan lengan kanannya karena terlalu lelah mengetik.

“Kamu lelah?” tanya Reno yang tanpa disadari memperhatikan Rayna selama beberapa menit.

Rayna mendongakkan kepalanya, memandang Reno dengan ekspresi tanya. “Anda bertanya pada saya?”

“Iyalah, siapa lagi kalau bukan kamu? Di ruangan ini hanya ada aku dan kamu.” Reno melepas dasi yang melingkar di kerah kemejanya.

Tak menjawab, Rayna hanya terdiam dan menatap Reno.

“Kenapa tidak menjawab?” tanya Reno lagi.

“Itu... Anu... Ya, aku lelah. Tapi aku masih baik-baik saja. Akan ku selesaikan secepatnya.” Rayna berusaha menyembunyikan lelahnya.

“Sudah, letakkan saja sisa laporan yang belum kau kerjakan di meja itu. Aku sendiri yang akan mengerjakannya.”

Rayna membulatkan kedua bola matanya lalu bertanya. “Semuanya?”

Reno mengangguk mantab. “Iya. Semuanya. Memangnya kenapa?” Ia mengangkat kedua alisnya. Rupanya Rayna tak percaya bahwa dirinya sedang serius dan bisa menyelesaikan tugas-tugas itu semua. “Pulanglah! Jangan sampai besok kamu datang terlambat.”

Rayna mendelik kesal. Sesibuk apapun dirinya di malam hari, tidak akan bangun kesiangan di pagi hari. “Baiklah, aku akan pulang.”

.....

Pukul 11 malam, Rayna sampai di rumahnya dengan selamat. Meskipun malam semakin larut, di kampung tempat tinggal Rayna tetap ada beberapa penjual kaki lima yang berkeliling menjajakan dagangannya. Sebelum masuk ke dalam rumah, Rayna memanggil tukang bakso. Perutnya masih keroncongan meskipun di kantor ia makan makanan Jepang bersama Reno.

Selesai membersihkan diri, ia bergegas naik ke atas ranjang dan merebahkan punggungnya yang terasa panas di tulang-tulang rusuknya. Terlalu lama duduk dan berdiri. Lama tak dibaringkan di atas kasur yang empuk, begitu rasanya, seperti terbakar.

Hampir satu jam Rayna berusaha memejamkan kedua netranya. Tak kunjung dapat dilakukan. Pikirannya masih terfokus pada sosok wanita yang menghampirinya dan Reno di restoran Jepang.

“Sebenarnya siapa wanita itu?” gumam Rayna yang ingin sekali mengetahui siapa wanita judes yang tiba-tiba marah pada Reno. “Mungkinkah wanita itu adalah kekasihnya? Ah, apa yang sedang aku pikirkan?” Rayna membenamkan kepalanya diantara bantal dan guling. Ia berusaha membuang jauh-jauh pikirannya tentang wanita itu dan Reno. Dia bukan siapa-siapa Reno. Jadi untuk apa sampai ingin mengetahui identitas wanita itu.

.....

Kriiiiiiing!

Ponsel Rayna berbunyi di waktu Subuh. Dia bahkan baru memejamkan mata tiga jam yang lalu. Sekarang sudah Subuh? Rayna menjawab telepon tanpa membaca nama yang tertera di layar ponsel itu.

“Ya, halo...” Dengan suara parau, Rayna mengucapkan dua kata itu.

Reno yang berada di ujung telepon terkikik geli mendengar suara parau Rayna bangun tidur. “Ternyata seperti suaramu saat bangun tidur.”

Pada saat itu juga, Rayna langsung membelalakkan kedua bola matanya. Reno? Ini suara Reno. Lalu dilihatnya nama dan nomor di ponselnya. Benar, Reno meneleponnya di waktu Subuh.

“A, ada apa?” Betapa malu Rayna.

Reno masih tertawa di ujung telepon. Dia berhasil menjahili Rayna.

“Kenapa menelepon jam empat pagi? Kenapa tidak jam 12 malam saja?”

Tetap saja, Reno tak menjawab. Dia malah tertawa lepas mendengar nada kesal Rayna. Membuat Rayna kesal merupakan kebahagiaan tersendiri bagi laki-laki kaya tersebut.

“Baiklah, aku tidak akan bicara padamu lagi sampai kau mengatakan alasan meneleponku jam empat seperti ini.” Merasa dijahili, Rayna memutuskan untuk diam seribu bahasa sampai Reno menjelaskan alasannya menelepon jam empat pagi. Waktu yang tak lazim untuk seseorang menelepon orang lain.

“Jam enam aku tunggu di taman dekat rumahmu. Pakailah pakaian olahraga. Kita balap lari.”

Rayna membuka mulutnya membentuk huruf O. “Apa? Tidak, tidak bisa. Aku harus pergi bekerja.

“Rayna Husna! Bukankah seharusnya kau menuruti perintah atasanmu? Aku ini bosmu!”

Bos macam apa seperti ini? Batin Rayna. Hari ini bukan hari libur. Mana bisa dirinya membolos kerja? Tapi Reno benar. Dia adalah atasannya. Saat atasannya menyuruh dia berolahraga maka dia harus melakukannya. Toh, olahraga bukan sesuatu yang aneh atau bersifat vulgar.

“Kenapa diam?” tanya Reno dengan nada datar.

“Baiklah. Aku akan ke sana jam enam pagi.” Baru pertama kali ini Rayna mendapatkan atasan super aneh seperti Reno.

Jam enam pagi, sesuai yang dijanjikan, Rayna tiba di taman dengan pakaian olahraga. Ia datang seorang diri. 10 menit bukan waktu yang lama untuk menunggu seseorang. Reno menyuruhnya datang tapi malah dia sendiri yang belum menampakkan batang hidungnya. Rayna gemas dan ingin mencakar pemuda itu.

Rayna menunggu Reno di bangku taman yang pernah mereka gunakan malam itu. Ketika Reno frustasi karena ada masalah dengan kekasihnya. Rayna tersenyum tipis. Ternyata kenangan itu masih teringat di memori otaknya.

“Ada apa denganmu? Kenapa tersenyum seorang diri?”

Suara Reno terdengar dekat sekali. Rayna terlonjak kaget.

“Sejak kapan kau berdiri di sana?” tanya Rayna menutupi malunya.

“Kau tidak menyadari kalau aku berdiri di sini hampir lima menit?”

“Lima menit?” Rayna beranjak dari duduknya. Membuat Reno semakin heran melihat tingkah sekretarisnya.

“Hei, ada apa denganmu? Pagi-pagi bertingkah aneh.”

Rayna benar-benar malu. Entah harus disembunyikan di mana wajahnya saat ini. Pasti Reno berpikir yang aneh tentangnya. Masih berdiri seperti patung, Rayna memikirkan sesuatu. Memikirkan bagaimana caranya menutupi malu di depan Reno. Padahal pemuda itu sama sekali tidak mengira kalau Rayna akan memikirkan dirinya.

“Kau pasti mencari alasan untuk menghindar, ya? Kau tidak takut balap lari denganku, kan?” tebak Reno asal.

“Hah? A, aku tidak takut. Ayo kita pemanasan kemudian mulai balapan.” Rayna memulai lari-lari kecil meninggalkan Reno pelan-pelan.

“Menyebalkan. Rayna!” panggil Reno saat gadis itu semakin menjauh dari tempatnya berdiri.

.....

Rayna tak menggubris Reno yang memanggilnya dari kejauhan. Saat ini gadis bersurai panjang itu tengah menahan malu meskipun Reno tidak tahu yang sedang terjadi pada sekretarisnya. Reno menyusul Rayna dengan berlari lebih cepat.

“Tunggu!” Tangan kanan Reno menarik lengan Rayna dan memaksa gadis itu berhenti. “Ada apa denganmu? Tiba-tiba bersikap aneh.”

“Tidak ada apa-apa. Kau bilang ingin balapan lari, bukan? Ayo, kita mulai sekarang.”

Taman kota yang berada tak jauh dari rumah Rayna sering digunakan sebagai tempat lari pagi oleh warga sekitar. Pohon-pohon yang hidup di taman itu menambah asri taman yang dibangun 9 tahun silam. Bermacam-macam bunga hias dan tanaman perdu juga menjadi penghuni tetap taman itu. Di sebelah selatan terdapat taman bermain anak-anak. Setiap sore dan hari Minggu pasti diramaikan oleh anak-anak yang mengajak orangtuanya bermain di sana. Kemudian di sebelah timur terdapat beberapa bangku yanh terbuag dari besi, beberapa buah gazebo yang digunakan sebagai tempat piknik keluarga. Di tengah terdapat kolam ikan yang cukup besar. Di sekeliling kolam itu digunakan warga untuk lari-lari pagi dan sore.

Reno membatalkan rencana balap lari dengan Rayna. Sikap Rayna yang aneh, lain dari biasanya membuat mood nya hilang seketika.

“Kita lari mengelilingi kolam ikan saja.”

Rayan setuju. Mereka pun mulai berlari-lari mengitari kolam ikan sebanyak beberapa putaran.

.....

Hari semakin panas, matahari semakin meninggi. Tak ada mendung sama sekali. Setelah berolahraga pun badan terasa seperti dibakar. Keringat bercucuran meskipun sebotol air mineral telah sukses diteguk. Rayna mengatur napasnya agar tidak terlalu ngos-ngosan. Jujur saja, sejak bekerja di perusahaan Reygold Corp, dirinya jarang berolahraga. Padahal sebelumnya, dia rutin mengikuti kelas yoga di salah satu sanggar yoga di dekat rumahnya.

Merasa ada sesuatu yang disembunyjkan dan direncanakan oleh Reno pada hari itu, Rayna memberanikan diri bertanya pada atasannya.

“Sebenarnya hari ini ada masalah apa? Kenapa tiba-tiba mengajak berolahraga?” tanya Rayna datar.

Reno meliriknya. “Aku hanya ingin mencari udara segar dan menghibur diri. Tempat tinggalku sudah seperti kuburan. Sepi, tidak ada orang lain selain diriku sendiri.”

Rayna terenyuh mendengar penjelasan Reno. Ia bahkan tidak bisa membayangkan betapa sedih hatinya jika jauh dari keluarga. Betapa kesepian dirinya jika di rumah tidak ada siapa-siapa. “Baiklah, mulai sekarang jika kau membutuhkan teman untuk bermain, minum kopi, atau yang lain, telepon saja aku.”

Kedua mata Reno berbinar-binar. “Benarkah?”

“Tapi jangan terlalu sering karena aku tidak ingin mengganggu kekasih orang lain.”

Kata-kata Rayna bak halilintar di siang bolong bagi Reno. Kekasih? Terpaksa bertunangan dengan Clara bukan salah satu kebahagiaan dalam hidupnya. Baginya, itu adalah bencana terbesar. Apalagi jika dia harus menikah dengan wanita angkuh itu. Reno terdiam seketika, raut wajahnya berubah drastis. Kalau diibaratkan, siang hari yang panas berubah mendung dan hujan deras.

Melihat perubahan raut wajah tampan itu, Rayna bertanya-tanya dalam hati. Apa yang membuat Reno terlihat murung? Apakah setelah dia mengatakan tentang kekasihnya?

“Bolehkah aku bertanya?” tanya Rayna.

“Boleh saja. Apa?” jawabnya lesu.

Rayna ingin bertanya namun memdengar jawaban bernada lemah tadi membuatnya ragu melontarkan pertanyaan pada Reno. “Kalau boleh tahu, wanita yang kemarin malam... Itu siapa?” tanya Rayna memberanikan diri. Dia harus siap mendengar jawaban dari Reno. Bukan karena cemburu, melainkan ia takut jika atasannya itu tersinggung atau tersakiti ketika dia membahas wanita angkuh itu.

Reno duduk di kursi gazebo dengan tangan dilipat di atas meja bundar di depannya. “Kau mau tahu?”

Rayna mengangguk. “Kalau kau tidak keberatan menjawabnya,” kata Rayna.

“Dia adalah Clara, tunanganku.”

Benar dugaan Rayna. Dilihat dari ekspresi wanita bernama Clara saat menghampiri Reno dan melihatnya bersama wanita lain, sudah jelas kalau Clara marah sekali padanya. Tetapi kenapa Reno malah mengacuhkannya?

“Tapi kenapa kau tidak mengajaknya ke kantor sekalian?”

Rejo menoleh ke arah sekretarisnya. “Dia tidak pernah mau menginjakkan kakinya di kantorku,” jawab Reno sinis. “Dia itu hukan manusia. Seorang gadis, ya, aku akui Clara memang cantik. Akan tetapi perilakunya mirip iblis. Benar-benar licik.”

Jika wanita itu licik, kenapa Reno mau bertunangan dengannya?

“Keterlaluan sekali membicarakan tunangan sendiri seperti itu.”

“Itulah kenyataannya. Hati-hati kalau bertemu dengannya. Dia bisa melakukan apa saja untuk membuat musuhnya tunduk. “

Rayna tersenyum sinis. “Aku bukan orang yang memiliki hobi mencampuri urusan orang lain. Kenapa pula aku harus bertemu dengannya.”

“Terserahlah. Kemarin dia melihatmu di restoran itu bersamaku. Pasti dia akan mendatangimu. Jadi, aku sarankan hati-hati. Dia orang yang licik.” Reno menegakkan tubuh atletisnya. Ia melihat arloji yang melingkar erat di pergelangan tangannya. Arloji itu menunjukkan jam 9 pagi. “Aku harus pulang. Ada janji dengan seseorang.”

“Pergilah! Aku akan pulang nanti agak siang.”

Tiba-tiba Reno menarik rambut Rayna yang diikat ekor kuda. “Kau tidak bekerja?”

“Apa?” Rayna kaget. Setelah berolahraga dia harus ke kantor? Atasan yang benar-benar menjengkelkan.

“Kau pikir hari ini libur? Aku tidak mengatakan bahwa kau bisa membolos setelah menuruti perintahku untuk berolahraga. Pulang sekarang! Akan ku antar ke rumahmu. Lagipula aku juga ingin mengunjungi rumah sekretarisku.”

Rayna lebih kaget daripada beberapa detik yang lalu. “Apa? Untuk apa ke rumahku? Tidak, tidak usah. Aku bisa naik angkot.” Tentu saja terang-terangan ia menolak perintah sekaligus tawaran Reno.

Bukan karena Rayna tidak ingin diantar atau dia tidak menghargai Reno yang dengan senang hati ingin mengantarnya pulang. Namun Rayna sadar diri bahwa dia bukanlah siapa-siapa bagi Reno. Dia bukan orang dekat, sahabat, keluarga atau pacar. Tidak, dia tidak akan menerima tawaran Reno. Tidak semua tawaran harus diterima. Ia juga harus memikirkan harga dirinya sebagai wanita. Menurutnya, wanita yang mudah menerima pemberian dan tawaran dari laki-laki adalah wanita yang tidak memiliki harga diri.

“Pulanglah, Pak. Aku bisa pulang sendiri.”

Reno masih menatap heran pada Rayna yang duduk di sampingnya.

Melihat Reno tak bergerak sedikit pun, akhirnya Rayna memutuskan pulang lebih dulu. Ia tidak peduli bagaimana perasaan Reno karena menolak tawarannya. Menolak lebih baik daripada dianggap seperti wanita murahan.

.....

Sore hari dentang waktu menunjukkan jam lima, jam pulang di perusahaan Reno. Mayoritas karyawan pulang di jam lima, begitu juga Rayna. Gadis itu berjalan keluar dari gedung Reygold Corp dan berhenti di pinggir jalan. Berharap sebuah angkot berhenti dan membawanya ke rumah.

Lima menit Rayna menunggu angkot yanh biasa lewat di waktu itu. Mungkin sebentar lagi, pikirnya. Ia harus lebih sabar menunggu angkotnya datang. Rayna menunggu beberapa menit lagi. Tak ada angkot sama sekali.

“Ada apa ini? Biasanya ada angkot lewat jam lima lebih.” Rayna melirik jam tangannya lalu melihat awan yang semakin gelap.

Ckiiit!

Sebuah mobil berhenti persis di depan Rayna. Gadis yang menunjukkan wajah lelahnya bingung. Dia sama sekali tidak memiliki teman dari golongan orang kaya. Lalu siapa yang sengaja berhenti di depannya?

Perlahan, kaca mobil terbuka. “Hai, Rayna!”

....

Bersambung

Bab terkait

  • Hug me, My Sweetie   Karena Rayna

    Jam lima sore lebih beberapa menit, Rayna masih belum mendapatkan angkutan umum yang biasa mengantarnya pulang. Gelap semakin menguasai hari. Kantor semakin sepi karena banyak karyawan yang sudah dalam perjalanan menuju rumah masing-masing. Selama masa penantian angkot itu, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan Rayna. Ia merasa tidak pernah mempunyai kenalan atau teman yang mengendarai mobil semewah itu. Rayna menyipitkan matanya, menajamkan pandangannya agar dapat melihat pengemudi mobil itu dari luar. Kaca mobil itu terbuka penuh, menampakkan sang empunya, seseorang tersenyum padanya. “Hai, Rayna!” Kini Rayna dapat mengenali orang yang berada di belakang kemudi mobil mewah berwarna merah di depannya. Clara, tunangan Reno yang sengaja menghampirinya. Rayna tak merespon. Ia merasa tidak pernah mempunyai urusan dengan wanita itu. “Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Naiklah!” kata Clara, dengan sengaja ingin mengantar Rayna pulang k

  • Hug me, My Sweetie   Emosi

    Hari ini tepat satu bulan Rayna bekerja di perusahaan Reygold Corp. Atas bantuan dari kerja kerasnya, sang wakil presdir berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya dan mendapatkan beberapa proyek besar yang jarang didapatkan. Dapat dikatakan bahwa keberadaan Rayna membawa keberuntungan besar bagi perusahaan itu.Rayna berjalan santai menuju ruang kerjanya, yang berada tepat di sisi kanan ruangan Reno. Beberapa kali ia menyapa karyawan lain yang berpapasan dengannya. Rayna dikenal sebagai gadis paling ramah di perusahaan itu sehingga namanya tak asing bagi banyak orang. Akun sosmed gadis itu pun mendapatkan tambahan pengikut lumayan pesat karena ia bekerja sebagai sekretaris wakil presdir bernama Reno Subrata yang terkenal akan ketampanan dan kebijaksanaannya.Beberapa meter sebelum Rayna sampai di ruangannya, mendadak ia menghentikan langkahnya. Sepatunya berwarna krem berhenti mengeluarkan bunyi tok tok yang beradu dengan lantai keramik. Senyumnya memudar saat dilihatnya s

  • Hug me, My Sweetie   Kebencian Clara

    Dengan kekesalan yang telah memenuhi ubun-ubun dan hatinya, Clara mendelik kesal. Kedua matanya hampir tak bisa dibedakan dengan mata kucing yang marah karena sesuatu saat seseorang bertanya padanya mengapa dia menampar karyawan Reno di depan umum. Ia merasa berhak melakukan hal itu karena statusnya sebagai tunangan Reno. Suasana hening dan memanas. Tak ada seorang pun yang berkutik dan mengeluarkan sepatah kata pun, termasuk Reno dan Rayna. Bukan tak ingin membela sekretarisnya, Reno masih memilih diam untuk menanti situasi yang memungkinkan dirinya mengatakan sesuatu pada tunangannya yang saat ini sedang merah padam karena marah. Kemarahan Clara tak beralasan yang jelas. Hal itu justru membuat para petinggi perusahaan-perusahaan terkenal yang berteman baik dengan ayahnya menjadi beranggapan buruk padanya. Mereka berpikir bahwa Clara adalah gadis yang tidak memiliki sopan santun bahkan di tempat umum. Rayna menatap aneh pada gadis berperawakan seksi di depan

  • Hug me, My Sweetie   Rasa Bersalah

    Acara makan malam yang diadakan oleh Rayna dan dua orang sahabatnya berjalan sangat menyenangkan. Meskipun sesekali Rayna teringat Reno yang terkahir kali nampak murung. Mungkin bosnya sedang ada masalah dengan Clara, pikirnya. Ia berusaha membuang pikiran tentang Reno jauh-jauh agar perasaan cinta tak menghinggapi hatinya. Semakin memikirkan Reno maka Rayna semakin luluh pada laki-laki pewaris perusahaan keluarga Subrata itu. Jarum jam menunjukkan pukul 21:45, waktunya Rayna pulang ke rumah jika tidak ingin ibunya cemas dan khawatir tentangnya. Rayna mengajak Sofi dan pacarnya segera pulang karena malam ini angin berhembus cukup kencang. Berdasarkan pengalaman, angin malam tidak baik bagi kesehatan. “Baiklah, aku pulang dulu, ya,” kata Rayna yang tidak sabar menunggu dua sahabatnya itu bersiap-siap. Menurutnya, Sofi dan pacarnya bersiap pulang seperti anak TK yang bersiap pulang dari sekolah, begitu lama. “Hati-hati!” seru Sofi ketika Rayna berjalan menjauhi

  • Hug me, My Sweetie   Bimbang

    Suasana sedikit tegang saat Clara melihat Rayna datang bersama calon ayah mertuanya di kediaman Subrata. Ia sangat tidak menduga bahwa gadis itu juga berhasil menaklukkan hati ayahnya Reno. Clara menatap Rayna dengan tatapan tidak suka. Jelas saja, siapa yang akan menyukai wanita lain yang dekat dengan sang tunangan. Ia berusaha menahan emosinya.“Ini siapa, Yah?” tanya nyonya Subrata pada suaminya. Baru pertama kali ini wanita itu bertemu dengan Rayna, sekretaris Reno yang cantiknya melebihi Clara.“Oh iya, ini Rayna. Sekretaris Reno yang baru. Rayna lah yang membantu Reno menyelesaikan proyek-proyeknya dan dia juga yang berhasil mendapatkan proyek terbaru perusahaan kita. Untuk itu, aku mengajak Rayna ikut sarapan di sini.” Pak Subrata menjelaskan posisi Rayna di perusahaan mereka. Dia sangat ingin berterimakasih pada gadis cantik dan sopan itu.Rayna hanya dapat tersenyum pada ibu kandung Reno yang penampilannya jauh dari kata tua.

  • Hug me, My Sweetie   Aku mencintaimu

    Seorang laki-laki yang tengah patah hati dan sekarang ia pun mengalami patah semangat untuk hidup. Reno, laki-laki yang baru saja mengenal cinta dalam arti sesungguhnya, harus menelan kenyataan pahit di mana sang pujaan hati harus menjauh darinya demi kebaikan banyak orang, termasuk dirinya. Reno merasa dirinya tak lebih dari seorang pengecut. Bertunangan dengan Clara adalah kesalahan besar baginya. Ia bahkan tidak berpikir sebelum memutuskan untuk mengikat janji dengan gadis anak orang kaya tersebut. Posisinya sangat sulit, diantara dua wanita dan diantara dua situasi. Demi orangtuanya, kini dia harus berlapang dada menerima Clara yang mungkin akan segera dinikahinya. Malam ini, Reno berencana pergi ke rumah temannya yang tak jauh dari kediaman keluarganya. Rumah yang berjarak sekitar empat kilometer dari rumahnya adalah kediaman keluarga Hartono, teman masa kecilnya yang sering memberikan nasehat-nasehat berharga untuknya. Namun akhir-akhir ini Reno bahkan jarang m

  • Hug me, My Sweetie   Kepergian ibu

    Clara menelan salivanya pelan saat melihat sosok laki-laki paruh baya yang sangat dikenalnya tengah menatapnya tajam. Presdir Reygold Corp itu masih memegang tangan Clara yang kini terlihat gemetar. Sekitar dua menit lalu, ia telah melakukan kesalahan yang berakibat fatal. Tangan kanannya hampir menampar Rayna untuk yang ketiga kali. Bukan Reno yang memergokinya, tapi calon ayah mertuanya yang menahan tangan itu mendarat di pipi Rayna. “Apa yang kau lakukan di perusahaanku?” Suara berat itu didengar jelas oleh Clara dan Rayna. Clara takut sekali menjawab pertanyaan singkat itu. Ia tak memiliki nyali sedikit pun di depan ayah Reno. “Rayna adalah salah satu karyawan teladan di sini. Kau mau menamparnya?” Pertanyaan kedua telah dilontarkan tanpa penghalang. Clara masih membisu. Entah apa yang harus dia katakan pada calon mertuanya itu. “Tolong bertanya padaku saja, Pak. Saya yang bersalah telah menabrak Mbak Clara tanpa sengaja. Kami terjatuh ke

  • Hug me, My Sweetie   Terpuruk

    Sore hari di pemakaman nampak beberapa orang pelayat masih memilih tinggal di sisi makam ibu Rayna. Mereka merasa sangat kehilangan atas kepergian seorang wanita yang berhati sangat baik pada siapapun. Suasana sepi, yang terdengar hanya suara dedaunan yang saling bergesek dan akhirnya daun yang kering pun terjatuh. Suara isak tangis tak luput menghiasi ruang dengar para pelayat yang masih menatap sedih pada nisan berwarna putih. Rayna duduk bersimpuh di samping makam ibunya, didampingi Sofi dan Reno yang tetap setia menemaninya. Ibu Rayna meninggal pada usia 52 tahun. Usia yang masih tergolong muda untuk orang sebaik beliau. Rayna semakin terisak saat mengingat penyakit yang diderita sang ibu. Selama ini, dia sama sekali tidak tahu kalau sang ibu begitu menderita, berjuang melawan penyakitnya seorang diri. Anaknya pun tidak tahu perihal penyakit itu. “Maafkan Rayna, Bu. Rayna bukan anak baik yang berbakti pada ibu. Rayna bahkan tidak tahu dan tidak peka pada penderit

Bab terbaru

  • Hug me, My Sweetie   Rencana Rahasia

    Rayna menyiapkan sarapan sepiring nasi goreng dan telur dadar di atasnya, satu piring untuknya dan satu piring lagi untuk Sofi. Setelah meletakkan piring mereka, Rayna melihat ke arah Sofi yang terduduk dengan tatapan kosong.Mungkinkah Sofi masih memikirkan tentang kembalinya Ryan? Tanya Rayna dalam hati.“Sof,” panggil Rayna lembut sembari meletakkan tubuhnya, duduk berhadapan dengan Sofi yang masih termenung. “Sof!” panggil Rayna kedua kalinya dengan memegang tangan Sofi yang sontak membuat gadis berwajah oriental itu tersentak kaget.Sofi mendadak kaget, mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap Rayna yang memandang iba padanya.“Masih memikirkan Ryan?” tanya Rayna pelan. Dia tidak ingin membuat sahabatnya sedih dengan pertanyaan konyolnya.Sofi mengangguk pelan. “Kau tahu, Na? Kejadian itu terekam dengan sangat baik di ingatanku.”Rayna menghela nafas berat, menatap sendu sahabatnya yang harus bertemu lagi dengan orang yang sudah merenggut kesuciannya. “Kamu pasti kuat, Sof.”Sof

  • Hug me, My Sweetie   Kekhawatiran Sesaat

    Sofi meneguk kopi latte miliknya yang sudah tinggal separuh cangkir. Ia menarik nafas dalam sembari menyusun kalimat-kalimat dalam otaknya. “Aku sudah memiliki seorang pengganti diriku saat resign nanti. Surat pengunduran diri juga sudah ku berikan pada Pak Reno. Namun dia menolaknya. Kau tahu, Rayna? Dia mengatakan kalau aku tidak harus keluar dari perusahannya. Yang akan terjadi adalah....” Sofi tidak melanjutkan kalimatnya.Rayna mengerutkan keningnya. Penasaran. “Apa?” tanyanya pada Sofi yang masih memperhatikan kopi latte-nya.Sofi tersenyum kecil. Membiarkan rasa penasaran menguasai sahabatnya itu. “Ayolah, Sof. Ini bukan lelucon,” timpal Rayna yang tidak sabar mendengar cerita dari Sofi.“Aku memang tidak diizinkan untuk meninggalkan Reygold Corp. Hal itu diperkuat oleh Clara yang mengangkat jabatanku menjadi sekretarisnya.”Rayna terbelalak, sesuatu terasa tengah menghalangi jalannya udara masuk ke rongga hidung hingga membuatnya sedikit kesuli

  • Hug me, My Sweetie   Cemburu? No!

    Reno dan Clara telah tiba di sebuah restoran elite di kawasan Jakarta Timur. Mereka berdua bergegas masuk ke dalam restoran yang bernuansa Eropa modern itu. Clara dengan sengaja bergelanyut mesra pada Reno yang berjalan santai saat kaki mereka menginjak lantai restoran berwarna hitam.“Apa, sih?” Reno berusaha menepis tangan Clara yang masih menggandeng tangannya, bahkan dengan sangat erat seakan Reno adalah tawanan yang tidak boleh kabur.Clara bersikeras menggandeng tangan Reno agar mereka terlihat mesra.“Tidak ada yang menyuruhmu melakukan ini. Lepaskan!” bisik Reno makin risih dengan sikap Clara. “Jangan berlebihan!”Clara berusaha untuk berpura-pura tidak mendengar kata-kata Reno. Ia tetap menggandeng tangan Reno kemudian mengajaknya mendekati bangku yang sudah ditempati oleh dua orang. Rupanya dua orang itu adalah Alex dan Rayna yang sudah lebih dulu berada di restoran itu. “Halo,” ucap Clara yang sukses membuat Rayna dan Alex menoleh ke arahnya. Kedua mata Rayna terbelalak m

  • Hug me, My Sweetie   Kecurigaan Rayna

    Jika Alex menikahi Rayna, artinya Rayna akan menjadi kakak iparnya. Clara bergidik membayangkan hal itu benar-benar terjadi.“Tidak mungkin, kan?” Clara khawatir jika Rayna kelak tetap merebut Reno darinya meskipun telah menikah dengan Alex.“Kenapa tidak mungkin? Bukannya malah bagus jika Rayna menjadi kakak iparmu?”Masalahnya bukan siapa yang akan menjadi suami Rayna, melainkan kebencian Clara terhadap Rayna sudah mendarah daging sehingga sulit untuk dihilangkan. Ia tidak sanggup jika harus melihat Rayna di dalam rumahnya setiap hari.“Aku tidak ingin melihatnya di rumah ini,” sahut Clara dengan nada tegas.Alex mengerutkan keningnya. “Sejak kapan aku harus menurutimu? Kamu hanya adikku, bukan ibuku, kan?”Clara melirik Alex dengan lirikan elang yang siap menerkan mangsanya. “Lalu apa yang akan kamu lakukan? Membuat drama baru?”Alex tidak menjawab pertanyaan Clara. &lsquo

  • Hug me, My Sweetie   Hampir Saja

    Reno menatap kosong pada alat tes kehamilan milik Rayna. Dalam hstinya bertanya-tanya, benarkah itu milik Rayna? Lalu...“Tidak mungkin!” Reno langsung bangkit dari duduknya. Kursi empuk itu kini bergeser sedikit ke belakang akibat dorongan tubuh Reno yang berdiri secara tiba-tiba. “Dia hamil?” Pertanyaan itu mestinya ditujukan pada Rayna.Dengan tergesa-gesa, Reno mengambil kunci mobil yang ada di atas mejanya. Meraih jas warna hitam yang ia pajang di kursi dan berhambur keluar dari ruangan.“Pak Reno, hendak pergi ke mana?” tanya sang sekretaris yang bingung melihat tingkah aneh sang bos yang tiba-tiba keluar ruangan tanpa sepatah kata.Reno tak memberikan jawaban atas pertanyaan sekretarisnya. Menurutnya, tak ada yang lebih penting dari Rayna. Dia harus bertemu dengan Rayna saat itu juga.Sofi yang tengah berjalan menuju ruangan Clara, tanpa sengaja melihat sekelebat sosok Reno yang berlari membawa hasil testp

  • Hug me, My Sweetie   Saat Menegangkan

    “Ya, aku tidur dengan Clara waktu itu.”Deg!Rayna dan Alex tidak menyangka jika Reno akan mengakuinya secepat itu. Meskipun Rayna sudah mengetahui tentang hal itu, ia berpikir bahwa Reno akan menutupinya untuk saat ini. Namun di luar dugaan, rupanya Reno mengakui bahwa benar dirinya telah meniduri Clara.“Tidak, aku tidak menidurinya. Kami melakukan hubungan intim itu di kantor,” ralat Reno yang membuat Rayna sangat terkejut.Alex tersenyum sinis. “Seperti itu kah kelakuan bejatmu, Reno? Masih pantaskah kamu mendapatkan cinta Rayna?”Jika harus bicara jujur, Rayna sangat kecewa dengan Reno. Ia melakukan perbuatan itu di kantor?“Aku mohon, Rayna. Jangan berpikir yang macam-macam. Aku masih tetap mencintaimu. Bukan Clara.” Reno menatap lekat pada Rayna yang juga sedang menatapnya. Ia meraih tangan Rayna yang dingin.‘Aku tidak bisa berpikir tentang apapun sekarang. Seandainya dia h

  • Hug me, My Sweetie   Terjebak dalam Perasaan

    “Ada yang bisa saya bantu, Pak?”tanya seorang resepsionis di perusahaan Anant Jewel yang memiliki paras manis dan terlihat ramah dengan senyum yang selalu ia tunjukkan pada semua orang yang dilayani.“Saya ingin bertemu dengan Ibu Rayna,” jawab Reno dengan cepat karena ia sedang terburu-buru ingin bertemu dengan Rayna di pagi itu.“Bu Rayna sudah datang, Pak. Beliau ada di ruangannya sekarang. Lantai dua, ruangan kedua dari utara.”“Baik, terimakasih,” ucap Reno yang langsung bergegas melangkah ke lift yang terletak di sebelah kanan tempat resepsionis. Tanpa berlama-lama, Reno masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka dua......Tok tok!Rayna sedikit tersentak kaget saat Mira, sekretarisnya mengetuk pintu ruangannya secara tiba-tiba.“Iya, Mir. Ada apa?” seru Rayna dari dalam ruangan.“Ada tamu, Bu Rayna. Pak Reno dari Reygold Corp datang menemui Anda,”

  • Hug me, My Sweetie   Misi Alex Part 1

    “Aku ada di panti asuhan Kasih Bunda. Mungkin akan pulang nanti sore. Memangnya ada apa, Alex?”Suara Rayna terdengar merdu di telinga Alex hingga dirinya lupa dengan tujuannya menelepon Rayna. Jantungnya pun berdetak lebih kencang.“Ah, iya. Anu... Tidak jadi. Lain kali saja aku telepon lagi. Tidak enak kalau mengganggu acaramu. Lagipula nanti sore pasti kamu butuh istirahat,” kata Alex yang mengurungkan niatnya bertanya tentang sesuatu kepada Rayna.“Oh, begitu. Baiklah, terserah kamu.” Tak lama kemudian, Rayna memutus sambungan telepon dari Alex.Acara yang ditunggu-tunggu segera dimulai. Para pejabat dan semua tamu undangan pun sudah banyak yang hadir dan duduk manis di tempat yang telah disediakan panitia dari panti asuhan.Sebagai salah seorang kerabat dekat panti, Rayna ikut duduk di deretan para donatur tetap di belakang para pejabat daerah. Rayna dan Sofi duduk bersebelahan, menyaksikan beberapa acara hi

  • Hug me, My Sweetie   Thanks to Readers

    Hai, salam kenal dari Selay Rahmi pada kalian yang sudah bersedia membaca novel ini. Kalian klik novel ini aja udah bikin seneng kok. Alhamdulillah... Trimakasih untuk yang sudah membaca. Double makasi untuk yang sudah vote gem atau buka gembok ya. Semoga Allah balas dengan yang lebih baik. Aamiin... Tolong berikan feedback, entah vote rate, vote gems atau komentar dikit aja supaya bisa kasih semangat buatku.... Dukungan kalian sangat berarti buatku. Tanpa kalian, aku gak bisa disebut sebagai penulis. Novel ini masih separuh perjalanan. Jadi, aku butuh banget support dari readers. Tolong berikan saran juga ya, bagian mana yang harus dibenahi, apa yang harus ditambah, dll.

DMCA.com Protection Status